Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Praktik klinik keperawatan sangat diperlukan, karena peserta didik dituntut mampu
untuk mengintegrasikan konsep dan teori keperawatan dalam tatanan pelayanan klinik
kepada klien secara langsung, menelaah situasi dan permasalahan pelayanan, mencari
alternatif penyelesaian masalah dengan menggunakan berbagai pendekatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan klien dan keluarga.
Praktikum klinik pada tahap akademik merupakam masa orientasi dalam
melaksanakan praktikum klinik, sehingga waktu terjadwal relative singkat dengan
beberapa kompetensi yang harus dicapai.
Pada tahap akademik para mahasiswa menerapkan asuhan keperawatan sampai
tahap pengkajian, intervensi dan implementasi, sedangkan diagnosa keperawatan tidak
dipaksakan bila waktu yang tersedia tidak mencukupi.
Fokus mata ajar keperawatan gerontik adalah untuk menerapkan konsep yang
berkaitan dengan penuaan teori bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual pada proses penuaan
serta kebutuhan nutrisi, istirahat/tidur, seksual di usia lanjut, masalah fisik dan psikososial
pada usia lanjut sehingga dapat diterapkan asuhan keperawatan lansia dengan penekanan
pada peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan usia
lanjut.
Penerapan proses keperawatan
1 gerontik ditujukan pada usia lanjut yang
mempunyai masalah lazim, masalah spesifik dan perawatan gerontik ini dapat bersifat
dependen, independen dan interdependen.
Penuaan adalah konsep yang tidak dapat dihindarkan. Menua (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes,
1994).
Di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia
rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Pada

1
tahun 2000 jumlah orang lanjut usia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020
sebesar 11,34% (BPS, 1992). Dari data USA-Bureau Of The Census, bahkan Indonesia
diperkirakan akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar diseluruh dunia, antara
tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414 % (Kinsella & Taeuber, 1993).
Di Indonesia jumlah penduduk dunia berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2025
diperkirakan mencapai 19,9 juta atau 8,48% dari jumlah populasi. Pada tahun 2025
jumlah tersebut akan meningkat menjadi 4 kali lipat dari jumlah tahun 1990, dan
merupakan jumlah tertinggi di dunia. Juga terjadi peningkatan usia harapan hidup dari
usia 59,8 tahu (1990) menjadi 71,7% pada tahun 2020 (Damayanti, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab kematian nomor satu di
dunia. Darah tinggi sering diberi gelar The Silent Killer, karena hipertensi merupakan
pembunuh tersembunyi, 50% penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala yang jelas,
apalagi bila masih dalam taraf awal. Penyakit ini banyak ditemui seiring perkembangan
zaman dan perubahan pola dan gaya hidup. Perubahan beberapa jenis gaya hidup menjadi
modern ternyata membawa dampak yang besar bagi sektor kesehatan masyarakat.
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah, baik sistolik maupun diastolik, sama
atau lebih dari 140/90 mmHg. Hipertensi menyebabkan kerusakan pelbagai organ tubuh
seperti otak, jantung, ginjal, aorta, pembuluh darah perifer, dan retina. Selain itu, juga
menyebabkan peningkatan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) pada
gangguan kardiovaskuler dan stroke.Di Amerika Serikat dan beberapa negara maju
lainnya hipertensi terjadi pada satu dari empat orang dewasa di antara umur 18 tahun dan
satu dari dua orang di atas 50 tahun.
Satu-satunya jalan untuk mengetahui bahwa seseorang menderita hipertensi atau
tidak, adalah dengan melakukan kontrol teratur terutama bagi yang berusia di atas 40
tahun. "Bila angka diastolik di atas 85, seharusnya sudah mulai hati-hati," Untuk mereka
yang mempunyai bawaan atau keturunan, pengontrolan hendaknya sudah dimulai sejak
usia 20 - 30-an. Kontrol tekanan darah 24 jam sangat penting pada pasien hipertensi
“Hipertensi dapat dicegah dengan memodifikasi gaya hidup seseorang,”
Salah satu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi
disebabkan oleh perilaku masyarakat itu sendiri. Diperkirakan bahwa 40% sampai 50%
klien dengan hipertensi menghentikan program pengobatan dalam tahun pertama.

2
Mengidentifikasi adanya hambatan terhadap kepatuhan memungkinkan perawat untuk
merencanakan intervensi untuk menghilangkan masalah ini dan memperbaiki kepatuhan
(Miller,1992). Ketidakpatuhan terhadap program terapi merupakan perilaku yang menjadi
masalah besar pada penderita hipertensi. Diperkirakan 50% diantara mereka
menghentikan pengobatan dalam 1 tahun pemulihan. Pengontrolan tekanan darah yang
memadai hanya dapat dipertahankan pada 20%. Namun bila pasien berpartisipasi secara
aktif dalam program, termasuk pemantauan diri mengenai tekanan darah dan diit,
kepatuhan cenderung meningkat karena dapat segera diperoleh umpan balik sejalan
dengan perasaan semakin terkontrol.(Brunner and Suddart, 2002).

B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiwa mampu meningkatkan kognitif, afektif, dan psikomotor dengan
mengaplikasikan ilmu atau teori – teori keperawatan gerontik yang diperoleh selama
perkuliahan ke dalam pelaksanaan secara nyata, khususnya pada klien dengan
gangguan fungsi kardiovaskuler : Hipertensi melalui praktek keperawatan gerontik di
Panti Tresna Werdha Teratai Palembang.

b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara wholeness pada lansia dengan
gangguan fungsi kardiovaskuler : Hipertensi yang meliputi aspek: nutrisi, istirahat
dan aktivitas, keamanan, kesehatan seksualitas.
2. Mahasiswa mampu membuat diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan
fungsi kardiovaskuler : Hipertensi.
3. Mahasiswa mampu membuat intervensi yang akan dilakukan pada klien dengan
gangguan fungsi kardiovaskuler : Hipertensi.
4. Mahasiswa mampu mengevaluasi segala tindakan yang dilaksanakan dalam
mengatasi masalah pada klien dengan gangguan kardiovaskuler : Hipertensi.

3
5. Mahasiswa mampu menerapkan dan memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan kardiovaskuler : Hipertensi.

C. Manfaat Penulisan
a. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Teratai
Dalam rangka mengidentifikasi keadaan para lansia dan memberikan pelayanan secara
komprehensif bagi fisik, mental, dan spiritual.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Meningkatkan kerjasama yang baik antar institusi pendidikan dengan lahan praktek
Panti Tresna Werdha Teratai Palembang dalam rangka mencapai Visi STIK Bina
Husada.
c. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dengan mengaplikasikan
ilmu atau teori – teori keperawatan gerontik yang diperoleh selama perkuliahan ke
dalam pelaksanaan secara nyata, khususnya pada klien dengan peningkatan tekanan
darah (Hipertensi) melalui praktek keperawatan gerontik di Panti Tresna Werdha
Teratai Palembang.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif. Adapun metode yang
digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode wawancara, observasi, kepustakaan dan
studi dokumentasi.
1. Observasi, yaitu suatu pengamatan langsung kepada klien untuk memperoleh data
yang objektif.
2. Wawancara, yaitu pembicaraan antara dua orang yang dilakuakn secara langsung
untuk memperoleh informasi.
3. Studi dokumentasi, yaitu data – data yang mendukung dan di dapat dari laporan –
laporan yang ada di Panti.
4. Kepustakaan, yaitu dengan memperoleh sumber – sumber atau data – data dari buku –
buku

4
BAB II
KONSEPTUAL TEORI

A. LANJUT USIA
1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998
tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum,
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. Batasan lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi lansia sebagai
berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
(enam puluh) tahun ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut
usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia
sangat tua (very old) ialah di atas 90 tahun.

5
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55
tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
hingga tutup usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut
usia (geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-
80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan
kognitif dan perubahan spiritual.
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua
organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal,
genitourinaria, endokrin dan integumen.
1) Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-to-lean body
mass ratio dan berkuranya cairan tubuh.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang elastis
karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat dan
terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan
menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki
menjadi tebal dan rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut wajah meningkat,
rambut menipis atau botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang
jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai proteksi sudah menurun
1) Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot.
2) Sistem muskular

6
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang, pengecilan otot
akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac output, berkurangnya
heart rate terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer, bertaTn. Sanjang dan lekukan, arteria termasuk aorta, intima
bertambah tebal, fibrosis.
4) Sistem perkemiha
Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurang mampu mempekatkan urin, BJ urin menurun,
proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,
kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah,
frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria
akibatnya retensi urin meningkat, pembesaran prostat (75% usia di atas 65
tahun), bertambahnya glomeruli yang abnormal, berkurangnya renal blood
flow, berat ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron menurun,
kemampuan memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal menurun.
5) Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukurannya melebar dari
biasa dan jumlah berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg,
berkurangnya maximal oxygen uptake, berkurangnya reflek batuk.
6) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun,
peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatkan konstipasi, kemampuan
absorbsi menurun, produksi saliva menurun, produksi HCL dan pepsin
menurun pada lambung.

7
7) Rangka tubuh
Osteoartritis, hilangnya bone substance.
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang
pengamatan sinar (daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah
melihat cahaya gelap), berkurangnya atau hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang (berkurangnya luas pandangan, berkurangnya
sensitivitas terhadap warna yaitu menurunnya daya membedakan warna
hijau atau biru pada skala dan depth perception).
9) Sistem pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran timpani
menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen sehingga
mengeras karena meningkatnya keratin, perubahan degeneratif osikel,
bertambahnya obstruksi tuba eustachii, berkurangnya persepsi nada tinggi.
10) Sistem syaraf
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikol, reaksi
menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas
sel T, hantaran neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom.
11) Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya ATCH, TSH, FSH
dan LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal metabolisme menurun,
menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon gonads yaitu
progesteron, estrogen dan aldosteron. Bertambahnya insulin, norefinefrin,
parathormon.
12) Sistem reproduksi
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie dan uterus,
atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya
penurunan berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai di atas usia
70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat
menopause.

8
13) Daya pengecap dan pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan pembauan,
sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula, garam, mentega, asam,
setelah usia 50 tahun.
c. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan
tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut diterlantarkan karena tidak berguna lagi.
Faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi mental yaitu:
1) Perubahan fisik, terutama organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri, perubahan konsep diri.
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia
cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk pensiun dengan
menciptakan minat untuk memanfaatkan waktu, sehingga masa pensiun
memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi banyak pekerja
pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah. Perubahan psikososial yang lain
adalah merasakan atau sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri
lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya

9
kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan kematian pasangan
hidup.
e. Perubahan kognitif
Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan
kecepatan dan tugas tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap
bila tidak ada penyakit.
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan

10
2. Konsep Hipertensi
A. Pengertian
Hipertensi merupakan suatu keadaan tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik
90 mmHg. Institut Nasional Jantung, Paru, dan Darah memperkirakan separuh orang yang
menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan
darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi
seumur hidup (Brunner and Suddart , 2002).
Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan
menjadi faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan
darah menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Jose Roesma, dari divisi nefrologi
ilmu penyakit dalam FKUI-RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta mengungkapkan
bahwa pada orang tua umumnya terjadi hipertensi dengan sistolik terisolasi yang
berhubungan dengan hilangnya elastisitas arteri atau bagian dari penuaan.

B. Klasifikasi
Klasifikasi Hipertensi berdasarkan WHO-ISH 1999
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Optimal < 120 < 80
Normal < 130 < 85
Normal Tinggi 130 – 139 85 – 89
Derajat 1 (ringan) 140 – 159 90 – 99
- subgroup borderline 140 – 149 90 – 94
- Derajat 2 (sedang) 160 – 179 100 – 109
- Derajat 3 (berat) ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi Sistolik ≥ 140 ≥ 90
Sumber : Zulkhair Ali, Standar Profesi Ilmu Penyakit Dalam (2002).

11
C. Etiologi

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan / sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.

Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas :


1. Tidak dapat dikontrol, seperti :
- Keturunan (genetik), kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot daripada heterozigot, apabila salah satu diantaranya menderita
hipertensi, menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran terhadap terjadinya
hipertensi. Pada percobaan binatang tikus golongan Japanese spontanously
hypertensive rat (SHR), New Zealand genetically hypertensive rat (GH), Dahl salt
sensitive (H) dan Salt resistant dan Milan hypertensive rat strain (MHS), dua
turunan tikus tersebut mempunyai faktor neurogenik yang secara genetik diturunkan
sebagai faktor penting timbulnya hipertensi, sedangkan dua turunan yang lain
menunjukkan faktor kepekaan terhadap garam yang juga diturunkan secara genetik
sebagai faktor utama timbulnya hipertensi.

