Latar Belakang
Perkembangan Filsafat hukum dimulai dengan sejarah filsafat barat, yang merupakan filsafat kuna
dan terbagi dalam beberapa zaman seperti zaman Filsafat Pra – Sokrates, tokoh pertamanya adalah
Thales (+ 625 -545 SM) samapai kepada zaman yang terakhir adalah Leukippos dan Demokritos,
keduanya yang mengajarkan tentang atom. Akan tetapi yang paling dikenal adalah Demokritos
(+460-370 SM) sebagai Filsuf Atomik. Dalam Perkembangan sejarah filsafat yang terkenal
dengan para ahli filsafat, seperti kaum sofis dan Sokrates, Protagoras dan ahli sofis yaitu Gorglas
yang terkenal diathena. Masih banyak lagi para ahli filsafat dari beberapa periode seperti pada
masa Filsafat pada abad Petengahan, filsafat masa peralihan ke zaman modern dan Filsafat Modern.
Perkembangan filsafat tersebut adalah merupakan sebagai akar dari fisafat hukum yaitu pada era
abad ke 19, dimana filsafat hukum menjadi landasan ilmu-ilmu dibidang hukum, seperti Ilmu Politik,
Ilmu Ekonomi, dan lain-lainnya.
Berkaitan dengan sejarah perkembangan filsafat hukum, di Indonesia perkembangan filsafat hukum
dapat dilihat pada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, dimana pembudayaan nilai dasar
negara Pancasila sebagai ideologi nasional secara filosofis-ideologis dan konstitusional adalah
imperatif. Karenanya, semua komponen bangsa, lebih-lebih kelembagaan dan kepemimpinan negara
berkewajiban melaksanakan amanat dimaksud.
Demi tegaknya sistem kenegaraan Pancasila, negara (i.c. Pemerintah) berkewajiban mendidikkan
dan membudayakan nilai dasar negara (ideologi negara, ideologi nasional) bagi generasi penerus
demi integritas NKRI. Pemikiran-pemikiran untuk pelaksanaan pembudayaan nilai dasar negara
Pancasila seyogyanya dikembangkan secara melembaga, konsepsional dan fungsional oleh negara
dengan mendayagunakan semua kelembagaan dan komponen bangsa.
Tujuan dan Maksud
Bertujuan untuk mengetahui secara mendalam filsafat Hukum yang merupakan sumber dari sagal
ilmu pengetahuan, dengan bercermin kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 yang
merupakan proyeksi di unsur-unsur filsafat hukum, dengan maksud untuk memperdalam nilai-nilai
filsafat hukum yang terkandung didalam nilai-nilai luhur Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945
yang diselaraskan dengan kondisi dan sistim hukum di Negara Indonesa. Proyeksi nilai-nilai luhur
tersebut adalah sebagai realisasi dari filsafat hukum yang merupakan sumber dari segala sumber
Ilmu Pengetahuan di dunia.
Landasan Hukum
Nilai-nilai filsafat kuna sampai filsafat abad petengahan, Pancasila, pasal yang terkandung didalam
Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapam MPR yang berkaitan dengan filsafat hukum Pancasila,
dimana tantangan dan ancaman ini dihadapi oleh MPR RI dalam menegakkan Tap MPRS No.
XXV/MPRS/1966 dan UU RI No. 27 tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang Undang Hukum
Pidana yang Berkaitan dengan Kejahatan Terhadap Keamanan Negara (terutama pasal 107a – 107f).
Metode Penelitian
Didalam penulisan makalah ini, penulis hanya menggunakan data primair yang terdiri dari bahan-
bahan Pengetahuan lapangan yaitu data-data kepustakan filsafat hukum, serta bahan Pengetahuan
Hukum primair yaitu produk-produk hukum undang-undang dan Ketetapan MPR yang terkait dengan
filsafat hukum sera bahan-bahan/artikel di internet : www. yahoo.com, www.google.com dan media
cetak lainya yang berkaitan dengan judul makalah penulis.
Perumusan Masalah
Terdapat permasalahan pada pemahaman filsafat hukum Pancasila yaitu :
- Mengapa pemahaman moral dari setiap warga negara yang tidak konsisten terhadap falsafat
negara yaitu Pancasila, yang mengakibatkan seringnya terjadi pelanggaran terhadap hukum yang
dapat merugikan orang lain maupun negara ?
Asumsi
Asumsi sementara dari penulisan adalah sebagai berikut :
- Pelanggaran terhadap hukum yang sering terjadi adalah disebabakan kurangnya atau semakin
pudarnya tingkat pemahaman terhadap nilai-nilai luhur dari Pancasila dan Undang Undang Dasar
1945, yang mengakibatkan moral dari pelaku pelanggaran terhadap hukum tersebut semakin
bertambah atau mungkin karena prodak hukum yang diberlakukan mengadung unsur-unsur politis
saja, yang mengakibatkan tingkat penjenjeraan pada para pelaku elanggaran hukum tersebut
semakin banyak.
Pengertian Filsafat
Pengertian Filsafat adalah berasal dari kata Yunani yaitu Filosofia berasal dari kata kerja Filosofein
artinya mencintai kebijaksanaan, akan tetapi belum menampakkan hakekat yang sebenarnya adalah
himbauan kepada kebijaksanaan. Dengan demikian seorang filsuf adalah orang yang sedang mencari
kebijaksanaan, sedangkan pengertian “ orang bijak” (di Timur) seperti di India, cina kuno adalah
orang bijak, yang telah tahu arti tahu yang sedalam-dalamnya(ajaran kebatinan), orang bijak/filsuf
adalah orang yang sedang berusaha mendapatkan kebijaksanaan atau kebenaran, yang mana
kebenaran tersebut tidak mungkin ditemukan oleh satu orang saja.
Difinisi bermacam-macam, terdapat satu difinisi filsafat yaitu “Usaha manusia dengan akalnya untuk
memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati” ( difinisi ini sepanjang abad).
Pertama-tama difinisi tersebut diatas adalah terdapat kata-kata “ Dengan akalnya” mendapat
tekanan artinya tidak dapat disangkal, bahwa semua orang, melalui agama masing-masing, telah
memiliki suatu pandangan dunia dan hidup. Dari mana asal dunia dan manusia serta hidupnya,
bagaimana manusia harus hidup didalam dunia ini, semuanya itu telah diajarkan oleh agama, baik
oleh agama-agama dunia yang besar maupun agama-agama suku yaitu dengan melalui wahyu.
Bahwa difinisi tersebut diatas adalah menerima pandangan dunia dan hidup orang lain, jika hal
tersebut memuaskan dirinya, jika tidak memuaskan ia akan berusaha terus, mengoreksi pandangan
orang lain dan seterusnya.
Yang melatar belakangi filsafat kuna adalah rasa keingin tahuan dari manusia dan rasa keingin
tahuan manusia dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak/ susah untuk mencari jawabannya. Akan
tetapi akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng atau mite-mite dan mulai manusia
mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu. Dan kemenangan
serta jawaban tersebut diperoleh secara berangsur-angsur, berjalan hingga berabad-abad
lamanya. Berawal dari mite bahwa pelangi atau bianglala adalah tempat para bidadari turun dari
surge, mite ini disanggah oleh Xenophanes bahwa :”pelangi adalah awan” dan pendapat Anaxagoras
bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan ( pendapat ini adalah pendapat pemikir yang
menggunakan akal). Dimana pendekatan yang rasional demikian menghasilkan suatu pendapat yang
dapat dikontrol, dapat diteli akal dan dapat diperdebatkan kebenarannya.
Para pemikir filsafat yang pertama hidup dimiletos kira-kira pada abad ke 6 SM, dimana pada abad
tersebut tentang pemikiran mereka disimpulkan dari potongan-potongan, yang diberitakan kepada
manusia dikemudian hari atau zaman. Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam
artinya para ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran
para ahli filsafat tersebut (objek pemikirannya adalah alam semesta). Tokoh pertamanya yang
melakukan penyelidikan adalah Thales (+ 625 -545 SM) dikuti dengan tokoh kedua yaitu
Anaximandros ( + 610-540 SM) dan ada juga tokoh lain yang bernama Pythagoras (+ 580 – 500SM),
Xenophanesa (+ 570-430SM), Herakleitosa (+ 540-475SM), Parmenidesa (+540-475SM), Zeno (490
SM), Empedoklis (492-432 SM), Empedokles (492-432 SM), Anaxagoras (499-420 SM) dan yang
terakhir adalah Leukippos dan Demokritos, keduanya yang mengajarkan tentang atom. Akan tetapi
yang paling dikenal adalah Demokritos (+ 460-370 SM) sebagai Filsuf Atomik.
Sokrates :
Sokrates hidup pada tahun kurang lebih tahun 469 – 399 SM dan Demokritos pada tahun +
460 – 370 SM yang kedua hidup sejaman dengan Zeno yang dilahirkan pada tahun + 490 SM
dan lain-lainnya, serta disebut sebagai filsuf Pra Sokrates, dimana filsafat mereka tidak
dipengaruhi oleh Sikrates. Harus diketahui bahwa kaum sofis hidup bersama-sama denga
skrates. Diman hidup sokrates dan kaum sofis susah dipisahkan dan menurut Cicero, difinisi
Sokrates adalah memindahkan filsafat dari langi dan bumi artinya sasaran yang diselidikinya
bukan jagat raya melainkan manusia, dan bertujuan menjadikan manusia menjadikan
sasaran pemikiran filsuf tersebut.( pemikiran sokrates adalah menjadi kritik kepada kaum
sofis).
Sofis sebenarnya bukan suatu maszab melainakn suatu aliran yang bergerak dibidang
intelek, karena istilah sofis yang berarti sarjana, cendikiawan seperi Pythagoras dan Plato
disebut kaum sofis. Yang pada abad ke 4 para sarjana atau cendikiawan tidak lagi disebut
Sofis melainkan menjadi Filosofos, Filsuf dan sebutan sofis dikenakan kepada para guru yang
berkeliling dari kota kekota dan kaum sofis tidak menjadi harum lagi, karena sebutan sofis
menjadi sebutan orang yang menipu orang lain/penipu karena para guru keliling tersebut
dituduh sebagai orang yang meminta uang bagi ajaran mereka. Akan tetapi pada masa
Pemerintahan Perikles (Athena) kaum sofis menjadi harum.
Protagoras (+ 480-411) memberi pelajaran di Athena dan inti sari filsafatnya adalah bahwa
manusia menjadi ukuran bagi segala sesuatu, bagi segala hal yang ada dan yang tidak ada.
Dan menurutnya Negara didirikan oleh manusia, bukan karena hokum alam. Protagoras
meragukan adanya dunia dewa, oleh karenanya dia disebut orang munafik.
Sokrates memungut biaya pengajaran dengan tujuan untuk mendorong orang supay
mengetahui dan menyadari sendiri dan dia juga menentang relativisme kaum sofis, karena
dia yakin bahwa kebenaran yang obyektif. Mengenai pemberitaannya yang dipandang
sebagai pemberitaan yang lebih dapat dipercaya adalah pemberitaan Plato dan Aristotele.
Sokrates melahirkan bermacam-macam orang atau ahli Politik, Pejabat, tukang dan lain-
lainya, dengan mencapai tujuan yaitu membuka kedok segala peraturan atau hokum yang
semu, sehingga tampak sifatnya yang semu dan mengajak orang melancak atau menelusuri
sumber-sumber hukum yang sejati (Dengan Hipotese). Dan menurut sokrates bahwa alat
untuk mencapai eudemonia atau kebahagiaan adalah kebajikan atau keutamaan (arête),
akan tetapi kebajikan atau keutamaan tidak diartikan sacara moral. Sokrates terkenal
dengan : Keutamaan adalah pengetahuan” yaitu Keutamaan dibidang hidup baik tentu
menjadi orang dapat hidup baik.
Antisthenes adalah mengajar setelah kematian sokrates di gymnasium Kunosargos di Athena
(kunos = anjing) dan menaruh perhatian kepada etika. Dan menurutnya manusia harus
melepaskan diri dari segala sesuatu dan harus senantiasa puas terhadap dirinya sendiri.
Azasnya adalah bebas secara mutlak terhadap semua anggapan orang banyak dan hukum-
hukum mereka.
Aristippos dari Kirene, pandangannya kebalikan dari Antishenes, dimana satu-satu tujuannya
perbuatan adalah kenikmatan (hedone), sekalipun demikian tugas orang bijak bukan untuk
dikuasai oleh kenikmatan melainkan untuk menguasainya. Dengan demikian zaman sokrates
adalah zaman yang sangat penting sekali, karena merupakan zaman mewujudkan zaman
penghubung, yang menghubungkan pemikiran pra sokrates dan pemikiran Helenis. Misalnya
Aristippos menggabungkan diri dengan Demokritos, Antishenes menggabungkan diri dengan
Herakleitos dan kemudian ajaran ini timbul dalam bentuk lunak yaitu aliran Stoa.
Plato :
Adalah filsuf yunani petama yang berdasarkan karya-karyanya yang utuh. Dilahirkan dari
keluarga terkemuka dari kalangan politisi, semula ingin bekerja sebagai seorang politikus,
karena kematian Sokrates (muridnya selama 8 tahun), plato memendamkan ambisinya
tersebut.
Kemudian Plato mendirikan sekolah akademi (dekat kuil Akademos) dengan maksud untuk
memberikan pendidikan yang instensip dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Bahwa
pembagian yang didasrkan atas patokan lahiriah, dalam 5 kelompok yaitu karyanya ketika
masih muda, karyanya pada tahap peralihan, karyanya mengenai idea-idea, karyanya pada
tahap kritis dan karyanya pada masa tuannya, yang diantara buku-buknya adalah Aspologia,
Politeia, Sophistes, Timaios.(plato dapat dipandang sebagai monument atau tugu peringatan
bagi sokrates.
Plato yakin bahwa disanping hal-hal beraneka ragam dan yang dikuasai oleh gerak serta
perubahan-perubahan itu tentu ada yang tetap, yang tidak berubah. Menurut plato tidak
mungkin seandainya yang satu mengucilkan yang lain artinya bahwa mengakui yang satu,
harus menolak yang lain dan juga tidak mungkin kedua-duanya berdiri-sendiri, yang satu
lepas daripada yang lain.Plato inin mempertahankan keduanya, memberi hak berada bagi
keduanya.
Pemecahan palto bahwa yang seba berubah itu dikenal oleh pengamatan dan yang tidak
berubah dikenal oleh akal. Demikianlah palto berhasil menjembatani pertentangan yang ada
antara Herakleitos, yang menyangkal tiap perhentian dan Parmenides yang menyangkal tiap
gerak dan perubahan.Yang tetap tidak berubah dan yang kekal itu oleh plato disebut “ Idea”.
Perbedaan antara sokrates dengan plato adalah dimana Sokrates mengusahakan adanya
difinisi tentang hal yang bersifat umum guna menetukan hakekat atau esensi segala sesuatu,
karena tidak puas dengan mengetahui, hanya tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan
sutu persatu, sedangkan Plato meneruskan usaha itu secara lebih maju lagi dengan
mengemukakan, bahwa hakekat atau esensi segala sesuatu bukan hanya sebutan saja, tetapi
memiliki kenyataan, yang lepas daripada sesuatu yang berada secara kongkrit yang disebut
“Idea”, dimana Idea itu nyata ada, didalam dunia idea (hanya satu yang bersifat kekal).
Pada akhirnya Plato menekankan kepada kebenaran yang diluar dunia ini, hal itu tidak
berarti bahwa ia bermaksud melarikan diri dari dunia. Dunia yang kongrit ini dianggap
penting, hanya saja hal yang sempurna tidak dapat dicapai didalam dunia ini. Namun kita
harus berusaha hidup sesempurna mungkin, yang tampak dalam ajarannya tentang Negara
yang adalah puncak filsafat Plato.
Menurut Plato, golongan didalam Negara yang idea harus terdiri dari 3 bagian yaitu :
a.Golongan yang tertinggi terdiri dari para yang memerintah (orang bijak/filsuf), b.Golongan
pembantu yaitu para prajurit yang bertujuan menjamin keamanan, c. Golongan terendah
yaitu rakyat biasa, para petani dan tukang serta para pedagang yang menanggung hidup
ekonomi Negara.
Aristoteles :
Dilahirkan di Stagerira Yunani utara anak seorang dokterpribadi raja Makedonia dan pada
umur kira-kira 18 tahun dikirim ke Athena untuk belajar kepada Plato. Dan setelah Plato
meninggal Aristoteles mendirikan sekolah di Assos( Asia Kecil) pada tahun 342 SM kembali
ke Makedonia untuk menjadi pendidik Aleksander yang agung.
Ketika Aleksandra meninggal pada tahun 322 SM, Aristoteles dituduh sebagai mendurhaka
dan lari ke Khalkes sampai meninggal. Karyanya banyak sekali akan tetapi sulit menyusun
secara sistematis, ada yang membagi-bagikannya, ada yang membagi atas 8 bagian yang
mengenai Logika, Filsafat alam, psikologis, biologi, metafisika, etika, politik dan ekonomi,
dan akhirnya retorika dan poetika.
Cara menyimpulkan ini disebut syllogisme (uraian penutup), suatu syllogisme terdiri dari tiga
bagian yaitu suatu dalil umum, yang disebut mayor (manusia adalah fana), suatu dalil
khusus, yang disebut minor (Gayus adalah manusia) dan kesimpulannya (Gayus adalah fana),
syllogisme mewujudkan puncak logika Aristoteles.
