TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Drainase
2.1.1 Pengertian Drainase dan Drainase Perkotaan
Drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan
teknis untuk menguras atau mengeringkan air, baik yang berasal dari air
hujan, rembesan dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan
tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah. Jadi, drainase menyangkut tidak hanya air
perumukaan tapi juga air tanah (Suripin, 2004).
Drainase perkotaan/terapan merupakan sistem pengeringan dan
pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi (Hasmar, 2012) :
1. Pemukiman;
2. Kawasan industry dan perdagangan;
3. Kampus dan sekolah;
4. Rumah sakit dan fasilitas umum;
5. Lapangan olah raga;
6. Lapangan parkir;
7. Instalasi militer, listrik, telekomunikasi;
8. Pelabuhan udara.
9. Jalan raya atau jalan tol.
4
Gambar 2.1 Drainase Alamiah (Suripin, 2004)
5
membolehkan adanya saluran di permukaan tanah seperti lapangan
sepakbola, lapangan terbang, taman dan lain-lain.
3. Menurut Fungsi
a. Single Purpose, yaitu saluran yang befungsi mengalirkan satu
jenis air buangan, misalnya air hujan saja atau jenis air buangan
yang lain seperti limbah domestik, air limbah industry dan lain-
lain.
b. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi mengalirkan
beberapa jenis air buangan baik secara bercampur maupun
bergantian.
4. Menurut Konstruksi
a. Saluran Terbuka, yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase
air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang
cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak
membahayakan kesehatan / menganggu lingkungan.
6
2.1.3 Fungsi Drainase
Menurut Mulyanto (2013) fungsi-fungsi sistem drainase perkotaan
adalah :
1. Mengeringkan wilayah kota,
2. Mengangkut limbah cair daerah perkotaan,
3. Mengatur arah dan kecepatan aliran,
4. Mengatur elevasi muka air tanah,
5. Menjadi sumberdaya air alternatif,
6. Di daerah perbukitan sistem drainase menjadi salah satu prasarana
mencegah erosi dan gangguan stabilitas lereng.
7
Gambar 2.6 Pola Jaringan Drainase Pararel (Gunadarma, 1997)
3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga
saluran-saluran cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpul.
4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih
besar.
8
5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.
6. Jaring-jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya
dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.
9
Gambar 2.11 Drainase Alamiah (Suripin, 2004)
10
2.2.2 Pengolahan Data Hujan
1 Hujan Rerata Daerah Aliran
Hujan rata-rata untuk suatu daerah dapat dihitung dengan
(Anonim,1997) :
a. Cara rata-rata aljabar
Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di
dalam dan di sekitar daerah yang bersangkutan.
1
𝑅= (R1+ R2+ R3+…+ Rn)……………………………(2-1)
𝑛
Dengan :
R = curah hujan daerah
R1, R2,…,Rn, = curah hujan di tiap titik pengamatan
n = banyaknya pos penakar hujan
b. Cara Thiessen
Jika titik di daerah pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar
merata, maka cara perhitungan curah hujan dilakukan dengan
memperhitungkan daerah pengaruh tiap titik pengamatan.
