Tok So Plasm Osis
Tok So Plasm Osis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Manusia dapat terkena infeksi parasit ini dengan cara didapat (Aquired
toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak dalam kandungan (Congenital
toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia mengalami infeksi
penyakit ini.
Protozoa ini hidup dalam sel epitel usus muda hospes definitif, sedangkan ookistanya
dikeluarkan bersama tinjanya. Penularan parasit ini terjadi dengan tertelannya
ookista dan kista jaringan dalam daging mentah atau kurang matang serta transplasental
pada waktu janin dalam kandungan. Diagnosis infeksi protozoa ini dilakukan
dengan mendapatkan antibodi IgM dan IgG anti T. gondii dalam tes serologi (WHO,
1979 ; Zaman dan Keong, 1988).
Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala macam sel jaringan tubuh kecuali
sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini ditemukan dalam sel retikulo
endotelial dan sistem syaraf pusat (Remington dan Desmonts, 1983).
Bertitik tolak dari masalah tersebut di atas, dalam makalah ini penulis mencoba
menguraikan dan menginformasikan mengenai Epidemiologi Toxoplasma gondii.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Toksoplasmosis ?
2. Bagaimana morfologi Toksoplasmosis ?
3. Bagaimana siklus hidup Toksoplasmosis ?
4. Bagaimana cara penularan Toksoplasmosis ?
5. Apa saja manifestasi klinis Toksoplasmosis ?
6. Bagaimana pencegahan Toksoplasmosis ?
7. Bagaimana pengobatan Toksoplasmosis ?
8. Bagaimana diagnosa klinik Toksoplasmosis ?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Toksoplasmosis ?
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui seluruh informasi mengenai
Toksoplasmosisi pada umumnya seperti pengertian toksoplasmosis, morfologi,
siklus hidup, cara penularan, manifestasi klinis, pencegahan, pengobatan, diagnosa
klinik, dan asuhan keperawatan pada pasien toksoplasmosis.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan secara sistematis
sehubungan dengan masalah keperawatan terkait dengan toksoplasmosis sesuai
dengan SOP yang berlaku sehingga masalah dapat teratasi seluruhnya
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
ujung yang runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran panjang 4-8 mikron, lebar 2-
4 mikron dan mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di tengah bulan sabit dan
beberapa organel lain seperti mitokondria dan badan golgi (Sasmita,
2006). Bentuk ini terdapat di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia
termasuk manusia dan kucing sebagai hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi
akut dalam berbagai jaringan tubuh. Takizoit juga dapat memasuki tiap sel yang berinti.
Kista dibentuk di dalam sel hospes bila takizoit yang membelah telah membentuk
dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang berukuran kecil hanya berisi beberapa
bradizoit dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-kira
3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes dapat ditemukan seumur hidup terutama di
otak, otot jantung, dan otot bergaris. Di otak bentuk kista lonjong atau bulat, tetapi di
dalam otot bentuk kista mengikuti bentuk sel otot (Gandahusada, 2003).
Ookista berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-11 mikron. Ookista mempunyai
dinding, berisi satu sporoblas yang membelah menjadi dua sporoblas. Pada
perkembangan selanjutnya ke dua sporoblas membentuk dinding dan menjadi
sporokista. Masing-masing sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x
2 mikron dan sebuah benda residu. Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas
Sporozoasida, berkembang biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara
bergantian.
Daur hidup Toxoplasma gondii melalui dua siklus yaitu siklus enteroepitel dan siklus
ekstraintestinal. Siklus enteroepitelial di dalam tubuh hospes definitif seperti kucing.
Siklus ekstraintestinal pula di dalam tubuh hospes perantara seperti manusia, kambing
dan domba. Pada siklus ekstraintestinal, ookista yang keluar bersama tinja kucing
belum bersifat infektif. Setelah mengalami sporulasi, ookista akan berisi sporozoit dan
menjadi bentuk yang infektif. Manusia dan hospes perantara lainnya akan terinfeksi jika
tertelan bentuk ookista tersebut.
Di dalam ileum, dinding ookista akan hancur sehingga sporozoit bebas.
