Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran di ekosistem perairan seperti yang terjadi di laut sering

disebabkan oleh tertimbunnya zat polutan yang berasal dari kegiatan

pertambakan, aktivitas pelabuhan, tumpahan minyak dari kapal, limbah rumah

tangga dan kegiatan industri. Limbah-limbah yang tidak terdegradasi

selanjutnya akan terakumulasi di perairan laut sehingga berdampak pada

pencemaran lingkungan dan menyebabkan terganggunya kehidupan

organisme aquatik.

Sebagian besar kota-kota penting di Indonesia terletak di wilayah

pesisir. Kota-kota tersebut berkembang pesat sebagaimana kota besar di dunia

lainnya seiring perkembangan zaman. Pada mulanya keberadaan dan

perkembangan kota di wilayah pesisir tidak lepas dari fungsinya sebagai suatu

kawasan atau wilayah yang merupakan akses yang menghubungkan antara

wilayah daratan (pedalaman) dengan dunia luar. Perkembangan kota-kota

tersebut tidak hanya berkembang sebagai wilayah akses saja, melainkan sesuai

dengan keragaman fungsi, seperti wilayah administrasi maupun sebagai pusat

perdagangan, industri, jasa dan sebagainya (Fransisca, 2011). Pesatnya

perkembangan kota-kota pesisir selain memberikan keuntungan ekonomis

juga menimbulkan berbagai persoalan seperti adanya dampak lingkungan.

Pemanfaatan ruang wilayah pesisir yang berkembang secara intensif

mengakibatkan terlampauinya daya dukung atau kapasitas berkelanjutan dari

ekosistem pesisir, seperti pencemaran, overfishing, degradasi fisik habitat dan

1
abrasi pantai terutama pada kawasan pesisir yang padat penduduknya dan

tinggi tingkat pembangunannya. Berdasarkan latar belakang diatas maka

dibuatlah makalah mengenai pencemaran lingkungan diwilayah pesisir.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pencemaran lingkungan diwilayah pesisir bisa terjadi ?

2. Bagaimana dampak pencemaran tehadap lingkungan sekitar ?

3. Bagaimana jalur mitigasi untuk pencemaran di wilayah pesisir ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana pencemaran lingkungan diwilayah pesisir

bisa terjadi

2. Untuk mengetahui dampak pencemaran tehadap lingkungan sekitar

3. Untuk mengetahui beberap jalur mitigasi untuk pencemaran di wilayah

pesisir

D. Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui bagaimana pencemaran lingkungan diwilayah pesisir

bisa terjadi

2. Dapat mengetahui dampak pencemaran tehadap lingkungan sekitar

3. Dapat mengetahui beberap jalur mitigasi untuk pencemaran di wilayah

pesisir

2
II. PEMABAHASAN

A. Pencemaran Lingkungan

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau

dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam

lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau

oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat

tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

a) Pencemaran kimia adalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh

zat kimia, limbah industri, penggunaan pestisida DDT, sampah organik,

ataupun terjadinya eutrofikasi, yaitu terjadinya pembusukan berlebihan

diperairan karena penimbunan senyawa nitrat (NO3).

b) Pencemaran Udara adalah pencemaran yang disebabkan adanya

pembakaran yang tidak sempurna dari minyak bumi, batu bara, asap

rokok, dan gas-gas lain yang mencemari udara, misalkan gas CO, CO2,

NO, NO2, SO, SO2,CH4,CFC3.

c) Pencemaran Suara adalah pencemaran yang disebabkan oleh suara bising

yang berlangsung secara terus menerus yang dapat menganggu

pendengaran yang akan berdampak pada tubuh manusia, seperi dalam hal

mempengaruhi prose atau sistem metabolisme antara lain tekanan darah,

gangguan jantung, perubahan denyut nadi, stress dan kontraksi perut.

3
B. Permasalahan Pencemaran Di Wilayah Pesisir Indonesia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai jumlah

pulau sangat banyak. Data SLHI 2013 yang dikeluarkan Kementerian

Lingkungan Hidup, jumlah Pulau di Indonesia 13.466 pulau dengan garis

pantai sepanjang 80.791 km. Indonesia memiliki peluang sekaligus tantangan

yang besar dalam mengembangkan dan mengelola potensi sumberdaya pesisir

dan laut. Wilayah pesisir dan laut Indonesia memiliki kekayaan alam yang

sangat besar serta menyediakan jasa-jasa lingkungan yang beragam, seperti

minyak dan gas, mineral, perikanan, ekosistem terumbu karang dan mangrove,

maupun pariwisata.

Jumlah penduduk di wilayah pesisir perkotaan yang makin meningkat,

ternyata mengakibatkan sumberdaya di daratan semakin terbatas, maka

wilayah pesisir dan laut beserta sumberdayanya menjadi alternatif pendukung

pembangunan daerah maupun nasional yang strategis di masa mendatang.

