Konten Makalah Agama
Konten Makalah Agama
PENDAHULUAN
1
Bab II
PEMBAHASAN
Korupsi dalam islam terdapat pengungkapan “ghulul” dan “akhdul amwal bil
bathil”, sebagaimana disebutkan oleh al-qur’an dalam surat al-baqarah:188.
“dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa urusan harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui”.
Rasulullah SAW bersabda: “Allah melaknat penyuap, penerima suap dalam proses
hukum.”
Agama Islam sendiri juga membagi istilah korupsi dalam beberapa dimensi yakni
risywah atau suap, saraqah atau pencurian, al gasysy atau penipuan dan juga khianat
atau penghianatan. Korupsi dalam dimensi suap atau risywah di dalam pandangan
hukum Islam adalah perbuatan yang tercela dan juga menjadi dosa besar dan Allah
sendiri juga melaknatnya.
2
Istilah dari penggunaan mempunyai pengartian yang luas seperti menyantap,
mengeluarkan untuk keperluan ibadah, keperluan sosial dan lain sebagainya.
Menggunakan harta kekayaan dari hasil tindak pidana korupsi sama saja dengan hasil
rampasan, hasil judi, hasil curian dan hasil haram lainnya. Dengan cara meraihnya
yang sama, maka hukum menggunakan hasilnya juga tentunya sama. Ulama fikih
dalam urusan ini juga sepakat jika menggunakan harta yang didapat dengan cara
terlarang maka hukumnya adalah haram karena prinsip harta tersebut bukan
menjadi milik yang sah namun milik orang lain yang didapat dengan cara terlarang.
Dasar yang menjadi penguat pendapat ulama fikih ini diantaranya adalah firman
dari Allah SWT sendiri, “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian
yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu membawa
(urusan) hartamu itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari pada
harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 188).
Dalam ayat tersebut juga tertulis larangan mengambil harta orang lain yang
didapat dengan cara batil seperti menipu, mencuri dan juga korupsi. Harta yang
didapat dari hasil korupsi juga bisa diartikan menjadi harta kekayaan yang didapat
dengan cara riba, sebab kedua cara ini sama – sama berbentuk ilegal. Jika memakan
harta yang diperoleh secara riba itu diharamkan (QS. Ali Imran: 130).
b. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya.
3
(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama
15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah) setiap orang yang:
(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatan nya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:
(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyeleng gara negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana
denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
4
dari Allah maupun hasil interaksi manusia tanpa bertentangan dengan syariat. Nilai-
nilai keislaman yang dimaksud antara lain adalah:
• Nilai Aqidah, merupakan nilai yang berupa beberapa perkara yang wajib diyakini
kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang
tidak bercampur sedikitpun dengan keraguan.
• Nilai Ibadah, merupakan nilai yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan
diridhai oleh Allah Swt., baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-
terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah Swt dan
mengharapkan pahalaNya.
• Nilai Akhlak, merupakan segala hal yang berkaitan dengan sifat yang tertanam dalam
jiwa manusia yang muncul dengan sendirinya tanpa melalui pemikiran maupun
pertimbangan, serta tidak ada dorongan dari luar.
• Dalam penanaman nilai-nilai keislaman terdapat beberapa cara yang mungkin sudah
lazim dilakukan namun tetap saja dinilai cukup ampuh dan penting untuk dilakukan.
Cara-cara tersebut adalah dengan:
• Metode Ceramah
Pembelajaran di Kelas
Kajian umum
Kultum mingguan/bulanan
Dakwah masyarakat
• Metode Diskusi
• Metode Tanya-Jawab
Pembelajaran di Kelas
Kajian Umum
5
II.4 Implementasi Nilai-nilai Keislaman
Korupsi dalam syariat Islam diatur dalam fiqh jinayah. Jinayah adalah sebuah
tindakan atau perbuatan seseorang yang mengancam keselamatan fisik dan tubuh
manusia serta berpotensi menimbulkan kerugian pada harga diri dan harta kekayaan
manusia. Langkah pencegahan yaitu melalui jalur pendidikan, dengan cara
internalisasi nilai-nilai pendidikan anti korupsi terhadap peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa. Langkah represif yaitu dengan memfungsikan secara optimal para
penegak hukum yang tegas oleh para aparat penegak hukum.
1) Penanaman nilai-nilai
6
serta makmur dibawah pimpinan murid-murid yang telah
di didik sedemikian rupa).
Menjadikan persoalan korupsi menjadi satu mata pelajaran yang didalamnya bisa
dibahas antara lain: sejarah korupsi di Indonesia dan dunia dari masa ke masa; proses
pemberantasan korupsi di Indonesia dan negara-negara lain; dan akibat-akibat korupsi
pada nilai-nilai kebangsaan, agama, dan kemanusiaan. Pembahasan mengenai kejahatan
korupsi disisipkan sebagai suplemen pada materi-materi pelajaran tertentu yang dianggap
mendukung pembahasan tersebut, seperti Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), IPS, dan
Agama.
