Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI KASUS Januari 2017

“BBLR (Bayi Kurang Bulan + Kecil Masa Kehamilan)”

Nama : Eka Suntiara

No. Stambuk : N 111 16 100

Pembimbing : dr. Suldiah, Sp.A

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA

PALU

2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

Masalah berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini masih
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Berat lahir
rendah (BLR) dapat dibedakan atas bayi yang dilahirkan preterm, dan bayi yang
mengalami pertumbuhan intrauterin terhambat. Di negara-negara maju, sekitar
duapertiga bayi berat lahir rendah disebabkan oleh prematuritas, sedangkan
di Negara-negara sedang berkembang sebagian besar bayi BLR di sebabkan
oleh pertumbuhan intrauterin terhambat.1

BBLR dapat disebabkan oleh: kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk
masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu : prematuritas murni dan dismaturitas. Bayi prematur secara umum
ialah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Penentuan usia
kehamilan dapat ditentukan dengan menggunakan skor Ballard dan kurva
Battaglia dan Lubchenco. Bayi prematur memiliki berbagai masalah akibat belum
berkembangnya organ-organ tubuh, sehingga belum siap untuk berfungsi di luar
rahim. Masalah yang sering dijumpai pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah :
Asfiksia, gangguan nafas, hipoglikemia, hipotermia, masalah pemberian ASI,
ikterus, infeksi, masalah perdarahan. Penatalaksanaan didasarkan pada masalah
yang muncul yang berkaitan dengan berat badan lahir rendah.2,3

Angka mortalitas perinatal akibat BBLR meningkat 3-8 kali dibandingkan


bayi berat lahir normal. Sekitar 26% kejadian lahir mati ternyata ada kaitannya
dengan BBLR. Pertumbuhan janin terhambat juga disertai morbiditas perinatal
yang tinggi, terutama menyangkut masalah perkembangan neurologik dan
mental.4

Di Negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-


7%.Di Negara sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang tiga kali
lipat. Di Indonesia, kejadian bayi prematur belum dapat dikemukakan, tetapi
angka kejadian BBLR di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo pada tahun 1986

2
adalah 24%. Angka kematian perinatal di rumah sakit pada tahun yang sama
adalah 70%, dan 73% dari seluruh kematian disebabkan oleh BBLR.5

3
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS
Nama : Bayi E
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 19 Desember 2016 (06.30 WITA)

ANAMNESIS (HETEROANAMNESIS)

Bayi berjenis kelamin laki-laki lahir pada tanggal 19 desember 2016 pukul
06.30 wita bayi lahir secara spontan dengan letak bokong . Bayi lahir langsung
menangis, air ketuban berwarna putih keruh, tidak ada sesak, merintih (-), sianosis
(-), anpal (+), apgar score 7/8. Berat badan lahir 2.100 gram dan panjang badan 46
cm.

Riwayat maternal: bayi lahir dari ibu G3P3A0, usia ibu saat hamil 39 tahun
dan ayah 41 tahun. Anak pertama lahir secara spontan dengan usia kehamilan 38
minggu dengan berat badan lahir 2.800 gram, saat ini anak berusia 18 tahun dan
sehat. Anak kedua lahir secara spontan dengan usia kehamilan 37 minggu dan
berat badan lahir 2.800 gram, saat ini anak berusia 16 tahun dan sehat. Ibu bekerja
sebagai PNS. Selama kehamilan ibu mengaku teratur melakukan antenatal care di
dokter spesialis kandungan. Nafsu makan ibu bagus selama kehamilan. Tidak ada
riwayat merokok, mengkonsumsi alkohol, maupun menggunakan obat-obatan
terlarang.

