Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH BIMBINGAN DAN KONSELING

LATAR BELAKANG BK DAN PENERAPAN BK


DISEKOLAH DAN LUAR SEKOLAH

Dosen Pengampu:

Disusun Kelompok 1:

1. Tira Monita (A1G017038)


2. Mezia Rahmadanti (A1G017040)
3. Indah Rani Nurkurni (A1G017090)

Semester 5.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU


SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah bimbingan
konseling yang diberi judul “Latar Belakang Bk Dan Penerapan Bk Disekolah
Dan Luar Sekolah” ini dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Bimbingan Konseling.
Terima kasih sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Ibu Vira
Afriyati, M.Pd., Kons. selaku dosen pengampu mata kuliah ini.

Kami sadar bahwa makalah ini belum bisa dikatakan sempurna, namun
kami selaku penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun
semua khalayak pembaca makalah ini. Bersama dengan ini kami juga memohon
maaf jika ada kesalahan–kesalahan dalam penulisan makalah maupun isi dari
makalah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bengkulu, 26 Agustus 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. i


Daftar Isi ......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
I.1 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
I.2 Tujuan. ................................................................................................. 2
BAB II Pembahasan
II.1 Deskripsi Pelaksanaan BK di Sekolah dan Luar Sekolah.. ................ 3
II.2 Posisi dan Urgensi BK dalam Praktik pendidikan. ............................ 8
II.3 Kondisi BK di Indonesia Saat Ini. ...................................................... 13
II.4 Sejarah Perkembangan BK di Indonesia. ........................................... 17
BAB III
III.1 Kesimpulan ....................................................................................... 25
III.2 Saran. ................................................................................................ 25
Daftar Pustaka. ............................................................................................... 26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan yang menunjang


pelaksanaan pendidikan di sekolah, karena program-program bimbingan dan
konseling meliputi aspek-aspek tugas perkembangan individu, khususnya
menyangkut kawasan kematangan personal dan emosional, sosial pendidikan
serta kematangan karir. Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia
sudah cukup lama, berawal dari kebijakan pemerintah pada tahun 1960-1970
yang menetapkan bimbingan dan konseling di masukkan ke dalam kegiatan
sekolah untuk menunjang misi sekolah mencapai tujuan pendidikannya. Periode
berikutnya, pada tahun 1975 terbentuk sebuah organisasi profesi yang bernama
IPBI (sekarang berubah menjadi ABKIN) hasil dari konvensi nasional
bimbingan konseling pertama di Malang.
Jika dilihat dari peta perkembangan bimbingan dan konseling baik dari
sisi perkembangan profesi, maupun sebagai kajian keilmuan, sudah semestinya
bimbingan dan konseling di Indonesia sudah mempunyai bentuk kerja
profesional yang jelas. Namun sampai detik ini kejelasan bentuk kerja
profesional baru di dunia pendidikan yaitu sebagai konselor sekolah, walaupun
pada kenyataannya pelaksanaan di lapangan masih terseok-seok dan bingung,
karena ketidak jelasan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis layanan BK di
sekolah

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah dan di luar
sekolah ?
2. Bagaimana posisi dan urgensi bimbingan konseling dalam praktik
pendidikan ?
3. Bagaimana kondisi bimbingan konseling di sekolah saat ini ?

1
4. Bagaimana sejarah perkembangan bimbingan konseling di Indonesia ?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah dan di
luar sekolah.
2. Untuk mengetahui posisi dan urgensi bimbingan konseling dalam
praktik pendidikan.
3. Untuk mengetahui kondisi bimbingan konseling di sekolah saat ini.
4. Untuk mengetahui sejarah perkembangan bimbingan konseling di
Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Deskripsi Pelaksanaan BK di Sekolah dan Luar Sekolah


a. Pelaksanaan BK di Sekolah

Bimbingan disekolah dapat digolongkan dalam bimbingan belajar,


bimbingan pribadi, social, dan bimbingan karier. Dimana karakteristik dari
masing – masing kelompok itu adalah :
1. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar diarahkan kepada upaya membantu peserta didik dalam
mempelajari konsep dan keterampilan yang terkait dengan program kurikuler
sekolah. Bimbingan bejaar disekolah akan terpadu dengan proses pembelajaran
yang berorientasi kepada perkembangan peserta didik. Dalam proses
bimbingan belajar, guru diharapkan dapat memberikan layanan kepada peserta
didik secara individual.
2. Bimbingan Pribadi
Bimbingan pribadi lebih terfokus kepada upaya memebantu peserta didik
mengembangkan aspek – aspek kepribadian yang menyangkut pemahaman diri
dan lingkungan, kemampuan memecahkan masalah, konsep diri, kehidupan
emosi, dan identitas diri. Layanan bimbingan pribadi amat erat kaitannya
dengan membantu peserta didik menguasai tuga s- tugas perkembangan sesuai
dengan tahap perkembangannya.
Dilihat dari sudt bimbingan proses pembelajaran di sekolah merupakan
wahana untuk mengembangkan aspek – aspek kepribadian. Oleh karena itu
guru di sekolah memegang peran yang sangat penting didalam
mengembangkan iklim pembelajaran sebagai wahana perkembangan pribadi
peserta didik.
Peran guru dalam membantu perkembangan pribadi peserta didik adalah
sebgai berikut :
a. Bersikap peduli terhadap anak