Para filsuf Elea (Parmenides, Zero) berpendapat bahwa gerak dan perubahan adalah
hayalan. Dimana Aristoteles menentang dimana “Yang Ada” secara terwujud “yang ada”
secara mutlak atau menjadi “ yang ada” secar terwujud, jikalau melalui sesuatu. Seperti
dengan Plato, Aristoteles mengajarkan dua macam pengenalan yaitu pengenalan inderawi
dan pengenalan rasional. Dan menurut Aristoteles, pengenalan inderawi memberikan
pengetahuan tentang bentuk benda tanpa materinya. Sedangkan pengenalan rasional
adalah pengenalan yang ada pada manusia tidak terbatas aktivitasnya, yang dapat
mengetahui hakekat sesuatu, jenis sesuatu yang bersifat umum.
3. Filsafat Helenisme dan Romawi
Helenisme berasal dari bahasa yunani yaitu Hellenizein adalah roh dan kebudayaan yunani,
yang sepanjang roh dan kebudayaan itu memberikan cirri-cirinya kepada para bangsa yang
bukan yunani disekitar laut tengah, mengadakan perubahan dibidang kesusasteraan, agama
dan keadaan bangsa-bangsa itu.
Pada zaman ini ini ada perpindahan filsafat yaitu dari filsafat yang teoritis menjadi filsafat
yang praktis, yang makin lama menjadi suatu seni. Dimana orang bijak adalah orang yang
mengatur hidupnya menurut akal dan rasionya. Yang termasuk aliran yang bersifat etis
adalah aliran Epikuros dan Stoa, sedangkan yang lainnya diwarnai oleh agama diantaranya
Filsafat Neopythagoris, filsafat Plattonis Tengah, filsafat Yahudi dan Neoplatonisme.
Epikuros (341-271SM) dilahirkan di Samos mendapat pendidikan di Athena, dan filsafat yang
mempengaruhi pikirannya adalah Demokritos, 2. Stoa didirikan oleh Zeno dari Citium
disiprus (336-264SM) dan Zeno mengajarkan ajarannya di gang diantara tiang-tiang (Stoa
poikila) sebutan Stoa diturunkan daripada Stoa Poikila, 3. Skeptisisme dimana aliran yang
menonjol adalah aliran Pyrrho dari Elis ( 360-270SM) yang berpangkal kepada
realitivisme. Pengamatan memberikan pengetahuan yang sifatnya realtif, dimana manusi
sering keliru melihat dan mendengar, seandainya pengalaman manusi benar, kebenaran itu
hanya berlaku bagi hal-hal yang lahiriah saja, bukan bagi hakekatnya, 4.Filsafat Platonis
Tengah adalah factor agama mengambil tempat yang penting sekali (kira-kira 117 M) dan
Noumenios (akhir abad ke 2 M). Ajarannya adalah Yang ilahi berada jauh lebih tinggi
daripada yang bendawi.Hakekatnya tidak dapat dikenal, namanya tidak dapat diucapkan,
sifat-sifatnya, tidak dapat dimengerti. Diantara yang ilahi dan dunia ini terdsapat tokoh-
tokoh setengah dewa, para demon, yang mempengaruhi jalannya segala sesuatu didunia ini,
5. Filsafat Yahudi yaitu diantara bangsa yahuni yang tersebar diluar tanah Palestina yaitu asia
kecil, yunani, mesir dan disekitar laut tengah. Dimesir pusat pemukiman Yahudi dikota
Aleksandra (kira abad ke 2 SM) orang yahudi dimesir ada 3 kelompok yaitu : a. Mereka yang
setia pada ajaran nenek moyang dengan mengharapkan Mesias,b. mereka yang jatuh
kepada aliran ortodoks seperti yang dipeluk oleh kaum Parisi dan 3. mereka yang mencoba
mencampur agama yahudi dengan filsafat Helenis.Membicarakan Philo dilahirkan di
Alexsandra dari keluarga imam adalah menyesuaikan agama yahudi dengan Helenisme.
Agama yahudi diseintesekan dengan filsafat yunani, menurutnya kitab perjanjian lama (kitab
agama yahudi bahkan juga terjemahan didalam bahasa yunani (y.i.Kitab Septuaginta)
diwahyukan oleh Allah dengan para nabi sebagai alat-alatnya, 6. Neoplatonisme pada akhir
dunia kuna kira-kira 5 abad sesudah Aristoteles, system ini dibentuk pada abad kedua
masehi dan bertahan sampai pada abad ke 6 M.. Dapat dipandang sebagai usaha terakhir
roh Yunani untuk menentang agama Kristen yang sedang tumbuh. Yang ingin menghidupkan
ajaran Plato demi keselamatan dunia, dengan memperkaya segala yang terbaik dari
segala sistim yang kemudian, disesuaikan dengan kebutuhan zaman, dimana unsur-unsur
yang dimasukan adalah ajaran plato, Aristoteles, Stoa dan Philo. Pendiri Neoplatonisme
adalah Ammonius Sakkas dari Aleksandra(175-242), akan tetapi ajaran ini tidak diketahui
karena tidak meninggalkan tulisan apapun. Sedangkan penciptanya adalah Plotinos murid
Ammorius.
4. Filsafat Patristik
Berasal dari kata latin yaitu Pater = bapa yang dimaksud adalah para bapa gereja).Zaman
meliputi zaman para rasul (abad pertama) mengambil sikap yang bermacam-macam. Ada
yang menolak filsafat yunani, karena dipandang sebagai hasil pemikiran manusia semata-
mata, akan tetapi ada juga yang menerima filsafat yunani, karena perkembangan pemikiran
yunani itu dipandang sebagai persiapan bagi injil. (keduanya tetap menggema di zaman
pertengahan).
Patristik Barat.
Terdapat dua macam sikap terhadap filsafat yaitu aliran yang menolak filsafat dan yang
menerimanya.
- Tertullianus (160-222), adalah menghasilkan karya yang ortodok Nampak dia menolak
filsafat. Bagi orang Kristen wahyu sudah cukup, tiada hubungannya antara telogia dengan
filsafat, antara Yerusalem dengan Athena, antara gerja dengan akademi, antara Kristen
dengan bidat.
- Dionisios dari Areopagos, artinya Dionisios adalah bertobat karena pemberitaan rasul
Paulus di Areopagos (kisah rasul 17:34), karyanya disebut Pseudo Dioysios Areopagita (abad
ke 6 ada 4 buku dan 10 surat yang dikaitkan dengan nama tersebut). Yang menguraikan
teologi kristiani, yang mengenal Neoplatonisme dan menurutnya Allah adalah asal segala
yang ada, yang keadaannya transenden secara mutlak, sehingga tidak mungkin memikirkan
tentang Dia dengan cara yang benar, dan memberikan kepadaNya nama yang tepat.
Filsafat pada abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan
pemikiran dunia kuna, yaitu filsafat yang menggambarkan suatu zaman yang baru sekali
ditengah-tengah suatu rumpun bangsa baru, bangsa eropa barat(disebut filsafat Skolastik).
1. Awal Skolastik : Johanes Scotus Eriugena (810-870) dari irlandia adalah seorang yang ajaib
yang menguasai bahasa yunani dengan amat baik pada zaman itu dan menyusun suatu
sistim filsafat yang teratur serta mendalam pada zaman ketika orang masih berfikir hany
dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain, masih dikenal pula tokoh-tokoh lain
yaitu Augustinus dan Dionisios dan Areopagos. Pangkal pemikiran metafisis adalah, makin
umum sifat sesuatu, makin nytalah sesuatu itu, yang paling bersifat umum itulah yang paling
nyata.Oleh karena itu zat yang sifatnya paling umum tentu memiliki realitas yang paling
tinggi. Zat yang demikian adalah alam semesta, alam adalah keseluruhan realita dan oleh
karena hakekat alam adalah satu,esa. Alam yang esa.Pada abad ke 12, dimana persoalan-
persoalan yang timbul pada abad ke 11 tetap diteruskan pada abad ke 12 yaitu suatu usaha
untuk mendapatkan suatu arah yang tetap, dengan dimungkinkan adanya suatu
penelitian yang lebih mendalam tentang universalia dan akal. Anselmus dari Canterbury
memberikan jawaban, yang ternyata telah memberi arah kepada pemikiran filsafat selama
dari 150 tahun. Sedangkan pada persoalan kedua yaitu Universalia Abaelardus memberikan
jawaban yang dalam pokoknya diambil alih oleh semua tokoh Skolastik.
Zaman Kejayaan Skolastik. (abad ke 12).Dalam abad ini ilmu pengetahuan berkembang,
hingga timbul harapan-harapan baru bagi masa depan yang cerah. Metode yang dipakai
Abaelardus ternyata membuka perspektif yang tidak terduga bagi filsafat dan ilmu teologia
dan membangkitkan studi dalam ilmu kemanusia dan ilmu alam.
D. Macam-Macam Aliran Filsafat.
Aliran filsafat Ini terlihat dengan jelas dari beberapa zaman para ahli filsafat ini yaitu seperti :
1. Aliran filsafat Kuna yang terdiri dari beberapa maszab seperti 1. Filsafat Pra Sokrates, 2.
Filsafat Sokrates, Plato dan Aristoteles aliran ini dibagai lagi menjadi a.Kaum Sofis dan
Sokrates, b.Plato dan c. Aristoteles, 3. Filsafat Helenisme dan Romawi dan 4. Filsafat Patristik
yaitu : a. Patristik Timur dan b. Patristik Barat.