PEMERIKSAAN FISIK

 Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 132 x/menit
Suhu : 36,50C
Respirasi : 52 x/menit
CRT : < 2 detik

4
Berat Badan : 2.100 gram
Panjang Badan : 44 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar perut : 30 cm
Lingkar lengan : 10 cm
 Sistem neurologi :
Aktivitas : aktif
Kesadaran : compos mentis
Fontanela : datar
Sutura : belum menyatu
Refleks cahaya : +/+
Kejang :-
Tonus otot : normal
 Sistem pernapasan
Sianosis : (-)
Merintih : (-)
Apnea : (-)
Retraksi dinding dada : (-)
Pergerakan dinding dada : simetris, kanan = kiri
Pernapasan Cuping hidung : (-)
Bunyi pernapasan : bronchovesikular +/+
Bunyi tambahan : wheezing -/-, rhonchi -/-.
 Skor Down
Frekuensi Napas :0
Merintih :0
Sianosis :0
Retraksi :0
Udara Masuk :0
Total skor : 0 (tidak gangguan napas)

5
 Sistem hematologi :
Pucat : tidak ada
Ikterus : tidak ada
 Sistem kardiovaskuler
Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : (-)
 Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : (-)
Muntah : (-)
Diare : (-)
Residu lambung : (-)
Organomegali : (-)
Peristaltik : positif, kesan normal
Umbilikus
Pus : (-)
Kemerahan : (-)
Edema : (-)
 Sistem Genitalia.
Keluaran : (-)
Anus imperforata : (-)

Skor Ballard
Maturitas Neuromuskular Maturitas Fisik
Sikap tubuh :4 kulit :3
Persegi jendela :3 lanugo :3
Recoil lengan :1 payudara :2
Sudut poplitea :3 Mata/telinga :3
Tanda selempang : 2 genital :3
Tumit ke kuping : -1 permukaan plantar :4
Total Skor : 30
Estimasi umur kehamilan : 36 minggu

6
Interpertasi : Bayi Kurang Bulan – Kecil Masa Kehamilan

RESUME

Bayi berjenis kelamin laki-laki lahir pada tanggal 19 desember 2016 pukul
06.30 wita secara spontan. Bayi lahir kurang bulan, lahir langsung menangis, air
ketuban berwarna putih keruh, sesak (+), merintih (-), sianosis (-), anpal (+), apgar
score 7/8, ballard score 30. Berat badan lahir 2.100 gram dan panjang badan 46
cm.

Riwayat maternal: bayi lahir dari ibu G3P3A0, usia ibu saat hamil 28 tahun
dan ayah 32 tahun. Riwayat antenatal care (+), hipertensi (+). Nafsu makan ibu
bagus selama kehamilan. Tidak ada riwayat merokok, mengkonsumsi alkohol,
maupun menggunakan obat-obatan terlarang.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan : keadaan umum sakit ringan, aktivitas


aktif, kesadaran compos mentis. Denyut jantung 132 x/menit, suhu 36,50C,

7
respirasi 52 x/menit, berat badan 2.100 gram, panjang badan 46 cm. Skor ballard
30 estimasi usia 36 minggu, artinya bayi lahir kurang bulan kecil masa kehamilan.

DIAGNOSIS

Bayi Kurang Bulan – Kecil Masa Kehamilan

TERAPI
1. Hangatkan bayi
2. Bersihkan jalan napas
3. Rawat tali pusat
4. Injeksi vit. K 1 mg IM
5. Gentamisin gtt
6. Injeksi HbO 0,5 ml IM
7. Asi/Pasi 12 x 8-10 cc

PEMERIKSAAN PENUN JANG


Laboratorium Hasil Range normal
WBC 8,0 x 103 / mm3 4,0-10 x 103 /mm
RBC 4,72 x 10 6/mm3 3,80-5,80 x 106
/mm3
HB 15,7 g/dl 11,5-16,0 g/dL
HCT 43,2 % 37-47 %
PLT 355 x 103/ul 150-500 x 103 / mm3
GDS 65 mg/dl 74-100 mg/Dl

8
FOLLOW UP

Tanggal : 19 Desember 2016 (Usia 0 Hari, Perawatan Hari 1)


S - Keadaan Umum : sakit ringan
- Demam (-)
- Merintih (-)
- Retraksi dada (-)
- Napas cuping hidung (-)
- Sianosis (-)
- Menangis kuat (+)
- Ikterus (-)
- Kejang (-)
- Muntah (-)
- BAB/ BAK (-/+)
- Refleks isap (+)

O Tanda Tanda Vital :


o Denyut Jantung : 120 x per menit
o Pernapasan : 50 x per menit
o Berat badan : 2.100 gram
o Suhu : 36,50C
o CRT : < 2 detik
Laboratorium
GDS : 65
A BBLR (Bayi Kurang Bulan – Kecil Masa Kehamilan)
P - Asi
- Perawatan tali pusat