- Jenis Kelamin, kalau ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata, ternyata
wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Laporan dari
Sumatera Barat, mendapatkan 18,6% pria dan 17,4% wanita. Dari perkotaan di
Jakarta (pertukangan) didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita.
- Umur, Penderita hipertensi esensial, sebagian besar timbul pada usia 25 – 45 tahun
dan hanya 20% yang timbulnya kenaikan tekanan darah di bawah usia 20 tahun dan
diatas 50 tahun (Soeparman, 1999).

2. Dapat dikontrol :
- Kegemukan (obesitas), belum terdapat mekanisme pasti, yang dapat menjelaskan
hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, akan tetapi pada penyelidikan
12
dibuktikan bahwa curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas
dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai
berat badan normal. Pada obesitas tahanan ferifer berkurang atau normal, sedangkan
aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah.
- Kurang Olahraga, lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena
olah raga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer, yang akan
menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada
hipertensi. Dengan kurang olah raga, kemungkinan timbulnya obesitas akan
meningkat dan apabila asupan garam bertambah, akan mudah timbul hipertensi.
- Merokok, rokok juga dihubungkan dengan hipertensi, walaupun pada manusia
mekanisme secara pasti belum diketahui. Hubungan antara rokok dengan
peningkatan resiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan.
- Kolesterol tinggi, kehamilan,
- Konsumsi Alkohol. Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol
berat cenderung hipertensi, walaupun mekanisme timbulnya hipertensi secara pasti
belum diketahui.
- Garam merupakan hal yang sangat sentral dalam patofisiologi hipertensi. Hipertensi
hampir tidak pernah ditemukan pada golongan suku bangsa dengan asupan garam
minimal. Apabila asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi
beberapa saja, sedangkan apabila asupan garam antara 5 – 15 gram perhari,
prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 – 20%.

13
D. Anatomi dan Fisiologi Jantung
Anatomi jantung

Aorta

Vena kava
superior Arteri
pulmonal

Katup aorta
Atrium kiri
Vena
Vena pulmonal
pulmonalis
kiri
kanan

Atrium kanan
Katup
Katup trikuspidal bikuspidal

Ventrikel
Vena kava kiri
inferior

Ventrikel kanan

Fisiologi Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,berongga dan dengan basisnya
diatas dan puncaknya dibawah. Apexnya (puncak) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira-
kira 300 gram. Agar jantung berfungsi sebagai pemompa yang efisien, otot – otot jantung,
rongga atas dan rongga bawah harus berkotraksi secara bergantian. Laju denyut – denyut
jantung atau kerja pompa ini dikendalikan secara alami oleh suatu “pengatur irama” ini terdiri

14
dari sekelompok secara khusus, disebut nodus sinotriali, yang terletak didalam dinding
serambi kanan Sebuah impuls listrik yang ditransmisikan dari nodus sinotrialis ke kedua
serambi membuat keduanya berkontraksi secara serentak. Arus listrik ini selanjutnya
diteruskan ke dinding – dinding bilik, yang pada gilirannya membuat bilik – bilik berkotraksi
secara serentak. Periode kontraksi ini disebut systole. Selanjutnya periode ini diikuti dengan
sebuah periode relaksasi pendek kira - kira 0.4 detik yang disebut diastol, sebelum inpuls
berikutnya datang
Nodus sinotriolis menghasilkan antara 60 hingga 72 impuls seperti ini setiap menit
ketika jantung sedang santai. Produk impuls – impuls ini juga dikendalikan oleh suatu bagian
sistem saraf yang disebut sistem syaraf otonom , yang bekerja diluar keinginan kita. Sistem
listrik built-in inilah yang menghasilkan kontraksi – kontraksi otot jantung berirama yang
disebut denyut jantung.

E. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus).
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai
bertahun-tahun. Gejala, bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan.penyakit arteri koroner dengan angina adalah gejala yang paling menyertai
hipertensi.
Hipertropi ventrikel kiri terjadi sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel
saat dipaksa berkontraksi melawan tekanan sistemik yag meningkat. Apabila jantung tidak
mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri.
Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi
pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah [BUN] dan kreatinin).
Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien
yang termanifestasikan sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan

15
tajam penglihatan. Pada penderita stroke, dan pada penderita hipertensi disertai serangan
iskemia, insiden infark otak mencapai 80%.

G. Komplikasi
a. Kerusakan pembuluh darah dengan manifestasi yang berhubungan dengan sistem organ
tertentu sesuai lokasinya .
b. Penyakit jantung koroner dengan angina.
c. Hipertrofi ventrikel kiri (HVK).
d. Perubahan patologis ginjal.
e. Perdarahan otak (stroke)
f. DM
g. Dekompensasi cordis.

H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Foto Thoraks : Dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katup, defosit pada
takik aorta, pembesaran jantung.
b. CT Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, enselapati atau peakromasitoma.
c. EKG : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, ganggu kanduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelembung P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
d. Echo (Ekokardiogram) dilakukan karena dapat menemukan HVK secara dini dan
spesifik.

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume (visikositas) yang dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hiperkoagulalivitas, anemia.
2. BUN atau kreatinin : Memberikan informasi terhadap perfusi atau fungsi ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan kefokalamin (meningkatkan hipertensi).

16
4. Kalium serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteran utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
utama adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskular).
7. Pemeriksaan tyroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasakontriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin atau serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
9. Urinalisis : Protein, Leukosit, Eritrosit dan silinder.
10. Gula darah puasa.

J. Penatalaksanaan Medis
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mecapai dan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa
penelitian menunjukan bahwa pendekatan nonfarmakologis, termasuk penurunan berat
badan, pembatasan alkohol, natrium dan tembakau: latihan dan relaksasi merupakan
intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi. Apabila penderita
hipertensi ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan darah
diastoliknya menetap, diatas 85-95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139mmHg,
maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

Modifikasi gaya hidup


Penurunan berat badan
Pengurangan asupan alkohol
Aktifitas fisik teratur
Pengurangan masukan natrium
Penghentian rokok

Pada kenyataannya, modifikasi gaya hidup telah terbukti menghilangkan


hipertensi pada beberapa individu tanpa menggunakan obat (JNC,1992). Modifikasi gaya
hidup yang dapat menurunkan hipertensi (JNC,1992):

17
a. Mencapai penurunan berat badan sampai 10% dari berat badan ideal.
b. Batasi masukan alkohol tiap hari(2 oz liquor, 8 oz anggur, atau 24 oz bir)
c. Ikut serta dalam latihan aerobik reguler (30-45 menit) tiga sampai lima kali seminggu.
d. Kurangi masukan natrium sampai < 2,3 g natrium atau 6 g natrium klorida.
e. Berhenti merokok.
f. Kurangi lemak jenuh dan kolesterol sampai < 3% dari masukan diet

