Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Program imunisasi adalah salah satu upaya pencegahan terjangkitnya penyakit tertentu yaitu
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Iminisasi (PD3I), antara lain Tuberkulosis, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Hepatits B, Polio dan Campak (Infodatin, 2018). Agar terlindungi dari penyakit tersebut,
seseorang harus mempunyai kekebalan tubuh dengan cara membentuk zat anti penyakit (antibodi)
dengan kadar tertentu yang disebut kadar protektif (kadar zat anti penyakit yang dapat melindungi)
(IDAI melengkapi imunisasi, 2018).
IDAI menyebutkan Imunisasi dapat menyelamatkan jutaan jiwa dan secara luas diakui
sebagai salah satu intervensi kesehatan paling efektif (hemat biaya) di dunia (IDAI seputar pekan
imunisasi dunia, 2018). Dengan melindungi seseorang atau sekelompok masyarakat terhadap
penyakit tertentu, bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia. Jika seseorang terlindungi
dari suatu penyakit, kemungkinan terkena penyakit tersebut akan berkurang, sehingga pada
akhirnya tercapailah tujuan akhir imunisasi, yaitu pemberantasan penyakit di dunia (IDAI
melengkapi imunisasi, 2018).
Data Riskesdas Indonesia Sudah mencapai target yaitu > 90% (Infodatin, 2018). Namun
hasil ini masih belum sejalan dengan angka kematiaan anak yang masih tinggi hal ini diduga
karena beberapa kasus belum mencapai perlindungan yang optimal, masalah yang paling umum
dijumpai dalam praktek sehari-hari adalah imunisasi yang tidak sesuai dengan jadwal, terlambat,
tidak lengkap atau belum imunisasi. (IDAI melengkapi imunisasi, 2018).
Saat ini, angka kematian anak di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Negara maju
dan Negara di Asean lainnya. Sebanyak 28 persen kematian disebabkan oleh diare (54 persen diare
pada balita disebabkan oleh infeksi rotavirus) dan 20 persen lainnya disebabkan oleh radang
paru/pneumonia. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai kuman patogen di antaranya kuman
HiB dan Pneumokokus (IDAI melengkapi imunisasi, 2018).
Selain hal diatas Riskesdas juga mengakui terdapat balita yang tidak dapat diketahui status
imunisasinya (missing) atau memory call dari ibu ataupun ketidak akuratan pewawancara saat
proses wawancara dan pencatatan (Infodatin, 2018).
Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar 1,7 juta anak belum mendapatkan
imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya. (kemenkes RI berikan anak imunisasi lengkap,
2018)
Berdasarkan data dari IDAI masih ada lebih dari 19 juta anak di dunia yang tidak divaksinasi
atau vaksinasinya tidak lengkap, yang membuat mereka sangat berisiko untuk menderita penyakit-
penyakit yang berpotensi mematikan. Dari anak-anak ini, 1 dari 10 anak tidak pernah menerima
vaksinasi apapun, dan umumnya tidak terdeteksi oleh sistem kesehatan (IDAI seputar pekan
imunisasi dunia, 2018).
Sehingga program imunisasi ini harus terus digalakkan Pemerintah Indonesia. Namun,
ternyata program ini masih mengalami hambatan, yaitu penolakan dari orang tua. Penolakan orang
tua dalam pemberian imunisasi ini dikarenakan anggapan yang salah yang berkembang di
masyarakat tentang imunisasi, tingkat pengetahuan yang rendah, dan kesadaran yang kurang
terhadap imunisasi (Apriyani, 2011).
Kader posyandu adalah orang yang mempunyai tugas untuk melaksanakan program
posyandu termasuk didalamnya adalah imunisasi. Posyandu pada umumnya dan kader posyandu
pada khususnya mempunyai peran penting dalam meningkatkan kelengkapan imunisasi bayi usia
0-12 bulan (Torik, 2005). Kelengkapan imunisasi dasar selain dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan ibu sebagai faktor presdiposisi juga dipengaruhi oleh sikap petugas dalam hal ini
adalah kader posyandu (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanti dan Handoko (2013) diketahui bahwa
adanya hubungan antara peran kader posyandu dengan kelengkapan imunisasi dasar di Desa
Kwarasan Sukoharjo, Sehingga diperoleh hubungan yang kuat antara peran kader posyandu
dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
Cakupan imunisasi anak di Negara- Negara anggota WHO (World Health Organization)
telah mencapai 90%, dan diperkirakan 85% dari bayi diseluruh dunia telah mendapat imunisasi.
Terdapat 19,3% juta bayi dan anak-anak belum sepenuhnya mendapatkan vaksinasi dan tetap
beresiko terkena penyakit. (Depkes RI, 2013)
Berdasarkan data Riskesdas (2010), persentase Anak Umur 12-23 Bulan yang mendapatkan
imunisasi dasar di Indonesia yaitu BCG (77,9%), Polio (66,7%), DPT-HB (61,9%) dan campak
(74,4%). Persentase imunisasi lengkap di perkotaan lebih tinggi (59,1%) daripada di perdesaan
(48,3%) dan masih terdapat 17,7% anak 12-23 bulan di perdesaan yang tidak mendapat imunisasi
sama sekali. Sedangkan pada tahun 2013 di Indonesia target bayi di Imunisasi adalah 95% , untuk
imunisasi Polio 1 (97,92 %), Polio 2 (93,76%) sudah mencapai target UCI (Universal Child
Immunization), sedangkan untuk Polio 3 (85,43%), Polio 4 (87,51%) secara keseluruhan belum
mencapai target UCI (Depkes RI,2013)
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah, bagaimana gambaran
pengetahuan, sikap, dan perilaku kader posyandu terhadap program imunisasi dasar di
Posyandu, Kelurahan Bintaro, Kecatamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan?

1.3 Tujuan Umum


Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku kader posyandu terhadap
program imunisasi dasar di Posyandu, Kelurahan Bintaro, Kecatamatan Pesanggrahan, Jakarta
Selatan.
1.3 Manfaat Kegiatan

Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi ilmu kesehatan,
yang dapat menambah informasi serta dapat dikembangkan untuk kegiatan selanjutnya, khususnya
mengenai program Imunisasi dasar yang telah diselenggarakan oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai