Anda di halaman 1dari 112

PRINSIP STRATIGRAFI

&
GEOLOGI SEJARAH
BAHAN PEMBINAAN UNTUK CALON PESERTA
OLIMPIADE SAINS NASIONAL BIDANG ILMU KEBUMIAN
TAHUN 2009

Disusun oleh
IR. WARTONO RAHARDJO
MOH.INDRA NOVIAN, ST.
STRATIGRAFI

SEDIMENTOLOGI :

Cabang dari Geologi yang membahas tentang proses-proses yang


terlibat dalam pembentukan sedimen serta proses yang merubah
sedimen menjadi Batuan Sedimen

STRATIGRAFI :

Cabang dari Geologi yang membahas tentang batuan berlapis,


terutama batuan sedimen. Pembahasan menyangkut tentang :
penyatuan, penamaan, hubungan antar satuan baik secara lateral
maupun secara vertikal.

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


KONDISI BATUAN DI ALAM

SEGAR :
Batuan masih mempunyai kondisi yang sama dengan kondisi
yang ada pada waktu batuan tersebut baru terbentuk, belum
mengalami perubahan sifat kimia maupun sifat fisiknya

LAPUK :
Batuan telah mengalami perubahan sifat fisik, kimia atau
keduanya, disebabkan oleh karena tersingkapnya batuan
tersebut dan kemudian kena pengaruh dari air, angin dan
atau panas matahari
TENAGA EKSOGEN

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


KONDISI BATUAN DI ALAM

Batuan Segar

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


KONDISI BATUAN DI ALAM

BATUAN INDUK YANG SEGAR


BERUPA BATUAN SEDIMEN

HASIL EROSI BERUPA MATERIAL LEPAS


TERONGGOK DI SEKITAR BATUAN INDUK
BERUPA SEDIMEN KLASTIK

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


KONDISI BATUAN DI ALAM
BATUAN INDUK YANG SEGAR
BERUPA BATUAN BEKU

HASIL EROSI BERUPA MATERIAL LEPAS TERONGGOK DI


SEKITAR BATUAN INDUK BERUPA SEDIMEN KLASTIK

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


KONDISI BATUAN DI ALAM

HASIL EROSI BERUPA MATERIAL LEPAS TERONGGOK DI


SEKITAR BATUAN INDUK BERUPA SEDIMEN KLASTIK

BATUAN INDUK YANG SEGAR


BERUPA BATUAN METAMORF

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


TRANSPORTASI
TRANSPORTASI :
Proses terangkutnya endapan klastik dari lokasi batuan induknya untuk
dipindahkan ke tempat lain.

PELAKSANA TRANSPORTASI :
AIR
ANGIN
GLETSER
GAS GUNUNGAPI

TRANSPORTASI AKAN TERHENTI :


Tenaga yang mentransport sudah lemah sehingga tidak
mampu melaksakan transportasi tersebut : lereng landai
Pada saat transportasi berhenti terjadi proses DEPOSISI
(PENGENDAPAN)

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PENGENDAPAN (DEPOSISI)
PENGENDAPAN :
Proses teronggoknya endapan klastik di suatu tempat akibat
sudah berhentinya proses transportasi.

TEMPAT PENGENDAPAN :
Pengendapan terjadi pada tempat-tempat yang disebut
sebagai LINGKUNGAN PENGENDAPAN : tempat-tempat
di muka bumi yang berupa lekukan (cekungan) dimana
sedimen mengalami pengonggokan

LINGKUNGAN PENGENDAPAN :
DARAT (NON MARINE) : Sungai, Danau, Rawa, Padang pasir
LAUT (MARINE) : Delta, Teluk, Lagun, Laut dangkal, Daerah
terumbu (Reef), Laut dalam

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PROSES PADA LINGKUNGAN PENGENDAPAN
PROSES PENGENDAPAN
KELANGSUNGAN PROSES :
Menerus : menghasilkan endapan yang tebal
Terjadi tetapi segera berhenti : menghasilkan endapan tipis
KEKUATAN (ENERGI) PROSES :
Energi tinggi : menghasilkan onggokan berbutir besar / kasar
Energi rendah : menghasilkan onggokan berbutir halus
HASIL PENGENDAPAN
Apabila pengendapan berlangsung menerus, akan terjadi
onggokan yang nantinya akan membentuk perlapisan
dari ENDAPAN atau SEDIMEN.
PENGERASAN HASIL PENGENDAPAN
Apabila endapan telah bertumpukan satu dengan yang lain,
endapan tersebut akan mengalami pemadatan dan pengerasan
(proses LITIFIKASI) yang akhirnya membentuk BATUAN EN-
DAPAN atau BATUAN SEDIMEN
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
BATUAN SEDIMEN
ASAL
Merupakan hasil litifikasi dari sedimen yang terbentuk sebe-
lumnya.
SEDIMEN KLASTIK menghasilkan BATUAN SEDIMEN KLASTIK
SEDIMEN NON KLASTIK menghasilkan BATUAN SEDIMEN NON
KLASTIK

CIRI BATUAN SEDIMEN


Batuan sedimen yang terbentuk pada lingkungan pengendapan
tertentu akan membawa ciri spesifik dari lingkungan tersebut.

CONTOH BATUAN SEDIMEN UTAMA


BATUAN SEDIMEN KLASTIK : Breksi, Konglomerat, Batupasir
BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK : Batugamping terumbu,
Dolomit, Batubara

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN
BATUAN SEDIMEN
SIFAT UMUM (TIDAK SELALU)
Berlapis
Mengandung fosil
KRONOLOGI DAN POSISI
Pada waktu baru terbentuk berposisi asli horisontal
Perlapisan yang terbentuk terdahulu terletak di bawah perla-
pisan yang terbentuk kemudian
PERKEMBANGAN SEPANJANG WAKTU
Tumpukan batuan sedimen yang ada di suatu daerah memberi-
kan gambaran dari URUTAN STRATIGRAFI dari daerah tersebut
Tumpukan tersebut bisa seragam maupun tidak, umumnya
justru tidak seragam.

STUDI TENTANG URUTAN PERLAPISAN BATUAN DI SUATU DAERAH


DISEBUT SEBAGAI STUDI STRATIGRAFI DAERAH TERSEBUT

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


STRATIGRAFI SEKITAR KEDUNGOMBO

Stratigrafi suatu daerah pada


umumnya dinyatakan dengan
menggambarkan urutan macam
batuan yang ada di daerah
tersebut, mulai dari yang tertua
hingga yang termuda

Urutan macam batuan dinyatakan


dalam bentuk KOLOM STRATIGRAFI

Kolom Stratigrafi harus disusun dan


dibaca / ditafsirkan dengan menggu-
nakan :
HUKUM DASAR STRATIGRAFI

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUKUM DASAR STRATIGRAFI

1. HUKUM INITIAL HORIZONTALITY

2. HUKUM SUPERPOSISI
3. HUKUM LATERAL ACCRETION
4. HUKUM CROSS-CUTTING RELATIONSHIP

5. HUKUM INKLUSI

6. HUKUM BIOTIC SUCCESSION

7. HUKUM STRATA IDENTIFIED BY FOSSIL

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUKUM INITIAL HORIZONTALITY

Pada waktu baru terjadi, endapan akan teronggok oleh pe-


ngaruh gravitasi, mengikuti permukaan alas pengendapan
dan mempunyai permukaan endapan yang horisontal,
menerus dan membaji di tepian cekungan.

Pembajian Permukaan horisontal


Perlapisan tebal horisontal berarti masih Daerah stabil / pasif
sesuai aslinya, belum terangkat / terlipat
Perlapisan miring, berarti telah mengalami Daerah telah mengalami
pengangkatan / perlipatan tektonik aktif
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
DAERAH DENGAN TEKTONIK YANG BERBEDA

DAERAH YANG DALAM WAKTU GEOLOGI DAERAH YANG SETELAH TERJADI PENG-
YANG LAMA TIDAK MENGALAMI GANG- ENDAPAN KEMUDIAN MENGALAMI
GUAN TEKTONIK AKAN MENGHASILKAN GANGGUAN TEKTONIK, AKAN MENGHA-
PERLAPISAN YANG TEBAL DENGAN SILKAN PERLAPISAN DENGAN POSISI
POSISI TETAP HORISONTAL TIDAK HORISONTAL TETAPI TERMIRINGKAN
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
DAERAH TEKTONIK KUAT

DAERAH YANG SETELAH TERJADI PENGENDAPAN KEMUDIAN MENGA-


LAMI GANGGUAN TEKTONIK YANG SANGAT KUAT, AKAN MENGHASIL-
KAN PERLAPISAN TEGAK ATAU PERLAPISAN DENGAN PERLIUKAN
KUAT ( TIGHT FOLDING )
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
HUKUM SUPERPOSISI
Dalam keadaan tidak terganggu, dalam suatu urutan perlapisan
batuan, lapisan yang terbentuk terdahulu (yang tua)
akan terletak di bawah lapisan yang terbentuk kemu-
dian (yang muda) > Lapisan muda di atas lapisan tua

e
d
c
b
a

?
d e
c d
c
c
b
b
a a
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
HUKUM LATERAL ACCRETION
Dalam keadaan normal, dalam suatu urutan proses peng-
dapan, perlapisan akan tumbuh (mengalami akresi) ke
arah lateral. Pembajian terjadi pada tepian maupun pada
dasar cekungan. > Lapisan muda bisa terdapat di atas
maupun disamping lapisan tua

ARAH AKRE SI

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


VARIASI DARI LATERAL ACCRETION

Progradasi

Retrogradasi

Ag r a d a s i

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUKUM UNIFORMITARIANISM
DEFINISI ASLI : Geologic processes operating at present are the same
processes that operated in the past (Lyell : Principles of Geology)

THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST


Peristiwa geologi yang terjadi di masa lalu dikontrol oleh
Hukum alam yang sama dengan proses geologi yang
terjadi masa kini, walau tidak selalu dalam intensitas
yang sama
Pada laut masa kini, koral hanya hidup pada perairan yang
dangkal, jernih dan hangat.
Kalau dalam suatu urutan batuan sedimen dijumpai batu-
gamping koral, maka ditafsirkan bahwa batugamping tersebut
dulu diendapkan pada laut yang dangkal, jernih dan hangat

YANG BERSIFAT UNIFORM ADALAH HUKUM ALAM


YANG MENGONTROLNYA
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
HUKUM HUBUNGAN POTONG SILANG
(CROSS-CUTTING RELATIONSHIP)

APABILA SUATU TUMPUKAN PERLAPISAN BATUAN


DITEROBOS OLEH BATUAN BEKU, MAKA BATUAN YANG
MENEROBOS TADI BERUMUR LEBIH MUDA DARI LAPISAN
BATUAN YANG PALING MUDA YANG DITEROBOS

Batuan beku
berumur lebih
muda dari
batulempung

Batulempung adalah batuan


sedimen yang paling muda
yang diterobos oleh batuan
beku

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


INTRUSI

INTRUSI

BATUAN YANG BATUAN YANG


DITEROBOS
DITEROBOS
VARIASI DALAM
CROSS-CUTTING RELATIONSHIP

SESAR : Sesar yang memotong sejumlah lapisan batuan ter-


jadi lebih muda dari lapisan batuan termuda yang
terkena sesar

LIPATAN : Lipatan yang melipat sejumlah lapisan batuan


terjadi lebih muda dari lapisan batuan termuda yang
terlipat

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUKUM INKLUSI
BATUAN YANG MENGINKLUSI SELALU LEBIH TUA
DARI BATUAN YANG DIINKLUSINYA
INKLUSI

INKLUSI GRANIT PADA BATU- INKLUSI BATUPASIR DALAM


PASIR MENUNJUKKAN BAHWA GRANIT MENUNJUKKAN BAHWA
GRANIT LEBIH TUA DARI BATU- BATUPASIR LEBIH TUA DARI GRANIT
PASIR

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUKUM BIOTIC SUCCESSION
(Abbe Giraud – Soulavie)

DALAM SUATU URUTAN BATUAN SECARA VERTIKAL, KANDUNG-


AN FOSILNYA MENGALAMI PERGANTIAN SECARA SISTEMATIS

Fosil penciri : Fosil Index, penciri lapisan tertentu

SETIAP PERLAPISAN DICIRIKAN OLEH KANDUNGAN


FOSILNYA YANG KHAS

SUATU PERLAPISAN BATUAN TERTENTU DAPAT


DIBEDAKAN DARI PERLAPISAN YANG LAIN ATAS
DASAR CIRI TERTENTU DARI KANDUNGAN FOSILNYA

HUKUM : STRATA IDENTIFIED BY FOSSIL


(William Smith)

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PERKEMBANGAN ORGANISME
SEPANJANG WAKTU
Dari urutan batuan sedimen yang ada di bumi dijumpai fosil
yang berbeda - beda
Pada batuan yang lebih tua dijumpai fosil yang mempunyai
bentuk yang lebih sederhana dengan keanekaragaman
yang kecil.
Semakin muda batuannya fosil yang terkandung mempunyai
bentuk yang lebih kompleks dengan keanekaragaman
yang besar.
1. ORGANISME BERKEMBANG SEPANJANG WAKTU GEO-
LOGI >> MENGALAMI EVOLUSI
2. EVOLUSI DARI BENTUK SEDERHANA KE ARAH YANG
YANG LEBIH KOMPLEKS (PROGRESIF / NON
RETROGRESIF)
3. JAMAN GEOLOGI DI BERDIRIKAN UNTUK WAKTU DI
MANA TERJADI KUMPULAN FOSIL YANG KHAS
YANG BERBEDA DENGAN WAKTU SEBELUM DAN
SESUDAHNYA.
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
PERKEMBANGAN ORGANISME
SEPANJANG WAKTU

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PERKEMBANGAN ORGANISME
SEPANJANG WAKTU

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


KEGUNAAN KOLOM STRATIGRAFI
KOLOM STRATIGRAFI dimanfaatkan untuk merekonstruksi urutan
Kejadian batuan di suatu daerah, urutan proses yang terjadi dan
Perkembangan lingkungan dimana batuan tersebut terjadi

Deposisi 3

Erosi 2
Intrusi 1

Deposisi 2
Erosi 1

Deposisi 1
REKAMAN STRATIGRAFI SEJARAH PEMBENTUKAN
(STRATIGRAPHIC RECORD) (GENETIC INTERPRETATION)
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
STRATIGRAFI

REKAMAN STRATIGRAFI
(STRATIGRAPHIC RECORD) WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
FASIES SEDIMENTER
FASIES PENGENDAPAN : adalah suatu tubuh batuan sedimen yang
terbentuk sbagai hasil satu periode pengendapan, mempunyai ciri
geometri, litologi, struktur sedimen dan fosil yang khas. Batas bawah dan
atasnya tajam, sedang diantaranya mungkin terdapat subfasies dengan
batas yang berangsur (gradasional).

Karena menggerus akan


menghasilkan kontak
antar fasies yang tajam SF1a

F3 F1
SF1b SF1c
F2

F1

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


FASIES SEDIMENTER
FASIES PENGENDAPAN : adalah suatu tubuh batuan sedimen yang
terbentuk sbagai hasil satu periode pengendapan, mempunyai ciri
geometri, litologi, struktur sedimen dan fosil yang khas. Batas bawah dan
atasnya tajam, sedang diantaranya mungkin terdapat subfasies dengan
batas yang berangsur (gradasional).

Karena menggerus akan SF2a


menghasilkan kontak
antar fasies yang tajam SF1a
SF2b

F3 F1 F2
SF1b SF1c
F2 SF2c

F1

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


FASIES SEDIMENTER
FASIES PENGENDAPAN : adalah suatu tubuh batuan sedimen yang
terbentuk sbagai hasil satu periode pengendapan, mempunyai ciri
geometri, litologi, struktur sedimen dan fosil yang khas. Batas bawah dan
atasnya tajam, sedang diantaranya mungkin terdapat subfasies dengan
batas yang berangsur (gradasional).