Oleh karena itu sangatlah beralasan, jika dalam pembangunan jangka panjang

bangsa Indonesia mengorientasikan kiprah pembangunannya terutama pada

wilayah pesisir dan laut. Komitmen pemerintah dalam bidang ini dapat terlihat

dari masih diperlukannya kementerian yang mengurusi masalah lingkungan

hidup serta kelautan, bahkan pada kabinet saat ini ditambah dengan Menteri

Koordinator Maritim. Kegiatan pembangunan di kawasan daratan dan lautan,

masih banyak yang memberikan dampak negatif pada lingkungan yang

akhirnya berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan pesisir dan laut

maupun kelestarian sumberdaya alam, yaitu berupa pencemaran dan

4
kerusakan lingkungan serta pemanfaatan yang berlebih atas sumberdaya

pesisir dan laut. Sehubungan dengan hal tersebut, maka upaya pengendalian

pencemaran dan kerusakan lingkungan yang mungkin timbul harus menjadi

bagian dari kebijakan dan langkah aksi pengelolaan lingkungan pada setiap

sektor kegiatan pembangunan.

Masuknya berbagai limbah organik maupun anorganik menyebabkan

lingkungan sungai tidak mampu melakukan pulih diri (self purification). Self

purification merupakan kemampuan perairan untuk membersihkan diri dari

zat-zat atau bahan yang merugikan sehingga kondisi sungai tersebut dapat

kembali seperti kondisi sebelumnya (Simbolon et al., 2012). Dalam kondisi

normal perairan mampu melakukan self purification, namun apabila

masukanbahan organik dan anorganik melampaui kemampuannya untuk pulih

diri, kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya atau terganggunya

fungsi ekologis perairan. Kondisi inilah yang disebut pencemaran perairan

(Simbolon,2016).

Salah satu persoalan lingkungan adalah adanya potensi pencemaran

pada perairan pesisir yang ditimbulkan dari berbagai kegiatan pemanfaatan

ruang. Menurut KP3K-DKP (2009), masalah pencemaran ini disebabkan

aktivitas manusia seperti pembukaan lahan untuk pertanian, pengembangan

perkotaan dan industri, penebangan kayu dan penambangan di daerah

tangkapan air atau daerah aliran sungai (DAS) serta limbah rumah tangga

yang tinggal di daerah pesisir. Pembukaan lahan pertanian telah meningkatkan

limbah pertanian baik padat maupun cair yang masuk ke perairan melalui

5
aliran sungai. Pesatnya pengembangan perkotaan dan industri telah

meningkatkan jumlah limbah terutama limbah cair yang sulit dikontrol.

Menurut Cicin-Sain dan Knecht (1998) dalam Parmudyanto (2014),

pencemaran pada perairan pesisir sebagai dampak dari adanya aktivitas

ekonomi menjadi salah satu hal yang perlu ditangani dalam pengelolaan

wilayah pesisir yang inovatif.

Masalah menejemen yang lain adalah kurangnya data dan informasi

yang valid atau belum adanya data base management untuk pengelolaan

pesisir, adanya ego sectoral, lemahnya penegakan hukum, rendahnya

komitmen, tidak adanya dana yang berkelanjutan, perpindahan staf yang

cukup sering, belum adanya kebersamaan dan keterpaduan antar sektor, belum

adanya tata ruang pesisir dan laut, kerangka hukum untuk pengelolaan pesisir

di daerah masih lemah, keterlibatan ilmuwan atau pakar belum optimal

sehingga hasil kajian ilmiah belum dipakai sebagai salah satu dasar

pengambilan keputusan, serta permasalahan lain yang masing-masing daerah

berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Sering pengelolaan pesisir

tidak mendasarkan pada prinsip good environmental governance, yaitu:

partisipasi, penegakan hukum, transparansi, kesetaraan, daya tanggap,

wawasan ke depan, akuntabilitas, pengawasan, efisien dan efektif,

profesionalisme.

C. Bahan Pencemaran Di Wilayah Pesisir

Laut menerima aliran dari sungai yang mengandung zat pencemar.

Selain itu, beberapa kegiatan sering membuang limbah langsung ke laut

6
bahkan ada yang secara illegal. Dengan demikian, seakan-akan laut menjadi

tempat sampah yang sangat besar. Beberapa bahan pencemar yang berasosiasi

dengan lingkungan laut antara lain sebagai berikut :

a) Patogen

b) Sedimen

c) Limbah padat

d) Panas

e) Material an organic beracun

f) Material organic beracun

g) Minyak

h) Nutrient

i) Bahan radioaktif

j) Oxygen demand materials (al. karbohydrat, protein, dan senyawa organic

lainnya)

k) Material asam-basa

l) Material yang merusak estetika

Pada daerah tertentu, suatu bahan pencemar dapat menjadi lebih

beresiko dibanding bahan pencemar lain, sedangkan pada daerah lainnya

dapat terjadi hal yang sebaliknya.

