Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM I

GENETIKA
(ABKC 2403)

“ PERSILANGAN MONOHIBRID DAN PERSILANGAN DIHIBRID ”

Oleh:
NORJANNAH
A1C215031
Kelompok VIII B

Asisten Dosen :
Khairunnida Rahma
Subhan Hairani

Dosen Pengasuh :
Drs. Bunda Halang, MT
DR. H. M. Zaini, M.Pd
Riya Irianti, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET
2017
PRAKTIKUM I
Topik : Persilangan Monohibrid dan Dihibrid
Tujuan : Untuk membuktikan hukum Mendel (rasio fenotip dan genotip yang
dihasilkan dari persilangan Monohibrid dan Dihibrid)
Hari / tanggal : Senin / 27 Februari 2017
Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

I. ALAT DAN BAHAN


Alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :
1. Tempat kancing genetik
2. Toples
3. Pulpen
4. Lembar/tabel pengamatan
5. Penggaris
Bahan-bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah :
1. 50 pasang kancing genetika warna putih
2. 50 pasang kancing genetika warna merah
3. 25 pasang kancing genetika warna kuning
4. 25 pasang kancing genetika warna hijau

II. CARA KERJA


Cara kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
A. Perbandingan Monohibrid
1. Menyiapkan 50 kancing merah dan 50 kancing putih yang bertanda
(berlubang/betina) ke dalam toples
2. Menyiapkan 50 kancing merah dan 50 kancing putih yang bertanda
(bertombol/jantan) ke dalam toples
3. Mengocok dan mencampurkan kedua macam gamet tadi (merah dan putih)
jantan maupun betina pada masing-masing toples.
4. Mengaduk sampai seluruh kancing benar-benar tercampur pada masing-
masing toples
5. Mengambil kancing pada masing-masing toples tersebut tanpa melihat dengan
mata (secara acak) kemudian memasangkan satu persatu.
6. Mencatat hasil persilangan ke dalam tabel
7. menghitung perbandingan fenotip dan genotifnya