Pastikan mengkonsumsi kalsium, kalium dan diet magnesium dalam jumlah yang
diizinkan setiap hari. Obesitas meningkatkan tahanan perifer dan beban kerja jantung
sehingga meningkatkan tekanan darah. Alkohol adalah vasodilatator yang akan
menyebabkan vasokonstriktor rebound, yang mempunyai keterkaitan dengan tekanan
darah (Cunningham, 1992).
Latihan reguler meningkatkan aliran darah perifer, dan otot serta efisiensi jantung.
Hasilnya adalah sistem kardiovaskuler yang lebih efektif (Hill,1985). Natrium mengontrol
distribusi air keseluruh tubuh. Peningkatan natrium menyebabkan peningkatan air, dengan
demikian meningkatkan volume sirkulasi dan meningkatkan tekanan darah.Tembakau
bekerja sebagai vasokonstriktor, yang meningkatkan tekanan darah. Diet tinggi lemak
membantu pembentukan plaque dan penyempitan pembuluh darah (Cunningham, 1992).

3. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1). Aktivitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : - Frekuensi jantung meningkat
- Perubahan irama jantung
- Takpinea

2). Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan
penyakit serebrovaskuler

18
Tanda : -KenaikanTD (Pengukuran serial dan kenaikantekanan darah diperlukan
untuk menegakan diagnosis)
- Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen obat)
- Nadi : Denyutan jelas dari karotis jugularis, radialis, perbedaan denyut,
seperti denyut femoral melambat sebagai kompensasi denyutan radialis
atau brakialis, denyut poplitea,tibialis posterior, pedialis tidak teraba atau
lemah
- Denyut apikal: PMI kemungkinan bergeser dan/atau sangat kuat
- Frekuenasi/irama: Takikardia, berbagai disritmia
- Bunyi jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), S4 (Pengerasan
ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri).
- Murmur stenosis valvular
- Desiran vaskular terdengar diatas karotis, femoralis, atau epigastrium
(Stenosis arteri)
- DVJ (Distensi Vena Jugularis) (Kongesti Vena)
- Ekatremitas: Perubahan warna kulit, suhu dingin (Vasokontriksi perifer),
pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda (Vasokontriksi)
- Kulit – pucat, sainosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia), kemerahan
(Feokromositoma).

3). Integritas Ego


Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansieta, depresi, euforia., atau marah kronik
(dapatmengindikasikan kerusakan serebral), faktor-faktor stres
multipel(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : - Letupan suasana hati, gelisah, penyempitankontinu perhatian, tangisan yang
meledak
- Gerak tangan empati, otot muka tegang(khususnya sekitar mata), gerakan
fisik cepat, pernafasan menghela peningkatan pola bicara.
4). Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal masa yang lalu)

19
5). Makanan/Cairan
Gejala : - Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (Seperti makanan yang digoreng, keju, telur), gula-
gula yang berwarna hitam kandungan tinggi kalori.
- Mual, muntah
- Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/turun)
- Riwayat penggunaan diuretik
Tanda : - Berat badan normal atau obesitas
- Adanya edema (mungkin umum atau tertentu) kongesti vena, DVJ;
glikosuria (hampir 109 pasien hipertensi adalah diabetik)

6). Neurosensori
Gejala : - Keluhan pusing/pening
- Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
- Episode kebas dan/atau kelemahan pada satu sisi tubuh
- Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
- Episode epistaksis
Tanda : - Status mental perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses
pikir, atau memori (ingatan).
- Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/ atau refleks
tendon dalam.
-Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan
sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papliedema,
eksudat, dan hemoragi tergantung pada berat/ lamanya hipertensi.
7). Nyeri/Ketidaknyamana
Gejala : - Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
- Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudiksi (indikasi arteriosklerosis pada
arteri ekstremitas bawah).
- Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
- Nyeri abdomen/massa (feokromositoma)

20
8). Pernafasan
Gejala : - Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja
- Takipnea, ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal
- Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
- Riwayat merokok
Tanda : - Distres respirasi/ penggunaan otot aksesori pernafa
- Bunyi nafas tambahan (krakles/mengi)
- Sianosis

9). Keamanan
Gejala : - Gangguan koordinasi/cara berjalan
- Episode parestesia unilateral transien
- Hipotensi postural

10). Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala: - Faktor-faktor resiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,
diabetes melitus, penyakit serebrovaskular/ginjal
- Faktor-faktor resiko etnik, seperti orang Afrika-Amerika,Asia Tenggara.
- Penggunaan pil KB atau hormon lain; penggunaan obat/alkohol

11). Pemeriksaan Diagnostik


1. Hemoglobin/Hemotokrit : Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN/ Kreatinin : Memberikan nformasi tentang perfusi/fungsi ginjal
3. Glukosa :Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetusan hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar ketokolamin(meningkat hipertensi)
4. Kalium Serum : Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik

21
5. Kalsium Serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasi
pencetus untuk/adanya pembentukan plakateromatosa (efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokontriksi dan
hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum : Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
9. Urinalisa : Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau
diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin): Kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokromositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian
feokromositomabila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
12. Steroid urin : Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoa
atau disfungsi pituitari, sindrom Cushing kadar renin dapat juga meningkat.
13. IVP : Dapat mengindentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal/ureter.
14. Foto Dada : Dapat menunjukkan obstruksi klasifikasi pada area katup, deposit
pada dan/atau takik aorta, pembesaran jantung.
15. CT Scan : Mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati, atau feokromositoma.
16. EKG : Dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, catatan: Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.

B. Diagnosa Keperawatan
1). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokontriksi,hipertropi/rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.
2). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.
3). Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
4) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.

22
C. Intervensi Keperawatan
1). Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokontriksi,hipertropi/rigiditas (kekakuan ) ventrikuler.

Kriteria Hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td/beban kerja jantung
- Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal pasien

Tindakan / intervensi Rasional


Mandiri
1. Pantau TD. Ukur pada kedua 1. Perbandingan dari tekanan
tangan/paha untuk evalusi awal. memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang
masalah vaskular.
2. Catat keberadaan, kualitas 2. Denyutan karotis, jugularis, radialis
denyutan sentral dan perifer. dan femoralis mungkin
teramati/terpalpasi. Denyutan pada
tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi.
3. Auskultasi tonus jantung dan 3. S4 umum terdengarpada pasien
bunyi nafas. hipertensi berat karena adanya
hipertropi atrium, (peningkatan
volume/tekanan atrium).
4. Amati warna kulit,kelemahan, 4. Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan
suhu dan masa pengisian masa pengisian kapiler lambat
kapiler. mungkin berkaitan dengan
vasokontriksi ataumencerminkan
dekompensasi/penurunan curah
jantung.