D. Sumber Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Wilayah Pesisir

Berdasarkan Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor: 19 Tentang

Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut disebutkan :

7
“Pencemaran Laut adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh

kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan/atau

fungsinya”.

Dalam perspektif global, pencemaran lingkungan pesisir dan laut dapat

diakibatkan oleh limbah buangan kegiatan atau aktifitas di daratan (land-based

pollution), maupun kegiatan atau aktivitas di lautan (sea-based pollution).

Kontaminasi lingkungan laut akibat pencemaran dapat dibagi atas kontaminasi

secara fisik dan secara kimiawi.

Gambar 1. Jenis kegiatan di daratan atau dilautan yang menjadi kontributor


penurunan kualitas pesisir

8
a) Pencemaran bersumber dari aktivitas di daratan (Land-based

pollution)

Secara umum, kegiatan atau aktivitas di daratan yang berpotensi

mencemari lingkungan pesisir dan laut, antara lain adalah :

a) Penebangan hutan (deforestation)

b) Buangan limbah industri (disposal of industrial wastes)

c) Buangan limbah pertanian (disposal of agricultural wastes)

d) Buangan limbah cair domestik (sewege disposal)

e) Buangan limbah padat (solid waste disposal)

f) Konvensi lahan mangrove & lamun (mangrove swamp conversion)

g) Reklamasi di kawasan pesisir (reclamation)

b) Pencemaran bersumber aktivitas di laut (Sea-based pollution)

Kegiatan atau aktivitas di laut yang berpotensi mencemari lingkungan

pesisir dan laut antara lain adalah :

a) Pelayaran (shipping)

b) Dumping di laut (ocean dumping)

c) Pertambangann (mining)

d) Eksplorasi dan eksploitasi minyak (oil exploration and

exploitation)

e) Budidaya laut (marine culture)

f) Perikanan (fishing)

9
Bentuk kerusakan lingkungan wilayah pesisir di beberapa daerah

antara lain berupa hancurnya terumbu karang akibat pengeboman, rusaknya

hutan bakau akibat penebangan liar dan abrasi pantai (al. di Marunda DKI

Jakarta, Kelurahan Mangunharjo di Semarang) Kegiatan yang berpotensi

menimbukan abrasi antara lain adalah penimbunan atau reklamasi pantai dan

pengambilan pasir laut yang tidak terkendali. Dampak pencemaran tidak hanya

membahayakan kehidupan biota dan lingkungan laut, tetapi juga dapat

membahayakan kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian,

mengurangi atau merusak nilai estetika lingkungan pesisir, serta dapat

merugikan secara sosial ekonomi. Lebih lanjut dikemukakan oleh Dahuri dkk,

(2001) dalam Silalahi (2017), bahwa dampak pencemaran perairan pesisir

adalah sedimentasi, eutrofication, anoxia (kekurangan oksigen), masalah

kesehatan umum, pengaruh terhadap perikanan, kontaminasi trace element

dalam rantai makanan serta keberadaan spesies asing.

E. Pengendalian (Mitigasi) Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Pesisir

Dasar-dasar kebijaksanaan dalam pengendalian pencemaran

lingkungan pesisir yaitu: Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan

konstitusional menegaskan bahwa sumberdaya alam agar dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dan harus dapat dinikmati baik oleh

generasi sekarang maupun generasi mendatang. Konsep pembangunan

berkelanjutan yang telah diletakkan sebagai kebijaksanaan pada masa lalu,

pada kenyataannya selama ini justru terjadi pengelolaan sumber daya alam

10
yang tidak terkendali dengan akibat kerusakan lingkungan yang mengganggu

kelestarian alam.

Pasal 65 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan: “Setiap orang

berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak

asasi manusia". Selain itu pada Pasal 67 Undang-Undang tersebut

menyatakan:“Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi

lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup". Hal ini berarti antara masyarakat dan pemerintah perlu

menjalin hubungan yang baik dalam melestarikan lingkungan hidup. Dalam

pengaturan sumber daya alam, fungsi pemerintah adalah :

a) Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan

lingkungan hidup;

b) Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan

hidup, dan pemanfaatan kembali sumberdaya alam, termasuk sumberdaya

genetika;

c) Mengatur perbuatan hukum dan hubungan hukum antara orang dan/atau

subyek hukum lainnya serta perbuatan hukum terhadap sumberdaya alam

dan sumberdaya buatan, termasuk sumberdaya genetika;

d) Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial;

e) Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan

hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11
Strategi dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

pesisir, dapat dibagi menjadi 3 strategi yaitu strategi pengelolaan, startegi

pengendalian, dan program pemantauan lingkungan pesisir.