3
Sikap peduli mengandung arti memberi perhatian penuh kepada peserta
didik sebagai seorang pribadi dan memahami apa yang terjadi pada
dirinya. Sikap seperti ini memungkinkan guru mampu menyentuh dunia
kehidupan individual peserta didik dan terbentuknya sebuah relasi yang
bersifat mebantu.
b. Bersifat konsisten
Sikap konsisten adalah bagaimana membantu peserta didik untuk
merasakan konsekuensi tindakannya dan bukan karena kesamaan
perlakuan yang diberikan guru. Prinsip konsisten ini mengandung
implikaisi bahwa peristiwa – peristiwa didalam kelas harus
memungkinkan peserta didik memahami posisi dan peran dirinya, dan
mengembangkan lingkungan yang stabil.
c. Mengembangkan lingkungan yang stabil
Guru harus berupaya mengembangkan struktur program dan tatanan
yang dapat menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya hidup
dalam dunia yang memiliki keteraturan, stabilitasi, dan tujuan.
Lingkungan seperti ini akan membantu perkembangan diri peserta
didik; sedangkan lingkungan yang tidak menentu, penuh stress dan
kecemasan akan menumbuhkan frustasi dan prilaku salah suai.
d. Sikap primisif
Sikap primisif ialah memberikan keleluasaan dan menumbuhkan
keberanian peserta didik untuk menyatakan diri dan menguji
kemampuannya, serta bersikap toleran terhadap kekeliruan dan
keberagaman perilaku peserta didik.
3. Bimbingan Sosial
Bimbingan social diarahkan kepada upaya membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan social atau keterampilan berinteraksi didalam
kelompok. Keterampilan social yaitu kecakapan berinteraksi dengan orang lain
dan cara – cara yang digunakan didalam berinteraksi sesuai dengan aturan dan
tujuan dalam konteks kehidupan social tertentu (Combs dan Slaby, 1977;

4
Trower, 1980; Cartlege dan Milburn, 1992). Didalam kehidupan anak sekolah
kecakapan tersebut adalah kecakapan interaksi dengan kelompok teman sebaya
dan orang dewasa.
Peran penting yang perlu dimainkan guru dalam kaitannya layanan
bimbingan social ialah mengembangkan atmosfer kelas. Atmosfer kelas yang
kondusif bagi perkembangan social ialah yang dapat menumbuhkan :
a. Rasa turut memiliki kelompok ditandai dengan identifikasi, loyalitas,
dan berorientasi pada pemenuhan kewajiban kelompok;
b. Partisipasi kelompok, ditandai dengan kerja sama, bersikap membantu,
dan mengikuti aturan main;
c. Penerimaan terhadap keberagaman individual dan kelompok dan
menghargai keistimewaan orang lain.
Untuk mengembangan atmosfer yang kondusif gurua dalam proses
pembelajaran ialah mengembangkan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran mengkombinasikan : (1) tujuan kelompok atau
dukungan tim, (2) tanggung jawab individuan, dan (3)kesamaan kesempatan
untuk sukses ( James M.Cooper, 1990).
1. Dukungan tim berupa bantuan sebaya didalam mempelajari tugas –
tugas akademik.bantan seperti inia akan menimbulkan ikatan social
dalam kelompok.
2. Tanggung jawab individual akan tumbuh karena setiap peserta diidk
dituntut untuk mempelajari dan menguasi tugas – tugas pembelajaran
secara sungguh – sungguh.
3. Kesmepatan untuk sukses akan diperoleh setiap peserta didik dalam
upaya memberikan urunan kepada prestasi kelompok. Penilaian akan
dilakukan sesuai dengan dasar upaya yang dilakukan.
4. Bimbingan Karier
Bimbingan karier disekolah diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan
pemahmana peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan didunia
sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan dan

5
orang lain, dan pengembangana kebiasaan hidup yan positif. Bimbingan karier
disekolah juga terkait erat dengan upaya membantu peserta didik memahami
apa yang disuakai dan tak disukai, kecakapan diri, disiplin, mengontrol
kegiatan sendiri. Layanan bimbingan karier amat erat kaitannya dengan tiga
layanan bimbingan lainnya karena kecakapan – kecakapan yang dikembangkan
didalam bimbingan belajar, pribadi, maupun social akan mendukung
pekembangan karier peserta didik.
Barley dan Nihlan (1989) menyarankan program pembangunan kesadaran
karier disekolah khususnya disekolah lanjutan hendaknya dikembangkan
secara terpadu dan mencakup hal- hal berikut ini.
a. Informasikan yang difouskan kepada tanggung jawab dan struktur
pekerjaan
b. Penyediaan waktu dan kesmepatan bagi peserta didik untuk berbagai
pengetahuan tentang dunia kerja dan pengalaman yang diperolehnya
dari orang – orang sekitar tentang berbagai pekerjaan.
c. Kesmepatan bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan orang – orang
yang bekerja disekitarnya. Interaksi ini, akan menjebatani anak dengan
dunia kerja.
d. Kesempatan bagi peserta didik untuk mengetahui bagaimana orang
merasakan pekerjaan atau profesi yang dipilihnya.
e. Kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali peran factor jenis
(gender ) dalam pekerjaan.
b. Pelaksanaan BK di Luar Sekolah

1. Konseling Keluarga
a. Perspektif Perkembangn Keluarga
Perspektif perkembangan keluarga meliputi:
1. Kerangka berpikir tentang keluarga
2. Perkembangan keluarga sebagai sesuatu yang berkelanjutan dan perubahan
3. Keluarga dipandang sebagai system psikososial

6
Adapun penjelasannya adalah sebgai berikut :

1. Kerangka berfikir tentang keluarga


Strategi-strategi konseling keluarga terutama membantu terpeliharanya
hubungan-hubungan keluarga, juga dituntut untuk memodifikasi pola-pola
transaksi dalam memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang mengalami
perubahan. Konselor keluarga lebih memfokuskan pemahaman proses keluarga
daripada mencari penjelasan-penjelasan yang sifatnya linear.dalam kerangka
kerja seperti ini, simptomyang ditunjukan pasien dipandang sebagai cerminan
dari sistem keluarga yang tidak seimbang.