23
5. Catat edema umum/tertentu. 5. Dapat mengindikasikan gagal jantung,
kerusakan ginjal atau vaskular.
6. Berikan lingkungan tenang, 6. Membantu untuk menurunkn rangsang
nyaman, kurangi simpatis; meningkatkan relaksasi
aktivitas/keributan lingkungan.
7. Pertahankan pembatasan 7. Menurunkan stres dan ketegangan
aktivitas, seperti istirahat di yang mempengaruhi tekanan darah dan
tempat tidur/kursi; jadwal perjalanan penyakit hipertensi.
periode istirahat tanpa
gangguan; bantu pasien
melakukan aktivitas perawatan
diri sesuaikan kebutuhan.
8. Lakukan tindakan-tindakan 8. Mengurangi ketidaknyamanan dan
yang nyaman, seperti pijatan dapat menurunkan rangsang simpatis.
punggung dan leher,
meninggikan kepala tempat
tidur.
9. Anjurkan teknik relaksasi, 9. Dapat menurunkan rangsangan yang
panduan imajinasi, aktivitas menimbulkan stres membuat efek
pengalihan. tenan, sehingga akan menurunkan TD.

10.Pantau respon terhadap obat 10. Respon terhadap terapi obat ”stepped”
untuk mengontrol tekanan (yang terdiri atas diuretik, inhibitor
darah. simpatis, dan vasodilator) tergantung
pada individu danefek sinergis obat.

Kolaborasi
11. Berikan obat-obat sesuai 11. Tiazid mungkindigunakan sendiri atau
indikasi, seperti diuretik tiazid dicampur dengan obat lainuntuk
mis: klorotiazid (diuril) menurunkan TD pada pasien dengan

24
fungsi ginjal yang relatif normal.

2). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan adanya kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dari kebutuhan oksigen.
Kriteria hasil :
- Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperluka
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intolerasi fisiologi.

Tindakan / Intervensi Rasional


Mandiri
1. Kaji respons pasien terhadap 1. Menyebutkan parameter membantu
aktivitas, perhatikan frekuensi dalam mengkaji respons fisiologi
nadi lebih dari 20 kali per menit terhadap stres aktivitas dan; bila
di atas frekuensi istirahat; ada merupakan indikator dari
peningkatan. kelebihan kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas.
2. Instruksikan pasien tentang 2. Teknik menghemat energi
teknik penghematan energi, mengurangi penggunaan energi,
mis: menggunakan kursi saat juga membantu keseimbangan
mandi, duduk saat menyisir antara suplai dan kebutuhan
rambut atau menyikat gigi, oksigen.
melakukan aktivitas dengan
perlahan.
3. Berikan dorongan untuk 3. Kemajuan aktivitas bertahap
melakukan aktivitas/ perawatan mencegah peningkatan kerja
diri bertahap jika dapat jantung tiba-tiba. Memberikan
ditoleransi. Berikan bantuan bantuan hanya sebatas kebutuhan
sesuai kebutuhan. akan mendorong kemandirian
dalam melakukan aktivitas.

25
3). Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskular serebral.
Kriteria evaluasi :
- Melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang/terkontrol
- Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan
- Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan

Tindakan/Intervensi Rasional
Mandiri
1. Mempertahankan tirah baring 1. Meminimalkan
selama fase akut stimulus/meningkatkan relaksasi
2. Berikan tindakan 2. Tindakan yang menurunkan
nonfarmakologi untuk tekanan vaskular serebaral dan
menghilangkan sakit kepala, yang memperlambat/memblok
mis: kompres dingin pada dahi, respons simpatis efektif dalam
pijat punggung dan leher, teknik menghilangkan sakit kepala dan
relaksasi (panduan imajinasi, komplikasinya
distraksi) dan aktivitas waktu
senggang.
3. Hilangkan/minimalkan aktivitas 3. Aktivitas yang meningkatkan
vasokontriksi yang dapat vasokontriksi menyebabkan sakit
meningkatkan sakit kepala, mis: kepala pada adanya peningkatan
mengejan saat BAB, batuk tekanan vaskular serebral.
panjang, membungkuk.
4. Bantu pasien dalam ambulasi 4. Pusing dan peningkatan kabur
sesuai kebutuhan sering berhubungan dengan sakit
kepala. Pasien juga dapat
mengalami episode hipotensi
postural.
5. Berikan cairan, makanan lunak, 5. Meningkatkan kenyamanan
perawatan mulut yang teratur umum.
bila terjadi perdarahan hidung

26
atau kompres telah dilakukan
untuk menghentikan
perdarahan.

Kolaborasi
6. Berikan sesuai indikasi: 6. Menurunkan/mengontrol nyeri dan
analgesik menurunkan rangsang sistem saraf
simpatis.

4) Ansietas berhubungan dengan proses penyakit.


Kriteria hasil :
- Menerima dan mendiskusikan rasa takut.
- Mengungkapkan pengetahuan yang akurat tentang situasi.
- Mendemonstrasikan rentang perasaan yang tepat dan berkurangnya rasa takut.
Tindakan / Intervensi Rasional
Mandiri
1. Orientasikan pasien / orang terdekat 1. Perkirakan dan informasi dapat
terhadap prosedur rutin dan aktivitas menurunkan kecemasan pasien.
yang diharapkan, tingkatkan partisipasi
bila mungkin.
2. Jawab semua pertanyaan secara 2. Informasi yang tepat tentang situasi
nyata,berikan informasi konsisten,ulangi menurunkan takut
sesuai indikasi.
3. Dorong pasien / orang terdekat untuk 3. Berbagi informasi membentuk
mengkomunikasikan dengan seseorang dukungan / kenyamanan dan dapat
,berbagi pertanyaan dan masalah. menghilangkan tegangan terhadap
kekhawatiran yang tidak di
ekspresikan

Kolaborasi

27
4. Berikan anti cemas / hipnotik sesuai 4. Meningkatkan relaksasi/istirahat dan
indikasi.contoh:diazepam(valium), menurunkan rasa cemas.
flurazepam(dalmane),lorazepam(ativan).

