Anda di halaman 1dari 24

Daftar isi

Coffer .................................................................................................................................. i

Kata pengantar .................................................................................................................... ii

Daftar isi ............................................................................................................................. 1

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 2

1.1 Latar belakang ........................................................................................................ 2


1.2 Rumusan masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3

2.1 Metode GRDDS ..................................................................................................... 3


2.1.2 Sistem Mengapung (Floatng System) .......................................................... 3
2.4.2 Sistem Bio/ Mucoadhesive ........................................................................... 4
2.4.3 Sistem Mengambang (Swelling System) ..................................................... 4
2.2 Definisi Gastro Retentive Drug Delivery System (GRDDS) ................................. 4
2.3 Keuntungan GRDDS .............................................................................................. 5
2.4 Pengertian Swelling Tablet ..................................................................................... 6
2.5 Tujuan Penyalutan .................................................................................................. 6
2.6 Keuntungan Swelling ............................................................................................. 6
2.7 Kekurangan swelling .............................................................................................. 6

BAB 3 PEMBAHASAN .................................................................................................... 9

3.1 Praformulasi ........................................................................................................... 9


3.2 Formulasi ................................................................................................................ 15
3.3 Penimbangan .......................................................................................................... 17
3.4 Metode Pembuatan ................................................................................................. 18
3.5 Evaluasi Tablet ....................................................................................................... 20

BAB 4 PENUTUP .............................................................................................................. 23

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 23


4.2 Saran ....................................................................................................................... 23

BAB 5 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 24

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyakmetode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan lepas lambat, salah
satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetaptinggal di lambung. Bentuk sediaan
yang dapat dipertahankan di lambung adalah gastroretentive drug delivery system
(GRDDS). GRDDS dapat memperbaiki pengontrolan penghantaran obat yang memiliki
jendela terapetik sempit, dan absorbsnya baik di lambung. Hal – hal yang dapat
meningkatkan waktu tinggal di lambung meliputi : system penghantaran bioadheseive
yang melekat pada permukaan mukosa, Sistempenghantaran yang dapat meningkatkan
ukuran obat sehingga tertahan karena tidak dapat melewati pyrolus dan system
penghantaran dengan mengontrol densitas termasuk floating system dalam cairan
lambung.(Gohel et al.,2004)
Salah satualternatif yang dapat dipakai untuk memenuhi tujuan tersebut adalah
systembentuk swelling. Sistem swelling merupakan suatu sediaan yang apabila
berkontak dengan asam lambung maka sediaan akan segera mengembang sehingga
ukurannya menjadi lebih besar dan tetap bisa bertahan di dalam lambung.

1.2 RumusanMasalah
1. Apa yang dimaksud dengan Swelling?
2. Bagaimana mekanisme kerja dari gastroretentive drug delivery system?
3. Apa saja keuntungan dari sediaan swelling?
4. Bagaimana praformulasi, formulasi, evauasi tablet Ibu profen?

1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat memahami swelling.
2. Agar mahasiswa dapat memahami mekanisme kerja dari GRDDS.
3. Agar mahasiswa dapat memahami lebih banyak kegunaan sediaan swelling.
4. Agar mahasiswa dapat memahami praformulasi, formulasi, evaluasi dari tablet
Ibuprofen.

Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode GRDDS


2.1.2 Sistem Mengapung (Floating System)
Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh Davis pada tahun 1968, merupakan
suatu sistem dengan densitas yang kecil, memiliki kemampuan mengambang kemudian
mengapung dan tinggal di dalam lambung, obat dilepaskan perlahan pada kecepatan
yang dapat ditentukan. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan GRT dan pengurangan
fluktuasi konsentrasi obat di dalam plasma .
Sistem mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan
dari sediaan yang memiliki densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System
(FDDS) juga biasa disebut Hydrodinamically Balanced System (HBS). FDDS/ HBS
memiliki densitas bulk yang lebih rendah daripada cairan lambung. FDDS tetap
mengapung di dalam lambung tanpa mempengaruhi motilitas dan keadaan dari
lambung. Sehingga obat dapat dilepaskan pada kecepatan yang diinginkan dari suatu
sistem (1, 4).
Sistem mengapung dapat dibagi menjadi 2 macam tergantung ada atau tidaknya
bahan pembentuk gas (gas forming) pada formulasi tersebut. Adapun 2 sistem tersebut
adalah sebagai berikut :