Sporozoit-sporozoit ini menembus mukosa ileum dan mengikuti aliran darah dan limfa
menuju berbagai organ tubuh seperti otak, mata, hati dan jantung. Sporozoit bebas akan
5
membentuk pseudokista setelah berada dalam sel organ-organ tersebut. Pseudokista
tersebut berisi endozoit atau yang lebih dikenal sebagai takizoit. Takizoit akan
membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur kemudian
terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan
pada infeksi menahun (infeksi laten).
Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara. Pada toksoplasmosis
kongenital, transmisi toksoplasma kepada janin terjadi melalui plasenta bila ibunya
mendapat infeksi primer waktu hamil. Pada toksoplasmosis akuista, infeksi dapat terjadi
bila makan daging mentah atau kurang matang ketika daging tersebut mengandung kista
6
atau trofozoit T. gondii. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk
infektif parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk
penyebaran T. gondii.
Pada orang yang tidak makan daging pun dapat terjadi infeksi bila ookista yang
dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan. Kontak yang sering terjadi dengan hewan
terkontaminasi atau dagingnya, dapat dihubungkan dengan adanya prevalensi yang
lebih tinggi di antara dokter hewan, mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah
potong hewan dan orang yang menangani daging mentah seperti juru masak (Chahaya,
2003) . Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor
penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T.
gondii. Infeksi juga dapat terjadi di laroratorium pada orang yang bekerja dengan
binatang percobaan yang diinfeksi dengan T. gondii yang hidup. Infeksi dengan T.
gondii juga dapat terjadi waktu mengerjakan autopsi.
7
Sumber: American Family Physician (2003)
Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga penderita sering
tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi sekali terkena infeksi
toksoplasma maka parasit ini akan menetap (persisten) dalam bentuk kista pada organ
tubuh penderita selama siklus hidupnya. Gejala klinis yang paling sering dijumpai
adalah pembesaran kelenjar getah bening (limfe) dikenal sebagai limfadenopati, yang
dapat disertai demam. Kelenjar limfe di leher adalah yang paling sering terserang. Gejala
toksoplasmosis akut yang lain adalah demam, kaku leher, nyeri otot (myalgia), nyeri
sendi (arthralgia), ruam kulit, gidu (urticaria), hepatosplenomegali atau hepatitis. Wujud
klinis toksoplasmosis yang paling sering pada anak adalah infeksi retina (korioretinitis),
biasanya akan timbul pada usia remaja atau dewasa. Pada anak, juling merupakan gejala
awal dari korioretinitis. Bila makula terkena, maka penglihatan sentralnya akan
terganggu. Pada penderita dengan imunodefisiensi seperti penderita cacat imun,
penderita kanker, penerima cangkok jaringan yang mendapat pengobatan
imunosupresan, dapat timbul gejala ringan sampai berat susunan saraf pusat seperti
ensefalopati, meningoense-falitis, atau lesi massa otak dan perubahan status mental,
nyeri kepala, kelainan fokal serebral dan kejang-kejang, bahkan pada penderita AIDS
seringkali mengakibatkan kematian. (Zrofikoh, 2008).
Toxoplasma dapat masuk ke dalam tubuh manusia dalam berbagai cara. Pertama,
secara tidak sengaja menelan tinja kucing yang di dalamnya terdapat telur toxoplasma.
Cara ini banyak tidak disadari, misalnya menyentuh mulut dengan tangan yang telah
berkontaminasi seperti sehabis berkebun, membersihkan tempat makan kucing atau
barang-barang lain yang sudah terkontaminasi. Kedua, parasit ini juga dapat masuk jika
mengkonsumsi daging hewan yang telah terkontaminasi dan tidak dimasak secara
8
matang. Bentuk kista dari parasit ini dapat masuk bersama daging hewan tadi. Ketiga,
masuk lewat air yang telah terkontaminasi. Dan yang jarang, jika Anda menerima
transparansi organ atau transfusi darah dari donor yang telah terkontaminasi. Jika dalam
keadaan sehat, umumnya penyakit ini tidak menimbulkan gejala apa-apa atau
menyerupai sakit influenza biasanya disertai pembesaran kelenjar getah bening regional
yang nyeri. Gejala yang berat mungkin terjadi seperti kerusakan otak dan mata yang
terutama terjadi pada penderita kekurangan daya tahan tubuh seperti HIV/AIDS
atau penyakit keganasan (Dr. I Made Arya, 2009).