Pada proses pembelajaran, diperlukan prinsip modeling. Model ini bisa siapapun,
apakah itu orang tua, guru, maupun orang-orang yang dikaguminya. Sikap-sikap yang
seharusnya ditanamkan adalah nilai-nilai anti korupsi seperti jujur dan bertanggung
jawab, Seperti mengajak siswa membayar zakat, sedekah, infak dan lain sebagainya.
Cara tersebut akan melatih mereka menjadi manusia yang tidak materialistik dan
hedonistik, yang membuat hidupnya hanya ingin menumpuk harta, termasuk dengan cara
yang tidak halal.Nilai-nilai ajaran Islam juga perlu ditekankan dan dikontekstualisasikan
secara lebih dan ekstra. Misalnya saja dengan mensosialisasikan hadist-hadist anti korupsi
seperti hadist tentang menjaga amanah.
• Secara khusus, implementasi nilai-nilai keislaman yang terkait dengan perilaku anti
korupsi ada tiga, yaitu:
• Nilai Kejujuran
7
➢ Kesesuaian antara ucapan/perbuatan dengan hati, tidak berdista baik dalam
perkataan dan perbuatan.
Seseorang yang telah tertanam kejujuran dalam hatinya akan selalu tidak
berlaku curang dalam menghadapi berbagai persoalan dalam hidupnya,
meskipun di depannya tersedia peluang dan keuntungan yang besar hasil jika
ia tidak berlaku jujur.
Pribadi yang amanah adalah buah dari keimanannya. Hal ini terjadi karena
dalam dirinya tertanam kepercayaan bahwa Allah Swt. akan selalu mengawasi
apapun yang diperbuatnya.
➢ Menepati janji
• Nilai Kesederhanaan
Pola hidup berlebih-lebihan erat kaitannya dengan perilaku korupsi dan juga
merupakan salah satu faktornya. Salah satu nilai antisipatif dalam
membendung sikap korupsi adalah menerapkan polah hidup sederhana
Indikator seseorang yang telah memenuhi nilai kesederhanaan ini antara lain:
➢ Tidak sombong
8
➢ Bersyukur
➢ Tidak pelit
Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai moral manusia, yang tujuan
pensyariaatannya untuk perbaikan akhlak manusia sangat melarang keras prilaku-
prilaku yang bertentangan dengan ajarannya, diantaranya perbuatan korupsi. Korupsi
merupakan tindakan yang merugikan, meresahkan dan merusak keseimbangan
masyarakat.
9
Bab III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Dalam menghadapi permasalahan korupsi di negeri ini terdapat satu solusi pemecah
masalahnya, sekaligus termasuk ke dalam langkah preventif untuk mengurangi atau bahkan
jika memungkinkan, menghilangkan kasus korupsi di negeri ini. Langkah tersebut adalah
penanaman nilai-nilai kejujuran, cinta tanah air, dan lain sebagainya, yang itu semua telah
tercakup dalam bahasan-bahasan agama Islam. Islam sebagai agama yang sempurna dan
diridhoi oleh Allah Swt. adalah agama yang juga mengatur tentang bagaimana seorang
manusia dalam berkegiatan politik yang bersih dan bebas dari kecurangan. Kecurangan-
kecurangan yang dimaksud tentu saja akan merugikan diri pelaku sendiri, apalagi orang lain.
Tentu saja Islam sangat menentang hal tersebut
Tidak ada kata-kata terlambat bagi seseorang untuk memperbaiki diri, entah itu
seorang politikus yang telah tersangkut kasus korupsi maupun yang belum, reinternalisasi
atau penanaman kembali nilai-nilai keislaman tentu saja merupakan langkah penting yang
harus dilakukan dalam menghadapi permasalahan korupsi di negara ini. Jika seseorang telah
tertanam di dalam hatinya akan keimanannya kepada Allah Swt. dan nilai-nilai Keislaman
padanya telah mengalir dalam kehidupan sehari-harinya maka niscaya, orang tersebut akan
terhindar dari perilaku-perilaku yang menyimpang, salah satunya adalah korupsi.
III.2 Saran
10
Daftar Pustaka
Bahri, S. 2015. Korupsi dalam Kajian Hukum Islam. Kanun Jurnal Ilmu Hukum. Vol 17. No
67. Pp: 603-614.
https://www.kompasiana.com/baligh/58b37aca107f613217cf0d56/penilaian-agama-
islam-terhadap-korupsi. (Diakses pada: 8 Mei 2019)
Hafidah, N. (2017). Pendidikan Anti Korupsi dalam Ajaran Islam. Tersedia di:
https://www.kompasiana.com/nurhafidah871/58b38bfd397b61b904d14eed/pendidika
n-anti-korupsi-dalam-ajaran-islam. (Diakses pada: 8 Mei 2019)
Frimayanti, A. I. (2017). Pendidikan Anti Korupsi dalam Pendidikan Agama Islam. Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam. Vol 8. No 1. Pp: 83-98
11