SF2a SF3a
Karena menggerus akan
menghasilkan kontak SF3b
antar fasies yang tajam SF1a
SF2b
F3
F3 F1 F2 SF3c
SF1b SF1c
F2 SF2c

F1

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


FASIES SEDIMENTER
FASIES PENGENDAPAN : adalah suatu tubuh batuan sedimen yang
terbentuk sbagai hasil satu periode pengendapan, mempunyai ciri
geometri, litologi, struktur sedimen dan fosil yang khas. Batas bawah dan
atasnya tajam, sedang diantaranya mungkin terdapat subfasies dengan
batas yang berangsur (gradasional).

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


FASIES SEDIMENTER

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUBUNGAN SATUAN STRATIGRAFI
HUBUNGAN VERTIKAL

F H

E G

D F

C E

B B TIDAK SELARAS

A A
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
HUBUNGAN VERTIKAL
ANTAR FASIES SEDIMENTER

1
AMALGAMASI /MASSIVE SISIPAN / INTERCALATION PERSELINGAN / INTERBED PERULANGAN
Batas fasies menjadi kabur Sisipan lebih tipis dari yang Tumpukan 2 fasies GRADASI / INTERGRADE
(tidak tampak) disisipi yang sama tebal Tumpukan graded bed
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
HUBUNGAN VERTIKAL
ANTAR FASIES SEDIMENTER

COARSENING UPWARD FINING UPWARD


Mengkasar ke atas Menghalus ke atas
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
HUBUNGAN LATERAL
PERUBAHAN FASIES YANG TERJADI KE ARAH
SAMPING

MENERUS SECARA LATERAL

TERJADI PERUBAHAN FASIES SECARA LATERAL

HUBUNGAN
MENYILANG
JARI
(INTERFING-
ERING)

TERJADI HUBUNGAN MEMBAJI WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


SATUAN STRATIGRAFI

SATUAN LITOSTRATIGRAFI
Suatu tubuh batuan ( bagian dari suatu urutan stratigrafi )
yang dapat dibedakan dengan tubuh batuan yang lain
atas dasar kandungan dan sifat litologinya yang khas

SATUAN BIOSTRATIGRAFI

Suatu tubuh batuan ( bagian dari suatu urutan stratigrafi )


yang dapat dibedakan dengan tubuh batuan yang lain
atas dasar kandungan dan sifat fosilnya yang khas

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


SATUAN LITOSTRATIGRAFI
Suatu tubuh batuan ( bagian
dari suatu urutan stratigrafi ) G
yang dapat dibedakan dengan
C
tubuh batuan yang lain atas
dasar sifat litologi penyusun- F
nya yang khas

Tubuh batuan tersusun oleh B


tumpukan fasies sedimenter E
yang membentuk asosiasi yang
khas, yang berbeda dengan
asosiasi lain dan penyebaran-
nya dapat dipetakan pada
A D
sekala 1 : 25.000

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


Satuan
SATUAN BIOSTRATIGRAFI Biostratigrafi
SATUAN . b . .ef
LITOSTRAT. Zone
. b . .ef
D
. b . .ef f
SATUAN . b . .e. Zone
LITOSTRAT.
C
. b . .e. e
. b . d. .
Zone
. . . d. .
SATUAN
. b . d. . d
LITOSTRAT.
B . b c . . . Zone
. . c . . .
. b c . . .
c
SATUAN
LITOSTRAT.
ab c . . .
A ab c . . . Zone
ab c . . . a
ab c . . .
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
TINJAUAN SINGKAT TENTANG STRUKTUR
SEDIMEN
• Struktur Sedimen adalah pola-pola yang dijumpai pada perlapisan
batuan sedimen.

• Struktur Sedimen merupakan rekaman dinamika lingkungan pengendapan

• Dijumpai di atas, di dalam atau di bawah perlapisan.

• Terbentuk dan berkembang melewati sejumlah proses fisik atau kimiawi


yang terjadi sebelum, selama dan sesudah pengendapan.

Kategori Struktur Sedimen :


1. Erosional
2. Deposisional
3. Post deposisional
4. Biogenik

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


STRUKTUR SEDIMEN EROSIONAL
FLUTE CAST : Pada bottom bed ; merupakan isian dari hasil
gerusan oleh ulakan arus turbid, meruncing ke
arah hulu dan melebar ke arah hilir

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


STRUKTUR SEDIMEN EROSIONAL
GROOVE CAST : Pada bottom bed ; merupakan isian dari hasil
goresan oleh material keras yang terbawa oleh
arus, menunjukkan orientasi arus purba

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


STRUKTUR SEDIMEN EROSIONAL
SCOUR / CHANNEL : Kontak dua litologi yang berupa gerusan
pada lapisan bawah selebar beberapa dm (scour)
atau beberapa belas – puluh m (channel)

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


STRUKTUR SEDIMEN DEPOSISIONAL
PERLAPISAN : Produk dari perubahan pola sedimentasi, bisa
berupa perubahan ukuran butir, warna atau kom-
posisi mineral. Perlapisan > 1 cm > laminasi

Perlapisan Laminasi
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
STRUKTUR SEDIMEN DEPOSISIONAL
GELEMBUR (RIPPLE) : Struktur sedimen yang mencirikan bagi-
an atas dari perlapisan, berasal dari bedform aki-
bat arus atau gelombang

Gelembur arus (asimetri) Gelembur gelombang (simetri)


WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
STRUKTUR SEDIMEN DEPOSISIONAL
SILANG SIUR (cross-bed) : Struktur sedimen dalam perlapisan
yang terdiri atas perlapisan yang arahnya menyi-
lang perlapisan umum

Silang siur berskala besar Silang siur berskala kecil


Skala set : meter Skala set : cm - dm
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
STRUKTUR SEDIMEN DEPOSISIONAL
PERLAPISAN BERSUSUN (graded-bed) : Struktur sedimen dalam
perlapisan yang menunjukkan perubahan butir dari bawah
ke atas.

