Anda di halaman 1dari 11

Variasi Arus Terhadap Kekuatan Tarik dan Bending Pada Hasil Pengelasan SM490 (Awal Shahrani, Alimuddin Sam,

Chirulnas)

VARIASI ARUS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING PADA HASIL


PENGELASAN SM490

Awal Syahrani*, Alimuddin Sam**, Chairulnas***


*&** Dosen Jurusan Teknik Mesin, Univ. Tadulako
*** Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Univ. Tadulako
*Email : awsyahrani@yahoo.com

Abstract

This study aimed to determine the effect of variations in welding current on tensile strength and
bending the steel SM490, with the variation of welding current 140 A, 150 A, and 160 A. Electrodes
used were E 7018, with the hem V angle 70o, SMAW welding methods. Tests performed are tensile
and bending tests. The research was conducted at the department of materials science laboratory
machine tadulako university engineering faculty. Ultimate tensile strength of welded joints occur at
160 A current variation with an average value of 626.35 MPa tensile stress and the lowest in the
group of 140 A current variation of 468.85 MPa, and for an extension or tensile strain is highest value
at 160 A by 14.33% and the lowest at 140 A current variation of 9.25%. To the elasticity of the
welding process with a variation of the current value of 140 A bona fide high of 3260.03 MPa and the
lowest was at 160 A current variation in the amount of 3040.64 MPa. Highest bending stress values
contained in the variation of welding current 160 A of 45.069 MPa and the lowest was at 140 A
current variation of 40.635 Mpa. Deflection value that occurs in the bending test is highest value at
160 A current variation of 34.333 mm and the lowest was at 140 A current variation of 32.77 mm.

Keywords: SMAW, Carbon SteelSM490, Tensile Strength, Bending.

PENDAHULUAN

Salah satu proses penyambungan lasnya yang baik, tetapi juga kekuatan
logam dengan logam yang lain adalah dari sambungan las yang didapat harus
proses pengelasan, dimana proses baik dan kuat. Perbandingan besar
pengelasan sangat berhubungan erat kecilnya arus tergantung dari jenis kawat
dengan energy termal (panas), sehingga las yang digunakan, posisi pengelasan
dalam prosesnya akan dapat mengubah serta tebal bahan dasar atau tebal benda
sifat dasar dari material dasar (based kerja yang akan dilas. Besar arus,
material ), untuk itu dalam proses kecepatan pengelasan, besarnya
pengelasan perlu diperhatikan beberapa penembusan dan jarak pengelasan serta
parameter proses pengelasan yang polaritas listrik mempengaruhi kekuatan
berhubungan dengan kualitas hasil las, hasil lasan dan efisiensi pekerjaan dalam
seperti pemilihan mesin las, penunjukan proses pengelasan.
juru las, pemilihan kuat arus, pemilihan
elektroda, dan pemilihan jarak pengelasan
serta penggunaan jenis kampuh las. TEORI DASAR
Dalam proses pengelasan
penyetelan besar-kecilnya arus sangat 1. Pengertian Las
berpengaruh terhadap hasil pengelasan Definisi pengelasan menurut DIN
yang diinginkan. Hasil pengelasan yang (Deutsche Industrie Norman) adalah
diharapkan tidak saja bentuk kampuh ikatan metalurgi pada sambungan logam
393
Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: 393-402 ISSN 2086 - 3403