R = R1.A1+ R2.A2+ R3.A3+……+ Rn.An………………..(2-2)
A1+ A2+ A3+….+ An
Dengan :
R = curah hujan daerah
R1, R2,…,Rn, = curah hujan di tiap titik pengamatan
A1, A2,…,An, =bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan
11
Gambar 2.12 Poligon Thiessen (Gunadarma, 1997)
c. Cara Isohyet
Luas bagian daerah antara 2 garis isohyet yang berdekatan diukur
dengan planimeter. Demikian pula harga rata-rata dari garis-garis
isohyet yang berdekatan yang termasuk bagian-bagian itu dapat
dihitung Curah hujan daerah itu dapat dihitung menurut persamaan
sebagai berikut :
12
Gambar 2.13 Isohyet (Gunadarma, 1997)
13
Tabel 2.1 Kala Ulang Berdasarkan Jenis Bangunan / Saluran
`No Jenis Bangunan / Saluran Kala Ulang
Saluran mikro pada daerah :
- Lahan rumah, taman, kebun, kuburan, tak
2
terbangun
- Kesibukan dan perkantoran 3
- Perindustrian : ringan 5
- Perindustrian : menengah 10
- Perindustrian : berat 25
- Perindustrian : super berat / proteksi Negara 50
Saluran tersier : resiko kecil 2
Saluran tersier : resiko besar 5
Saluran sekunder : tanpa resiko 2
Saluran sekunder : resiko kecil 5
Saluran sekunder : resiko besar 10
Saluran primer : tanpa resiko 5
Saluran primer : resiko kecil 10
Saluran primer : resiko besar 25
Luas DAS : 25-50 ha 5
Luas DAS : 50-100 ha 5-10
5 Luas DAS : 100-130 ha 10-25
Luas DAS : 130-6500 ha 25-50
Pengendalian banjir makro 100
Gorong-gorong : jalan raya biasa 10
Gorong-gorong : jalan raya by pass 25
Gorong-gorong : free ways (toll) 50
Saluran tepi : jalan raya biasa 5-10
Saluran tepi : jalan raya by pass 10-25
Saluran tepi : free ways (toll) 25-50
(Hartono, 1996)
14
Tabel 2.2 Kala Ulang Berdasarkan Tipologi Kota
Luas DAS (ha)
Tipologi Kota
<10 10-100 100-500 >500
Metropolitan 2 2-5 5-10 10-25
Kota Besar 2 2-5 2-5 5-20
Kota Sedang 2 2-5 2-5 4-10
Kota Kecil 2 2 2 2
Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum,2014
15
6. Menentukan trend baru dan trend lama. Trend baru (M1) merupakan
data yang diasumsikan dalam garis lurus, sedangkan trend lama (M 2)
yaitu data yang diasumsikan tidak dalam garis lurus.
7. Menghitung nilai gradien dari trend baru dan trend lama
menggunakan rumus :
[(𝑛.𝑋𝑖.𝑌𝑖) −(𝑋𝑖.𝑌𝑖 )]
𝑚= [(𝑛.𝑋𝑖 2 )−(𝑋𝑖 )2 ]
……………….……...(2-5)
16
1. Hitung rata-rata data hujan (𝑥̅ )
2. Hitung standart deviasi data hujan (Sd)
∑(𝑋𝑖−𝑥̅ )2
𝑆𝑑 = √ ...................................................................................(2-8)
𝑛−1
3. Berdasarkan jumlah data (n) cari nilai Yn dan Sn (Tabel 2.3 dan Tabel
2.4)
4. Buat persamaan curah hujan rancangan
𝑆𝑑
drancangan = 𝑑̅ + (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛 ). 𝑆𝑛 .........................................................(2-9)
dimana :
drancangan = curah hujan rancangan (mm/jam)
𝑑̅ = rata-rata data curah hujan (mm/jam)
𝑇𝑅 −1
𝑌𝑡 = −ln (−𝑙𝑛 ).........................................................(2-10)
𝑇𝑅
TR = kala ulang
Sd = standar deviasi
Sn = reduced standard deviation (besarnya berdasarkan n)
N = jumlah data
5. Dari persamaan tersebut hitung curah hujan rancangan dengan kala ulang
misal 10 tahun (d10)
TR = 10 → Yt = ? → d10 = ?
1
TR = −𝑌𝑡 .................................................................................(2-11)
1−𝑒 −𝑒
6. Dari persamaan tersebut hitung kala ulang curah hujan rata-rata (TR untuk
d).
7. Hitung TR’
17
Tabel 2.3 Reduce Mean (Yn)
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,5353
30 0,5362 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5403 0,5410 0,5418 0,5424 0,5436
40 0,5436 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481
50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518
60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545
70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567
80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585
90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
100 0,5600 0,5602 0,5603 0,5604 0,5606 0,5607 0,5608 0,5609 0,5610 0,5611
10 0,9496 0,9676 0,9833 1,0095 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,0565
20 1,0628 1,0696 1,0754 1,0864 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,1080
30 1,1112 1,1159 1,1193 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1,1363 1,1388
40 1,1413 1,1436 1,1458 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,1590
50 1,1607 1,1623 1,1638 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
60 1,1747 1,1759 1,1770 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,1844
70 1,1854 1,1863 1,1873 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,1930
80 1,1938 1,1945 1,1953 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,2001
90 1,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
100 1,2065 1,2069 1,2073 1,2077 1,2081 1,2084 1,2087 1,2090 1,2093 1,2096
18
Gambar 2.14 Grafik Tes Homogenitas (Suripin, 2004)
Di mana :
Cs = koefisien kepencengan
Ck = koefisien kepuncakan
19
Xi = data hujan ke-I (mm)
X = rerata data hujan (mm)
n = jumlah data
S = standar deviasi
Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan
jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi yaitu
seperti distribusi Gumber Tipe I dan Log Person III (Suripin, 2004:34).