28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien
a. Nama : Tn.Z
b. Umur : 78 Tahun
c. Alamat : Bengkulu
d. Pendidikan : SLTP
e. Tanggal masuk panti werdha : 04 April 1940
f. Jenis kelamin : Laki-Laki
g. Agama : Islam
h. Status perkawinan : Menikah
i. Tanggal pengkajian : Senin, 18 Februari 2019

2. Status kesehatan saat ini


a. Klien mengatakan memiliki penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi.
b. Saat ini Tn.Z masih mengkonsumsi obat antihipertensi secara rutin.
c. Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari jika ingin BAK sampai 3 kali.
d. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang, karena tidak bisa tidur pada saat siang
hari.
e. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar saat berjalan.
f. Klien mengatakan senang berada di panti, nyaman dan berbaur dengan lansia yang
lain, bisa mengikuti kegiatan yang ada di panti.
g. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin dan merasa sakit pada bagian
tengkuknya.
h. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan terkadang mengganggu aktivitasnya.

i. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu banyak melakukan aktivitas (P)
j. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q)
k. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R)

29
l. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
m. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)
n. Wajah klien tampak meringissaat menahan nyeri.

3. Riwayat kesehatan dahulu


a. Penyakit : Masa kanak-kanak Tn. Z tidak pernah dirawat di rumah sakit dan jika sakit
panas hanya di rawat jalan, dan pada masa tua pasien mengalami tekanan darah tinggi
sejak usia 55 tahun.
b. Alergi : Tn.Z mengatakan alergi dengan udang, jika makan udang seluruh badannya
gatal-gatal seperti biduran.
c. Kebiasaan : Tn. Z tidak merokok,tidak minum kopi, dan tidak minum alcohol.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Tn.Z mengatakan bahwa ada anggota keluarganya yang mempunyai sakit
hipertensi atau darah tinggi dan strok yaitu adiknya yang bungsu.

5. Tinjauan sistem
a. Keadaan umum : Composmentis (E4V5M6).
b. Integumen : Kulit terlihat keriput warna kulit sawo matang.
c. Kepala : Bentuk bulat, distribusi rambut merata, warna hitam
keputihan.
d. Mata : Simetris, sklera berwarna putih, konjungtiva tidak
Anemis.
e. Telinga : Simetris,Tampak bersih, pendengaran baik, tidak ada
benjolan, tidak cairan yang keluar.
f. Mulut & tenggorokan : Mulut bersih, gigi sudah banyak yang tanggal tersisa
tinggal 4 buah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
g. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis.
h. Dada : Simetris, tidak ada pembengkakan.
i. Sistem pernafasan : Pernafasan normal, tidak ada masalah
j. Sistem kardiovaskuler : TD 150/80 mmHg

30
k. Sistem gastrointestinal : Tidak ada masalah, terdengar suara bising usus, makan
3x sehari hanya bisa menghabiskan 1 porsi, BAB 1x
sehari.
l. Sistem perkemihan : BAK lancar 6x sehari, tidak ada inkontinensia urin.

6. Pengkajian Psikososial dan spritual


a. Psikososial
Kemampuan bersosialisasi saat ini baik kadang saling ngobrol dengan teman satu
kamarnya dan penghuni wisma lain.
b. Masalah emosional
Klien mengatakan mengalami susah tidur, gelisah, tetapi tidak banyak pikiran.
c. Spiritual
Klien beragama islam dan melakukan sholat lima waktu sehari di panti. Klien
mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan dipanti.

7. Pengkajian Fungsional Klien


a. KATZ Indeks
Klien termasuk dalam kategori A karena semuanya masih bisa dilakukan secara
mandiri tanpa pengawasan ,pengarahan atau bantuan dari orang lain diantaranya yaitu
makan, kontinensia (BAK,BAB), menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah
dan mandi, pasien tidak menggunakan alat bantu berjalan.

b. Modifikasi dari bartel indeks


Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 10 Frekuensi: 3x sehari
Jumlah: secukupnya
Jenis, nasi, sayur, lauk
2 Minum 10 Frekuensi: 6-8 kali
sehari
Jumlah: secangkir
kecil
Jenis: air putih, dan
susu
3 Berpindah dari satu tempat 15 Mandiri

31
ketempat lain
4 Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi: 3x
menyisir rambut, gosok gigi).
5 Keluar masuk toilet ( 5 Frekuensi: 2-3 kali
mencuci pakaian, menyeka
tubuh, meyiram)
6 Mandi 15 2x sehari pada pagi
hari dan sore hari
sebelum Ashar.
7 Jalan dipermukaan datar 10 Setiap ingin
melakukan sesuatu
misalnya mengambil
minum atau ke kamar
mandi.
8 Naik turun tangga 10 Baik tapi harus pelan-
pelan
9 Mengenakan pakaian 10 Mandiri dan rapi
10 Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi: 1x sehari
Konsistensi: padat
11 Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi: 6x sehari
Warna: kuning
12 Olah raga/ latihan 10 Klien mengikuti
senam yang diadakan
PSTW saat pagi hari
13 Rekreasi/ pemanfaatan waktu 10 Jenis: rekreasi keluar
luang 1 tahun sekali dari
bpstw/hanya duduk
saja kadang
mengobrol dengan
teman.
Keterangan:
a. 130 : mandiri
b. 65-125 : ketergantungan sebagian
c. 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam kategori mandiri
8. Pengkajian Status Mental Gerontik
a. Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?

32
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun

Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 1 sehingga disimpulkan Tn.Z.
K memiliki fungsi intelektual utuh.

b. MMSE (Mini Mental Status Exam)

No Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun : 2016
b. Musim : Hujan
c. Tanggal: 07
d. Hari : Senin
e. Bulan : November
Orientasi 5 5 Diamana kita sekarang?
a. Negara :Indonesia
b. Provinsi: DIY
c. Kota : Yogyakarta
d. Di : PSTW Budi Luhur
e. Wisma : Anggrek
2 Registras 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa) 1
i detik dan mengatakan asing-masing obyek.
a. Meja, Kursi, Bunga.
*Klien mampu menyebutkan kembali
obyek yang di perintahkan
3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat:
kalkulasi (93, 86, 79, 72, 65)
*Klien dapat menghitung pertanyaan

33
semuanya.
4. Menging 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
at pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point
masing-masing obyek.
*Klien mampu mengulang obyek yang
disebutkan

5 Bahasa 9 8 Tunjukkan pada klien suatu benda dan


tanyakan nama pada klien
a. Missal jam tangan
b. Missal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata berikut:
“tidakada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar
nilai satu poin
a. Pertanyaan benar 2 buah: tak ada,
tetapi
Minta klien untuk menuruti perintah berikut
terdiri dari 3 langkah.
“ ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilantai”
a. Ambil kertas ditangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut ( bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar
*Klien bisa menyebutkan benda yang
ditunjuk pemeriksa. Selain itu, klien bisa
mengambil kertas, melipat jadi dua, dan
menaruh di bawah sesuai perintah. klien dapat
menulis satu kalimat.
Total 29
Nilai