2. Perkembangan keluarga
Satu cara untuk memahami individu-individu dan keluarga meraka, yaitu
dengan cara meneliti pekembanagan meraka lewat siklus kehidupan keluarga.
Perkembangan keluarga pada umumnya terjadi secara teratur dan bertahap.
Apabila terjadi pemandegan dalam keluarga, hal itu akan menggangu system
keluarga. Kemunculan prialaku simptomatik pada anggota keluarga pada saat
transisi dalam siklus ehidupankeluarga menandakan keluarga itu mengalami
kesulitan dalam menyesuikan dengan perubahan.

3. Keluarga sebagai system psikologi


Subsistem-subsistem dalam keluarga melakukan fungsi-fungsi keluarga
secara khusus. Hal terpenting dan berarti adalah subsistem suami istri, orang
tua, dan saudara kandung. Batas-batas system membantu memisahkan sistem-
sistem, sebaik memisahkan subsistem-subsistem didalam system secara
keseluruhan.

2. Bimbingan Karier
Pemahaman terhadap dunia kerja menjadi hal penting bagi masyarakat
sebagai bekal dan persiapan memasuki dunia kerja. Hal-hal yang menjadi
permasalahan umum bagi seseorang adalah kurangnya pemahaman untuk
mengenal diri, yaitu mengetahui potensi dan mewaspadai kelemahannya,

7
kurangnya kesiapan mental untuk bersaing di dunia kerja, kekurangtahuan
tentang lingkup pekerjaan pada bidang pekerjaan yang ada di pasar tenaga
kerja, serta pemahaman mengenai bagaimana strategi meniti karir mulai dari
awal karir sampai dengan bagaimana upaya untuk meraih puncak karir yang
dicita-citakan.
- Tujuan Bimbingan Karir dan Konseling.

Secara umum tujuan bimbingan Karir dan Konseling adalah sebagai berikut:

 Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang


terkaitdengan pekerjaan.
 Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir
yangmenunjang kematangan kompetensi kerja.
 Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja
dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal
bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.
 Memahami relevansi kompetensi belajar (kemampuan menguasai
pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang
pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.

II.2 Posisi dan Urgensi BK dalam Praktik Pendidikan


a. Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan
Ada beberapa alasan mengapa pelayanan bimbingan dan konseling
diperlukan dalam dunia pendidikan terutama dalam lingkup sekolah atau
madrasah. Alasan tersebut adalah :
Pertama, perkembangan IPTEK. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi yang demikian cepat menimbulkan perubahan-perubahan dalam
berbagai sendi kehidupan seperti sosial, budaya, politik, ekonomi, industry, dan
lain sebagainya. Perkembangan IPTEK akan membawa dampak pada timbulnya

8
masalah hubungan sosial, tenaga ahli, lapangan pekerjaan, pengangguran dan
lain sebagainya.
Berbagai problem yang amat kompleks sebagai akibat perkembangan
IPTEK berpengaruh dalam dunia pendidikan khususnya dalam lingkungan
sekolah dan madrasah. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tidak dapat
melepaskan diri dari situasi kehidupan seperti dikemukakan diatas, dan
memiliki tanggung jawab untuk membantu siswa baik sebagai pribadi, maupun
sebagai calon anggota masyarakat.
Problem pembelajaran di dalam kelas memiliki waktu yang terbatas.
Disatu sisi pendidik (guru) dituntut untuk menyampaikan pengetahuan seluas-
luasnya kepada peserta didik. Disisi lain, sesuai fungsinya sebagai pembimbing
guru pun dituntut untuk membantu memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran.
Kedua, makna dan fungsi pendidikan. Kebutuhan akan layanan
bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan hakikat
makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Hadirnya
layanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan adalah apabila kita
memandang bahwa pendidikan merupakan upaya untuk mencapai perwujudan
manusia secara keseluruhan (khaffah).
Pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya untuk membentuk
manusia yang lebih berkualitas. Kualitas manusia yang dimaksud adalah
pribadi yang paripurna, yaitu pribadi yang serasi, selaras, dan seimbang dalam
aspek-aspek spiritual moral, sosial, intelektual, fisik, dan sebagainya.
Tujuan ini pulalah yang ingin dicapai oleh layanan bimbingan dan
konseling. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap kegiatan pendidikan
hendaknya diarahkan untuk tercapainya pribadi-pribadi yang berkembang
optimal sesuai potensi dan karakteristiknya measing-masing. Guna
mewujudkan pribadi yang yang berkembang optimal, kegiatan pendidikan
hendaknya bersifat menyeluruh dan tidak hanya bersifat instruksional belaka,
tetapi meliputi kegiatan yang menjamin bahwa setiap peserta didik secara

9
pribadi memperoleh layanan sehingga akhirnya dapat berkembang secara
optimal. Dalam kaitan ini, bimbingan dan konseling mempunyai peranan yang
sangat penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi peserta didik
agar berkembang secara optimal.
Ketiga guru. Tugas dan tanggung jawab utama guru sebagai pendidik
adalah mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu pesertadidik untuk
mencapai kedewasaan. Berkenan dengan peran guru sebagai direktur
pembelajaran, guru hendaknya senantiasa berusaha untuk menumbuhkan,
memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Sebagai direktur
pembelajaran ], guru juga berperan sebagai pembimbing. Untuk itu, guru harus
mampu : (1) mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu
maupun kelompok. (2) memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam
proses pembelajaran. (3) memberikan kesempatan yang memadai agar setiap
siswa dapat belajar sesuai karakter pribadinya. (4) membantu (membimbing)
setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya, dan (5)
menilai keberhasilan siswa.
Calon guru dan guru untuk menguasai bimbingan dan konseling. Dalam
kaitan ini pentingnya bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan,
setidaknya didasarkan atas tiga alasan, yaitu (1) pendidikan pada hakikatnya
merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian individu (siswa).
Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan pribadi melalui bimbingan dan
konseling. (2) pendidikan senantiasa berkembang secara dinamis, karenanya
selalu terjadi perubahan-perubahan dan penyesuaian dalam berbagai
komponennya. Dalam menghadapi perkembangan ini para siswa memerlukan
bantuan dalam penyesuaian dan melalui layanan bimbingan dan konseling. (3)
pada hakikatnya guru mempunyai peranan yang luas tidak hanya sebagai
pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Pendekatan pribadi dapat diwujudkan
melalui layanan bimbingan dan konseling.
Keempat faktor psikologis. Sebagai individu yang dinamis dan berada
pada proses perkembangan, siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam

10
interaksi dengan lingkungannya. Beberapa aspek psikologis dalam pendidikan
yang bersumber dari siswa seperti disebutkan diatas, dapat menimbulkan
berbagai masalah psikologis pula. Masalah-masalah psikologis yang timbul
pada siswa menuntut adanya upaya pemecahan melalui pendekatan psikologis
antaralain melalui layanan bimbingan dan konseling.
Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya
layanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah, yaitu pertama
masalah perkembangan individu. Siswa yang dibimbing merupakan individu
yang sedang dalam proses perkembangan menuju kedewasaan. Agar tercapai
perkembangan yang optimal memerlukan asuhan yang terarah, ini bisa
dilakukan melalui proses pendidikan dan pembelajaran, sedangkan bimbingan
dan konseling merupakan bantuan individu didalam memperoleh penyesuaian
diri sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Kedua, masalah perbedaan individu. Tidak ada dua manusia yang sama
dalam aspek-aspek pribadinya. Disekolah dan madrasah masalah perbedaan
individu (siswa) tampak dengan jelas seperti adanya siswa yang pintar atau
cerdas, cepat dan lambat dalam belajar, berbakat, kreatif dan lainnya.
Kenyataan ini akan membawa konsekuensi dalam pelayanan pendidikan kepada
para siswa, terutama yang menyangkut bahan ajar, metode, media, dan evaluasi
dan lain sebagainya. Selain itu, perbedaan individu juga bisa menimbulkan
masalah bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungannya.Sekolah dan
madrasah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa dalam menghadapi
masalah-masalah sehubungan dengan perbedaan individu.
Ketiga, masalah kebutuhan individu. Apabila individu mampu
memenuhi kebutuhannya maka ia akan merasa puas, sebaliknya apabila ia tidak
mampu memenuhi kebutuhannya akan menimbulkan masalah baik bagi dirinya
maupun lingkungannya. Upaya memenuhi kebutuhan siswa disekolah dan
madrasah dapat diwujudkan melalui progam pelayanan bimbingan dan
konseling.

11
Keempat, masalah penyesuain diri. Individu harus menyesuaikan diri
dengan berbagai lingkungannya baik di rumah, maupun ditengah-tengah
masyarakat. Tidak semua siswa mampu menyesuaikan diri secara cepat dan
baik dengan ingkungannya. Selain itu siswa yang tidak mampu melakuakan
penyesuaikan diri secara baik berpeluang untuk mengalami kegagalan dalam
proses pendidikan dan pembelajarannya. Upaya yang dapat mewujudkan
melalui layanan bimbingan dan konseling.
Kelima, masalah belajar. Siswa sebagai pelajar akan banyak dihadapkan
pada persoalan-persoalan belajar. Diantara masalah-masalah belajar yang
dihadapi siswa meliputi: pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar yang
tepat, menggunakan buku-buku pembelajaran, belajar kelompok, memilih mata
pelajaran yang cocok, memilih studi lanjutan, mudah lupa, mempersiapkan
ujian, dan lainnya.
b. Mengapa Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah ?

Perkembangan IPTEK dan kebudayaan yang turut mempengaruhi dunia


pendidikan, mendorong perlunya dilakukan peninjaua kembali kurikulum dan
strategi pembelajaran sehingga output pendidikan bisa adaftif terhadap
perkembangan IPTEK dan kebudayaan.
Bimbingan merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Sekolah dan
madrasah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar berhasil
dalam belajar. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah
sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa mengatasi berbagai
masalah yang dihadapinya.
Secara umum masalah-masalah yang dihadapi individu khususnya oleh
siswa disekolah dan madrasah sehingga mereka memerlukan pelayanan
bimbingan dan konseling adalah (1) masalah-masalah pribadi, (2) masalah
belajar (masalah-masalah yang menyangkut pelajaran), (3) masalah pendidikan,

12
(4) masalah karier atau pekerjaan, (5) penggunaan waktu senggang, (6)
masalah-masalah sosial dan lainnya.

II.3 Kondisi Bimbingan Konseling di Sekolah Saat Ini


Saat ini perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia masih
belum bisa berdiri lebih tegak, dan masih melakukan pencarian bentuk kerja
professional. Hal ini dipaparkan oleh Nurhudaya ( 2005 : 503 ) :
Pada saat ini konseling di Indonesia belum sampai pada kondisi yang
mapan, namun harus sudah menyesuaikan diri dengan perubahan global yang
dipicu oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, kemudahan
transportasi, dan ‘hilangnya’ batas-batas struktural yang mengkotak-kotakan
manusia berdasarkan Negara atau wilayah. Orientasi pendekatan, strategi
bantuan, kurikulum bantuan, sampai pada bagaimana konselor dipersiapkan
merupakan sederet isu yang harus direspon oleh para pengembang teori,
peneliti, dan praktisi di bidang konseling.
Keluhan-keluhan yang datang dari para guru pembimbing di lapangan
cukup menyedihkan. BK telah berkembang relatif lama dan diharapkan
berkembang ke arah yang lebih profesional. Namun, kenyataan di lapangan
sekarang, BK baru dilirik sebelah mata. Bahkan pelecehan atau menganggap
gampang BK di sekolah masih banyak terjadi. Beberapa julukan BK yang
kurang baik masih tetap menempel misalnya Guidence and Counseling atau GC
diplesetkan menjadi “guru cicing”. Jam BK atau BP yang diberikan kepada
siswa diplesetkan dengan “boleh keluar” atau “boleh pulang”. Bahkan tugas
guru BK pun masih menjadi sang pengadil atau polisi sekolah yang harus
mencari-cari kesalahan siswa. Selain itu masih banyak permasalahn BK di
sekolah-sekolah salah satunya adalah bimbingan dan konseling dibatasi pada
hanya menangani masalah yang bersifat insidental, bimbingan dan konseling
hanya untuk klien-klien tertentu saja, bimbingan dan konseling bekerja sendiri,
konselor harus aktif sedangkan pihak lain pasif, menganggap pekerjaan