Berikut ini merupakan macam distribusi sebagai berikut :
1. Distribusi Gumber Tipe I
Langkah – langkah dari persamaan distribusi Gumber Tipe I
sebagai berikut :
(1) Kumpulkan data hujan minimal 10 tahun terakhir yang telah
melalui proses penyiapan dan urutkan data dari terbesar ke
terkecil.
(2) Hitung peluang dan kala ulang masing-masing data tiap tahun :
𝑚
𝑃 = 𝑛+1…..........................................................................(2-14)
1
𝑇𝑅 =
𝑃
(3) Hitung rata-rata dari data hujan :
𝑋𝑖
𝑑̅ = 𝑛 …………….………………………………….(2-15)
(4) Hitung Standart Deviasi :
∑(𝑋𝑖−𝑋̅ )2
Sd =√
𝑛−1
(5) Berdasarkan jumlah data cari nilai Yn dan Sn (tabel 2.3 dan
tabel 2.4)
(6) Buat persamaan curah hujan rancangan :
𝑆𝑑
drancangan = 𝑑̅ + (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛 ). 𝑆𝑛
20
(8) Hitung Yt (Reduce variate) :
𝑇𝑅 − 1
𝑌𝑡 = −𝑙𝑛 (−𝑙𝑛. )
𝑇𝑅
(9) Masukkan nilai Yt ke persamaan pada langkah 6.
(10) Hitung drancangan
Keterangan :
P = Peluang
TR = Kala Ulang (tahun)
m = Data urutan ke-…
n = Jumlah selurah data
Xi = Besarnya nilai curah hujan maksimum per tahun (mm)
Yt = Reduce variate
Yn = Reduce mean deviasi berdasarkan sampel n (tabel 2.4)
Sn = Reduce standar deviasi berdasarkan sampel n (tabel 2.5)
Sd = Standar deviasi (mm)
𝑑̅ = Curah hujan rata – rata (mm)
∑(𝑙𝑜𝑔𝑋𝑖−𝑙𝑜𝑔𝑋̅ )2
S log(d) =√ …………………………(2-17)
𝑛−1
21
Tabel 2.6 Nilai G untuk Distribusi Log Pearson Tipe III
22
b. Hitung nilai dteoritis dari nilai Ytempiris dengan persamaan Gumbel
yang telah dibuat (Yt = ..…. + ..... d)
c. Hitung nilai Chi-Square (x2)
x2hit=S(dempiris–dteoritis)2 / dteoritis
x2hit=S(Xempiris–Xteoritis)2 / Xteoritis…………………………….(2-19)
d. Tentukan nilai Chi-Square tabel (x2tab)
e. df=n-jumlah variabel-1 (jumlah variabel=2)
f. a tergantung keyakinan
g. Jika x2hit<x2tab sesuai
23
2. Uji Smirnov-Kolmogorov
Pengujian Smirnov Kolmogorov dilakukan dengan membandingkan
nilai Δmaksimum yang merupakan selisih antara plot data dengan garis
teoritis pada kertas probabilitas. Nilai Δkritis tergantung dari jumlah
data(n) dan derajat kegagalan(α) (Fauziyah, 2013).