Interpretasi hasil : 29 (>23)


Keterangan : Terdapat aspek fungsi mentalbaik

34
9. Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE)
PERTANYAAN JAWABAN SKOR
YA/ TIDAK
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya 0
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat Ya 1
atau kesenangan anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak 0
Apakah anda merasa sering bosan? Tidak 0
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya 0
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Tidak 0
anda?
Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda? Ya 0
Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak 0
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi Ya 1
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan Tidak 0
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya 0
menyenangkan?
Apakah anda merasa berharga? Ya 1
Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 0
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak 0
Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaanya daripada Tidak 0
anda?
Jumlah 3

Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
Kesimpulan : Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu 3 sehingga

35
disimpulkan Tn. Z tidak depresi.

10. Pengkajian Skala Resiko Dekubitus


Persepsi 1 2 3 4
Sensori Terbatas penuh Sangat terbatas Agak Terbatas Tidak terbatas
Kelembapan Lembab Sangat lembab Kadang lembab Jarang
konstan Lembab
Aktifitas Di tempat tidur Dikursi Kadang jalan Jalan Keluar
Mobilisasi Imobil penuh Sangat terbatas Kadang terbatas Tidak
Terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Adekuat Sempurna
Gerakan/ Masalah Masalah Resiko Tidak Ada Sempurna
cubitan Masalah
Total skor = 22
Keterangan :
Paisien dengan total nilai :
a. <16 mempunyai risiko terkena dekubitus
b. 15/16 risiko rendah
c. 13/14 risiko sedang
d. <13 risiko tinggi

Kesimpulan : Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkantotal skor : 22 sehingga


disimpulkan klien tidak mengalami resiko dekubitus.

11. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg


a. Pengkajian Skala Resiko Jatuh dengan Postural Hypotensi
Reach Test (FR test) Hasil

Mengukur tekanan darah lanisa dalam tiga Diperoleh hasil pengukuran dalam tiga
posisi yaitu: posisi pada Tn. Z sebagai berikut:
a. Tidur a. Tidur : 130/70 mmHg
b. Duduk b. Duduk : 140/90 mmHg
c. Berdiri c. Berdiri : 140/90 mmHg
Catatan jarak antar posisi pengukuran
kurang lebih 5 – 10 menit.
KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Tn. Z. diperoleh hasil skoring total = 20 mmHg maka dapat
dikatakan bahwa Tn. Z memiliki resiko jatuh mengingat usia Tn.Z. juga sudah
36
semakin tua dan kemunduruan fungsi organ karena usia tua serta penyakit yang di
derita.

b. Fungsional reach test (FR Tests)


Reach Test (FR test) Hasil
1. Minta lansia untuk menempel 1. Lansia dapat berdiri sendiri tanpa
ditembok bantuan / mandiri.
2. Minta lansia untuk 2. Hasil pemeriksaan diperoleh < 6 ichi
mencondongkan badannya ke (5,5 inchi)
depan tanpa melangkahkan
kakiknya.
3. Ukur jarak condong antara
tembok dengan punggung lansia
dan biarkan kecondongan terjadi
selama 1 – 2 menit.
KESIMPULAN
Dari hasil skoring pada Tn. Z diperoleh hasil skoring total = 5,5 inchi, maka
dapat dikatakan bahwa Tn. Z memiliki resiko jatuh.

c. The Time Up Ana Go (TUG Test)


Berdasarkan pengkajian, didapatkan data bahwa Klien masuk dalam kategori
varable mobility yaitu dengan jumlah score 24 detik.

37
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1 Ds: Ansietas Insomnia
1. Klien mengatakan memiliki penyakit
hipertensi atau tekanan darah tinggi.
2. Saat ini Tn. Z masih mengkonsumsi obat
antihipertensi secara rutin.
3. Klien mengatakan sering terbangun pada
malam hari jika ingin BAK sampai 3 kali.
4. Klien mengatakan tidak pernah tidur siang,
karena tidak bisa tidur pada saat siang hari.
5. Klien mengatakan mengalami susah tidur,
gelisah, tetapi tidak banyak pikiran.

Do :
1. Klien tampak tidak tidur di waktu siang hari.
2. TD 150/80 mmHg

Ds : Proses Nyeri kronis


1. Klien mengatakan sering pusing, masuk angin penyakit
dan merasa sakit pada bagian tengkuknya.
2. Klien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan
terkadang mengganggu aktivitasnya.
3. Klien mengatakan nyeri dirasakan saat terlalu
banyak melakukan aktivitas (P)
4. Nyeri terasa seperti mencengkram (Q)
5. Klien mengatakan nyeri di tengkuk (R)
6. Klien mengatakan skala nyeri 5 (S)
7. Nyeri yang dirasakan hilang timbul (T)

Do :
1. Wajah klien tampak meringis saat menahan
nyeri.

2 Ds: Resiko jatuh


1. Klien mengatakan kakinya terkadang gemetar
saat berjalan.

Do:

38
1. Klien tampak gemetar saat memegang gelas
berisi susu yang mau dipindahkan ke kamar.
2. Hasil postural hypotensi lebih dari 20 mmHg
pada tekanan diastolik.
3. Hasil reach test <6 inchi
4. Pada saat diminta berdiri dan mengangkat
satu kaki klien hanya melakukan sebentar dan
kembali duduk.
5. Hasil TUG Test 24 detik.