2. Aliran Filsafat Abad Pertengahan yang terdiri dari a. Aliran Awal Skolastik, b. Aliran Zaman
Kejayaan Skolastik dan c. Akhir Skolastik.
1. Nilai ekonomis (ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli).
3. Nilai hiburan ( nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbang pada
pengayaan kehidupan).
5. Nilai watak ( keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan).
6. Nilai estetis ( nilai keindahan dalam alam dan dan karya seni).
Sedangkan menurut notonagoro nilai tersebut dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Nilai material, yaitu segala
sesuatu yang yang berguna bagi unsur jasmani manusia, 2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas dan 3.Nilai kerohanian, yaitu
segala seuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Menurut dasar kaedah nilai-nilai pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. 1. Rumusan dari sila-sila pancasila itu sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak,karena pada hakikatnya
pancasila adalah nilai.
2. 2. Inti nilai pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang.
3. 3. Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD’45, menurut ilmu hukum memenuhi
syarat sebagi pokok kaidah negara yang fundamental, sehingga merupakan suatu sumber
hukum positif di Indonesia.
4. Pandangan berdasarkan Darmoduharjo nilai pancasila yang bersifat subjektif adalah 1. Nilai-
nilai pancasila timbul dari bangsa indonesia sendiri, sehingga bangsa indonesia sebagai
kuasa materialis, 2. Nilai pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia dan 3.Nilai pancasila
merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia.
Dimana bentuk dan susunan pancasila tersebut adalah 1. Pancasila sebagai suatu sistem nilai yang
mempunyai ciri-ciri yaitu merupakan sebagai kesatuan yang utuh dari setiap unsur pembentuk
pancasila merupakan unsur mutlak yang membentuk kesatuan, bukan unsur komplementer dan
sebagai satu kesatuan yang mutlak, tidak dapat ditambah atau dikurangi, dan 2. Susunan pancasila
adlah susunan sila-sila pancasila merupakan kesatuan yang organis, satu sama lain membentuk
suatu sistem yang disebut dengan istilah majemuk tunggal. Majemuk tunggal artinya pancasila
terdiri dari 5 sila tetapi merupakan satu kesatuan yang berdiri sendiri secara utuh.
Pada hakikatnya semua agama dianggap sama hanya cara beribahnya berbeda satu dengan yang
lain. Dengan adanya pancasila sebagai falsafah hidup diharapkan tidak ada batasan pergaulan antar
agama. Saling menghormati dan menghargai satu sama lain, sehingga persatuan dan kesatuan tetap
terjaga.
Begitu pula Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu dan teknologi, Pancasila mengandung
hal-hal yang penting dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Dari sila 1 hingga 5 merupakan tolak
ukur bagaimana manusia mengembangkan ilmu dan teknologi tersebut.
Semua perkembangan budaya dan peradaban modern termasuk pemikiran ipteks juga bukan
berawal dari Barat; sebab peradaban Timur Tengah telah berkembang melalui berbagai bidang
keilmuan, sampai pendidikan tinggi (universitas) dirintis 750 – 1300 M. Budaya ipteks mulai
berkembang di Barat sekitar abad XVI ditandai dengan Renaissance dan Aufklarung. Namun, abad
XXI keunggulan kepeloporan Barat memukau dunia ilmu pengetahuan, sehingga masyarakat
modern, mengenal Barat sebagai perintis dan pengembang ipteks, yang mulai berkembang abad
XVIII – sekarang.
1. Konsepsi Filsafat
2. Sejarah budaya dan ilmu pengetahuan mengakui bahw abidang filsafat dianggap sebagai
induk atau ratu ilmu pengetahuan, dan merupakan bidang pemikiran tertua dalam
peradaban (Avey 1961: 3 – 4).
3. Filsafat mencari dan menjangkau kebenaran fundamental dan hakiki untuk dijadikan filsafat
hidup sebagai kebenaran terbaik. Nilai filsafat yang bersumber dari Timur Tengah terpadu
dengan nilai ajaran agama, karena nilai intrinsik agama yang metafisis-supranatural sinergis
dengan nilai filsafat yang cenderung fundamental, komprehensif (kesemestaan), metafisis,
universal dan hakiki. Demikian pula nilai agama (Ketuhanan, keagamaan) berwatak
fundamental-universal, suprarasional dan supranatural. Identitas filosofis theisme religious
Timur Tengah dapat diakui sebagai sumur madu peradaban —dibandingkan filsafat Barat
sebagai sumur susu peradaban. Karenanya, manusia sehat, sebaiknya minum susu dengan
madu; demikian pula bangsa yang jaya seyogyanya menegakkan nilai theisme religious
sinergis dengan filsafat dan ipteks.
4. Filsafat Pancasila adalah bagian dari sistem filsafat Timur; karenanya ajarannya
memancarkan identitas dan martabat theisme-religious sebagai nilai keunggulannya.
Artinya, keunggulan sistem filsafat Pancasila terpancar dari asas theisme religious yang
menjadi tumpuan keyakinan (kerokhanian) dan moral kepribadian manusia. Tegasnya,
keunggulan (kepribadian) manusia, bukanlah penguasaan keunggulan ipteks; melainkan
keunggulan moralitas manusia.
5. Fungsi Filsafat, sebagai nilai kebenaran fundamental dan hakiki, ajaran filsafat oleh
penganutnya dijadikan pandangan hidup (filsafat hidup, Weltanschauung). Ajaran ini bagi
bangsa merdeka dan berdaulat umumnya dijadikan sebagai dasar negara (filsafat negara,
ideologi negara, ideologi nasional). Ajaran filsafat demikian ditegakkan sebagai sistem
kenegaraan; yang menjiwai, melandasi dan memandu kehidupan berbangsa, bernegara dan
berbudaya. Pusat kesetiaan dan kebanggaan nasional suatu bangsa, terutama kepada nilai
dasar negara dan ideologi negara; yang terjabar secara konstitusional di dalam UUD
negara.Dinamika dunia modern berpacu antar sistem filsafat (baca: sistem kenegaraan)
untuk merebut supremasi ideologi sebagai pembuktian kebenaran dan keunggulan sistem
filsafatnya.
6. Sifat filsafat
7. Aliran, tepatnya sistem filsafat menjelma dalam tatanan (sistem) budaya dan sistem
kenegaraan yang dominan adalah bersifat integralisme, existentialisme, phenomenology,
universalisme dan berpandangan Pancasila dengan dilandasi kepada Neo-Positivisme,
Hukum Positivisme, Sociological Jurisprudence, berdasarkan keanekaragaman
Agama, eksistensialisme, fenomenologi berdasarkan Pancasila.
9. Sepanjang sejarah dari Barat dan Timur telah berkembang berbagai aliran filsafat yang
mempengaruhi pemikiran dan sistem budaya sampai sistem kenegaraan, melalui sistem
ideologi dan sistem hukum yang ditegakkan bangsa negara modern. Aliran-aliran filsafat
makin berkembang sebagai sistem filsafat yang masing-masing menganggap ajarannya yang
terbaik. Karenanya, secara filosofis terjadi kompetisi untuk membuktikan validitas dan
keunggulan ajarannya. Dalam dinamika dunia dan budaya modern, sampai era
postmodernisme kompetisi demikian makin meningkat sebagai perebutan supremasi
(keunggulan) demi citra dan cita masing-masing penganutnya. Dunia modern mengenal
sistem filsafat dimaksud sebagai ajaran dan sistem ideologi: theokratisme, zionisme,
kapitalisme-liberalisme, sekularisme; marxisme-komunisme-atheisme, sosialisme,
fundamentalisme dan filsafat Pancasila. Berbagai negara modern tegak dan berkembang
berdasarkan ajaran berbagai sistem filsafat dan atau sistem ideologi dimaksud.
Kesimpulan :
1. Pengertian Filsafat adalah berasal dari kata Yunani yaitu Filosofia berasal dari kata kerja
Filosofein artinya mencintai kebijaksanaan, akan tetapi belum menampakkan hakekat yang
sebenarnya adalah himbauan kepada kebijaksanaan. Dengan demikian seorang filsuf adalah orang
yang sedang mencari kebijaksanaan, sedangkan pengertian “ orang bijak” (di Timur) seperti di India,
cina kuno adalah orang bijak, yang telah tahu arti tahu yang sedalam-dalamnya(ajaran kebatinan),
orang bijak/filsuf adalah orang yang sedang berusaha mendapatkan kebijaksanaan atau kebenaran,
yang mana kebenaran tersebut tidak mungkin ditemukan oleh satu orang saja. Dengan demikian
difinisi filsafat yaitu “Usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan
hidup yang memuaskan hati” ( difinisi ini sepanjang abad).