Prosedur pelaksanaan uji Smirnov-Kolmogorv adalah sebagai
berikut:
a. Tabelkan nilai dempiris (pengamatan hujan)
b. Hitung Pempiris, TRempiris, Ytempiris
c. Hitung Ytteoritis dari persamaan Gumbel yang telah dibuat untuk tiap
nilai dempiris (Yt = ..…. + ..... d)
d. Hitung nilai TRteoritis dari nilai Ytteoritis
e. Hitung nilai Pteoritis dari nilai TRteoritis
f. Hitung |∆P| = (100 - P empiris) – (100%-P teoritis) cari yang maksimal
g. Cari nilai Do (tabel) untuk n tertentu dan α tertentu (tergantung
nilai keyakinan, umunya α=0.05)
h. Jika DP<Do sesuai
24
2.2.7 Waktu Konsentrasi (tc)
Waktu konsentrasi (tc) suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh
air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat
keluaran DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-
depresi kecil terpenuhi. Waktu konsetrasi dapat juga disebut sebagai lama
waktu pengaliran air di permukaan atau waktu drainase (Suripin,2004).
Berikut merupakan rumus yang digunakan untuk menentukan waktu
konsentrasi :
tc = t0 + td……………………………………………………….(2-20)
Nilai t0 dan td dirumuska sebagai berikut :
2 𝑛𝑑 0.167
t0 = ( 3 x 3.28 x L0 x ) ……………………………………(2-21)
√𝑠
𝐿𝑠
td = 60 . 𝑣………………………………………………………...(2-22)
Dimana :
tc = waktu konsentrasi (jam).
t0 = waktu terlama yang diperlukan oleh air hujan untuk mengalir di
atas permukaan tanah kesaluran terdekat (menit).
td = waktu yang diperlukan air hujan mengalir di dalam saluran
(menit).
L0 = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m).
nd = angka kekasaran manning.
s = kemiringan permukaan daerah pengaliran lahan.
Ls = panjang lintasan aliran di saluran (m).
V = kecepatan aliran pada saluran (m/detik).
25
Tabel 2.9 Koefisien hambatan (nd)
No Kondisi Lapis Permukaan Nd
1 Lapisan semen dan aspal beton 0,013
2 Permukaan licin dan kedap air 0,020
3 Permukaan licin dan kokoh 0,100
4 Tanah dengan rumput tipis 0,200
5 Padang rumput dan rerumputan 0,400
6 Hutan gundul 0,600
7 Hutan rimbun 0,800
Sumber : Departemen Pekerjaan Umum, 2006
26
untuk mengamati, maka dapat ditempuh dengan cara empiris rumus
sebagai berikut :
2
𝑅24 24 3
𝐼= ( ) ………………………………………………….(2-23)
24 𝑡
Dimana :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum harian (selama 24 jam) (mm)
27
Tabel 2.11 Harga Koefisien Pengaliran
Deskripsi Lahan/ karakter permukaan Koefisien Limpasan C
Business
perkotaan 0,70 – 0,95
pinggiran 0,50 – 0,70
Perumahan
Rumah tinggal 0,30 – 0,50
Multiunit, terpisah 0,40 – 0,60
Multiunit, tergabung 0,60 – 0,75
Perkampungan 0,25 – 0,40
Apartemen 0,50 – 0,70
Industri
Ringan 0,50 – 0,80
Berat 0,60 – 0,90
Perkerasan
Aspal dan beton 0,70 – 0,65
Batu Batu bata, paving 0,50 – 0,70
Atap 0,75 – 0,95
Halaman, tanah berpasir
Datar 2% 0,05 – 0,10
Rata-rata 2-7% 0,10 – 0,15
Curam, 7% 0,15 – 0,20
Halaman, tanah berat
Datar 2% 0,13 – 0,17
Rata-rata 2-7% 0,18 – 0,22
Curam, 7% 0,25 – 0,35
Halaman kereta api 0,10 – 0,35
Taman tempat bermain 0,20 – 0,35
Taman, perkuburan 0,10 – 0,25
Hutan
Datar, 0-5% 0,10 – 0,40
Bergelombang 5-10% 0,25 – 0,50
Berbukit, 10-30% 0,30 – 0,60
Sumber : Suripin, 2004
28
Kuantitasnya air limbah dapat diasumsikan adalah 50%-70% dari rata-
rata pemakaian air bersih (120-140 liter/orang/hari). Secara detail