atau logam paduan yang dilaksanakan selama pengelasan akan mengalami


dalam keadaan lumer atau cair. Dengan pencairan bersama-sama dengan logam
kata lain, las merupakan sambungan induk yang menjadi bagian kampuh las.
setempat dari beberapa batang logam Dengan adanya pencairan ini maka
dengan menggunakan energi panas. kampuh las akan terisi oleh logam cair
Mengelas adalah suatu aktifitas yang berasal dari elektroda dan logam
menyambung dua bagian logam atau lebih induk. Untuk dapat mengelas dengan
dengan cara memanaskan atau menekan proses SMAW diperlukan baberapa
atau gabungan dari keduanya sedemikian peralatan, seperti mesin las, kabel
rupa sehingga menyatu seperti benda elektroda dan pemegang elektroda.
utuh. Penyambungan bisa dengan atau Peralatan lain yang juga perlu disediakan
tanpa bahan tambah (filler metal) yang adalah topeng las (welding mask), sarung
sama atau berbeda titik cair maupun tangan dan jas pelindung. Proses
strukturnya. Pengelasan SMAW selain mencairkan
Pengelasan dapat diartikan dengan kawat las yang nantinya akan membeku
proses penyambungan dua buah logam menjadi logam las, busur listrik juga ikut
sampai titik rekristalisasi logam, dengan mencairkan fluks.
atau tanpa menggunakan bahan tambah Karena massa jenisnya yang kecil
dan menggunakan energi panas sebagai dari logam las maka fluks berada diatas
pencair bahan yang dilas. Pengelasan juga logam las pada saat cair. Kemudian
dapat diartikan sebagai ikatan tetap dari setelah membeku fluks cair ini menjadi
benda atau logam yang dipanaskan. terak yang membentuk logam las. Dengan
Mengelas bukan hanya memanaskan demikian, fluks cair akan melindungi
dua bagian benda sampai mencair dan kubangan las selama mencair dan terak
membiarkan membeku kembali, tetapi melindungi logam las selama pembekuan.
membuat lasan yang utuh dengan cara Terak ini nantinya harus dihilangkan dari
memberikan bahan tambah atau elektroda permukaan logam las dengan
pada waktu dipanaskan sehingga menggunakan palu atau digerinda
mempunyai kekuatan seperti yang
dikehendaki. Kekuatan sambungan las 3. Besar Arus Listrik
dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
Besarnya arus pengelasan yang
prosedur pengelasan, bahan, elektroda
diperlukan tergantung pada diameter
dan jenis kampuh yang digunakan.
elektroda, tebal bahan yang dilas, jenis
elektroda yang digunakan, geometri
2. Las Busur Listrik Terlindung
sambungan, diameter inti elektroda dan
Proses SMAW (Shieled Metal Arc posisi pengelasan. Daerah las mempunyai
Welding) atau pengelasan busur listrik kapasitas panas tinggi maka diperlukan
elektroda terbungkus. Proses SMAW juga arus yang tinggi.
dikenal dengan istilah proses MMAW Arus las merupakan parameter las
(Manual Metal Arc Welding). Dalam yang langsung mempengaruhi
pengelasan ini, logam induk mengalami penembusan dan kecepatan pencairan
pencairan akibat pemanasan dari busur logam induk. Makin tinggi arus las makin
listrik yang timbul antara ujung elektroda besar penembusan dan kecepatan
dan permukaan benda kerja. Busur listrik pencairannya. Besar arus pada
yang ada dibangkitkan dari suatu mesin pengelasan mempengaruhi hasil las bila
las. arus terlalu rendah maka perpindahan
Elektroda yang dipakai berupa kawat cairan dari ujung elektroda yang
yang dibungkus oleh pelindung berupa digunakan sangat sulit dan busur listrik
fluks dan karena itu elektroda las kadang- yang terjadi tidak stabil. panas yang
kadang disebut kawat las. Elektroda terjadi tidak cukup untuk melelehkan
394
Variasi Arus Terhadap Kekuatan Tarik dan Bending Pada Hasil Pengelasan SM490 (Awal Shahrani, Alimuddin Sam, Chirulnas)

logam dasar, sehingga menghasilkan 1. Pemantap busur dan penyebab


bentuk rigi-rigi las yang kecil dan tidak kelancaran pemindahan butir-butir
rata serta penembusan kurang dalam. Jika cairan logam.
arus terlalu besar, maka akan 2. Sumber terak atau gas yang dapat
menghasilkan manik melebar, butiran melindungi logam cair terhadap udara
percikan kecil, penetrasi dalam serta di sekitarnya.
peguatan matrik las tinggi. 3. Pengatur penggunaan.
4. Sumber unsur –unsur paduan.
4. Elektroda Las Fluks biasanya terdiri dari bahan-
bahan tertentu dengan perbandingan
Mengelas dengan las listrik
yang tertentu pula. Bahan-bahan yang
memerlukan kawat las (elektroda) yang
digunakan dapat di golongkan dalam
terbuat dari suatu logam yang dilapisi
bahan pemantapan busur. Pembuat terak,
dengan suatu lapisan yang terdiri dari
penghasil gas, deoksidator, unsur paduan
campuran beberapa zat kimia. Elektroda
dan bahan pengikat. Bahan-bahan
adalah bagian ujung (yang berhubungan
tersebut antara lain oksida-oksida logam,
dengan bendakerja) rangkaian penghantar
karbonat, silikat, fluorida, zat organik,
arus listrik sebagai sumber panas.
baja paduan dan serbuk besi.
Di dalam las elektroda terbungkus
Berdasarkan jenis elektroda dan
fluks memegang peranan penting karena
diameter kawat inti elektroda dapat
flusk dapat bertindak sebagai :
ditentukan arus dalam ampere dari mesin
las seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Spesifikasi arus menurut tipe elektroda dan diameter.