Beberapa variasi perlapisan bersusun


WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
STRUKTUR SEDIMEN DEPOSISIONAL
CLAY CLASTS / RIPPED UP CLASTS

Ripped up clast pada dasar dari turbidit


WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
STRUKTUR SEDIMEN POST DEPOSISIONAL
LAMINASI KONVOLUT : perlapisan tipis yang meliuk-liuk

Beberapa variasi laminasi konvolut


WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
STRUKTUR SEDIMEN POST DEPOSISIONAL
LOAD STRUCTURE / FLAME STRUCTURE

LOADING Flame structures

Loading yang menghasilkan flame structure


WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
GEOLOGI SEJARAH
Bagian dari Geologi yang khusus membahas tentang
sejarah bumi
Pembahasan tentang bumi sebagai badan angkasa
sepanjang waktu geologi
a. perkembangan kondisi fisik :
benua, samudra, pegunungan, pergerakannya
b. perkembangan kehidupan
binatang yang sudah punah
binatang yang masih ada
Perkembangan tersebut terekam dalam batuan yang ada
di kulit bumi dalam bentuk :
a. batuan (jenis, macam, posisi)
b. pola / kerangka struktur
c. kandungan fosil
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
SEJARAH ALAM SEMESTA
Alam semesta terbentuk sekitar 13 milyar tahun yang lalu
lewat suatu proses ledakan : THE BIG BANG

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


SEJARAH ALAM SEMESTA

SOLAR NEBULA

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PEMBENTUKAN TATA SURYA
TEORI PEMBENTUKAN BUMI & PLANET LAIN

Awalnya dingin kemudian panas dan kemudian mendingin

1. TEORI PLANETISIMAL DARI CHAMBERLIN & MOULTON : Proto matahari berpa-


pasan dengan bintang lain, sebagian masa matahari yang berupa gas tercabik,
mengeras menjadi partikel kecil yang disebut planetisimal. Sejumlah besar
planetisimal beragregasi membentuk planet.
2. TEORI SOLAR NEBULA DARI WEIZACKER & KUIPER : Modifikasi teori planet-
isimal. Pada sekitar 6 milyar tahun lalu, suatu gumpalan interstellar cloud
(hasil dari suatu ledakan supernova) berputar di ruang angkasa. Gayaberat
mengumpulkan masa pada inti putar. Kompresi ini menghasilkan peningkatan
suhu -> energi panas matahari. Gas yang mengelilingi inti mengalami turbu-
lensi, membentuk solar nebula, mengalami kondensasi jadi planetisimal,
beragregasi jadi proto planet.

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PEMBENTUKAN TATA SURYA
DARI NEBULA MENJADI PLANET
A. Nebula (awan yang tersusun oleh gas dan debu)
menggumpal akibat gayaberat. Penggumpalan
diikuti pemutaran & pemipihan
B. Dipusat akan terbentuk bintang sedang planet
akan terbentuk di pinggir lempengan (C)
D. Hidrogen dan Helium tetap berupa gas sedang
material lain mulai mendingin / mengeras
membentuk planetisimal
E. Suhu yang tinggi mengakibatkan hanya logam/
batu yang mendingin di bagian dalam dari
lempengan, sedang dibagian luar yang lebih
dingin terjadi pembentukan es (F)
G. Hasil pendinginan yang bersifat keras (planet-
isimal) saling bertumbukan akibat gaya berat.
Yang berukuran besar menarik yang kecil
sehingga seluruhnya semakin membesar
H. Di bagian dalam akan terbentuk terrestrial
planet sedang diluar terbentuk planet gas
(Jovian planet) yang berukuran besar (I)
J. Akhirnya terbentuk sistem Tata Surya dengan
Terestrial planet dibagian dalam dan Jovian
planet di luar (K). Sisanya (L) membentuk
asteroid (batu/logam) atau komet (es)
PEMBENTUKAN TATA SURYA
Evolusi tata surya bermula
pada pembentukan planet
akibat penyatuan planetisimal
dan gas
Pola orbit yang semula acak
secara berangsur menjadi
memipih akibat menyatunya
planetisimal yang berjumlah
banyak menjadi planet yang
sedikit jumlahnya
Pola orbit planet terletak sebi-
dang dengan orbit planet lain,
Kecuali orbit komet (es)

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PENDINGINAN BUMI
Planetisimal bumi dan gas
setelah mendingin mem-
bentuk planet bumi, yang
mendingin dari luar kedalam
Pada awal pembekuan ter-
bentuk bagian keras, yang
nantinya membentuk kerak.
Sebagian kerak masih beru-
pa lekukan terisi material
yang leleh
Hujan meteor masih sangat
sering terjadi di bumi mau-
pun di satelitnya yang ber-
nama Bulan
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
AWAL TERBENTUKNYA ATMOSFER

Jumlah dan macam gas yang ada di atmosfer primordial tergantung dari
variasi gas yang dikeluarkan bumi pada fase diferensiasi (outgassing) .
Nitrogen cenderung tinggal di atmosfer, uap air menjadi hujan membentuk
laut,karbondioksida bersenyawa dengan Ca membentuk batugamping.
Hidrogen dan Helium karena ringan cenderung hilang ke ruang angkasa.
OUTGASSING