Pencegahan toxoplasma gondii itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai cara
seperti :
1. Hindari mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang, serta buah dan sayuran
yang belum dicuci.
2. Hindari mengosok mata atau menyentuh muka ketika sedang menyiapkan makanan.
3. Cuci alas memotong, piring, serta alat memasak lainnya dengan air panas dan
berbusa setelah kontak dengan daging mentah.
4. Masak air sampai mendidih serta hindari meminum susu yang belum di pasteurisasi.
5. Sedapat mungkin kendalikan serangga-serangga yang dapat menyebarkan kotoran
kucing seperti, lalat dan kecoak.
6. Jika Anda memiliki hewan peliharaan kucing, jangan biarkan Anda berkeliaran
di luar rumah yang memperbesar kemungkinan kontak dengan toxoplasma.
7. Mintalah anggota keluarga lain untuk membantu Anda membersihkan kucing
Anda termasuk memandikannya, mencuci kandang, tempat makannya.
8. Beri makan kucing Anda dengan makananan yang sudah dimasak dengan baik.
9. Lakukan pemeriksaan berkala terhadap kesehatan kucing Anda.
10. Gunakan sarung tangan plastik ketika Anda harus membersihkan kotoran kucing,
sebaiknya dihindari.
9
11. Cuci tangan sebelum makan dan setelah berkontak dengan daging mentah, tanah atau
kucing.
12. Gunakan sarung tangan plastik jika Anda berkebun terutama jika terdapat luka pada
tangan Anda (Pandu, 2010).
10
b. Terapi Pemeliharaan (supretif, profilaksis sekundera) diberikan seumur hidup,
jika rekonstitusi imun tidak terjadi.
1) Pirimetamin 25-50 mg per oral setiap 6 jam + Asam Folinat 10-25 mg per oral
setiap 6 jam + Sulfadiazin 500-1000 mg per oral tiap 6 jam.
2) Alternatif
a) Klindamisin 300-450 mg tiap 6-8 jam + Pirimetamin + Asam Folinat
(per oral).
b) Atovaquon 750 mg tiap 6-12 jam + Pirimetamin 25 mg tiap 6 jam+ Asam
folinat 10 mg tiap 6 jam ( per oral).
3) Terapi supresif dapat dipertimbangakan untuk dihentikan jika : Terapi diberikan
sedikitnya selama 6 minggu :
a) Pasien tidak mempunyai gejala dan tanda klinis ensefalitis
toksoplasmik.
Diagnosis infeksi protozoa ini dilakukan dengan mendapatkan antibodi IgM dan IgG
anti T. gondii dalam tes serologi (Hiswani, 2005). Untuk memastikan diagnosis
toksoplasmosis kongenital pada neonatus perlu ditemukan zat anti IgM. Tetapi zat anti
IgM tidak selalu dapat ditemukan. Zat anti IgM cepat menghilang dari darah, walaupun
kadang-kadang dapat ditemukan selama beberapa bulan.
Bila tidak dapat ditemukan zat anti IgM, maka bayi yang tersangka menderita
toksoplasmosis kongenital harus di follow up. Zat anti IgG pada neonatus yang secara
pasif didapatkan dari ibunya melalui plasenta, berangsur-angsur berkurang dan
menghilang pada bayi yang tidak terinfeksi T. gondii. Pada bayi yang terinfeksi T.
gondii, zat anti IgG mulai dibentuk sendiri pada umur 4-6 bulan, dan pada waktu ini titer
zat anti IgG naik.
Untuk memastikan diagnosis toksoplasmosis akuista, tidak cukup bila hanya sekali
menemukan titer zat anti IgG T. gondii yang tinggi, karena titer zat anti T. gondii yang
ditemukan dengan tes-tes tersebut diatas dapat ditemukan bertahun-tahun dalam tubuh
seseorang. Diagnosis toksoplasmosis akut dapat dibuat, bila titer meninggi pada
pemeriksaan kedua kali dengan jangka waktu 3 minggu atau lebih atau bila ada konversi
11
dari negatif ke positif. Diagnosis juga dapat dipastikan bila ditemukan zat anti IgM,
disamping adanya titer tes warna atau tes IFA yang tinggi.