13
bimbingan dna konseling dapat dilakukan oleh siapa saja, menganggap hasil
pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera dilihat.
Secara profesional bimbingan dan konseling dapat berdiri sendiri,
namun dalam konteks perkembangannya di Indonesia bimbingan konseling
yang dintegrasikan dalam pendidikan akan terkait dengan sejumlah aturan
pemerintah tentang pendidikan. Sebuah ironi jika BK yang sudah menjadi
sebuah profesi masih dipandang sebelah mata bahkan dianggap kurang penting,
hanya karena ketidak jelasan JUKLAK dan JUKNIS yang ada di lapangan
(sekolah).
Bimbingan dan konseling di Indonesia masih belum mendapatkan
apresiasi yang bagus, kenyataan di lapangan (sekolah) para guru pembimbing
banyak mendapatkan sorotan, kritikan, bahkan tidak sedikit cemoohan. Guru
Bimbingan dan Konseling yang diharapkan mampu membantu siswa dari aspek
psikologis, pengembangan diri, masalah pribadi, masalah belajar, masalah
sosial, dan masalah karir justru malah menjadi polisi sekolah, satpam sekolah,
atau bahkan tukang cukur sekolah, yang kerjaannya menghukum siswa yang
terlambat, menggunting rambut siswa yang terlalu panjang, dan banyak lagi
tugas-tugas guru BK yang sangat jauh dari apa yang seharusnya dilakukan oleh
seorang guru BK/ Konselor.
Permasalahan tersebut tidak hanya dari kualitas tenaga bimbingan dan
konseling, namun juga dari segi sarana dan prasarana bimbingan dan konseling
yang disiapkan oleh sekolah. Ruangan bimbingan dan konseling acap kali
hanyalah ruangan-ruangan parasit yang menumpang pada ruang guru atau
ruang tata usaha. Bahkan juga kadang gudang-gudang yang tidak terpakailah
yang kemudian disulap menjadi ruangan BK tanpa memperhatikan lagi standar
ruang bimbingan dan konseling yang seharusnya. Selain itu munculnya persepsi
negatif tentang BK adalah karena tidak diketahuinya fungsi, arah dan
tujuan bimbingan di sekolah atau tidak disusunnya program BK secara
terencana. Dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan akan tugas, peran, fungsi,
dan tanggung jawab guru BK itu sendiri.

14
Keberadaan guru BK yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
bimbingan dan konseling sebenarnya telah disadari oleh pemerintah. Terbukti,
melalui Kementrian Pendidikan Nasional, pemerintah menerbitkan
Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor. Pada peraturan tersebut tercantum sejumlah peraturan
khusus untuk konselor di sekolah. Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor di Pasal 1 Ayat 1
menyatakan bahwa untuk dapat diangkat sebagai konselor, seseorang wajib
memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor yang berlaku
secara nasional. Kemudian penyelenggara pendidikan yang satuan
pendidikannya mempekerjakan konselor wajib menerapkan standar kualifikasi
akademik dan kompetensi konselor.
Dengan adanya peraturan tersebut maka guru Bimbingan dan konseling
yang ada di sekolah harus berlatar belakang pendidikan bimbingan dan
konseling. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada perbaikan kualitas
pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah oleh para konselor profesional.
Pada peraturan tersebut juga dijelaskan bahwa Penyelenggara pendidikan yang
satuan pendidikannya mempekerjakan konselor wajib menerapkan standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri paling lambat 5 tahun setelah Peraturan Menteri ini mulai
berlaku. Artinya, di tahun 2013 ini guru yang bertugas sebagai konselor sekolah
di seluruh Indonesia harus benar-benar mempunyai kualifikasi akademik yang
dibuktikan dengan latar belakang pendidikan bimbingan dan konseling.
Pada tahun 2003, eksistensi BK semakin baik dan mulai diperhatikan.
UU No. 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 6
menyebutkan bahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

15
Secara hukum bagi para konselor sekolah tidak memerlukan sertifikasi
dari ABKIN, dengan mengantongi gelar kesarjaan S-1 pada program
pendidikan bimbingan dan konseling, memberikan asas legal bagi para konselor
sekolah untuk memberikan layanan bimbingan konseling di sekolah. Namun di
lapangan sekarang ini masih banyak ditemui sejumlah sekolah yang tidak
memiliki konselor sekolah yang mempunyai pendidikan bimbingan dan
konseling. Disinilah perlunya para konselor memahami aspek politik yang
mengatur kebijakan profesi, ABKIN seharusnya bekerjasama dengan
pemerintah untuk melindungi profesi bimbingan dan konseling, dalam hal
menyeleksi para calon konselor sekolah.
Profesionalisasi BK juga harus memperhatikan kualitas lembaga
pendidikan yang menghasilkan konselor yang profesional. Muatan kurikulum
dalam lembaga pendidikan para calon konselor, harus mengintegrasikan standar
kompetensi konselor, sehingga dalam proses pembinaan konselor profesional
dilakukan secara berkesinambungan dan tersistematis dalam kurikulum yang
diberlakukan.
Saat ini program pendidikan yang ada terdiri jenjang S-1, S-2, S-3,
sedangkan untuk pendidikan profesi memiliki jenjang tersendiri, namun
program ini diperuntukan bagi lulusan S-1 bimbingan dan konseling. Kebijakan
dalam pengelolaan pendidikan profesi pun masih belum begitu jelas dan
terstandar, sejauh ini program pendidikan profesi baru diselenggarakan oleh
Prodi BK Universitas Negeri Padang, dan Program BK Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. ABKIN seharusnya bisa lebih tegas dalam
hal ini, karena ada satu hal yang penting bagi sebuah profesi yaitumendapatkan
kepercayaan masyarakat (Public Trust). Bigs& Blocher (1986, Suherman,
2003:84) memaparkan tiga komponen yang harus dimiliki oleh sebuah profesi,
yaitu : 1). Memiliki kompetensi dan keahlian yang disiapkan melalui
pendidikan dan latihan khusus, 2). Ada perangkat aturan untuk mengatur
perilaku profesional dan melindungi kesejahteraan publik, 3). Para anggota