Gasdan
Gas danuap
uapair
airkeluar
keluarlewat
lewat
Gas danair
sumber uap air keluar
panas (geyser)
gunungapi bawah laut
lewat gunungapi daratan(MOR)

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PERKEMBANGAN ATMOSFER

4,6 BYA 3 BYA 2 BYA 1 BYA


WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
SEJARAH ALAM SEMESTA
0 MYA 0 MYA 0 MYA
Masa Kini
Phanerozoic
Cenozoic
570 MYA
65 MYA

4,600 MYA
Proterozoic Mesozoic
Pembentukan
Bumi

245 MYA

2700 MYA

Paleozoic
Archean

Pembentukan
Alam Semesta 12,000 MYA 4,600 MYA 570 MYA
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
KONSEP TENTANG SEJARAH

Sejarah : Rangkaian peristiwa yang diurutkan berdasar-


kan waktu terjadinya
Komponen Sejarah :
Waktu
Peristiwa
IDEALNYA REALITANYA PEMBACAAN

T6 T6 T6
T5 HILANG
TEREROSI T5
T4
T4 T4
T3 HILANG
TEREROSI T3
T2
T2 T2
T1 T1 T1

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


MASALAH REKONSTRUKSI SEJARAH

APA YANG TERJADI ?


KAPAN, BAGAIMANA URUT-
ANNYA ?

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


WAKTU GEOLOGI

Waktu Geologi : Waktu yang digunakan untuk mengu-


kur lamanya suatu kejadian / proses geologi

Waktu Geologi terhitung dari saat pembentukan bumi


(4,6 milyar tahun yang lalu) hingga saat ini

Macam Waktu Geologi :


Waktu nisbi (waktu relatif)
Waktu mutlak (waktu absolut)

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


Digambar secara
REKAMAN DALAM BATUAN skematis
Batuan sedimen berlapis tersingkap di Diambil bagian
lapangan dalam posisi sudah miring yang urutan
akibat gaya tektonik vertikalnya jelas

Urutan Kolom
Secara mental posisi Stratigrafi Stratigrafi
tersebut dikembalikan
menjadi horisontal WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
MEMBACA SEJARAH DARI KOLOM

IDEALNYA REALITANYA PEMBACAAN

T6 T6 T6
T5 HILANG
TEREROSI T5
T4
T4 T4
T3 HILANG
TEREROSI T3
T2
T2 T2
T1 T1 T1

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


CONTOH KOLOM STRATIGRAFI
Stratigrafi suatu daerah pada
umumnya dinyatakan dengan
menggambarkan urutan macam
batuan (Formasi batuan) yang
ada di daerah tersebut, mulai
dari yang tertua hingga yang
termuda

Urutan macam batuan dinyatakan


dalam bentuk KOLOM STRATIGRAFI

Kolom Stratigrafi harus disusun dan


dibaca / ditafsirkan dengan menggunakan
: HUKUM DASAR STRATIGRAFI

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUKUM DASAR STRATIGRAFI

1. HUKUM INITIAL HORIZONTALITY

2. HUKUM SUPERPOSISI
3. HUKUM UNIFORMITARIANISM
4. HUKUM CROSS-CUTTING RELATIONSHIP

5. HUKUM INKLUSI
6. HUKUM BIOTIC SUCCESSION / STRATA IDENTIFIED
BY FOSSIL

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUKUM INITIAL HORIZONTALITY
Pada waktu baru terjadi batuan sedimen mempunyai permukaan
yang horisontal. Permukaan horisontal

Perlapisan tebal horisontal berarti KEADAAN MASAKINI


masih sesuai aslinya, belum terangkat
/ terlipat KEADAAN AWAL / ASLINYA
Perlapisan miring, berarti telah
mengalami pengangkatan / perlipatan

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


DAERAH TEKTONIK KUAT

DAERAH YANG SETELAH TERJADI PENGENDAPAN KEMUDIAN MENGA-


LAMI GANGGUAN TEKTONIK YANG SANGAT KUAT, AKAN MENGHASIL-
KAN PERLAPISAN TEGAK ATAU PERLAPISAN DENGAN PERLIUKAN
KUAT ( TIGHT FOLDING )
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
HUKUM SUPERPOSISI
Dalam keadaan tidak terganggu, dalam suatu urutan perlapisan
batuan, lapisan yang terbentuk terdahulu (yang tua)
akan terletak di bawah lapisan yang terbentuk kemu-
dian (yang muda) > Lapisan muda di atas lapisan tua

e
d
c
b
a

?
d e
c d
c
c
b
b
a a
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
HUKUM UNIFORMITARIANISM
DEFINISI ASLI : Geologic processes operating at present are the same
processes that operated in the past (Lyell : Principles of Geology)

THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST


Peristiwa geologi yang terjadi di masa lalu dikontrol oleh
Hukum Alam yang sama dengan proses geologi yang
terjadi masa kini, walau tidak selalu dalam intensitas
yang sama
Pada laut masa kini, koral hanya hidup pada perairan yang
dangkal, jernih dan hangat.
Kalau dalam suatu urutan batuan sedimen dijumpai batu-
gamping koral, maka ditafsirkan bahwa batugamping tersebut
dulu diendapkan pada laut yang dangkal, jernih dan hangat