12
BAB III
TINJAUAN KASUS
Ny.A datang ke RS b. dengan keluhan merasa lemah ,kepala terasa sakit dan
pusing , demam tinggi, mual dan muntah. Ny A juga mengatakan merasakan
kelemahan otot dan nyeri otot. Disamping itu Ny.A berkata memelihara 2 ekor
kucing dan suka bermain bersama kedua kucingnya.
Pengkajian
Kebiasaan sehari-hari
1. Aktivitas/istirahat
b) Tanda : kelemahan otot, nyeri otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi
terhadap aktifitas.
2. Sirkulasi
a) Gejala : demam, proses penyembuhan luka yang lambat, perdarahan lama bila
cedera
3. Integritas ego
a) Gejala : merasa tidak berdaya, putus asa, rasa bersalah, kehilangan kontrol diri,
dan depresi.
4. Eliminasi
13
a) Gejala : diare, nyeri pinggul, rasa terbakar saat berkemih.
b) Tanda : feces encer disertai mucus atau darah, nyeri tekan abdominal, lesi pada
rectal, ikterus, perubahan dalam jumlah warna urin.
5. Makanan/cairan
b) Tanda : penurunan BB yang cepat, bising usus yang hiperaktif, turgor kulit
jelek, lesi pada rongga mulut, adanya selaput putih/perubahan warna mukosa mulut
6. Hygiene
7. Neurosensorik
8. Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum atau lokal, sakit, nyeri otot, sakit tenggorokan, sakit kepala,
nyeri dada pleuritis, nyeri abdomen.
9. Pernapasan
a) Tanda : terjadi ISPA, napas pendek yang progresif, batuk produktif/non, sesak
pada dada, takipneu, bunyi napas tambahan, sputum kuning.
10. Keamanan
11. Seksualitas
14
12. Interaksi social
Pemeriksaan diagnostic
a) Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan antibodi spesifik toksoplasma, yaitu IgG, IgM
dan IgG affinity.
· IgM adalah antibodi yang pertama kali meningkat di darah bila terjadi infeksi
toksoplasma.
· IgG adalah antibodi yang muncul setelah IgM dan biasanya akan menetap
seumur hidup pada orang yang terinfeksi atau pernah terinfeksi.
· IgG affinity adalah kekuatan ikatan antara antibodi IgG dengan organisme
penyebab infeksi. Manfaat IgG affinity yang dilakukan pada wanita yang hamil atau
akan hamil karena pada keadaan IgG dan IgM positif diperlukan pemeriksaan IgG
affinity untuk memperkirakan kapan infeksi terjadi, apakah sebelum atau pada saat
hamil. Infeksi yang terjadi sebelum kehamilan tidak perlu dirisaukan, hanya infeksi
primer yang terjadi pada saat ibu hamil yang berbahaya, khususnya pada trimester I.
Kasus ini jarang terjadi, kemungkinan merupakan awal infeksi. Harus diperiksa
kembali 3 minggu kemudian dilihat apakah IgG berubah jadi (+). Bila tidak berubah,
maka IgM tidak spesifik, yang bersangkutan tidak terinfeksi toksoplasma.
Bila sedang hamil, perlu dipantau setiap 3 bulan pada sisa kehamilan (dokter
mengetahui kondisi dan kebutuhan pemeriksaan anda). Lakukan tindakan
pencegahan agar tidak terjadi infeksi.
Kemungkinan mengalami infeksi primer baru atau mungkin juga infeksi lampau tapi
IgM nya masih terdeteksi. Oleh sebab itu perlu dilakukan tes IgG affinity langsung
15
pada serum yang sama untuk memperkirakan kapan infeksinya terjadi, apakah
sebelum atau sesudah hamil.
d) CT scan
Menunjukkan fokal edema dengan bercak-bercak hiperdens multiple dan biasanya
ditemukan lesi berbentuk cincin atau penyengatan homogen dan disertai edema
vasogenik pada jaringan sekitarnya. Ensefalitis toksoplasma jarang muncul dengan
lesi tunggal atau tanpa lesi.
e) Biopsi otak
Untuk diagnosis pasti ditegakkan melalui biopsi otak.