9
Tanggal : 20 Desember 2016 (Usia 2 Hari, Perawatan Hari 2 )
S - Keadaan Umum : sakit ringan
- Demam (-)
- Merintih (-)
- Retraksi dada (-)
- Napas cuping hidung (-)
- Sianosis (-)
- Ikterus (-)
- Kejang (-)
- BAB/ BAK (+/+)
O Tanda Tanda Vital :
 Denyut Jantung : 120 x per menit
 Pernapasan : 52 x per menit
 Berat badan : 1800 gram
 Suhu : 36,80C
 CRT : < 2 detik
Laboratorium
GDS : 87
A BBLR (Bayi Kurang Bulan – Kecil Masa Kehamilan)
P - Asi
- Perawatan tali pusat
- Pasien pulang

10
BAB III
DISKUSI

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir.
Rerata berat bayi normal (usia gestasi 37-40 minggu) adalah 3200 gram. Secara
umum, bayi berat lahir rendah dan bayi dengan berat berlebih (≥ 3800 gram) lebih
besar risikonya. Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru
lahir karena semakin cukup masa gestasi semakin baik kesejahteraan bayi. Berat
badan lahir rendah merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat lahir <2500
gram tanpa memandang masa gestasi. (2)

BBLR dapat disebabkan oleh: kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk
masa kehamilan atau kombinasi keduanya. Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan yaitu : prematuritas murni dan dismaturitas. Bayi prematur secara umum
ialah bayi dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Penentuan usia
kehamilan dapat ditentukan dengan menggunakan skor Ballard dan kurva
Battaglia dan Lubchenco. Bayi prematur memiliki berbagai masalah akibat belum
berkembangnya organ-organ tubuh, sehingga belum siap untuk berfungsi di luar
rahim. Masalah yang sering dijumpai pada bayi kurang bulan dan BBLR adalah :
Asfiksia, gangguan nafas, hipoglikemia, hipotermia, masalah pemberian ASI,
ikterus, infeksi, masalah perdarahan. Penatalaksanaan didasarkan pada masalah
yang muncul yang berkaitan dengan berat badan lahir rendah. (2) (3)

Pada pemeriksaan fisik didapatkan berat badan lahir bayi 2100 gram
sehingga tergolong bayi berat lahir rendah (BBLR) dan pada skor ballard
didapatkan skor yakni 30 (36 minggu ) yang diinterpretasikan yakni bayi
premetur. Berdasarkan kurva lubchenco didapatkan bayi tergolong bayi kurang
bulan, kecil masa kehaamilan.

Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR: 5


a. Menurut harapan hidupnya
 Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir < 2500 gram.
 Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir <1500 gram.

11
 Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir < 1000
gram.
b. Menurut masa gestasinya
 Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan
berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi atau biasa
disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-
SMK).
 Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami retardasi
pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK).

Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut. 5

a. Faktor ibu
1) Penyakit kehamilan
Penyakit kehamilan atau komplikasi kehamilan seperti anemia,
perdarahan antepartum, preeklamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih. Dapat pula berupa penyakit infeksi seperti malaria, infeksi
menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol juga secara
langsung dapat memperberat kondisi ibu dan janin.
2) Jarak kelahiran
Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun) dan mempunyai riwayat BBLR sebelumnya. Aktivitas fisik
yang berlebihan menyebabkan penurunan daya tahan dan menambah
kerentanan pada bayi. Bayi yang tak di inginkan.

b. Faktor janin
Faktor janin meliputi kelainan kromosom, infeksi janin kronik
(inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.

12
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,
solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik),
ketuban pecah dini.