YANG BERSIFAT UNIFORM ADALAH HUKUM ALAM


YANG MENGONTROLNYA
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
PENERAPAN HUKUM UNIFORMITARIANISM

THE PRESENT THE PAST

THE PRESENT THE PAST

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUKUM HUBUNGAN POTONG SILANG
(CROSS-CUTTING RELATIONSHIP)
Apabila suatu tumpukan perlapisan batuan diterobos oleh
batuan beku, maka batuan yang menerobos tadi berumur
lebih muda dari lapisan batuan yang paling muda yang
diterobos

Batuan beku
berumur lebih
muda dari
batulempung

Batulempung adalah batuan


sedimen yang paling muda
yang diterobos oleh batuan
beku

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


BATUAN PENEROBOS (INTRUSI)

INTRUSI

BATUAN YANG BATUAN YANG


DITEROBOS
DITEROBOS

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


VARIASI DALAM
CROSS-CUTTING RELATIONSHIP
SESAR : Sesar yang memotong sejumlah lapisan batuan ter-
jadi lebih muda dari lapisan batuan termuda yang
terkena sesar
LIPATAN : Lipatan yang melipat sejumlah lapisan batuan
terjadi lebih muda dari lapisan batuan termuda yang
terlipat

Sesar = sesar turun


< Sesar < < Lipatan <
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
HUKUM INKLUSI
Batuan yang menginklusi selalu lebih tua dari batuan yang
diinklusinya
INKLUSI

Inklusi granit pada batu- Inklusi batupasir dalam


Pasir menunjukkan bahwa Granit menunjukkan bahwa
Granit lebih tua dari batu- Batupasir lebih tua dari granit
Pasir

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUKUM BIOTIC SUCCESSION
(Abbe Giraud – Soulavie)

Dalam suatu urutan batuan secara vertikal, kandungan


fosilnya mengalami pergantian secara sistematis
Fosil penciri : Fosil Index, penciri lapisan tertentu
Setiap perlapisan dicirikan oleh kandungan
fosilnya yang khas
Suatu perlapisan batuan tertentu dapat dibe-
dakan dari perlapisan yang lain atas dasar ciri
tertentu dari kandungan fosilnya

STRATA IDENTIFIED BY FOSSIL


(William Smith)

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


HUKUM BIOTIC SUCCESSION
x
U08
x
U07 x Fosil indeks :
x
U06 x
x
x fC untuk umur U02
U04 x
x fD untuk umur U02 – U03
x fE untuk umur U07
U03 x fG untuk umur U04
x fI untuk umur U06 – U07
x
U02 x
x
x
x
U01 x

x
x
fA fB fC fD fE fF fG fH fI
MEMBACA SEJARAH DARI KOLOM

KOLOM STRATIGRAFI dimanfaatkan untuk merekonstruksi urutan


Kejadian batuan di suatu daerah, urutan proses yang terjadi dan
Perkembangan lingkungan dimana batuan tersebut terjadi

IDEALNYA REALITANYA PEMBACAAN

T6 T6 T6
T5 HILANG
TEREROSI T5
T4
T4 T4
T3 HILANG
TEREROSI T3
T2
T2 T2
T1 T1 T1
KEGUNAAN KOLOM STRATIGRAFI
KOLOM STRATIGRAFI dimanfaatkan untuk merekonstruksi urutan
Kejadian batuan di suatu daerah, urutan proses yang terjadi dan
Perkembangan lingkungan dimana batuan tersebut terjadi

Deposisi 3

Erosi 2
Intrusi 1

Deposisi 2
Erosi 1

Deposisi 1
REKAMAN STRATIGRAFI SEJARAH PEMBENTUKAN
(STRATIGRAPHIC RECORD) (GENETIC INTERPRETATION)
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
PENETAPAN UMUR ABSOLUT
Setiap mineral yang bersifat radioaktif (parent isotope),
segera setelah terbentuk akan mengalami PELURUHAN,
menuju ke bentuk mineral lain yang tidak radioaktif (daughter
isotope)
Potasium – 40 Argon – 40
Parent / Induk Daughter/ Ubahan
Proses peluruhan bekerja secara terus menerus dalam in-
tensitas yang konstan, dengan mengikuti Waktu Paruh (Half
Life), yaitu waktu yang diperlukan oleh suatu mineral untuk
meluruh hingga menjadi 50 % dari masa semula.
Setiap unsur radioaktif memiliki Waktu Paruh yang khas.
Umur batuan yang mengandung sesuatu mineral radioaktif ditentukan
berdasarkan atas dasar persentase antara isotop induk terhadap isotop
ubahannya dan membandingkannya dengan waktu paruh bagi mineral
radioaktif tersebut
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
ISOTOP YANG SERING DIGUNAKAN
PADA PERTANGGALAN ABSOLUT
KISARAN MATERIAL ATAU
ISOTOP ISOTOP WAKTU PARUH PERTANGGALAN MINERAL YANG DAPAT
INDUK UBAHAN (Tahun) EFEKTIF DIGUNAKAN UNTUK
(Tahun) PERTANGGALAN

Segala sesuatu yang


pernah hidup : kayu,
Carbon 14 Nitrogen 14 5730 + 30 100 – 70.000
tulang, daun, cang-
kang, kain
Muskovit, Biotit,
Argon 40 50.000 –
Kalium 40 1,3 milyar Hornblende, Batuan
Calcium 40 4,6 milyar
volkanik
Uranium 238 Timbal 206 4,5 milyar 10 juta – Zircon, Uraninit,
Thorium 232 Timbal 208 14 milyar 4,6 milyar Pitchblende
Muskovit, Biotit,
10 juta –
Rubidium 87 Strontium 87 47 milyar K-Feldspar, Batuan
4,6 milyar
Beku & Metamorf

