Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Ilmu Dakwah Pipir Romadi, S.Kom.I

Sejarah Perkembangan
Ilmu Dakwah
Oleh:
1. Annisaa Ayuriska
2. Maizal Ferdi Efsya
3. Ulfa Khairun Nisa

Jurusan Ilmu Komunikasi


Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau
2014/2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu.

Makalah ini dengan judul “Sejarah Perkembangan Ilmu Dakwah” dibuat untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Ilmu Dakwah.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah dan mengingat
keterbatasan ilmu yang ada. Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi terujudnya kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kepada Allah swt. Kami mohon ampun, semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman bagi pembaca maupun penulis
sendiri.

Pekanbaru ,23 September 2014


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah.


Aktivitas dakwah sebenarnya telah ada sejak adanya upaya menyampaikan dan mengajak
manusia ke jalan Allah, namun kajian akademik keilmuannya masih tertinggal dibandingkan
dengan panjangnya sejarah dakwah yang ada. Sebagai sebuah realita, dakwah merupakan bagian
yang senantiasa ada sebagai aktivitas keagamaan umat Islam. Sementara sebagai kajian keilmuan
pastinya hal ini memerlukan spesifikasi yang berbeda dan persyaratan tertentu.
Dewasa ini terdapat beberapa fenomena yang kemudian menempatkan kesadaran umat
bahwa dakwah sebagai suatu aktivitas keagamaan memang memiliki kekutan yang besar dalam
membentuk kecendrungan masyarakat. Hal ini sekaligus menumbuhkan secara jelas dan tegas
sehingga ilmu ini dapat memberikan inspirasi yang baik bagi kecendrungan masyarakat.
Maraknya dakwah, ternyata belum mampu menahan masuknya beberapa ajaran atau
pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai ajaran agama secara hedonistik, matrealistik,
dan sekuleristik. Hal inilah yang kemudian menimbulkan kesalahpahaman dalam memahami
dan menghayati pesan simbolis keagamaan. Sehingga ritualitas perilaku kesalehan dalam
beragama masyarakat tidak menerangkan tentang perilaku keagamaan yang sesungguhnya di
mana nilai-nilai keagamaan menjadi pertimbangan dalam berfikir maupun bertindak oleh
individu maupun sosial.
Ilmu dakwah mengalami proses perkembangan yang positif sehinnga semakin hari
semakin estabilished sehingga semakin waktu mendapat sambutan dan pengakuan dari
masyarakat mengenai eksistensinya.

B. Permasalahan
Dengan tujuan untuk mengetetahui :
1. Sejarah dari Ilmu Dakwah
2. Urgensi Ilmu Dakwah
3. Sejarah Pemikiran Dakwah
4. Perkembangan Ilmu Dakwah di Indonesia

BAB II
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU DAKWAH
A. Sejarah Ilmu Dakwah
Sama seperti ilmu-ilmu yang lainnya ilmu dakwah sendiri memiliki sejarah pemikirannya
sendiri,dan juga tahap-tahap perkembangannya. Ilmu dakwah sendiri juga tak bisa dipisahkan
dari sejarah itu sendiri.
Sebenarnya dakwah itu sudah dimulai bahkan sejak dari jaman kenabian, mulai dari nabi
adam hingga kepada nabi terakhir, Muhammad saw. Secara garis besar perkembangan ilmu
dakwah dibagi secara berikut :
1. Tahap Konvensional
Tahap konvensional ditandai dengan aktivitas dakwah sebagai kewajiban
setiap muslim terhadap agamanya. Yakni masih dalam bentuk kegiatan
kemanusiaan yang berupa seruan atau ajakan untuk menganut dan
mengamalkan ajaran Islam yang dilakukan secara konvensional, artinya dalam
pelaksanaanya belum mendasar pada metode ilmiah, akan tetapi berdasarkan
pengalaman perorangan. Oleh karena itu tahapan ini juga disebut dengan
tahapan tradisional. Menurut Amrullah Ahmad, pola dakwah pada periode ini
didominasi oleh kesadaran amaliah (beribadah) , bukan konsep ilmiah
meskipun faktanya telah banyak ulama yang menulis tentang dakwah dan
amar ma’ruf nahi mungkar seperti Imam Ghazali dan tokoh semasanya,
namun itu belum utuh dan baru sebatas embrio bagi munculnya Ilmu Dakwah.