2. Yang melatar belakangi filsafat kuna adalah rasa keingin tahuan dari manusia dan rasa keingin
tahuan manusia dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak/ susah untuk mencari jawabannya. Akan
tetapi akal manusia tidak puas dengan keterangan dongeng atau mite-mite dan mulai manusia
mencari-cari dengan akalnya dari mana asal alam semesta yang menakjubkan itu. Para pemikir
filsafat yang pertama hidup dimiletos kira-kira pada abad ke 6 SM, dimana pada abad tersebut
tentang pemikiran mereka disimpulkan dari potongan-potongan, yang diberitakan kepada manusia
dikemudian hari atau zaman. Dan dapat dikatakan bahwa mereka adalah filsafat alam artinya para
ahli fikir yang menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli
filsafat tersebut (objek pemikirannya adalah alam semesta). Tokoh pertamanya yang melakukan
penyelidikan adalah Thales (+ 625 -545 SM) dikuti dengan tokoh kedua yaitu Anaximandros ( + 610-
540 SM) dan ada juga tokoh lain yang bernama Pythagoras (+ 580 – 500SM), Xenophanesa (+ 570-
430SM), Herakleitosa (+ 540-475SM), Parmenidesa (+540-475SM), Zeno (490 SM), Empedoklis (492-
432 SM), Empedokles (492-432 SM), Anaxagoras (499-420 SM) dan yang terakhir adalah Leukippos
dan Demokritos, keduanya yang mengajarkan tentang atom. Akan tetapi yang paling dikenal adalah
Demokritos (+ 460-370 SM) sebagai Filsuf Atomik.
3. Terdapat macam-macam aliran filsafat yaitu 1. Aliran filsafat Kuna, 2. Aliran Filsafat, 3. Aliran
Filsafat Modern Dalam Pembentukannya dan 4. Aliran Filsafat Abad ke 19 dan abad ke 20.
Sedangkan terhadap sejarah kuna para ahli filsafat tersebut diatas adalah sebagai pintu pemikiran
tentang filsafat yang mengenai alam semesta yaitu pertama, Filsafat Pra Sokrates adalah filsafat
yang dilahirkan karena kemenangan akal atas dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama,
yang memberitahukan tentang asal muasal segala sesuatu, kedua, Filsafat Sokrates, Plato dan
Aristoteles, ketiga, Filsafat Helenisme dan Romawi dan keempat, Filsafat Patristik.
4. Sejarah Filsafat Abad Pertengahan, yaitu Pertama, filsafat yang menggambarkan suatu zaman
yang baru sekali ditengah-tengah suatu rumpun bangsa baru, bangsa eropa barat(disebut filsafat
Skolastik). Sebagian soklastik mengungkapkan bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan
diusahakan disekolah-sekolah dan ilmu terikat pada tuntutan pengajaran disekolah-sekolah.
Skolastik timbul di dibiara di Ballia Selatan tempat pengungsian ketika ada perpindahan bangsa-
bangsa. Pengaruh skolastik sampai ke Irlandia, Nederland dan Jerman dan kemudian timbul
disekolah kapittel yaitu sekolah yang dikaitkan dengan geraja, Pertama, awal skolastik adalah
Johanes Scotus Eriugena (810-870) dari irlandia adalah seorang yang ajaib yang menguasai bahasa
yunani dengan amat baik pada zaman itu dan menyusun suatu sistim filsafat yang teratur serta
mendalam pada zaman ketika orang masih berfikir hanya dengan mengumpulkan pendapat-
pendapat orang lain, masih dikenal pula tokoh-tokoh lain yaitu Augustinus dan Dionisios dan
Areopagos. Pangkal pemikiran metafisis adalah, makin umum sifat sesuatu, makin nytalah sesuatu
itu, yang paling bersifat umum itulah yang paling nyata.Oleh karena itu zat yang sifatnya paling
umum tentu memiliki realitas yang paling tinggi. Zat yang demikian adalah alam semesta, alam
adalah keseluruhan realita dan oleh karena hakekat alam adalah satu,esa. Alam yang esa dan kedua,
zaman kejayaan sklolastik (abad ke 12).
5. Filsafat hukum Indonesia dan teori hukum Indonesia yang hendak dibentuk dan digagas serta
dikembangkan hingga ilmu hukum Indonesia secara sistematis tentunya didasarkan pada nilai
pandangan filsafat pancasaila yang memiliki aspek ontologi monodualisme atau mono plularisme.
Bahwa hakikat dari kenyataan yang ada sumber aslinya berupa baik materi atau rohani yang masing-
masing bersifat bebas dan mandiri serta bahkan segala macam bentuk merupakan kenyataan. Oleh
karena itulah pandangan filsafat Pancasila yang menjadi dasar dari filsafat hukum Indonesia, teori
hukum Indonesia. Demikian pula dengan aspek epistemologi dari bangunan ilmu hukum Indonesia
yang hendak digagas, dibangun dan dikembangkan tersebut, maka sebagai konsekuensi asas
keseimbangan dari nilai pandangan filsafat Pancasila tentunya sumber pengetahuan dari bangunan
ilmu hukum Indnesia tersebut akan mengakui baik idealisme atau rasionalisme yang menekankan
pada peranan akal juga akan mengakui realisme atau empirisme yang menekankan pada peranan
indra atau pengalaman empirik, serta mengakui pula peranan wahyu sebagai sumber pengetahuan
yang tidak kalah pentingnya. Terhadap aspek aksiologi dari bangunan ilmu hukum Indonesia, maka
tidak bebas nilai terutama jika dikaitkan dengan implementasi ilmu hukum tersebut dimasyarakat
dan sebagai proses seperti ditunjukkan dalam studi kasus euthanasia, nampak bahwa ilmu
pengetahuan pada umumnya dan ilmu pengetahuan hukum pada khususnya, sarat dengan balutan
nilai-nilai moral atau etika, terutama nilai pandangan Pancasila tentang moral (perilaku yang baik
dan yang buruk) juga nilai-nilai keagamaan yang bersifat sakral dalam implementasinya pandangan
nilai keseimbangan dari filsafat Pancasila tersebut saat ini telah mengalami distorsi karena
perkembangan masyarakat Indonesia sendiri yang telah mengalami trasformasi sosial budaya, yaitu
yang dulunya sebagai masyarakat agraris yang bersifat paguyuban (gemeinschaft) menuju ke arah
masyarakat industri yang bersifat patembayan (gesselschaft), serta adanya pengaruh dari globalisasi
dunia yang sulit untuk ditolak, sehingga nilai-nilai spiritualisme telah tergerus oleh nilai-nilai
materialisme.
6. Bahwa sesungguhnya UUD Negara adalah jabaran dari filsafat negara Pancasila sebagai ideologi
nasional (Weltanschauung); asas kerokhanian negara dan jatidiri bangsa. Karenanya menjadi asas
normatif-filosofis-ideologis-konstitusional bangsa; menjiwai dan melandasi cita budaya dan moral
politik nasional, sebagai terjabar dalam asas normatif-filosofis-ideologis-konstitusional : kedua,
Negara kesatuan, negara bangsa (nation state, wawasan nasional dan wawasan nusantara: sila III),
ditegakkan sebagai NKRI, kedua, Negara berkedaulatan rakyat (negara demokrasi: asas normati sila
IV), ketiga, Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang
adil dan beradab (sila I-II) sebagai asas moral kebangsaan dan kenegaraan RI; ditegakkan sebagai
budaya dan moral (manusia warga negara) politik Indonesia, keempat, Negara berdasarkan atas
hukum (Rechtsstaat): asas supremasi hukum demi keadilan dan keadilan sosial: oleh semua untuk
semua (sila I-II-IV-V); sebagai negara hukum Pancasila dan kelima, Negara berdasarkan asas
kekeluargaan (paham persatuan: negara melindungi seluruh tumpah darah Indonesia, dan seluruh
rakyat Indonesia, negara mengatasi paham golongan dan paham perseorangan: sila III-IV-V) dijiwai
dan dilandasi sila I-II; dan ditegakkan dalam sistem ekonomi Pancasila, sebagai demokrasi ekonomi
dan pemberdayaan rakyat sebagai SDM subyek penegak integritas NKRI. Asas-asas fundamental ini
ditegakkan secara normatif-fungsional dalam N-sistem nasional (sejumlah sistem nasional).
Sesungguhnya pendidikan nasional in casu pendidikan nilai dasar Pancasila adalah asas dan inti
nation and character building sinergis dengan System bildung (pembangunan dan pengembangan
sistem, yakni sistem nasional); terutama: sistem nasional dalam politik dengan asas kedaulatan
rakyat atau demokrasi (demokrasi berdasarkan Pancasila); sistem nasional dalam ekonomi (sistem
ekonomi Pancasila); dan sistem nasional dalam hukum (sistem hukum Pancasila)….. dan sebagainya.