BBLR memerlukan perawatan khusus karena mempunyai


permasalahan yang banyak sekali pada sistem tubuhnya disebabkan kondisi
tubuh yang belum stabil. 7

a. termoregulasi
Dalam kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan
segera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang umumnya
lebih rendah. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada kehilangan
panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena kemampuan untuk
mempertahankan panas dan kesanggupan menambah produksi panas
sangat terbatas karena pertumbuhan otot-otot yang belum cukup memadai,
sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak coklat
yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur suhu tubuh,
rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding berat badan
sehingga mudah kehilangan panas.
b. Gangguan pernafasan
Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi
yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu. Disamping itu
lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat mengakibatkan resiko
terjadinya aspirasi.
c. Imaturitas imunologis
Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal melalui
plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena pemindahan substansi
kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada minggu terakhir masa kehamilan.
Akibatnya, fagositosis dan pembentukan antibodi menjadi terganggu.
Selain itu kulit dan selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan
seperti bayi cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.

13
d. Masalah gastrointestinal dan nutrisi
Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang menurun,
lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang larut dalam
lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot usus, menurunnya
cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi dalam tubuh, meningkatnya
resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis). Hal ini menyebabkan nutrisi yang
tidak adekuat dan penurunan berat badan bayi.
e. Imaturitas hati
Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan
timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah terjadi
perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga konjugasi
bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan
dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar berkurang.
f. Hipoglikemi
Asupan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu
karena terputusnya hubungan plasenta dan janin menyebabkan terhentinya
pemberian glukosa. Bayi berat lahir rendah dapat mempertahankan kadar
gula darah selama 72 jam pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini
disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi
juga dapat menyebabkan hipoglikemi karena stres dingin akan direspon
bayi dengan melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi
paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen darah
berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan menimbulkan
glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan glikogen lebih
banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak adekuat dapat
menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga dapat memicu
timbulnya hipoglikemi.

14
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stres
fisik maupun psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi: 5,6
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen
dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko
mengalami defisiensi surfaktan dan periodik apneu.
b. Termoregulasi
Pencegahan kehilangan panas pada bayi distres sangat dibutuhkan karena
produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem
kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Menurut Thomas (1994) suhu
aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan
menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C –
37,3°C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan
melalui beberapa cara, yaitu:
 Kangaroo Mother Care atu kontak kulit dengan kulit antara bayi
dengan ibunya.
 Pemancar panas
 Ruangan yang hangat
 Inkubator
c. Perlindungan terhadap infeksi
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara
lain:
 Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
 Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur.
 Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki
ruang perawatan bayi.

15
d. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70%
pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini
dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna
sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan
oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
g. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus. Mainan
gantung yang dapat bergerak dan mainan- mainan yang diletakkan dalam
unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio dengan
volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat memberikan
stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling baik adalah suara
dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang berbicara atau
bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai memberikan
rangsang sentuhan.
Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat diberikan selama PMK karena
selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan untuk mengusap dengan lembut
punggung bayi dan mengajak bayi berbicara atau dengan
memperdengarkan suara musik untuk memberikan stimulasi sensori
motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.

16
h. Dukungan dan Keterlibatan Keluarga
Kelahiran bayi preterm merupakan kejadian yang tidak diharapkan dan
membuat stres bila keluarga tidak siap secara emosi. Orang tua biasanya
memiliki kecemasan terhadap kondisi bayinya, apalagi perawatan bayi di
unit perawatan khusus mengharuskan bayi dirawat terpisah dari ibunya.
Selain cemas, orang tua mungkin juga merasa bersalah terhadap kondisi
bayinya, takut, depresi, dan bahkan marah. Perasaan tersebut wajar, tetapi
memerlukan dukungan dari perawat.

17
DAFTAR PUSTAKA
1. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4.
Jakarta : FKUI, 1985;1051-7.
2. Aaron B dkk. Clinical Pathophysiology made ridiculously simple.
Medmaster. 2007.
3. Djoko W dkk. Buku Acuan Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar. Depkes RI. 2006
4. Saifuddin, AB, Adrianz, G. Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam : Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta :
yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.
5. Behrman, RE, Kliegman RM. The Fetus and the Neonatal Infant, In : Nelson
Textbook of pediatrics; 17 th ed. California: Saunders. 2004; 550-8.
6. Wiknjosastro H, Saifuddin AB. Bayi Berat Lahir Redah. Dalam: Ilmu
Kebidanan; edisi ke-3. Jakarta : yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 2002;771-83.
7. Hasan R, Alatas H. Perinatologi. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4.
Jakarta : FKUI, 1985;1051-7

18

Anda mungkin juga menyukai