16
profesi akan bekerja dan memberikan layanan dengan berpegang teguh pada
standar profesi.
Poin kedua menunjukan pada kita bahwa sebuah profesi harus memiliki
keketatan aturan karena hal tersebut berhubungan dengan perlindungan
kesejahteraan. Kepercayaan publik yang diinginkan oleh setiap profesi ditinjau
dari kejelasan regulasi yang terkait dengan program pendidikan, stnadar
kompetensi profesional, dan regulasi yang mengatur perilaku profesional
konselor (kode etik).
Hal ini harus di awali dengan kejelasan program pendidikan konselor
dan program pendidikan profesi konselor yang terstandar secara nasioanal oleh
ABKIN, sehingga tidak ada lagi blok dalam pengembangan profesi ini baik
dalam pengembangan keilmuan atau dalam praktik layanan. Kebutuhan akan
program layanan bimbingan dan konseling saat ini bukan hanya datang dari
dunia pendidikan saja, namun bidang-bidang lain seperti dunia usaha dan
industri, kemasyarakatan dan lembaga pernikahan, pelayanan sosial, dan
bidang-bidang lain yang yang memiliki objek utama individu pun menjadi
lahan garapan profesi bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu kebijakan dari ABKIN dalam mengembangkan profesi
bimbingan dan konseling harus bisa membaca ke arah sana, di mana kebijakan
ini diberlakukan kepada lembaga pendidikan yang mendidik para calon
konselor, dan program pendidikan pasca sarjana dan pendidikan profesi,
sehingga kebutuhan dari masyarakat atas keberagaman kebutuhan dari berbagai
aspek kehidupan bermasyarakat dapat dilayani oleh para konselor yang
kompeten dibidangnya masing-masing.

II.4 Sejarah perkembangan BK di Indonesia


1. Sebelum Kemerdekaan
Masa sebelum kemerdekaan yaitu pada masa penjajahan Belanda dan
Jepang, kehidupan rakyat Indonesia berada dalam cengkraman penjajah. Para
siswa dididi untuk mengabdi untuk kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti

17
ini upaya bimbingan sudah tentu diarahkan bagi perwujudan tujuan pendidikan
masa itu yaitu menghasilkan manusia pengabdi penjajah. Akan tetapirasa
Nasionalisme rakyat Indonesia ternyata sangan besar dan tebal, sehingga upaya
penjajah banyak mengalami hambatan.
Taman Siswa yang dipelopori oleh K.H Dewantara yang dengan gigih
menanamkan Nasionalisme dikalangan para siswanya. Falsafah dasarnya yang
terkenal yaitu : “ ing ngarso sung tulodo, Ing madiya mangun karso, dan Tut
wuri Handayani,” mengandung makna yang sangat mendalam dilihat dari
sudut pendidikan. Dari sudut pandangan bimbingan hal tersebut pada
hakikatnya adalah dasar bagi pelaksaan bimbingan. Dengan dasar itu siswa
dibantu untuk mandiri melalui prinsip keteladanan, motivasi dan bimbingan.
Dengan demikian, dapat dikatan bahwa dalam situasi pendidikan pada masa
penjajahan terkandung modal besar dan benih – benih untuk berkembangnya
bimbinga.
2. Dekade 40-an : Perjuangan
Decade 40 – an bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah yang amat
penting, karna pada decade inilah rakyat Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya yaitu 17 agustus 1945. Dalam bidang pendidikan, pada decade
40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan kemerdekan
melalui pendiidkan. Setelah itu, pendidikan mulai ditata oleh menteri PPK
pertama yaitu Ki Hajar Dewantara. Mellaui kegiatan pendidikan serba darurat
makan pada saat itu diupayakan secara bertahan memecahkan masalah besar
tadi antara lain melalui pemberatasan buta huruf. Tetapi yang lebh mendalam
adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinya sebgai bangsa yang
merdeka. Hal itulah yang menjadi fokus pertama dalam bimbingan pada saat
itu.
3. . Dekade 50-an : Perjuangan
Menjelang decade 50-an pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia
tercapai. Selama decade ini situasi politik, sosial, ekonomi, boleh dikatakan
belum stabil dan merupakan tantangan yang besar. Dalam bidang penididikan