7. Ajaran Filsafat Hukum Alam, Ajaran filsafat hukum alam, lebih terkenal sebagai: Natural Law
Theory (Teori Hukum Alam), yang mengajarkan bahwa HAM adalah anugerah alam, untuk manusia
sebagai individu yang berwujud life, liberty, and property (= hidup, kemerdekaan dan hak
milik). Ajaran ini melahirkan pemujaan atas kedudukan manusia sebagai individu, karenanya:
individualisme yang berkembang dalam asas demokrasi (demokrasi liberal) dan kemudian menjadi
karakter budaya negara Barat umumnya. Ideologi ini bersumber dari ajaran filsafat hukum alam,
atau dikenal dengan nama Natural Law Theory. Ajaran kapitalisme-liberalisme dikembangkan oleh
tokoh pemikirnya, Adam Smith (1723 – 1790), tokoh amat berpengaruh dalam politik ekonomi Barat,
yang semula lebih terkenal sebagai ahli filsafat moral, sebagai terbukti dari karyanya: The Theory of
Moral Sintements (1759) yang sinergis dengan psikologi moral.Kekayaan nasional berkembang atau
menyusut; sebagai proses alamiah yang ditentukan oleh potensi dan kebutuhan warga bangsanya.
Bila bangsa itu berkembang dan mampu mengembangkan sumber daya alam dengan menguasai
komuditas ekonomi, bangsa itu akan berjaya. Karyanya ini menjadi “landasan dan kitab suci” kaum
penganut kapitalisme-liberalisme. Pemikiran Smith sangat berpengaruh dalam budaya dan
peradaban sosial politik dunia Barat.
8. Ajaran kapitalisme-liberalisme menjadi budaya dan peradaban Barat; bahkan sebagai sistem
nilai dan budaya politik Eropa dan Amerika modern. Artinya, kapitalisme-liberalisme menjadi
identitas ideologi negara-negara Barat. Dapat juga diartikan bahwa paham individualisme dan
liberalisme sebagai ajaran HAM berdasarkan teori hukum alam dikembangkan dengan kapitalisme-
liberalisme dalam politik dan ekonomi. Makin berkembang dengan asas moral sekularisme,
pragmatisme dan behaviorisme; karenanya budaya politik mereka bersifat individualisme-
kapitalisme ( materialisme) dengan memuja kebebasan ( liberalisme) melalui tatanan demokrasi.
Identitas atau watak individualisme-materialisme berdasarkan liberalisme melahirkan budaya free
fights liberalism, yang berpuncak dengan penguasaan kekayaan alam (dan manusia), yang dikenal
sebagai kolonialisme-imperialisme.
9. Ajaran HAM Berdasarkan Filsafat Pancasila, sistem filsafat Pancasila diakui sebagai bagian dari
ajaran sistem filsafat Timur, yang secara kodrati memiliki integritas dan identitas sebagai sistem
filsafat theisme-religious; dan monotheisme-religious. Karenanya, identitas martabatnya yang
demikian secara intrinsik dan fungsional memancarkan integritas ajaran yang mengakui potensi
martabat kepribadian manusia, sebagai terpancar dalam integritas jasmani-rokhani. Integritas dan
martabat manusia yang luhur memancarkan potensi unggul dan mulia, sebagai makhluk mulia
ciptaan Allah Yang Maha Kuasa). Kemuliaan martabat manusia ialah kesadaran kewajiban asasi
untuk menunaikan amanat Ketuhanan dalam peradaban.
10. Filsafat Pancasila mengajarkan asas-asas fundamental Ketuhanan dan kemanusiaan sebagai inti
ajaran moral; yang dapat dianalisis secara normatif memberikan kedudukan yang tinggi dan mulia
atas kedudukan dan martabat manusia (sila I dan II). Karenanya ajaran HAM berdasarkan Pancasila
memancarkan asas normatif theisme-religious: 1.bahwa HAM adalah karunia dan anugerah Maha
Pencipta (sila I dan II); sekaligus amanat untuk dinikmati dan disyukuri oleh umat manusia, 2.bahwa
menegakkan HAM senantiasa berdasarkan asas keseimbangan dengan kewajiban asasi manusia
(KAM). Artinya, HAM akan tegak hanya berkat (umat) manusia menunaikan KAM sebagai amanat
Maha Pencipta dan 3.kewajiban asasi manusia (KAM) berdasarkan filsafat Pancasila, ialah:
a. manusia wajib mengakui sumber (HAM: life, liberty, property) adalah Tuhan Maha Pencipta (sila
I), b.manusia wajib mengakui dan menerima kedaulatan Maha Pencipta atas semesta, termasuk
atas nasib dan takdir manusia; dan c. manusia wajib berterima kasih dan berkhidmat kepada Maha
Pencipta, atas anugerah dan amanat yang dipercayakan kepada (kepribadian) manusia.
11. Tegaknya ajaran HAM ditentukan oleh tegaknya asas keseimbangan HAM dan KAM; sekaligus
sebagai integritas martabat moral manusia. Sebagai manusia percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa,
kita juga bersyukur atas potensi jasmani-rokhani, dan martabat unggul, agung dan mulia manusia
berkat anugerah kerokhaniannya, sebagai terpancar dari akal-budinuraninya sebagai subyek budaya
(termasuk subyek hukum) dan subyek moral.
11. Sistem filsafat, maka wawasan manusia (termasuk wawasan nasional) atas martabat manusia,
menetapkan bagaimana sistem kenegaraan ditegakkan; sebagaimana bangsa Indonesia menetapkan
NKRI sebagai negara berkedaulatan rakyat dan negara hukum. Kedua asas fundamental ini
memancarkan identitas dan keunggulan sistem kenegaraan RI berdasarkan Pancasila –UUD 45.
Ajaran luhur filsafat Pancasila memancarkan identitas theisme-religious sebagai keunggulan sistem
filsafat Pancasila dan filsafat Timur umumnya, karena sesuai dengan potensi martabat dan integritas
kepribadian manusia.
12. Pokok-Pokok Ajaran Filsafat Pancasila, memahami, membandingkan dan menghayati
kandungan nilai filsafat Pancasila, kita bersyukur mewarisi nilai dan ajaran filsafat Pancasila sebagai
bagian dari sistem filsafat Timur. Karenanya, identitas dan integritas Pancasila sebagai sistem filsafat
memancarkan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religius. Identitas dan
integritas demikian memancarkan keunggulan dibandingkan berbagai sistem filsafat lainnya, yang
beridentitas: polytheisme, monotheisme, sekularisme, pantheisme sampai atheisme dalam berbagai
aliran seperti: theokratisme, zionisme, kapitalisme-liberalisme; marxisme-komunisme-atheisme,
sosialisme; fundamentalisme dan Pancasila.
13. Integritas fundamental ajaran filsafat Pancasila secara ringkas adalah makna dan nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa, yang kita yakini sebagai Maha Pencipta, Maha Kuasa, Maha Berdaulat,
Maha Pengatur dan Maha Pengayom semesta. Dalam kedaulatan Maha Pencipta, kesemestaan
berkembang dalam harmoni dan kesejahteraan berkat pengayoman abadi Yang Maha Berdaulat
melalui ikatan fungsional-integral-universal (imperatif, mutlak) dalam tatanan hukum.
14. Secara filosofis-ideologis dan konstitusional essensi ajaran filsafat moral Pancasila,
berpedoman kepada UUD 45 seutuhnya, terutama Pembukaan dan pasal 29. Lukisan dalam
klarifikasi skematis di atas, sebagai kandungan fundamental sistem filsafat Pancasila memancarkan
integritas-identitas martabatnya sebagai sistem filsafat theisme-religious (monotheisme-religious)
yang unggul dan luhur karena sesuai dengan kodrat martabat kepribadian manusia.
Daftar Pustaka
Aroma Elmina Martha., Pengkajian Hak Untuk Mati padaMasyarakat Indonesia, Maka pada seminar
regional mahasiswa hukum se DIY dan Jateng di Unika Atmajaya Yogyakarta pada 24-25 April 1989
A.B. Shah., Metodologi Ilmu Pengetahuan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1986.
A.Wahab Khallaf., Ushul al Fiqh (Edisi Bahasa Indonesia oleh Tolchah Mansoer dan Nur Iskandar),
1980, Yogyakarta.
Agus Rahmat., Titik Sentuh antara Etika dan Ekonomi, Pro Justitia No.2 Tahun X, April 1992,
Bandung.
Al-Ahwani, Ahmad Fuad 1995: Filsafat Islam, (cetakan 7), Jakarta, Pustaka Firdaus (terjemahan
Pustaka Firdaus).
A.Muktie Fadjar., Aspek-Aspek Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis Kefilsafatan Ilmu (Hand Out
Mata Kuliah Filsafat Ilmu PDIH Unibraw ), Malang, 2007.
Ary Ginanjar Agustian, 2003: Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ,
Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (edisi XIII), Jakarta, Penerbit Arga Wijaya Persada.
———-2003: ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al Ihsan, (Jilid II), Jakarta, Penerbit
ArgaWijaya Persada.
Avey, Albert E. 1961: Handbook in the History of Philosophy, New York, Barnas & Noble, Inc.
———– Bertens.Dr.K. Sejarah Filsafat Yunani, Yogyakarta, 1975.