B. Persilangan Dihibrid
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan berupa kancing sebanyak
200 biji terdiri atas : (merah = bulat, putih = keriput)
a. 25 merah jantan dan 25 putih jantan (toples kecil I)
b. 25 kuning jantan dan 25 hijau jantan (toples kecil II)
c. 25 merah betina dan 25 putih betina (toples kecil III)
d. 25 kuning betina dan 25 hijau betina (ember kecil IV)
2. Memasangkan masing-masing kancing sesuai ketentuan : B = bulat, b =
keriput, K = kuning, k = hijau.
3. Memasukkan masing-masing ke dalam toples dan mengaduknya hingga rata
4. Mengambil secara acak sepasang-sepasang dari toples kecil I dengan toples
kecil III dipasangkan bersamaan dengan toples kecil II dan toples kecil IV.
5. Meletakkan 2 pasang kancing yang masing-masing sudah diberi nama sesuai
ketentuan
6. Mencatat hasil persilangan ke dalam tabel
7. Menghitung perbandingan fenotip dan genotifnya
III. TEORI DASAR
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah
kemampuannya untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat
melestarika jenisnya. Pada organisme yang berkembang biak secara
seksual,individu baru adalah hasil kombinasi informasi genetic yang
disumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari kedua
parentalnya.
Genetika merupakan ilmu pengetahuan dasar bagi ilmu terapan, misalnya
pemuliaan tanaman dan hewan, masalah penyakit dan kelainan pada tubh
manusia. Beberapa isltilah yang serin digunakan dalam bidang genetika ini
seperti gen, genotif, fenotif, resesif, dominant, alela, homozigot, heterozigot,
hendaknya sudah diketahui dan dipahami.Gen adalah unit terkecil bahan sifat
menurun. Gen sebagai factor keturunan disimpan dalam kromosom. Pasangan
kromosom homolog mempunyai ukuran sama panjang, dan padanya berderet
pasangan lokus gen-gen yang bersesuaian. Gen-gen yang terletak pada lokus
yang bersesuaian dan sepadan, memiliki tugas atau pekerjaan sama atau
hampir sama atau berlawanan untuk satu tugas tertentu. Pasangan gen-gen
tersebut dinamakan alela.
Mendel adalah nama tokoh genetika yang diakui sebagai penemu hukum-
hukum hereditas atau pewarisan sifat-sifat menurun. Nama lengkap Mendel
adalah Gregor Johann Mendel, anak dari seorang petani di Moravia utara.
Pada saat pendapat beliau diakui kebenarannya, beliau sudah wafat, sebab
pada waktu diterbitkannya buku yang memuat pendapat beliau pada tahun
1866, dunia ilmu pengetahuan memang belum dapat menunjukkan bentuk
maupun susunan sifat keturunan yang oleh Mendel disebut sebagai factor
penentu.
Hukum Mendel I menyatakan pemisahan gen se alel. Dalam bahasa Ingris
disebut “Segregetion of allelia genes“. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika
pembuatan atau pembentukan gamet individu yang memiliki genotif
heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu sel tersebut. Dalam
hal ini disebut juga hukum segregasi yang berdasarkan percobaan persilangan
dua individu yang mempunyai satu karakter yang berbeda atau monohibrid.
Monohibrid adalah suatu persilangan pembastaran dengan satu sifat beda.
Dalam percobaan Mendel yaitu persilangan antara kacang ercis yang tinggi
dan kacang ercis yang rendah menghasilkan perbandingan dimana yang tinggi
lebih banyak jumlahnya daripada yang rendah menghasilkan perbandingan
sebesar 3 : 1 dan perbandingan genotif 1 : 2 : 1. Hukum Mendel II yaitu
pengelompokkan gen secara bebas berlaku ketika pembentukan gamet,
dimana gen sealela secara bebas pergi ke masing-masing kutub secara
meiosis. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid. Dihibrid adalah suatu
persilangan (pembastaran) dengan dua sifat beda. Untuk membuktikan,
Mendel melakukan eksperimen dengan membastarkan tanaman Pisum
sativum bergalur murni dengan memperhatikan dua sifat beda. Pembastaran
pada tanaman ini diperoleh perbandingan fenotip 9 : 3 : 3 : 1
1. Persilangan Monohibrid
Dalam membicarakan satu sifat tertentu, kita hanya menggambarkan
pasangan kromosom dengan gen yang bersangkutan saja, tetapi bukan
berarti bahwa kromosom-kromosom dan gen-gen yang lain tidak ada
dalam sel itu. Ada sifat yang disebut dominan, yaitu apabila kehadiran gen
yang mengawasi sifat ini menutupi ekspresi gen yang lainnya yaitu
resesif, sehingga sifat yang terakhir ini tidak tampak. Dalam
percobaannya, Mendel menggunakan tanaman ercis untuk melihat adanya
perbedaan dalam ukuran pohon misalnya adanya variasi tinggi yang 0,45
m sampai 1,00 m. Sifat-sifat tersebut memperlihatkan perbedaan yang
kontras sehingga memudahkan untuk mengamati.
Pada waktu Mendel mengadakan persilangan antara kedua varietas
tersebut dimana yang satu tinggi dan yang lain pendek, maka Mendel
mendapat hasil sebagai berikut :
Persilangan antara jantan dan betina pada ercis bersegregasi
sehingga rasio fenotifnya adalah tinggi, sedangkan keturunan F2 akan
memisah dengan perbandingan fenotif yaitu tinggi : pendek = 3 : 1.
Sedangkan rasio genotifnya adalah TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1. Satu tumbuhan
ercis homozigot, dan dua tumbuhan ercis heterozigot dan satu tumbuhan
ercis pendek.
2. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan dua individu dengan dua
sifat beda.Dua pasang yang diwarisi oleh pasangan gen yang terletak pada
kromosom yang berlainan. Sebagai contoh Mendel melakukan percobaan
dengan menanam kacang ercis yang memiliki dua sifat beda. Mula-mula
tanaman galur murni yang memiliki biji bulat berwarna kuning
disilangkan dengan tanaman galur murni yang memiliki biji keriput
berwarna hijau, maka F1 seluruhnya berupa tanaman yang berbiji bulat
berwarna kuning. Biji-biji dari tanaman F1 ini kemudian ditanam lagi dan
tanaman yang tumbuh dibiarkan mengadakan penyerbukan sesamanya
untuk memperoleh keturunan F2 dengan 16 kombinasi yang
memperlihatkan perbandingan 9 : 16 tanaman berbiji bulat berwarna
kuning, 3 : 16 berbiji bulat berwarna hijau, 3 : 16 berbiji keriput berwarna
kuning, 1 : 16 berbiji keriput berwarna hijau atau dikatakan
perbandingannya adalah 3 : 3 : 1.
IV. HASIL PENGAMATAN
A. Persilangan Monohibrid
No Fenotif Genotif Tabulasi Jumlah
1. Merah- merah MM IIII IIII IIII IIII III 23
2. Merah- Putih Mm IIII IIII IIII IIII IIII IIII 50
IIII IIII IIII IIII
3. Putih- putih mm IIII IIII IIII IIII II 22
Rasio fenotif : Merah : Putih
73 : 22