39
C. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis berhubungan dengan proses penyakit
2. Insomnia berhubungan dengan ansietas
3. Risiko jatuh berhubungan dengan kesulitan gaya berjalan

D. NURSING CARE PLAN

No Diagnosa NOC NIC


1 Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Pain management
berhubungan dengan selama 3x 12 jam nyeri dapat berkurang dengan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
proses penyakit kriteria hasil : 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidak
Pain level nyamanan.
1. Nyeri berkurang dari 5menjadi 2 dengan 3. Monitor TTV
menggunakan menejemen nyeri. 4. Ajarkan tehnik non farmakologi (relaksasi
2. Pasien merasa nyaman setelah nyeri dengan tarik nafas dalam dan senam ergonimis)
berkurang.
3. TTD dalam batas normal TD sekitar
130/80 mmHg, Nadi: 60-100x/menit,
R:20-24x/menit, S:36,5-37°C.
2 Insomnia berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Monitor TTV
dengan ansietas 3x12 jam, diharapkan masalah insomnia Tn. Z 2. Lakukan penyuluhan tentang tekhnik relaksasi
dapat teratasi dengan kriteria hasil: otot progresif kepada klien
1. Klien tampak bergairah saat mengikuti 3. Latih klien untuk melakukan tekhnik relaksasi
kegiatan pagi di panti otot progresif
2. Mata klien tidak nampak merah 4. Evaluasi tekhnik relaksasi otot progresif yang
(mengantuk) dilakukan oleh klien

40
3. Tn.Z tidak terbangun pada malam hari
4. Melaporkan secara verbal bahwa insomnia
berkurang
3 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Berikan penyuluhan tentang apa saja bahaya
3x12 jam Tn.Z tidak mengalami jatuh, dengan lingkungan yang ada disekitar wisma yang dapat
kriteria: menyebabkan resiko jatuh
1. Mampu mengidentifikasi bahaya
lingkungan yang dapat meningkatkan 2. Anjurkan untuk memakai alat bantu jalan (jika
cedera membutuhkan)
2. Mampu menggunakan alat bantu untuk
3. Ajarkan gerakan latihan keseimbangan
menghindari cidera
3. Mampu mempraktekan gerakan latihan
keseimbangan

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

No Diagnosa Hari, Jam Implementasi Evaluasi Ttd


tanggal
1 Nyeri kronis Selasa, 19 11.30 1. Mengkaji nyeri klien S:
berhubungan Februari 2. Melatih relaksasi napas dalam P: klien mengatakan masih nyeri
dengan 2019 3. Mengukur TTV Q: nyeri terasa mencengkram
proses R: nyeri di tengkuk
penyakit S: skala 5
T: hilang timbul

O: TD: 140/90 mmHg, Nadi: 80x/menit, ,


RR: 22x/menit.

41
A: Masalah nyeri kronis belum teratasi

P:
1. Kaji nyeri klien
2. Evaluasi senam ergonomis

Rabu, 20 11.00 1. Mengkaji nyeri klien S:


Februari 2. Evaluasi senam ergonomis P: klien mengatakan nyeri mulai
2019 3. Mengukur TTTV berkurang
Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk
S: skala 4
T: hilang timbul

O: TD: 140/70 mmHg, Nadi: 84x/menit, ,


RR: 20x/menit.

A: Masalah nyeri kronisteratasi sebagian

P:
1. Kaji nyeri klien
2. Motivasi klien untuk melakukan
senam ergonomis

42
Kamis, 21 12.30 1. Mengkaji nyeri klien S:
Februari 2. Evaluasi senam ergonomis P: klien mengatakan nyeri sudah
2019 3. Mengukur TTTV berkurang
Q: nyeri terasa mencengkram
R: nyeri di tengkuk
S: skala 2
T: hilang timbul

O: TD: 140/80 mmHg, Nadi: 80x/menit, ,


RR: 22x/menit.

A: Masalah nyeri kronis teratasi sebagian

P:
1. Kaji nyeri klien
2. Motivasi klien untuk selalu
melakukan senam ergonomis

43
2 Insomnia Selasa, 19 13.00 1. Mengukur tekanan darah S:
berhubungan Februari 2. Mengajarkan klien tentang Klien mengatakan senang diajarkan
dengan 2019 relaksasi otot progresif: senam relaksasi otot progresif.
ansietas O:
a. Relaksasi otot tangan
Klien nampak mempraktikan relaksasi
b. Relaksasi otot muka otot progresif sesuai intruksi meskipun
c. Relaksasi otot perut ada beberapa gerakan yang kurang
d. Relaksasi otot kaki tepat.
TD : 140/90 mmHg
A:
Masalah keperawatan insomnia teratasi
sebagian.
P:
Motivasi klien untuk melakukan
relaksasi otot progresif setiap
sebelum.bangun tidur.

Rabu, 20 16.30 1. Mengukur tekanan darah S:


Februari 2. Mengevaluasi tentang relaksasi 1. Klien mengatakan masih ada
2019 otot progresif beberapa gerakan yang belum di
kuasai.
2. Klien mengatakan dapat tidur pada

44
siang hari 15 menit tetapi tidur
pada malam hari masih terbangun.

O:
Klien mampu melakukan gerakan
senam relaksasi progresif tetapi masih
sering lupa.
TD : 140/70 mmHg

A:
Masalah keperawatan insomnia teratasi
sebagian

P:
Motivasi klien untuk melakukan
relaksasi otot progresif setiap hari

Kamis, 21 13.00 1. Mengukur tekanan darah S:


Februari 2. Mengevaluasi tentang relaksasi 1. Klien mengatakan sudah
2019 otot progresif mempraktekkan setelah bangun
tidur.
2. Klien mengatakan masih terbangun
di malam hari karena pipis

45
O:
Klien mampu mempraktekkan kembali
senam seralksasi otot progresif,
meskipun tidak berurutan.
TD : 140/70 mmHg

A:
Masalah keperawatan insomnia teratasi
sebagian

P:
Motivasi klien untuk melakukan
relaksasi otot progresif setiap hari

46
3 Risiko jatuh Selasa, 19 13.00 1. Mengajarkan klien tentang S:
Februari latihan keseimbangan. 1. Klien mengatakan senang diajarkan
2019 tentang latihan keseimbangan.
2. Klien mengatakan akan melakukan
latihan keseimbangan setiap hari.

O:
Klien tampak mampu mempraktekkan
latihan keseimbangan.

A:
Masalah keperawatan resiko jatuh
teratasi sebagian.

P:
Evaluasi latihan keseimbangan.

47
Rabu,20 13.00 1. Mengevaluasi latihan S:
Februari keseimbangan. Klien mengatakan masih ingat sebagian
2019 gerakan latihan keseimbangan.
O:
Klien mampu mempraktekkan latihan
keseimbangan, meskipun gerakan yang
lainnya masih lupa.

A:
Masalah keperawatan resiko jatuh
teratasi sebagian.

P:
Motivasi klien untuk latihan
keseimbangan.

48
Kamis, 21 13.00 1. Mengevaluasi latihan S:
Februari keseimbangan. Klien mengatakan belum perlu
2019 menggunakan alat bantu untuk berjalan.
O:
Klien masih mampu berjalan tanpa
menggunakan alat bantu.
A:
Masalah keperawatan resiko jatuh
teratasi sebagian.
P:
Motivasi klien untuk latihan
keseimbangan.

49

Anda mungkin juga menyukai