———– Bertens. Dr.K Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta , 1976.
———– Beerling,Dr.R.F.Filsafat dewasa ini, Jilid I, II, Jakarta, 1958.
Bochenski, J.M.Contemporary European Philosophy, translated bay D. Nichol and K. Aschenbrenner,
London and Berkeley, 1956.
Center for Civic Education (CCE) 1994: Civitas National Standards For Civics and Government,
Calabasas, California, U.S Departement of Education.
———– Collins,J.A .History of Modern Eurapean Philosophy, Milwaukee, 1954.
———– Copleston,F.A. Historys of Philosophy, London.
Vol. I. Greece and Rome 1946.
Vol II. Mediaevl Phalosophy, Augustine to Scotus, 1950.
Vol III . Ockham to Snarez, 1953.
Vol IV. Descartes to Leibniz, 1958.
Vol V . Hobbes to home, 1959.
Vol VI. The French Englightenment to Kent, 1960.
Vol VII. Fichte to Nietzsche, 1963.
Vol VIII. Britis Empirism and the Idealist Movement in Great Britain and Idealisme in Amirica, The
Pragmatist movement, The Revolt against Idealisme, 1967.
Charles L. Krammer., Ethics and Liberation, Orbit Books, New York, 1988.
———–Dewabrata., Makna Kode Etik, Kompas 13 Mei 1989, Jakarta
Darmodiharjo, Darji. 1996. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Endang Saifuddin Anshari., Ilmu, Filsafat dan Agama, Bina Ilmu,1987, Surabaya.
Fukuyama, F. 1989. The End of History, dalam National Interest. No. 16 (1989).
Fred Ameln., Euthanasia Ditinjau dari Segi Yuridis, seminar BPHN November 1984 di Jakarta.
Friedman, W.”Teori Dan Filsafat Hukum (Judul Asli : “LegalTheory”).Penerjemah Muhammad Arifin,
Jakarta : CV.Rajawali. 1990.
Fadjar, ”beraneka ragam itu semua berasal dari materi atau benda yaitu sesuatu yang berbentuk dan
menempati ruang serta kedudukan nilai benda/badan/materi adalah lebih tinggi daripada
roh/sukma/jiwa/spirit”, 2007: 1-2.
———– Fuller, B.A.G (Ph.D) History of Greek Philosophy, New York, 1923.
———– Gilson Etiene, History of Christian Philosophy in the Middie Ages, New York, 1954.
Hara Pan, Jakarta, 1990. J.E. Sahetapy., Euthanasia Suatu Kajian terhadap Legalitik Positivistik,
Makalah seminar Regional mahasiswa hukum se DIY dan Jateng di Unika Atmajaya Yogyakarta 24-25
April 1989.
Harold H. Titus. Living Issues in Philosophya, New York : Amirika Book Company, Thirdd Edition 1959.
John Z Loudoe., Menemukan Hukum Melalui Tafsir dan Fakta, PT Bina Aksara, Jakarta, 1985.
Jujun S Suriasumantri., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar
Kartohadiprodjo, Soediman, 1983: Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, cetakan ke-4, Bandung,
Penerbit Alumni.
Kelsen, Hans 1973: General Theory of Law and State, New York, Russell & Russell.
L.R. Pudjawiyatna., Etika, Filsafat Tingkah Laku, Bina Aksara, Jakarta 1984.
Loewith,K.From hegel to Nietzsche, The revolution in Nineteenth Century, New York, 1967.
Moch. Fatich, penulis adalah dosen Fakultas Hukum Unisma dan sedang menyelesaikan program
Doktor Ilmu Hukum di PPS Unibraw
Mohammad Noor Syam, ” Pembudayaan Nilai Pancasila Sebagai Sistim Filsafat Dan Idiologi
Nasional”Laboratorium Pancasila,Universitas Negeri Malang (UM), Malang, 30 November 2007
Masruri dan Rosidy dalam Fadjar, ”Epistemologi adalah yang terkait dengan cara ilmu memperoleh
dan menyusun tubuh pengetahuan”, 2007: 4.
McCoubrey & Nigel D White 1996: Textbook on Jurisprudence (second edition), Glasgow, Bell & Bain
Ltd.
Mohammad Noor Syam 2007: Penjabaran Fislafat Pancasila dalam Filsafat Hukum (sebagai Landasan
Pembinaan Sistem Hukum Nasional), disertasi edisi III, Malang, Laboratorium Pancasila.
Murphy, Jeffrie G & Jules L. Coleman 1990: Philosophy of Law An Introduction to Jurisprudence, San
Francisco, Westview Press.
Nawiasky, Hans 1948: Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe, Zurich/Koln
Verlagsanstalt Benziger & Co. AC.
Notonagoro, 1984: Pancasila Dasar Filsafat Negara, Jakarta, PT Bina Aksara, cetakan ke-6.
Notonagoro. 1971. Pengertian Dasar bagi Implernentasi Pancasila unluk ABRI. Departemcn
Pertahanan dan Keamanan: Jakarta.
Paul Scholten., Mr.C.Assers, Hanleiding Tot De Beofening Van Het Nederlandsch Burgerlijk Recht :
Algemeen Deel (Edisi terjemahan Bahasa Indonesia oleh Siti Sumarti Hartono), Gadjah Mada
University Press, Jogyakarta, 1992.
Poespowardoyo, Soeryanto. 1989. Filsafat Pancasila. Gramedia: Jakarta. Pranarka, A.W.M. 1985.
Sejarah Pemikiran tantang Pancasila. CS1S: Jakarta.
Punadi Purbacaraka, Ridwan Halim.Filsafat Hukum Pidana.Jakarta :CV.Rajawali 1982.
Pound, roscoe.Pengantar Filsafat Hukum.Penerjemah : Muhammad Rajab. Jakarta : Bhratara, 1972.
Radhakrishnan, Sarpavalli, et. al 1953: History of Philosophy Eastern and Western, London, George
Allen and Unwind Ltd.
Roihan A Rasyid., Hukum Acara Peradilan Agama, Rajawali Pers, Jakarta, 1991.
Rasyid, ”yang meliputi peraturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia secara
komprehensif, melainkan sebatas hukum Islam yang menyangkut aspek keperdataan tertentu saja.
Itulah yang menjadi hukum yang hidup (living law) dan selebihnya seperti aturan-aturan yang
menyangkut aspek peribadatan dan lain sebagainya masih belum menjadi hukum yang hidup
dimasyarakat”, 1991 : 6. ———- Rudi T.Erwin. Tanya jawab Filsafat Hukum.Jakarta : Aksara Baru,
1982.
Suseno, Franz, Magnis. 1987. Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Modern. PT Gramedia:
Jakarta.
Satjipto Raharjo., Tinjauan Sosiologis terhadap Hak untuk Mati, Makalah Seminar Regional
Mahasiswa Hukum se DIY dan Jateng di Unika Atmajaya Yogyakarta 24-25 April 1989.——-., Ilmu
Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.
Siti Sumarti Hartono., Penemuan Hukum dari Montesque sampai Paul Scholten, Majalah Mimbar
Hukum FH UGM Jogyakarta No.8/I/1989 Hal. 13-21.
Sudikno Mertokusumo., Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1988. ——-
.,MengenalHukum Suatu Pengantar, Liberty, Jogyakarta,1999.
Suriasumantri, ”Hukum barat yang bercorak kapitalistik dan individualistik memiliki dasar ontologis
monisme yaitu materialisme,bahwa hakekat dari kenyataan yang ada, 1990: 93.
Sumardjono, ”siklus ilmu pengetahuan sebagaimana digambarkan oleh L. Wallace di dalam bukunya
The Logic of Science in Sociology”, 1989: 3.
Sumardjono, ”siklus ilmu pengetahuan sebagaimana digambarkan oleh L. Wallace di dalam bukunya
The Logic of Science in Sociology”, 1989: 3.
Saptariani, N. Potret Perspektif Keadilan Gender dalam Pengelolaan SDA di Indonesia. Jurnal
Perdikan.
Soejono Soekanto, Mengenai Sosiologi Hukum, Bandung, PT. Citra Bakti, 1989.
Teguh Pudjo Mulyono, “Anlisis Laporan Keuangan untuk Perbankan”, Penerbit Djambatan , Jakarta,
1999. UNO 1988: HUMAN RIGHTS, Universal Declaration of Human Rights, New York, UNO.
Titus Harold, Marilyn S., Smith, and Richard T. Nolan. 1984. Living Issues Philosophy, diterjemahkan
oleh Rasyidi. Pcnerbit bulan Bintang: Jakarta.
Teuku Jacob., Hak untuk Mati: Aspek Biomedis, Makalah Seminar Regional Maha Siswa Hukum se
DIY dan Jateng di Unika Atmajaya Yogyakarta 24-25 April 19889.
Umar Seno Adji., Euthanasia (Dalam Varia Peradilan No.14 Bulan November 1986), Jakarta.
UUD 1945, UUD 1945 Amandemen, Tap MPRS – MPR RI dan UU yang berlaku. (1966; 2001, 2003)
———- Wright,W.K, A history of modern European Philosophy, New York, 1941.