2. Tahap sistematis
Tahap ini merupakan pertengahan antara tahap konvensional dan tahap
berikutnya, yaitu tahap ilmiah. Pada tahap ini , dakwah yang ada dalam tahap
konvesional diatas sudah dibicarakan secara khusus oleh berapa kalangan,
sehingga muncul beberapa literature yang secara khusus membahas dakwah.
Selain itu, tahap ini juga ditandai dengan adanya perhatian masyarakat yang
lebih luas terhadap permasalahan dakwah islam. Hal ini dapat dilihat dengan
meningkatnya penyelanggaraan seminar dan diskusi. Dan pertemuan-
pertemuan ilmiah lainnya yang secara khusus membicarakan masalah yang
berkenaan dengan dakwah.

3. Tahap Sistematis
Pada tahap ini, dakwah telah berhasil tersusun sebagai ilmu pengetahuan dan
telah memenuhi beberapa persaratan pokoknya, yaitu, objektif, metodik,
universal, dan sistematis. Ini adalah berkat jasa para ulama dan para sarjana
muslim yang telah mengkaji secara serius, baik dalam penelitian lapangan
maupun penelitian keperpustakaan. Kajian mereka menghasilkan teori-teori
dakwah. Dengan teori yang kuat, masyarakat mendirikan sarana dan prasarana
pengembangannya melalui institusi perguruan tinggi, yaitu dengan adanya
jurusan-jurusan yang berkonsentrasi terhadap dakwah.

Pada awal abad ke-20, pemikiran dakwah mulai dirintis menjadi disiplin ilmu
pengetahuan. Pada tahun 1912 di Kairo telah didirikan sebuah lembaga yang bernama Dar al
Da’wah wa al-Irsyad untuk mengahadang gerakan Kristenisasi. Lembaga ini kemudian
ditutup karena perang dunia II. Tahun 1918, Syekh ‘Ali Mahfuzh disebut sebagai peletak
dasar terciptanya Ilmu Dakwah dengan penerbitan kitabnya, Hidayah al-Mursyidin ila
Thuruq al-Wa’zh wa al-Khithabah (Petunjuk bagi Orang-orang yang Mendapat Petunjuk
Menuju Teknik Pemberian Nasihat). Di Indonesia, keberadaan ilmu dakwah tidak bisa lepas
dari lembaga pendidikan yang mencetak pendakwah seperti madarasah, pesantren, dan
perguruan tinggi agama islam di Indonesia. Sejak Islam masuk ke Indonesia, para Ulama dan
Sultan telah memikirkan cara untuk menyebarkan Islam secara efektif, mulai dari dayah
sebagai lembaga kader pendakwah, pesantren-pesanteren hingga perguruan tinggi agama
islam di Indonesia dengan Ilmu Dakwah yang telah menjadi fakultas tersendiri, sehingga
Ilmu Dakwah dapat dikembangkan secara leluasa hingga saat ini.

B. Urgensi Ilmu Dakwah


Dengan banyaknya dakwah yang disampaikan dengan bil hal (perbuatan), bil lisan
(perkataan), bil qalam (tulisan-tulisan), bil kitabah (buku), dan lain-lain. Maka sangatlah
penting bagi kita untuk mengembangkan ilmu dakwah itu sendiri yang memiliki fungsi
mengubah lingkungan yang menanamkan nilai-nilai keadilan, persamaan, persatuan,
perdamaian, kebaikan, dan keindahan. Dan juga dalam misi mengemban amar ma’ruf dan
nahi mungkar.

C. Sejarah Pemikiran Ilmu Dakwah


Sejarah perkembangan pemikiran dalam dakwah islam yang bersifat falsafi,
sebagaimana di kemukakan oleh Syukriadi Sambas dapat di kategorikan menjadi beberapa
periode, yakni :
• periode nubuwat : periode nubuwat ini adalah periode yang pertama, di mana
semua nabi mengemban tugas memanggil, menyeru mengajak manusia kejalan
Allah Swt , dengan materi seruannya menyangkut “tauhidullah”
• khulafa al-rasyiddin :
• tabi’in : masa tabi’in dengan rijal al-dakwah utama said bin Musayyab, Hasan al-
basri, Umar bin Abd al-Aziz, dan Abu Hanifah, keempata tokoh ini menekan kan
proses ihtisab dengan memulai perbaikan pada diri sendiri, keluarga, kemudian
perbaikan umat, pengembangan dakwah dengan surat, membina rasa takut kepada
allah, bepegang teguh pada agama, dan memperhatikan umat non muslim
(toleransi), pada periode ini penalarannya cendrung pada metode muhadditsin,
dengan kecendrungan agak lebih berat kepada nash daripada naql, sebagaimana
umumnya digunakan pada nalar mutakalimin.
• tabi’ al-tabi’in : periode ini pada tokoh tokoh-tokoh : Malik bin Anas , Syafi’i dan
Imam Ahmad, periode inilah yang di sebut periode transisi. Kajian lebih
berorientasi pada syariat sebagai pesan dakwah.
• tabi’ al-tabi’ al-tabi’in : era dimulainya era khalaf, sekitar 300 tahun setelah
periode nubuwat berakhi. Pada masa inilah sudah terjadi munculnya aneka corak
pemikiran di berbagai bidang kajian ke-islam-an sebagai hasil dari akumulasi
interaksai antara budaya dalam perjalanan aktivitas dakwah sebagai aktualisasi
dari pemikiran filosofis dakwah.
• Modern : periode ini ditandai dengan semangat pemikiran untuk mengembalikan
ballance of power terhadap hegemoni barat. Pada era ini pulalah dakwah sebagai
ilmu mandiri mulai menggeliat, dan muncul ke permukaan.