16
Diagnosa Keperawatan
Intervensi keperawatan
Diagnosa kep Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Nyeri kronik Tujuan: 1.Selidiki 1. Nyeri insisi
berhubungan keluhan nyeri, bermakna pada pasca
dengan adanya Setelah dilakukan perhatikan lokasi, operasi awal
tindakan diperberat oleh
proses infeksi itensitas nyeridan
keperawatan selama gerakan
atau inflamasi skala
2 x 24 jam nyeri
dapat berkurang,
pasien dapat tenang
dan keadaan umum
cukup baik
· Klien tidak
menyeringai
kesakitan
· TTV dalam
batasan normal
· Intensitas nyeri
17
berkurang (skala
nyeri berkurang 1-
3. Pantau 3. Respon autonomik
10)
tanda-tanda vital meliputi, perubahan
· Klien pada TD, nadi, RR,
yang berhubungan
menunjukkan rileks,
dengan penghilangan
istirahat tidur, nyeri
peningkatan
aktivitas dengan
cepat
18
6. Anjurkan 6. Menurunkan
teknik distruksi tegangan otot,
dan relaksasi meningkatkan
relaksasi, dan
meningkatkan rasa
kontrol dan
kemampuan koping
7. Tingkatkan
tirah baring, 7. Menurunkan gerakan
bantulah yang dapat
meningkatkan nyeri
kebutuhan
perawatan diri
8. Memberikan
8. Berikan dukungan (fisik,
situasi emosional,
lingkungan yang meningkatkan rasa
kondusif kontrol, dan
kemampuan koping)
19
10. Kolaborasi 10. Menghilangkan atau
dengan tim medis mengurangi keluhan
dalam pemberian nyeri klien
tindakan
· Pakaian dan
tempat tidur pasien 4. Dapat membantu
4. Kompres mengurangi demam,
kering hangat, hindari penggunaan air es
penggunaan atau alkohol dapat
alkohol menyebabkan
peningkatan suhu
secara actual
20
5. Berikan 5. Menggantikan cairan
cairan iv sesuai yang hilang lewat
order atau keringat.
anjurkan intake
cairan yang
adekuat.
Kriteria hasil:
· Memiliki
21
keseimbangan
asupan dan haluaran
yang seimbang
dalam 24 jam. 3. Pantau 3. Pengurangan dalam
sirkulasi volume
· Tanda-tanda vita, tekanan darah cairan dapat
dalam batas normal atau denyut mengurangi tekanan
jantung
darah.
· Membran mukosa
lembab
· Nadi perifer
teraba
· Menampilkan
hidrasi yang baik
4. Palpasi 4. Denyut yang lemah
misalnya membran
dan mudah hilang
mukosa yang denyut perifer
dapat menyebabkan
lembab. hipovolemia.
· Memiliki asupan
cairan oral dan atau
intravena yang
adekuat.
5. Berikan
5. Mempertahankan
minum per oral
intake yang adekuat
sesuai toleransi.
22
7. Ukur semua 7. Mengatur keseimbangan
cairan output antara intake dan output
(muntah, urine,
diare). Ukur · Mengetahui status nutrisi
semua intake pasien
cairan. · Mengetahui keseimbangan
nutrisi pasien
23
BAB III
PENUTUP
1.10 Kesimpulan
Toksoplasmosis, suatu penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii,
merupakan penyakit parasit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia
(Hiswani, 2005).
Menurut Wiknjosastro (2007), toksoplasmosis menjadi sangat penting karena
infeksi yang terjadi pada saat kehamilan dapat menyebabkan abortus
spontan atau kelahiran anak yang dalam kondisi abnormal atau disebut
sebagai kelainan kongenital seperti hidrosefalus, mikrosefalus, iridosiklisis
dan retardasi mental.
Toxoplasma gondii adalah suatu protozoa obligat intraselular yang menginfeksi
burung dan beberapa jenis mamalia terutama kucing, di seluruh dunia.
1.11 Saran
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, untuk itu
kami mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://ciptosuriantika.files.wordpress.com/2014/01/parasit-toxoplasma-gondii.pdf
http://wisuda.unud.ac.id/pdf/1120025032-3-BAB%252011.pdf
http://simtakp.uui.ac.id/dockti/RISTI_YURISMA-kti.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23340/4/Chapter%252011.pdf
http://eprints.ac.id/39706/7/BAB%25201.pdf
http://kumpulan-askep3209.blogspot.co.id/2012/06/askep-hivaids-komplikasi-
toxoplasmosis.html?m=1
25