Diameter Tipe elektroda dan amper yang digunakan

Mm Inch E 6010 E 6014 E 7018 E 7024 E 7027 E 7028

2,5 3/32 - 80-125 70-100 70-145 - -

3.2 1/8 80-120 110-160 115-165 140-190 125-185 140-190

4 3/32 120-160 150-210 150-220 180-250 160-240 180-250

5 3/16 150-200 200-275 200-275 230-305 210-300 230-250

5.5 7/32 - 260-340 360-340 275-375 250-350 275-365

6.3 ¼ - 330-415 315-400 335-430 300-420 335-430

8 5/16 - 90-500 375-470 - - -

E7018 adalah suatu jenis elektroda yang 70:Tegangan tarik minimum dari hasil
mempunyai spesifikasi tertentu. Dalam pengelasan (70.000 Ksi) atau sama
penelitian ini yang dimaksud dengan dengan 492 MPa.
E7018 adalah : 10:Posisi pengelasan (angka 1 berarti
dapat dipakai dalam semua posisi
E0:Elektroda las listrik (E7018 diameter pengelasan).
4,0 mm)

395
Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: 393-402 ISSN 2086 - 3403

8 :Menunjukkan jenis selaput serbuk besi


hidrogen rendah dan interval arus las
yang cocok untuk pengelasan.

Gambar 1. Elektroda terbungkus

5. Metalurgi Las waktu/lamanya temperatur itu terjadi dan


kecepatan pendinginan. Faktor utama
Aspek metalurgi adalah meliputi
yang mengontrol perubahan struktur
siklus termal dan pengaruhnya terhadap
tersebut adalah besarnya masukan panas
perubahan struktur mikro serta faktor-
(heat input) yang diberikan kepada
faktor yang mempengaruhi sifat mampu
sambungan logam (termasuk kalau ada
las (weldability) dari logam yang
pemanasan mula). Kecepatan pendinginan
disambung. Kualitas sambungan las
mempengaruhi sifat-sifat mekanis sesuai
biasanya dikaitkan dengan kekuatan,
dengan jenis fasa dan butiran logam yang
ketangguhan atau sifat mekanis lainnya,
terbentuk. Pendinginan yang cepat
maka perlu dibahas hubungan antara
menghasilkan struktur yang kuat, keras
struktur mikro dengan sifat-sifat terhadap
dan kurang ulet.
tekanan dan kekerasan dari sambungan
Pendinginan yang lambat
las.
menghasilkan sifat-sifat sebaliknya.
Siklus termal akan dapat
Menahan logam pada temperatur tinggi
menimbulkan perubahan-perubahan
(di atas temperatur kritis) untuk waktu
metalurgi yang rumit, deformasi dan
yang lama dapat menghasilkan struktur
tegangan-tegangan termal ataupun cacat
dengan butiran yang kasar, namun
pada logam las. Perubahan yang paling
demikian selama pengelasan berlangsung
penting dalam pengelasan adalah
ada bagian logam yang letaknya
perubahan struktur-mikro yang akan
bersebelahan dengan las berada pada
menentukan sifat-sifat mekanis
temparatur tinggi untuk waktu yang
sambungan las. Pada umumnya struktur
sangat singkat. (Santoso, J., 2006)
mikro yang terjadi tergantung pada
komposisi kimia dari logam induk, kondisi
6. Pengujian kekuatan sambungan
logam induk seperti geometri atau proses
pengerjaan sebelumnya, teknik Kekuatan Tarik
pengelasan yang diterapkan, serta Pengujian tarik bertujuan untuk
perlakuan panas yang diberikan. mengetahui sifat-sifat mekanik dan
Tingkat perubahan mikro struktur perubahan-perubahannya dari suatu
yang terjadi disamping dipengaruhi oleh logam terhadap pembebanan tarik seperti
faktor-faktor dari material yang dilas juga tegangan, regangan, dan modulus
tergantung pada temperatur maksimum elastisitas. Pengujian tarik merupakan
yang dicapai ketika pengelasan, jenis pengujian yang paling banyak
396
Variasi Arus Terhadap Kekuatan Tarik dan Bending Pada Hasil Pengelasan SM490 (Awal Shahrani, Alimuddin Sam, Chirulnas)