karakteristik limbah cair dapat dilihat di table 2.13 dibawah ini:
Dengan demikian debit air limbah yang dibuang tiap saluran :
Q = Pn.W……………………………………………………………..(2-25)
Dimana :
Pn = jumlah penduduk
W = debit buangan perorang (lt/org/dt)
Tabel 2.12 Pembuangan Limbah Cair Rata-Rata Per Orang Setiap Hari
Volume
Jenis Bangunan Limbah Cair
(liter/orang/hari)
Daerah Perumahan
- Rumah besar untuk keluarga tunggal 400
- Rumah tipe tertentu untuk keluarga tunggal 300
- Rumah untuk keluarga ganda (rumah susun) 240 – 300
- Rumah kecil (cottage) 200
Perkemahan dan motel
- Tempat peristirahatan mewah 400 – 600
- Tempat parkir rumah berjalan (mobile home) 200
- Kemah wisata dan tempat parkir trailer 140
- Hotel dan motel 200
Sekolah
- Sekolah dengan asrama 300
- Sekolah siang hari dengan kafetaria 80
- Sekolah siang hari tanpa kafetaria 60
Restoran
- Tiap pegawai 120
- Tiap langganan 25 – 40
- Tiap makanan yang disajikan 15
Terminal transportasi:
- Tiap pegawai 60
- Tiap penumpang 20
Rumah sakit 600 – 1200
Kantor 60
Teater mobil(drive in theatre), per tempat duduk 20
Bioskop, per tempat duduk 10 – 20
Pabrik, tidak termasuk limbah cair industry dan 60 – 120
cafeteria
Sumber : Soeparman dan Suparmin, 2001
29
2.3 Analisa Hidrolika
Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak terlampau jauh berbeda
dengan saluran irigasi pada umumnya. Dalam perencanaan dimensi saluran
harus diusahakan dapat memperoleh dimensi yang ekonomis. Dari segi
pandang hidrolika maka penampang saluran yang memiliki keliling basah
terkecil akan memiliki hantaran maksimum, penampang ini disebut
penampang hidrolis terbaik (Chow, 1985).
2.3.1 Dimensi saluran
Dalam perencanaan dimensi saluran harus di usahakan dapat membentuk
dimensi yang ekonomis. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti tidak
ekonomis, sebaliknya dimensi yang terlalu kecil akan menimbulkan
permasalahan karena daya tamping yang tidak memadai. Inilah bentuk-
bentuk saluran drainase yang dapat digunakan dalam perencanaan.
1. Persegi Panjang
30
2. Lingkaran
R = A / P……………………………….,(2-31)
2.3.2 Kecepatan Aliran Seragam
Untuk merencanakan dimensi penampang pada saluran drainase
digunakan rumus aliran seragam. Bentuk penampang saluran drainase
dapat berupa saluran terbuka atau tertutup tergantung pada kondisi
daerahnya. Rumus kecepatan rata-rata pada perhitungan dimensi
penampang saluran menggunakan rumus Manning, karena rumus ini
mempunyai bentuk yang sederhana. Oleh karena itu, rumus ini luas
penggunaannya sebagai rumus aliran seragam dalam kapasitas saluran.
Untuk menghitung saluran dapat dihitung dengan menggunakan
rumus Manning, sebagai berikut :
2 1
1
𝑉 = 𝑛 𝑥𝑅3 𝑥𝑆 2 ………………………………………………………...(2-32)
Dengan :
R= jari – jari hidraulik (m)
n= koefisien Manning (Tabel 2.13)
s = kemiringan dasar satu saluran arah memanjang
Untuk mendapat dimensi saluran dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
Q = A x V…………………………………………………………….(2-33)
31
1 2 1
𝑄 = 𝐴𝑥 𝑥𝑅3 𝑥𝑆 2
𝑛
Dengan :
Q= debit saluran (m3/dtk)
A= luas penampang saluran yang dipakai (m2)
V= rumus kecepatan aliran menurut Manning (m/s)
Tabel 2.13 Nilai Koefisien Kekasaran Manning untuk Saluran
No Tipe Saluran Min. Normal Maks.