D. Perkembangan Ilmu Dakwah diIndonesia


Di indonesia, keberadaan Ilmu Dakwah tidak bisa lepas dari lembaga pendidikan yang
mencetak pendakwah, seperti madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi islam. Sejak islam
pertama kali masuk di wilayah Nusantara, pala ulama dan sultan telah memikirkan upaya
menyebarkan islam secara efektif. Untuk itu, kemudian dilakukan kederisasi melalui
pendidikan islam. A. Hasjmi (1974 : 383) menyebut Dayah Cot Kala yang didirikan oleh
Muhammad Amin sebagai prguruan tinggi islam pertama di bangun di rantau Asia tenggara ,
Muhammad Amin behasil mengembangkan Dayah Cot Kala dalam mencetak pendakwah
yang menyebarkan islan di penjuru nusantara.
Para kiai jawa juga mengemban misi yang sama dengan para ulama aceh, yakni mencetak
pendakwah. Penting dicatat bahwa saat itu pendakwah lebih populer dari pad\a guru
Agama.
Sebagai pendakwah, para ulama banyak menghabiskan waktunya untuk berkelana
menyebarkan agama islam. Kita mendapatkan informasi dakwah Wali Songo dari artefak
yang di tinggalkan dan cerita rakyat secara lisan.
Sebelum dakwah menjadi jurusan tersendiri, ia kerap dijadikan tema dalam perdebatan di
media massa ilam maupun forum forum ilmiah, di padang sumatera barat, kaum
modernis membuat sebuah majalah berbahasa melayu dengan nama Al-munir, majalah
yang didirikan oleh Haji Abdullah Ahmad ini mengedepankan dakwah purifikatif
(pemurnian tauhid) dan menyuarakan ide-ide metode pembaruan islam. Dari majalah Al-
Munir tersebut, muncul beberapa majalah islam lainnya di indonesia.
Sebelum kemerdekaan ilmiah tentang dakwah islam masih dilakukan secara
informal.para ulama masih berkunjung untuk membicarakan masa depan umat islam
indonesia. Dalam hal ini, belum ada institusi pendidikan islam yang memberikan fasilitas
untuk mengadakan forum ilmiah tentang dakwah, setelah perguruan tinggi agama islam
(PTAIN) di bentuk oleh pemerintah pada tanggal 26 september 1951, dakwah menjadi
slah satu jurusannya selain jurusan tarbiyah, setelah PTAIN berganti nama menjadi IAIN
dakwah masih menjadi sebuah jurusan dibawah fakultas ushuluddin pada tahun 1960
hingga 1968.
Tahun 1967, rektor Ar-raniri Aceh dengan di dukung oleh yayasan pembina darusallam
dan mentri kesejahteraan untuk mengusulkan status jurusan dakwah menjadi fakultas
dakwah, usulan ini di penuhi SK. Mentri agama Agama Nomir `13 Tahun 1968, setelah
menjadi sebuah fakultas tersendiri, ilmu dakwah di kembangkan menjadi leluasa hingga
saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Aziz, Moh. Prof. Dr. M.Ag. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004
Ali Aziz, Moh. Prof. Dr. M.Ag. Ilmu Dakwah edisi Revisi, Jakarta: Kencana, 2009
Saputra, Wahidin, Drs. M.A. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: Rajawali pers, 2012
http://ariftotalonesis.wordpress.com/2014/01/12/sejarah-perkembangan-ilmu-dakwah

Anda mungkin juga menyukai