Wiliam Zelernyer. Internasional to Bussines Law The Macmillan Company, New York. London :
Collier-Macmillan Limited, 1964.
Wilk, Kurt (editor) 1950: The Legal Philosophies of Lask, Radbruch, and Dabin, New York, Harvard
College, University Press.
Zainuddi Ali, MA, Sosiologi Hukum. Penerbit : Yayasan Mayarakat Indonesia Baru. Palu, Hal. 2.
——— 2000: Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia (Wawasan Sosio-Kultural, Filosofis dan
Konstitusional), edisi II, Malang Laboratorium Pancasila.
1. Bekaitan dengan kebijakan dasar UU Pemilu yang baru, sebenarnya bukan sebagai kebijakan
Dasar yang murni untuk mewakili rakyat akan tetapi untuk suatu kepentingan tertentu, misalnya
pada Pemilu yang baru lalu, dimana kebijakan dasar tersebut murni malah membingungkan rakyat
apalagi yang buta huruf, sedangkan untuk yang orang perkotaan saja masih bingung apa maunya pra
elit politik dan mau dibawa kearah mana Negara yang sedang terseok-seok ibarat kapal tanpa
nakoda.
2. Kebijakan dasar kepailitan yang katanya untuk kepentingan terhadap keadaan jatuh pailit dan
tidak mampu membayar, akan tetapi pada kebijakan pemberlakukan undang-undang kepalitan
tersebut didalama prakteknya tetap diperhitungkan harta kekayaan bagi orang jatuh pailit, padahal
menurut undang-undang kepailitan, harta kekayaan tidak termasuk atau dalam hitungan yang
diperjanjikan antar kreditur dan debitur. Hanya apabila salah satu pihak didalam perjanjian tersebut
meninggal dunia, baru akan dibebaskan dari perjanjian pembayaran hutang.
3. Berkaitan dengan Kebijakan pemberlakuan dan juga terhadap penegakan hukum yag bersumber
kepada permasalahan tersebut adalah merupakan suatu pembentukan hukum. Pada dimensi
kebijakan pemberlakukan yang memang merupakan sebagai prodak kolonial adalah suatu ebijakan
pemberlakukan yang fudamental, yang mengakibatkan dari petinggi-petinggi yang hendak
menciptakan kebijakan dasar merasa tidak mampu (contoh KUHPerdata), karena ketidak mampuan
tesebut mengakibatkan prodak suatu kebijakan dasar (UU) selalu diusulkan untuk suatu kepentingan
instansi atau intitusi dari lembaga atau badan hukum yang diberi kewenangan oleh negara untuk
menjalankan kebijakan Pemberlakukan. Atas dasar masalah kebijakan pemberlakukan tersebut yang
seolah-olah dipaksakan olek kepentingan tertentu yang menjadikan kebijakan dasar dan kebijakan
pemberlakukan prodak yang didalamnya terdapat unsur kepentingan menjadi mandul dan tidak
mempunyai kepastian hukum.
4. Terhadap point menggantikan ketentuan yang telah usang yaitu mengenai kebijakan
pemberlakukan, pada dimensi suatu prodak prodak pemerintah yang sangat tidak efektif kebijakan
pemberlakuan, kita lihat contoh bencana situ gintung, banjir bandang dan luapan lumpur lapindo.
Kebijakan pemberlakukanya yaitu UU Lingkungan Hidup, UU Hak Asasi manusia, UU gangguan dan
lain-lain sebagainya, sampai sangat banyak kebijakan pemberlakukan tersebut mengakibatkan tidak
satupu dari masalah tersebut dapat diselesaian secara efektif demi kepentingan pihak korban yang
sehingga harga kepastian hukum hanya angan-angan. Mengapa demikian karena landasan hukum
untuk mencapai kepastian hukum masih menggunakan prodak kolonial belanda, yang mana
sebenarnya prodak hukum tersebut untuk kepentingan pihak kolonial.(seperti KUHP, KUHA Perdata),
yang mana didalam memperbaharui kebijakan pemberakuan tidak ada keberania untuk
membongkar secara murni atau total, dan terlihat didalam perubahan-prubahan serta pasal demi
pasalnya masih bersandar ada pasal-pasal yang tedapat didalam undang-undang atau ketentuan yag
akan tidak diberlakukan lagi/telah usang
5. Dalam kebijakan pemberlakukan UU Bidang Ekonomi adalah berkeinginan untuk memiliki
hukum modern, dengan bertujuan untuk menarik investor agar mau menanamkan modalnya di
Indonesia. Akan tetapi pada negara-negara kapitalis pada masalah tersebut pada umumnya secara
eksteral terhadap kebijakan pemberlakukan yang mereka punyai akan dipaksakan untuk mencair
pada iklim perekonomian yang berdasarkan Pancasila. Masalah yang demikianlah yang
mengakibatkan kebijakan pemberlakukan internal akan terpengaruh oleh kebijakan pemberlakukan
eksternal (negara kapitalis), memang benar kebijakan pemberlakukan eksternal tersebut adalah
untuk menarik para investor agar mau menanamkan modalnya di Indonesia. Akan tetapi atas dasar
kebijakan pemberlakukan eksternal itu akan berdampak pada pengusaha-pengusaha mikro, karena
kebijakan pemberlakukan pemeintah pada umumnya tidak memperhatikan usaha mikri tersebut dan
sebagai akibat dari kebijakan pemberlakukan internal yang merupakan prodak pemerintah malahan
menbawa kesengsaraan bagi usaha disektor riil atau mikro.
6. Kebijakan pemberlakuan mengenai persyaratan utang dan hibah, hal ini adalah upaya dari
pemerintah agar mendapatkan pinjaman hutang atau pemberian hibah, akan tetapi walaupun
kebijakan pemberlakuan yang telah dirubah dengan standar kebijakan pemberlakukan negara
pemberi hutang adalah dengan tujuan untuk meninjau utang atau menambah hutang dengan
ketentuan pembayaran agar dapat diperpanjang. Sebarnya kebijakan pemberlakuan pemerintah
tersebut adalah suatu prodak memaksakan kehendap, jika kita analisa dan kaji secara mendalam
yang sebenarnya hutang-hutang tersbut tidak akan terbayar, malahan semakin menumpuk. Negara
pemberi pinjaman adalah negara kapitalis yang mana kebijakan pemberlakukan merea adalah
mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, walaupun kebijakan pemberlakuan pemerintah terseut
telah dirubah menurut keinginan mereka tetap saja kemudahan-kemudahan ada pada negara yang
meminjamkan hutang, yang sebagai akibatnya dari kebijakan pemberlakuan tersebut adalah hanya
untuk menjaga kestabilan perekonomian semata, yang nyata-nyata ibarat gali lobang tutup lobang
sebagai akibat dari suatu kebijakan pemberlakuan yang semu.
7. Terhadap kebijakan pemberlakuan parktek monopoli adalah yang sebenarnya adalah suatu
kebijakan pemberlakuan yang semu, dimana kebijakan eksteral (negara Internasional) adalah
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya mengingat mereka mempunya
kemudahan-kemudahan didalam berinvestasi dengan dasar kebijakan pemberlakuan yang diberikan
pemerintah tersebut. Pada fakta yang sebenarnya dimana kebijakan pemberlakuan pemerintah
tersebut hanya sekian persen saja yang dapat diterima oleh pemeriktah (keuntunganny) sedangkan
kerugian yang sebenarnya adalah yang diderita oleh pengusaha-pengusaha domestik karena kalah
bersaing dengan negara investor tersebut. Kebijakan pemberlakuan yang demikianlah yang dianggap
tidak efektif dan terencana karena tujuan dan maksud dari kebijakan pemberlakuan untuk mendapat
keuntungan malahan tanpa disadari mengakibatkan kerugian pada sektor riil atau mikro.
8. Aspek melakukan harmonisasi hukum Indonesia, adalah dimana pada setiap kebijakan
pemberlakukan tidak dapat melepaskan diri dari kebijakan pemberlakukan kolonial belan yang
sudah berakar, akan tetapi perlu diketahui bahwa kebijakan pemberlakukan kolonial belanda sedikit
demi sedikit akan ditinggalkan oleh mereka, hanya negara kita saja yang tidak mempunyai
keberaniat terutama dibidang hukum acara, agraria dan masih banyak lagi. Akan tetapi kebijakan
pemberlakuan perlu menyelaraskan diri dengan kebijakan pemberlaukan negalain selain belanda,
karena kesarasan dan keharmonisan kepijakan pemberlakukan akan memudahkan melakukan
interaksi internsional yang terutama dibidang hukum. Semua kebijakan pemberlakuan tersebut juga
harus memperhatikan secara internal tentang kebutuhan-kebutuhan dan keharmonisan bagi warga
negaranya, jangan sampai akibat kepijakan pemberlakukan yag menyelaraskan dengan kebijakan
pemerlakukan internasional malah mempersulit warga negaranya sendiri