1) Strategi Pengelolaan

Strategi pengelolaan untuk mengelola limbah, baik limbah cair,

padat dan gas (emisi gas buang). Pengelolaan limbah yang benar, maka air

limbah dan gas buang dapat memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan.

Limbah yang harus dikelola (waste management), antara lain:

a). Limbah padat domestik (solid waste)

b). Limbah Cair Domestik (sewage)

c). Limbah industri (industrial waste)

d). Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Hazardous Waste)

e) Limbah Minyak

f) Limbah Gas dan Debu

Strategi pengelolaan selanjutnya lebih mengarah pada sistem

manajemen, yaitu pengelolaan pesisir terpadu (Integrated Coastal

Management).

2) Strategi Pengendalian

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup di wilayah

pesisir. Dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-undang No. 32 Tahun 2009

tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup dinyatakan:

12
“Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. pencegahan;

b. penanggulangan; dan

c. pemulihan”.

Pemulihan lingkungan kerusakan dan pencemaran wilayah pesisir

dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a) Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur

pencemar;

b) Remediasi;

c) Rehabilitasi;

d) Restorasi; dan/atau

e) Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

3) Program Pemantauan Pesisir

Pemantauan dapat dilaksanakan dengan fokus dan sasaran, antara

lain terhadap :

a) Kualitas buangan (effuent/emission) dan lingkungannya (air sungai,

laut)

b) Penaatan hukum dan peraturan

c) Dampak dari buangan limbah

d) Abrasi dan akresi di wilayah pantai

e) Penurunan tanah dan kenaikan muka air laut di wilayah pesisir

13
f) Daya dukung lingkungan

g) Model prediksi perubahan lingkungan


Hasil pemantauan lingkungan pesisir digunakan untuk menyusun

Status Mutu Kualitas Pesisir dan pengambilan kebijakan pengendalian

pencemaran dan kerusakan lingkungan di wilayah pesisir.

14
III. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Pencemaran lingkungan di wilayah pesisir dapat terjadi karena kegiatan

pembangunan di kawasan daratan dan lautan, masih banyak yang

memberikan dampak negatif pada lingkungan yang akhirnya berakibat

pada menurunnya kualitas lingkungan pesisir dan laut maupun kelestarian

sumberdaya alam, yaitu berupa pencemaran dan kerusakan lingkungan

serta pemanfaatan yang berlebih atas sumberdaya pesisir dan laut.

Masuknya berbagai limbah organik maupun anorganik menyebabkan

lingkungan sungai tidak mampu melakukan pulih diri (self purification).

2. Dampak yang diberikan dari pencemaran di wilayah pesisir yaitu bentuk

kerusakan lingkungan wilayah pesisir di beberapa daerah antara lain

berupa hancurnya terumbu karang akibat pengeboman, rusaknya hutan

bakau akibat penebangan liar dan abrasi, dampak pencemaran tidak hanya

membahayakan kehidupan biota dan lingkungan laut, tetapi juga dapat

membahayakan kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian,

mengurangi atau merusak nilai estetika lingkungan pesisir, serta dapat

merugikan secara sosial ekonomi.

3. Jalur mitigasi diwilayah pesisir memiliki tersendiri, strategi dalam

pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan pesisir, dapat dibagi

menjadi 3 strategi yaitu strategi pengelolaan, startegi pengendalian, dan

program pemantauan lingkungan pesisir. Strategi pengelolaan untuk

15
mengelola limbah, baik limbah cair, padat dan gas (emisi gas buang).

Pengelolaan limbah yang benar, maka air limbah dan gas buang dapat

memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Pengendalian pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka

pelestarian fungsi lingkungan hidup di wilayah pesisir. Pemantauan dapat

dilaksanakan dengan fokus dan sasaran, antara lain terhadap kualitas

buangan (effuent/emission) dan lingkungannya (air sungai, laut), penaatan

hukum dan peraturan, Abrasi dan akresi di wilayah pantai dan lain-lain.

B. Saran

Saran yang terdapat dalam makalah ini yaitu dengan mengetahui

sumber-sumber penyebab dan dampak kerusakan atau pencemaran yang

terjadi di wilayah pesisir, maka perlulah kita sebagai mahasiswa memberikan

pemahaman kepada pemerintah terkhusus pada masyarakat wilayah pesisir

untuk mengurangi aktivitas yang dapat meningkatkan pencemaran dan

memberikan kontribusi kepada negara untuk mencegah ataupun mengurangi

pencemaran lingkungan, bukan hanya dari segi pencemaran air di wilayah

pesisir namun begitu juga dengan pencemaran lainnya.

16

Anda mungkin juga menyukai