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PENETAPAN UMUR ABSOLUT
Suatu batuan mengandung mi-
neral yang mempunyai isotop
U238 sebanyak 64 %
Maka umur batuan tersebut ada-
lah 2.8 + x milyar tahun

64.0
Half Life 4.5 mth

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


SEJARAH ALAM SEMESTA
0 MYA 0 MYA 0 MYA
Masa Kini
Phanerozoic
Cenozoic
Cambrian
570 MYA
65 MYA

4,600 MYA
Proterozoic Mesozoic
Pembentukan

PRE CAMBRIAN
Bumi

245 MYA

2700 MYA

Paleozoic
Archean

Pembentukan Cambrian
Alam Semesta 12,000 MYA 4,600 MYA 570 MYA
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
PERKEMBANGAN POSISI BENUA
SEPANJANG WAKTU
0 MYA

Cenozoic

65 MYA

Mesozoic

245 MYA

Paleozoic

570 MYA

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PERKEMBANGAN ORGANISME
SEPANJANG WAKTU
0 MYA
Cenozoic
65 MYA

Mesozoic

245 MYA

Paleozoic

570 MYA

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


ERA PALEOZOIC
MESOZOIC
245
PERMIAN
286
CARBONIFEROUS
360
DEVONIAN
408
SILURIAN
438
ORDOVICIAN
505
CAMBRIAN
570
PRE CAMBRIAN (PROTEROZOIK & ARCHEAN)
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
ERA PALEOZOIC
Samudera Tethys

245 Terbentuk
PERMIAN benua
286 Pangaea
CARBONIFEROUS
360
DEVONIAN
408
SILURIAN
438
ORDOVICIAN
505
CAMBRIAN
570

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


ERA PALEOZOIC

245
PERMIAN

Organisme Darat
286 Fusulina
CARBONIFEROUS

Organisme Laut
360
DEVONIAN
408 Ikan

SILURIAN
438
ORDOVICIAN
505
CAMBRIAN Trilobita
570 Muncul organisme ber-
cangkang keras

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


FAUNA SERPIH BURGESS (CAMBRIAN)

FOSILNYA

HASIL
REKONSTRUKSINYA

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


ERA PALEOZOIC

245
PERMIAN

Organisme Darat
286 Fusulina
CARBONIFEROUS

Organisme Laut
360
DEVONIAN
408 Ikan

SILURIAN
438
ORDOVICIAN
505
CAMBRIAN Trilobita
570 Muncul organisme ber-
cangkang keras

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


ERA MESOZOIC
CENOZOIC
65
CRETACEOUS
144
JURASSIC
213
TRIASSIC
245
PALEOZOIC
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
ERA MESOZOIC

65
CRETACEOUS
144
JURASSIC
213
TRIASSIC
245

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


ERA MESOZOIC

65 Mass extinction

CRETACEOUS
144
JURASSIC
213
Archeopteryx
TRIASSIC
245

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


MALAPETAKA METEOR (CRETACEOUS)

T
K

Lapisan lempung dengan


kadar Iridium yang tinggi
di Gubbio (Italia)

Chicxulub
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
MALAPETAKA METEOR (CRETACEOUS)

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


ERA CENOZOIC
0
HOLOCENE
0.01
PLEISTOCENE
2
PLIOCENE
5.1
MIOCENE
24.6
OLIGOCENE
38
EOCENE
54.9
PALEOCENE
65

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


ERA CENOZOIC
0
HOLOCENE
0.01
PLEISTOCENE
2
PLIOCENE
5.1
MIOCENE
24.6
OLIGOCENE
38
EOCENE
54.9
PALEOCENE
65

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


ERA CENOZOIC
0
HOLOCENE

Hominids
0.01
PLEISTOCENE
Arus Circum Polar
Glasiasi
2
PLIOCENE
5.1
MIOCENE
24.6
OLIGOCENE
Bukit Barisan
Orogenesis

38
Himalaya,
Alpen,

EOCENE
54.9
PALEOCENE
65

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PERKEMBANGAN KERANGKA TEKTONIK

Pemekaran - Penunjaman Pemekaran – Penunjaman


Penunjaman - Tumbukan
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
PERKEMBANGAN ARUS CIRCUM POLAR

Antartika terkena
arus hangat dari
equator, es tidak
terbentuk

Waktu Amerika Sela-


tan menjauh dari An-
tartika, arus circum
polar yang terbentuk
menyekat Antartika,
sehingga arus hangat
tidak sampai. Es mulai
terbentuk
WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009
ZAMAN ES (GLASIASI) PLEISTOSEN

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


ZAMAN ES (GLASIASI) PLEISTOSEN

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PERKEMBANGAN HOMINID

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


PERKEMBANGAN HOMINID PRA Homo sapiens

Australopithecus sp. Homo erectus

Homo neanderthalensis Homo Cro Magnone

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009


SEKIAN
TERIMAKASIH ATAS
PERHATIAN YANG DIBERIKAN

SEMOGA SUKSES
PADA OLIMPIADE YANG AKAN DATANG

WR/2009/PRINSIP STRATIGRAFI – GEOLOGI SEJARAH/IESO 2009

Anda mungkin juga menyukai