Rasio gentif : MM : Mm : mm
23 : 50 : 22

B. Persilangan Dihibrid
No Fenotif Genotif Tabulasi Jumlah
1. Bulat- kuning BBKK I 1
2. Bulat- kuning BBKk IIII II 7
3. Bulat- kuning BbKK IIII II 7
4. Bulat- kuning BbKk IIII IIII IIII 14
5. Bulat- hijau Bbkk IIII IIII II 12
6. Keriput- kuning bbKK IIII 4
7. Keriput- kuning bbkk IIII 5
Rasio fenotif : Bulat kuning : Bulat hijua : keriput kuning
29 : 12 : 9

Rasio genotif : BBKK : BBKk : BbKK : BbKk : Bbkk : bbKK : bbKk


1 :7 :7 : 14 : 12 :4 :5
V. ANALSIS DATA
1. Persilangan Monohibrid
Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya
memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Sedangkan persilangan dihibrid
merupakan perkawinan dua individu dengan dua tanda beda.
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok
kami dan berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan pada persilangan
monohibrid, didapatkan hasil perbandingan dengan rasio fenotifnya pada
data kelompok, yaitu Rasio fenotip Merah : Putih = 73 : 22 dan juga pada
percobaan monohibrid ini didapat rasio genotif pada data kelompok, yaitu
MM : Mm : mm = 23 : 50: 22.
Menurut hukum Mendel I, suatu persilangan monohibrid akan
menghasilkan ratio fenotif 3 : 1. Perbandingan ini tidak sesuai dengan data
yang kami dapat pada percobaaan dengan menggunakan kancing. Pada
rasio genotif yang didapat juga tidak memenuhi dari hukum Mendel I. Pada
persilangan monohibrid akan menghasilkan ratio genotif 1 : 2 : 1
sedangkan data yang kami dapatkan rasio genotifnya 23 : 50 : 22. Hal ini
mungkin disebabkan pada percobaan persilangan monohibrid jumlah
kancing yang dipasangkan tidak banyak sehingga diduga terjadi
penyimpangan peluang semakin besar dan untuk mendapatkan hasil yang
sama makin menjauhi dari prediksi teoritis yang dikemukakan Mendel.
Dimana untuk mendapatkan rasio fenotif 3 : 1 untuk perkawinan
Monohibrid, Mendel menggunakan sampel sebanyak 443 kacang ercis,
sehingga pada data kelompok yang menggunakan pasangan jumlah kancing
200 buah, hasilnya tidak sesuai dengan Hukum Mendel I.
Mendel menyusun hipotesis dalam menerangkan hukum hereditas
yaitu jika dominansi tampak sepenuhnya, maka perkawinan monohibrid
menghasilkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotif 3 :1
dan memperlihatkan perbandingan genotif 1 : 2 : 1 (Suryo. 2013). jadi pada
percobaan monohibrid ini telah sesuai dengan hukum Mendel I.

2. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid ini menggunakan dalil pengelompokkan bebas
(independent assortment) yang dikemukakan oleh Mendel yang berbunyi
“Bila suatu tanaman hibrida yang memiliki beberapa karakter disilangkan,
maka turunan tersebut akan menghasilkan seri kombinasi karakter yang
berpasangan. Pada turunan berikutnya, masing-masing pasangan karakter
tersebut ternyata bermunculan secara bebas dari pasangan karakter
induknya.” (Paramita. 2015).
Pada Persilangan Dihibrid, berdasarkan data kelompok di dapat rasio
fenotif yaitu 29 : 12 :9 yang mana pada persilangan dihibrid yang kami
lakukan tidak terdapat rasio fentoi pada keriput- kuning ini mungkin
dikarenakan oleh kelompok kami yang kurang teliti. Pada rasio fenotif data
kelompok tidak didapatkan hasil yang terlalu mendekati perbandingan rasio
fenotif yang tepat, yaitu 9 : 3 : 3 : 1. Hal ini mungkin disebabkan pada
percobaan persilangan dihibrid jumlah kancing yang dipasangkan tidak
banyak sehingga diduga terjadi penyimpangan peluang semakin besar dan
untuk mendapatkan hasil yang sama makin menjauhi dari prediksi teoritis
yang dikemukakan Mendel. Hal ini diperkuat dengan percobaan Mendel
sendiri, dimana untuk mendapatkan rasio fenotif 9 : 3 : 3 : 1 untuk
perkawinan dihibrid, Mendel menggunakan sampel sebanyak 556 kacang
ercis. Di samping sedikitnya kancing yang dipasangkan, ketidak sesuaian
hasil yang didapat juga serta karena ketidak telitian kelompok kami pada
saat pengambilan kancing.
Menurut hukum Mendel II, suatu persilangan dihibrid akan
menghasilkan ratio fenotifnya 9 : 3 : 3 : 1. Hukum Mendel II menyatakan
bahwa gen-gen dari sepasang alel memisah secara bebas ketika
berlangsung pembelahan reduksi (meiosis) pada waktu pembentukan
gamet- gamet. Oleh karena itu pada percobaan persilangan dihibrid yang
dilakukan itu telah terjadi 4 macam pengelompokkan dari dua pasang gen,
yaitu :
1. Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat gamet BK
2. Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat gamet Bk
3. Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat gamet bK
4. Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat gamet bk

VI. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan pada percobaan persilangan monohibrid dan
dihibrid , maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Persilangan monohibrid adalah suatu persilangan pembastaran dengan
satu sifat beda
2. Persilangan dihibrid adalah suatu persilangan ( pembastaran ) dengan dua
sifat beda
3. Pada percobaan persilangan Monohibrid di dapat rasio fenotif maupun
genotif yang beda dengan Hukum Mendel , yaitu rasio fenotifnya 73 : 22
dan rasio genotifnya 23 : 50 : 22. Rasio fenotif yang dikemukakan
Mandel yaitu 3 : 1 dan rasio genotifnya 1 : 2 : 1
4. Pada percobaan persilangan Dihibrid, rasio fenotifnya menyimpang dari
teori. Hal ini dimungkinkan karena, yaitu: Jumlah kancing yang
dipasangkan tidak banyak serta ketidaktelitian kelompok kami pada saat
pengambilan kancing .
VII. DAFTAR PUSTAKA
Suryo. 2013. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kuswandi, Paramita Cahyaningrum. 2015. Mendelian Genetics. Fmipa UNY.


Diakses melalui Http:// 2a-genetika– Mendel.pdf. Pada tanggal 02
Maret. 2017.

Suryo. 1994. Genetika Manusia. UGM Press. Yogyakarta


LAMPIRAN
1. Apa yang dimaksud dengan persilangan monohibrid?
Persilangan monohibrida adalah persilangan sederhana yang hanya
memperhatikan satu sifat atau tanda beda
2. Apa yang dimaksud dengan persilangan dihibrid?
Sedangkan persilangan dihibrid merupakan perkawinan dua individu dengan dua
tanda beda
3. Sebutkan perbedan persilangan monohibrid dan dihibrid!
Pada persilangan monohibrid yang disilangkan hanya pada satu sifat saja
sedangkan pada dihibrid yaitu menyilangkan dua sifat beda
4. Jelaskan kesimpulan percobaan yang anda lakukan!
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa tidak semua
persilangan sapat terjadi dengan teori yang di ajarkan

Anda mungkin juga menyukai