dilakukan karena mampu memberikan perbandingan antara tegangan dan


informasi perilaku mekanis material. regangan dan dapat dihitung dengan
Pengujian ini umumnya diperuntukan bagi persamaan:
pengujian beban - beban statik. Beban
tarik tersebut dimulai dari nol dan berhenti
pada beban atau tegangan patah tarik
(Ultimate Strenght) dari logam yang Dimana :
bersangkutan. E = Modulus elastisitas tarik
2
Beban uji yang telah (N/m ).
dinormalisasikan ukurannya dipasang σ = Tegangan (N/m2).
pada mesin tarik, kemudian diberi beban ε = Regangan (%).
(gaya tarik) secara perlahan-lahan dari nol Lo = panjang mula-mula (mm).
hingga maksimum. Pengujian tarik L = Perubahan panjang (mm).
dilakukan dengan mesin uji tarik atau Kekuatan Bending
dengan universal testing machine. Untuk mengetahui kekuatan lentur
Hubungan antara tegangan dan regangan (bending) suatu material dapat dilakukan
pada beban tarik ditentukan dengan dengan pengujian lentur terhadap
rumus sebagai berikut. spesimen tersebut. Kekuatan bending atau
kekuatan lengkung adalah tegangan
bending terbesar yang dapat diterima
akibat pembebanan luar tanpa mengalami
Dimana: deformasi yang besar atau kegagalan.
F = Beban (N) Besar kekuatan bending tergantung pada
= Luas penampang (mm2) jenis spesimen dan pembebanan. Akibat
σ = Tegangan (N/mm2). pengujian bending, bagian atas spesimen
Kemudian besarnya regangan mengalami tekanan, sedangkan bagian
adalah jumlah pertambahan panjang bawah akan mengalami tegangan tarik.
karena pembebanan dibandingkan dengan Dalam material logam kekuatan
panjang daerah ukur (gage length). tekannya lebih tinggi dari pada kekuatan
tariknya. Karena tidak mampu menahan
tegangan tarik yang diterima, spesimen
Dimana : tersebut akan patah, hal tersebut
ε = Regangan (%). mengakibatkan kegagalan pada pengujian
ΔL = Perubahan panjang (mm). material. Kekuatan bending pada sisi
Lo = panjang mula-mula (mm). bagian atas sama nilai dengan kekuatan
Modulus Elastisitas adalah bending pada sisi bagian bawah.
perbandingan antara tegangan dan Pengujian dilakukan three point bending.
regangan dari suatu benda. Besarnya nilai
modulus elastisitas yang juga merupakan
P
M= ........(4)

½L ½L Sehingga kekuatan bending dapat


dirumuskan sebagai sebagai berikut :
L
................................(5)
Gambar 2. Metode three-point Bending
Dimana :
Momen yang terjadi pada material dapat b = kekuatan bending (Mpa)
dihitung dengan persamaan : P = beban /load (N)
L = panjang span / support span (mm)
397
Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: 393-402 ISSN 2086 - 3403

b = lebar/ width (mm) dilakukan pengelasan dengan variasi arus


d = tebal / depth (mm) 140 A, 150 A dan 160 A. Pembentukan
spesimen uji dilakukan pada tahap
berikutnya, spesimen uji tarik dan
spesimen uji kekerasan dengan standar
METODE PENELITIAN ASTM. Pengambilan data adalah langkah
selanjutnya.
Proses pengelasan penelitian ini
dilakukan di PT.POSO ENERGY yang
terletak di Desa Sulewana Kecamatan
Pamona Utara Kabupaten Poso sedangkan
untuk Pengujian tarik dan bending
dilakukan di Laboratorium Pengujian
Bahan Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Teknik Universitas Tadulako Palu.
Alat yang digunakan adalah : mesin
las listrik, mesin perkakas (sekrap, gergaji
dan gerinda), tensil test dan hardness
test. Bahan yang digunakan SM490 tebal
14 mm, elektroda 2,6 E7018. Pengerjaan
penelitian ini dimulai dengan memotong
bahan dengan ukuran 270 x 50 mm,
kemudian dilakukan pembentukan
kampuh V dengan sudut 70o . Selanjutnya