Gorong-gorong tertutup terisi
A
sebagian
Gorong-gorong, lurus dan bebas
1 0.010 0.011 0.013
kikisan
Gorong-gorong dengan
2 lengkungan, sambungan dan 0.011 0.013 0.014
sedikit kikisan
3 Beton dipoles 0.011 0.012 0.014
Saluran pembuang dengan bak
4 control, mulut pemasukan dan 0.013 0.015 0.017
lain lain, lurus
B Saluran, dilapisi atau dipoles
A Semen
1 Acian 0.010 0.011 0.013
2 Adukan 0.011 0.013 0.015
B Beton
1 Dipoles dengan sendok kayu 0.011 0.013 0.015
2 Dipoles sedikit 0.013 0.015 0.016
3 Dipoles 0.015 0.017 0.020
4 Tidak dipoles 0.014 0.017 0.020
Adukan semprot, penampang
5 0.016 0.019 0.023
rata
Adukan semprot, penampang
6 0.018 0.022 0.025
bergelombang
7 Pada galian batu yang teratur 0.017 0.020
8 Pada galian batu yang tak teratur 0.022 0.027
C Bata
1 Diglasir 0.011 0.013 0.015
2 Dalam adukan semen 0.012 0.015 0.018
D Pasangan batu
1 Batu pecah disemen 0.017 0.025 0.030
2 Batu kosong 0.023 0.032 0.035
Sumber : Chow, 1985
32
2.3.3 Kecepatan Maksimum dan Minimum Yang Diizinkan
Kecepatan maksimum adalah kecepatan rata- rata terbesar yang tidak
akan menimbulkan erosi pada tubuh saluran. Kecepatan ini sangat tidak
menentukan dan hanya dapat ditetapkan berdasarkan pngalaman dan
penyimpulan. Nilai kecepatan izin tergantung dari jenis bahan pembentuk
saluran :
1. Kecepatan maksimum
Pasangan batu : 2 m/dtk
Pasangan beton : 3 m/dtk
2. Kecepatan minimum : 0,2 – 0,6 m/dtk
Keterangan:
v = kecepatan aliran (m/dtk)
h = kedalaman aliran (m)
g = percepatan gravitasi (9.8 m/dtk3)
33
mencegah gelombang atau kenaikan muka air yang melimpah ke tepi.
Jagaan sangat penting terutama dalam perencanaan talang air yang
dipertinggi, sebab bagian bawah talang dapat terancam oleh limpasan
(Chow, 1985)
Tinggi jagaan untuk saluran drainase jalan bentuk trapesium dan segi
empat ditentukan berdasarkan rumus :
Fb = 1/ 3 x h……………………………………………………..(2-35)
Dimana :
Fb = tinggi jagaan (m)
h = kedalaman air yang tergenang dalam saluran (m)
34
2.3.6 Bangunan Pelengkap
Jenis bangunan pelengkap drainase antara lain :
1. Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah saluran tertutup yang biasanya pendek
untuk mengalirkan air melewati jalan raya, kereta api, atau timbunan
lainnya. Bentuk penampang melintangnya adalah bulat, persegi, oval,
tapak kuda dan segitiga.
35
Gambar 2.20 Inlet
4. Man hole
Merupakan salah satu bangunan pelengkap sistem penyaluran air
buagan yang berfungsi sebagai tempat memeriksa, memprebaiki, dan
membersihkan saluran dari kotoran yang mengendap dan benda-benda
yang tersangkut selama pengaliran, serta memperteukan beberapa
lubang salran, baik dengaan ketinggian sama maupun berbeda.
36
mungkin ditahan dulu dalam saluran.Klasifikasi sistim saluran yang terdiri
dari:
a. Saluran terbuka, dengan jenis penampang trapesium, bujur sangkar,
segitiga, setengah lingkaran.
b. Saluran tertutup berbentuk bulat (pipa) atau bujur sangkar (box culvert)
Sistem atau tata saluran direncanakan sebagai satu kesatuan pola
penanganan drainase perkotaan yang dimulai dari inlet saluran (drain inlet)
hingga ke titik pelepasan (out-fall). Saluran direncanakan dengan dimensi
tertentu untuk dapat menampung beban drainase permukaan atau kawasan,
hingga luas penampang bawah yang diperlukan harus tetap dipertahankan.