18
pun pada dasarnya juga menghadapi tantangan yang amat besar, yaitu
bagaimana memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat
Indonesia. Peralihan kehidupan dari masa penjajahan dan perjuanagn kemasa
kemerdekaan, sesungguhnya merupakan tantangan yang besar bagi dunia
pendidikan. Untuk itu selama decade ini banyak upaya yang penting yang telah
diusahakan dalam bidang pendidikan.
Kegiatan bimbingan pada massa decade ini lebih banyak tersirat dalam
berebagai kegiatan pendidikan upaya membantu siswa dalam mencapai prestasi
lebih banyak dilakukan oleh para guru dikelas atau di luar kelas. Akan tetapi
pada hakikatnya bimbingan telah tersirat dalam pendidikan dan benar – benar
menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah agar dapat berprestasi
meskipun dalam situasi yang aman darurat. Pada masa itu masih banyak orang
tua yang enggan menyekolakan anaknya, dan banyak pula anak yang putus
sekolah. Hal itu berkaitan dengan kehidupan sosial ekonomi yang dipengaruhi
oleh kehidupan colonial.
4. Dekade 60-an : Perintisan
Beberapa peristiwa penting dalam bidang pendidikan di antaranya :
a. Ketetapan MPRS Tahun 1966 tentang Dasar Pendidikan Nasional.
b. Lahirnya kurikulum SMA Gaya Baru 1964 dengan keharusan
pelaksanaan bimbingan dan konseling ( bimbingan dan penyuluhan).
c. Lahirnya kurikulum 1968
d. Kelahiran IKIP sebgai perpaduan dari IPG dan FKIP berdsarkan
Keputusan Presiden No 1/1963.
e. Lahirnya jurusan Bimbingan dan Konseling di IKIP tahun 1963
Keadaan diatas memberikan tantangan bagi keperluan layanan
Bimbingan dan Konseling sebagai salah satu kelengkapan sistem. Layanan
bimbingan diperlukan tidak hanay sebgai sesuatu yang implisit tapi diperlukan
sebagai sesuatu yang eksplisit. Beberapa upaya perintisan pelasaan layanan
bimbingan dan konseling yang telah dilakukan, yaitu :

19
a. Anjuran dari para pengelola, agar sekolah – sekolah melaksankan
bimbingan dan konseling.
b. Dibukanya jurusan bimbingan dan konseling pada bebrapa IKIP dan
masuknya mata kuliah bimbingan dan konseling di IKIP.
c. Penyelenggaraan penataran bagi para petugas atau calon petugas dan
bimbingan dan konsling di sekolah.
d. Gerakan memasyarakatkan perlunya bimbingan dan konseling
disekolah.
e. Publikasi ke pustakaan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling.
5. Dekade 70-an : Penataan
Dalam decade ini bimbingan diupayakan aktualisasinya melalui
penataan legalitas sistem; konsep, dan pelaksanaannya. Pembangunan
pendidikan, terutama diarahkan kepada pemecahan masalah utama pendidikan
yaitu : (1) pemerataan kesempatan belajar, (2) mutu, (3) relevansi, (4) evisiensi.
Keadaan tersebut memberikan tantanag dan peluang besar untuk upatya
penataan bimbingan baik dalam aspek konseptual maupun operasional,
beberapa upaya penataan bimbingan, yaitu :
a. Pemantapan layanan bimbingan dan konseling disekolah berdasarkan
Kurikulum 1975.
b. Kegiatan penataran bagi berbagai pihak yang terlibat : dalam bimbingan
dan konseling mulai dari tingkat nasional sampai daerah
c. Pemantapan layanan bimbingan dan konseling untuk menunjang inovasi
di PPSP.
d. Adanya program darurat dalam upaya pengadaan tenaga bimbingan dan
konseling antara lain PGSLP yang dismepurnakan
e. Pemantapan kurikulum jurusan bimbingan dan konseling pada LPTK
f. Mulai dibuka program Pasca Sarjana untuk bidang, BK (di IKIP
Bandung Tahun 1977).
g. Perintisan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di perguruan
tinggi.

20
h. Kelahiran IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia) di Malang bulan
Desember 1975, sebagai wadah para petugas bimbingan.
i. Berbagai kegiatan seminar dan loka karya dalam bidang bimbingan baik
tingkat internasional, nasional, maupun regional.
j. Penelitian – penelitian dalam bidang bimbingan atau bidang – bidang
lain yang relevan oleh Balitbang Dikbud, perguruan tinggi, lembaga,
organisasi, ataupun perseoranagn.
6. Dekade 80-an : Pemantapan
Beberapa upaya dalam pendidikan yang dilakukan dalam decade ini,
yaitu :
a. Penyempurnaan kurikulum ( dari kurikulum 1975. Kekurikulum 1984 )
b. Penyempurnaan seleksi mhasiswa baru baik melalu PMDK maupun
ujian tertulis
c. Profesionalisasi tenaga kependidikan dalam berbagai tingkat dan jenis.
d. Penataan perguruan tinggi baik negeri maupun swasta.
e. Pelaksaan wajib belajar
f. Pembukaan Universitas Terbuka sebagai sarana perluasan kesempatan
belajar
g. Lahirnya Undang – Undang Pendidikan Nasional (LTUPN)
Demikian pula kaitannya dengan layanan bimbingan, maka dalam
decade ini bimbingan perlu dimantapkan secara professional dan proporsional.
Beberapa upaya yang dilaksanakan, yaitu:
a. Upaya penerapan bimbingan terpadu dalam penglolaan dan layanan.
b. Penenkanan layanan bimbingan karier dalam keseluruhan layanan
bimbingan baik disekolah maupun luar sekolah
c. Penyempurnaan sistem penataran bagi petugas dilapangan
d. Penyempurnaan kurikulum jiwa bimbingan konseling yang lebih
mengarah kepada pencapaian kompetensi professional.
e. Penataan dan peningkatan IPBI sebagai wadah organisasi para petugas
bimbingan.