Gambar 3. Spesimen uji tarik standar ASME Section IX 462.1

Gambar 4. Spesimen uji bending standar ASME Section IX 462.2


HASIL DAN PEMBAHASAN kelompok variasi arus pengelasan yang
sudah diperoleh kemudian dimasukan
Hasil Pengujian Tarik kedalam persamaan yang ada. Data-data
Data-data hasil pengujian tarik tersebut selanjutnya dapat dilihat pada
pada kelompok raw material dan tabel 2 di bawah.
398
Variasi Arus Terhadap Kekuatan Tarik dan Bending Pada Hasil Pengelasan SM490 (Awal Shahrani, Alimuddin Sam, Chirulnas)

Tabel 2. Hasil Pengujian tarik


Spesimen
Parameter
Raw Material Arus 150 A Arus 160 A
Tegangan Rata-rata
418.55 468.85 587.44 626.35
(σ)(Mpa)
Regangan Rata-rata
14.79 9.25 12.04 14.33
(ɛ)(%)
Elastisitas Rata rata
2832.97 3260.03 3192.98 3040.64
(E)(Mpa)

Data dari tabel di atas hasil pengujian tarik selanjutnya dimasukan ke dalam diagram
batang seperti dibawah ini:

Gambar 5. Diagram kekuatan tarik

Gambar 6. Diagram regangan

399
Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: 393-402 ISSN 2086 - 3403

Gambar 7. Diagram elastisitas

Hasil Pengujian Bending tegangan lentur maksimum. Dari tiap


Pada data hasil pengujian bending variable pengujian terdapat tiga sampel
diambil dari sample hasil pengujian yang spesimen. Berikut ini merupakan hasil dari
hasilnya berupa grafik yang menunjukan perhitungan data yang didapat pada saat
besarnya harga gaya beban max saat pengujian tekuk yang dikelompokkan
menekuk. Dari pengujian tekuk tersebut berdasarkan arus pengelasan.
didapatkan harga gaya beban dan

Tabel 3. Data pengujian bending


Spesimen
Parameter
Raw Material Arus 140 A Arus 150 A Arus 160 A

Defleksi Rata-rata (mm) 34,666 32,77 30,933 34,333

Rata-rata (Mpa) 38,436 40,635 42,484 45,069

Data dari tabel di atas hasil pengujian bending selanjutnya dimasukan ke dalam
diagram batang seperti dibawah ini:

Gambar 8. Diagram uji bending

400
Variasi Arus Terhadap Kekuatan Tarik dan Bending Pada Hasil Pengelasan SM490 (Awal Shahrani, Alimuddin Sam, Chirulnas)