2.4.2 Pemeliharaan
Pemeliharaan sistim drainase perkotaan mencakup bentuk
pemeliharaan dan perbaikan yang dilakukan untuk menjaga tetap
berfungsinya sistim drainase yang ada. Untuk itu diperlukankegiatan atau
langkah tindak yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada
prasarana dan sarana drainase. Langkah-langkah yang harus dilakukan :
1. Pengenalan setiap bagian prasarana dan sarana sistim drainase.
2. Inspeksi dan dokumentasi terhadap prasarana dan sarana sebagai
masukan dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan dan pemeliharaan
yang terdiri informasi atas:
a. Panjang dan dimensi saluran
b. Potongan melintang saluran
c. Kondisi gorong-gorong
d. Kondisi drain inlet, pintu air out-fall
e. Debit dan kondisi pompa
f. Dan lain-lain.
3. Berdasarkan dokumentasi yang dibuat lebih lanjut disusun program
pemeliharaan dan perbaikan
37
4. Untuk mengontrol dan mengendalikan program yang disusun
dilakukan supervisi pelaksanaan program sekaligus sebagai wadah
memperbaiki dokumentasi prasarana dan sarana yang ada.
Adapun kategori pemilihan pemeliharaan sistem drainase :
1. Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan rutin yaitu bentuk kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan secara terus menerus sepanjang tahun dibawah koordinasi
penanggung jawab sistim drainase.
2. Pemeliharaan berkala
Pemeliharaan berkala, mencakup urutan:
a. Penaganan pengerukan lumpur/sedimen di saluran,
b. Normalisasi penampang saluran,
c. Pemeliharaan berkala pintu air dan bangunan
d. Perbaikan kantor dan perumahan
e. Pergantian peralatan dan suku cadang alat mekanis
f. Pekerjaan tertunda tahun sebelumnya
3. Pemeliharaan darurat terbatas
Pemeliharaan darurat terbatas pada perbaikan sementara saluran
maupun bangunan pelengkap yang mendesak untuk ditangani karena
secara fisik dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan
berkaitan dengan:
a. Tidak berfungsinya sistim secara optimal
b. Membahayakan bagi jiwa manusia, harta benda serta prasarana-
sarana perkotaan lainnya
38
Anggaran Biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan
teliti, cermat dan memenuhi syarat. Anggaran Biaya pada bangunan yang
sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena
perbedaan harga bahan dan upah tenaga kerja.
Dalam menyusun Anggaran Biaya dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus umum sebagai berikut:
RAB =∑ (Volume x Harga satuan pekerjaan)………………………...(2-36)
39
Gambar 2.22 Skema Harga Satuan Pekerjaan (Bachtiar Ibrahim,
2012)
Dalam skema diatas dijelaskan bahwa untuk mendapatkan harga
satuan pekerjaan maka harga satuan bahan, harga satuan tenaga, dan harga
satuan alat harus diketahui terlebih dahulu yang kemudian dikalikan
dengan koefisien yang telah ditentukan sehingga akan didapatkan
perumusan sebagai berikut :
Upah : harga satuan upah x koefisien (analisa upah)…………….....(2-37)
Bahan : harga satuan bahan x koefisien (analisa bahan) ……………(2-38)
Alat : harga satuan alat x koefisien (analisa alat) …………………(2-39)
maka didapat :
Harga Satuan Pekerjaan = Upah + Bahan + Peralatan…………….(2-40)
2.5.3 Analisa Bahan dan Upah
1. Analisa Bahan
Yang dimaksud dengan analisa bahan suatu pekerjaan, ialah
menghitung banyaknya/volume masing-masing bahan, serta besarnya
biaya yang dibutuhkan.
2. Analisa Upah
Yang dimaksud dengan analisa upah suatu pekerjaan ialah,
menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk pekerejaan tersebut.
40
2.5.4 Rekapitulasi Analisa Biaya
Setelah mendapat nilai harga satuan pekerjaan dan volume masing-
masing pekerjaan, kita dapat menghitung biaya setiap item pekerjaan.
Setelah mendapatkan biaya semua pekerjaan, maka hasilnya akan direkap
dalam suatu tabel dan dijumlah seluruhnya, maka akan didapatkan nilai
real bangunan atau Real of Cost (Bachtiar, 2012).
41