21
f. Penyelanggaraan seminar dan loka karya yang lebih profesioanl, baik
ditingkat nasional maupun internasional.
7. Menyongsong era Lepas landas
Era lepas landasan mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang
ditandai dengan kehidupan nasional atas kemampuan dan kekuatan sendir
khususnya, dalam aspek ekonomi. Hakikat pembangunan nasional adalah
pembangunan masyarakat Indonesia berdasarkan pancasila. Manusia yang
harus disiapkan pada saat ini adalah terutama para kaum generasi muda yang
pada saatnya nanti akan menjadi tulang punggung masyarakat Indonesia. Merut
Koentjaraningrat (1988) manusia lepas landas berfokus pada tiga kata kunci .(1)
mentalitas manusia Indonesia, (2) disiplin nasional, (3) integrasi Nasiona.
Mentalitas manusia yang perlukan untuk menghadapi peradaban adalah
manusia – manusia yang memilki karakteristik sebagai berikut :
a. Manusia yang berorientasi pada pandanag hidup yang bersifat posisi
aktif, serta wajib menentukan nasibnya sendiri.
b. Mementingkan kepuasan atas pekerjaan yang dilakukannya dan atas
mutu dan hasil pekerjaannya.
c. Berorientasi kemasa depan, dan belajar menjalankan hidupnya secermat
mungkin, sambil memperhitungkan kemungkinan terjadinya hal – hal
yang kurang menguntungkan dimasa depan .
d. Sejak keci diajar dan dilatih untuk keselarasan dengan alam
sekelilingnya.
e. Berpegang teguh pada aspek – aspek positif gotong royong dengan cara
menghindari dari aspek – aspek negatifnya.
8. Periode I dan II ( sebelum 1960 – 1970 an ) pra wacana dan pegenalan
Pada periode I pembicara tentang konseling telah dimulai, terutama oleh
para pendidik pernah mempelajari diluar Negeri. Periode awal ini berpuncak
pada dibukanya juran bimbingan dan Penyuluhan (BP) pada tahun 1963 (
periode II) di IKIP Bandung. Periode ke II merupakan ancang – ancang yang
sangat signifikan bagi aplikasi pelayanan BP di lapangan. Sukses periode ke II

22
ditamdai dengan dua hal, yaitu : diluluskannnya sejumlah sarjanan (Drs). BP
yang siap mengimplementasikan pelayanan BP dilapangan
9. Periode III: (1970 – 1990 – an ) Pemasyarakatan
Perode ke III diberlakukannya kurikulum 1975 untuk sekolah Dasar –
sekolah Menengah Atas. Kurikulum baru ini secra resmi mengintegrasikan
kedalamnya pelayanan BP untuk siswa. Dalam pemberlakuan kurikulum 1984
pelayanan BP difokuskan pada bidang bimbingan karier melalui paket – paket
yang disuusn secra khusus pemberlakuan SK Menpan No 26/ Menpan /1989
menimbulkan kerancuan yang cukup meluas berkenaan dengan
penyelenggaraan pelayanaan BP disekolah. Dalam SK tersebut terimplikasi
bahwa semua guru dapat diserahi tugas melaksanakan pelayanan BP akibatnya
pelayanan BP menjadi kabur, baik dalam pemahaman maupun Implementasi
pelayanan dilapangan.
10. Periode IV : Konsolidasi (1990-2000)
Dalam perode ini sangat diharapkan seluruh perangkat profesi, baik segi
keilmuannya para pelaksana maupun pelaksanaannya dilapangan dikonsolidasi
sehingga menjadi satu kesatuan sosok profesi yang utuh dan berwibawa.
Sejumlah hal dapat dicatat sebagai butir – butir yang mennadai periode ini :
a. Diubahnya secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling.
b. Pelayanan BK disekolah hanya dilaksanakan oleh guru pembimbing
yang secra khusus ditugasi untuk itu tidak ada lagi oleh sembarang guru
yang dapat ditugasi sebagai guru pembimbing
c. Mulai diselenggarakan penataran untuk guru – guru pembimbing
d. Mulai adanya informasi untuk pengangkatan menjadi guru pembimbing
e. Pola pelayanan BK disekolah “ dikemas” dalam BK pola 17
f. Dalam bidang keengawasan sekolah dibentuk kepengawasan bidang
SD.
PBIPBI memperkarsai pengembangan sejumlah pansuan yang lebih
bersifat operasional teknis dalam pelaksaan pelayanan BK disekolah, berupa
panduan ( Periode V);

23
a. Penyusunan program BK disekolah
b. Penjurusan siswa
c. Bimbingan teman sebaya
d. Bimbingan kelompok belajar
e. Penilaian hasil layanan BK
f. Manajemen BK disekolah.
Sisi lain yang dikembangkan pada periode 1990 – 2000 ialah perluasan
fokus pelayanan BK, dari berpusat dapat setting sekolah kemasyarakat luas.
Sesuai dengan perkembangan, jangkauan serta kondisi dan tuntutan masyarakat
akan pekayanan professional BK, profesi BK terus menyiapkan diri memenuhi
tuntutan tersebut. Profesi BK terpanggil untuk secra konsisten menyumbangkan
pada pembahagiaan kehidupan individu dan kelompok anggita masyarakat, baik
pada setting persekolahan maupun non peresekolahan. Orientasi yang meluas
itu ditandai dengan rintisan pembukaan program Pendidikan Profesi Konselor
(PPK) di UNP sejak 1999.

24
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan Bk terdapat pelaksaan Bk di dalam sekolah dan diluar
sekolah. Pelaksanaan BK di dalam sekolah meliputi bimbingan belajar,
bimbingan pribadi, bimbingan social, dan bimbingan karier. Sedangkan
pleksanaan Bk di sekolah meliputi bimbingan keluarga dan bimbingan karier.
BK juga terdapat urgensi BK dalam praktik pendidikan.
Pada saat ini konseling di Indonesia belum sampai pada kondisi yang
mapan, namun harus sudah menyesuaikan diri dengan perubahan global yang
dipicu oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, kemudahan
transportasi, dan ‘hilangnya’ batas-batas struktural yang mengkotak-kotakan
manusia berdasarkan Negara atau wilayah. BK menyebar di Indonesia dimulai
sejak sebelum kemerdekaan, decade 40-an, decade 50-an, decade 60-an, decade
70-an, decade 80-an, sampai dengan saat ini dimana BK telah ada di jenjang
sekolah baik SD, SMP, SMA.

III.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumbet yang lebih banyak dan tentunya dapat di pertanggung
jawabkan. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah di kemudian hari.

25
Daftar Pustaka
Djam’an Satori, dkk. 2011. Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka
Sunaryo Kartadinata, dkk. 1998. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Prayitno, dkk. 2013. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Tohirin. 2015. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta:
Rajawali Pers
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk

26

Anda mungkin juga menyukai