Pembahasan menyebabkan sukarnya penyalaan busur


Berdasarkan hasil pengujian tarik listrik dan busur listrik yang terjadi tidak
pada tabel 2, hasil kekuatan tarik pada stabil. Panas yang dihasilkan tidak cukup
bahan SM490 hasil pengelasan SMAW untuk melelehkan elektroda dan raw
dengan variasi arus adalah : materials serta penembusan yang terjadi
- Untuk spesimen Raw Material kurang maksimal.
didapatkan nilai rata kekuatan tarik Pengujian yang kedua adalah
(σu) =418.55Mpa, regangan/elongasi pengujian tarik untuk variasi arus
(ε) = 14.79 % dan elastisitas (E) = pengelasan 150 A. Nilai kekuatan tarik dan
2832.97 Mpa. regangan mempunyai nilai yang yang
- Untuk spesimen 140 A didapatkan lebih besar dibanding kelompok variasi
nilai rata kekuatan tarik (σu) = 468.85 arus 140 Amper dan kelompok raw
Mpa, regangan/elongasi (ε) = 9,25 % materials, tetapi lebih rendah dibanding
dan elastisitas (E) = 3260,03 Mpa, kelompok 160 A. Pada kelompok 160 A ini,
posisi patah terjadi pada daerah HAZ. arus yang terjadi cukup stabil dibanding
- untuk spesimen 150 A didapatkan kelompok 140 A dan 150 A, Arus yang
nilai rata kekuatan tarik (σu) stabil ini menyebabkan penembusan dan
=587.44Mpa, regangan/elongasi (ε) = nyala busur yang baik sehingga dengan
12.04 % dan elastisitas (E) = 3192.98 panas yang masuk pada 160 A itu cukup
Mpa, posisi patah terjadi pada daerah tinggi membuat strutur butirnya lebih
HAZ. halus dan rapat dibanding arus 140 A dan
- untuk spesimen 160 A didapatkan 150 A.
nilai rata kekuatan tarik (σu) dari hasil pengujian bending
=626.35Mpa, regangan/elongasi (ε) = diketahui bahwa nilai untuk 140
14.33% dan elastisitas (E) = 3040.64 Amengalami penurunan dibanding dengan
variasi arus pengelasan 150 A dan 160 A,
Mpa, posisi patah terjadi pada daerah
hal ini dikarenakan panas yang dihasilkan
HAZ.
pada arus 150 A dan 160 A menyebabkan
Berdasarkan hasil pengujian tarik
bahan makin ulet sehingga kekuatan
pada tabel 3, hasil kekuatan bending pada
bending yang dihasilkan semakin tinggi.
bahan SM490 hasil pengelasan SMAW
Nilai kekuatan bending untuk arus 160 A
dengan variasi arus adalah :
lebih tinggi dibandingkan dengan
- Untuk spesimen Raw Material
kelompok spesimen variasi arus
didapatkan nilai rata kekuatan tarik
pengelasan 140 A dan 150 A, karena
(σb) =38,436Mpa.
semakin tinggi panas yang masuk dan
- Untuk spesimen 140 A didapatkan
semakin lama pula pendinginannya maka
nilai rata kekuatan tarik (σb)
struktur mikronya makin halus dan rapat,
=40,635Mpa.
sehingga kekuatan bendingnya
- untuk spesimen 150 A didapatkan
meningkat.
nilai rata kekuatan tarik (σb)
=42,484Mpa.
KESIMPULAN
- untuk spesimen 160 A didapatkan Berdasarkan hasil penelitian tentang
nilai rata kekuatan tarik (σb) pengaruh variasi arus pengelasan SMAW
=45,069Mpa. terhadap kekuatan tarik dan bending pada
Pengujian yang pertama adalah baja karbon SM 490 dapat disimpulkan :
pengujian tarik untuk variasi arus - Pengaruh variasi arus terhadap
pengelasan 140 A. Nilai kekuatan tarik 140 kekuatan tarik dan bending adalah
A mempunyai nilai yang paling kecil di semakin besar arus yang digunakan
antara variasi arus pengelasan yaitu 150 A maka nilai dari kekuatan tarik dan
dan 160 A. Pada kelompok variasi 140 A, bending semakin naik, demikian pula
arus yang terjadi terlalu rendah sebaliknya.
401
Jurnal Mekanikal, Vol. 4 No. 2: Juli 2013: 393-402 ISSN 2086 - 3403

- Semakin besar arus yang digunakan dengan Proses Pengelasan


maka semakin besar pula panas yang SMAW, Jurnal Rekayasa, 11 – 17.
ditimbulkan yang dapat menimbulkan
peningkatan kekuatan tarik dan Wiryosumarto, Harsono, Prof., Dr., Ir.,
bending bahan hasil pengelasan dan Toshie Okomura, Prof., Dr.,
SMAW. (2000), Teknologi Pengelasan
Logam, Jakarta, PT. Pradnya
Paramita
DAFTAR PUSTAKA

Amin A, 2012, Pengaruh Besar Arus


Temper Bead Welding Terhadap
Ketangguhan Hasil Las SMAW
Pada Baja ST37, Media Sains, 16
– 24.

ASME Sections IX, 2002, Qualification


Standard For Welding And
Brazing Procedures, Welders,
Brazers, And Welding And Brazing
Operators, Andeda

Putra DP, 2011, Analisa Hasil Pengelasan


SMAW Pada Baja Tahan Karat
Feritik Dengan Variasi Arus Dan
Elektroda, Jurnal Teknik Material
dan Metalurgi, 1 – 7.

Malau, V., 2003, Diktat Kuliah Teknologi


Pengelasan Logam, Yogyakarta.

Purti F, 2009, Pengaruh Besar Arus Listrik


dan Panjang Busur Api Terhadap
hasil Penelasan, Jurnal Austenit.
1-6.

Santoso, J., 2006, “Pengaruh Arus


Pengelasan Terhadap Kekuatan
Tarik Dan Ketangguhan Las
SMAW Dengan Elektroda E7018”,
Skripsi, Jurusan Teknik Mesin,
Universitas Negeri Semarang.

Sonawan, H., Suratman, R., 2004,


Pengantar Untuk Memahami
Pengelasan Logam, Αlfa Beta,
Bandung.

Sumarji, 2010, Pengaruh Besar Arus


Terhadap Sifat Mekanik Hasil
Pengelasan Baja AISI 1020
402
403

Anda mungkin juga menyukai