 Sistem Effervescent
Pada sistem effervescent biasanya menggunakan matriks dengan bantuan
polimer yang dapat mengembang seperti metil selulosa, kitosan, dan
senyawa effervescent seperti natrium bikarbonat, asam tartrat, dan asam
sitrat.
Sistem effervescent ketika kontak dengan asam lambung maka akan
membebaskan gas karbon dioksida yang akan terperangkap di dalam
senyawa hidrokoloid yang mengembang. Sehingga menyebabkan sediaan
akan mengambang.

Page 3
 Sistem Non effervescent
Pada sistem non effervescent menggunakan pembentuk gel atau senyawa
hidrokoloid yang mampu mengambang, polisakarida dan polimer-polimer
pembentuk matriks seperti polikarbonat, poliakrilat, polimetakrilat, dan
polistirena. Metode formulasinya yaitu dengan mencampurkan obat dengan
hidrokoloid pembentuk gel. Setelah pemberian maka sediaan ini akan
mengembang ketika kontak dengan cairan lambung, masih berbentuk utuh
dengan densitas bulk kurang dari satu. Udara yang terjerap di dalam matriks
yang mengembang mengakibatkan sediaan mampu mengambang,
membentuk struktur yang mirip gel. Kemudian struktur gel bertindak
sebagai reservoir untuk obat yang akan dilepaskan perlahan-lahan dan
dikontrol oleh difusi melalui lapisan gel.

2.1.2 Sistem Bio/ Mucoadhesive


Sistem bio/ mucoadhesive merupakan suatu sistem yang menyebabkan tablet
dapat terikat pada permukaan sel epitel lambung dan memperpanjang waktu tinggal di
dalam lambung dengan peningkatan durasi kontak antara sediaan dan membran
biologis. Konsep dasarnya adalah mekanisme perlindungan pada gastrointestinal. Daya
lekat epitel dari mucin diketahui dan telah digunakan dalam pengembangan GRDDS
melalui penggunaan polimer bio/mucoadhesive. Perlekatan sistem penghantaran pada
dinding lambung meningkatkan waktu tinggalnya terutama di tempat aksi (1).

2.1.3 System Mengmbang( swelling system)


Merupakan suatu sediaan yang apabila berkontak dengan asam lambung maka
sediaan akan segera mengembang sehingga ukurannya menjadi lebih besar dan tetap
bisa bertahan di dalam lambung.

2.2 Definisi Gastro Retentive Drug Delivery System (GRDDS)


Pemberian oral secara luas digunakan dalam bidang farmasi untuk mengobati
penyakit, namun pengiriman obat tersebut telah banyak menarik kembali dan

Page 4
kelemahan utamanya yaitu non spesifitas. Salah satu sediaan dengan pelepasan obat
yang dimodifikasi adalah sediaan dengan pelepasan diperlambat.
Sediaan lepas lambat, salah satunya adalah sediaan yang dirancang untuk tetap
tinggal di dalam lambung. Bentuk sediaan yang dapat dipertahankan di dalam lambung
disebut Gastro Retentive Drug Delivery System (GRDDS).

2.3 Keuntungan GRDDS


Keuntungan GRDDS diantaranya adalah :
 Mampu meningkatkan bioavailabilitas
 Mengurangi obat yang terbuang dengan sia-sia
 Meningkatkan kelarutan obat-obatan yang kurang larut pada lingkungan pH
yang tinggi.
 Memiliki kemampuan untuk menghantarkan obat-obatan secara lokal di dalam
lambung (contoh: antasid dan anti Helicobacter pylori) dan usus kecil.

Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan waktu


tinggal obat di dalam lambung/Gastrict Residence Time (GRT), diantaranya adalah
suatu sistem bioadesif yang dapat melekat pada permukaan mukosa lambung, sistem
penghantaran yang dapat meningkatkan ukuran obat dengan segera sesudah obat
tersebut ditelan sehingga tertahan di dalam lambung, sistem dengan densitas yang besar
sehingga ketika masuk lambung akan segera tenggelam di bagian lekukan lambung,
sistem yang dikontrol secara magnetik bekerja dengan menggabungkan magnetit oksida
atau dilapisi oleh magnet dan suatu sistem dengan densitas yang rendah (≈ 1,004 gram/
cm3 ) bila dibandingkan dengan cairan lambung sehingga dapat mengapung di
dalamnya.
Beberapa metode yang termasuk ke dalam GRDDS adalah sebagai berikut Sistem
mengapung (Floating system), Sistem Efervescent, Sistem Bio/ Mucoadhesive, Sistem
Mengembang/ swelling system.

Page 5
2.4 Pengertian Swelling tablet

Swelling tablet adalah tablet lepas lambat yang tidak rusak oleh asam lambung dan
diharapkan larut dalam usus.

Sediaan ini juga disebut tablet enterik. Bahan penyalut enterik diperlukan apabila
zat aktif dapat rusak atau tidak aktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi
mukosa lambung. Tujuan pembuatan sediaan ini adalah untuk menunda pelepasan zat
aktif sampai tablet melewati lambung.

2.5 Tujuan penyalutan

1. Meningkatkan stbilitas obat


2. Menutupi rasa obat yang tidak enak
3. Menghindari penguapan zat atau bahan dalam tablet.
4. Memperbaiki penampilan tablet.
5. Merupakan identifikasi dari produk pabrik obat tertent

2.6 Keuntungan swelling

 Memastikan keamanan dan memperbaiki daya kerja ( efikasi ) zat aktif serta
meningkatkan kepatuhan pasien
 Memperbesar jarak waktu pendosisan yang diperlukan atau dipersyaratkan
 Mengurangi fluktuasi konsentrasi zat aktif dalam darah disekitar rata – rata
 Mengurangi iritasi saluran cerna dan efek samping lain berkaitan dosis
 Menghasilkan efek yang lebih seragam

2.7 Kekurangan swelling tablet


 Sediaan lepas lambat yang cendrung tetap utuh dapat tersangkut pada suatu
tempat disepanjang saluran cerna
 Sediaan lepas lambat dosis tunggal biasanya mengandung jumlah total zat aktif
lebih besar dari pada kandungan zat aktif sediaan yang biasa diberikan dalam
bentuk konvesional dosis tunggal

Page 6
 Mengandung dosis yang ekuivalen dengan dua kali atau lebih dosis yang
terkandung didalam sediaan yang diberikan dalam bentuk sediaan
konvensional
 Harga per unit sediaan lepas lambat lebih mahal dari pada sedian bentuk
konvensional yang mengandung zat aktif sama

2.8 Faktor yang mempengaruhi desain dan daya guna swelling tablet
 Sifat zat aktif
 Rute pemberian zat aktif
 Daerah sasaran
 Terapi akut atau kronis
 Penyakit
 Pasien

2.9 Evaluasi
 Penampilan Umum
Penampilan umum suatu tablet, identitas, visualnya serta seluruh
“keelokannya” sangat penting bagi penerimaan konsumen, bagi pengotrolan
keseragaman antara bahan serta antara tablet yang satu dengan yang lainnya,
serta untuk memantau pembuatan yang bebas kesalahan.
 Ukuran dan Bentuk
Ukuran dan bentuk tablet dapat dituliskan, dipantau, dan dikontrol.
 Pengenalan Tanda-tanda
Perusahaan-perusahaan farmasi selain memberi warna, juga sering memberi
tanda-tanda yang unik pada tablet untuk membantu pengenalan produknya
dengan cepat.
 Sifat Organoleptis
Banyak tablet memakai warna sebagai alat vital untuk cepat dikenal serta
diterima konsumen.

Page 7
 Kekerasan dan Kerenyahan
Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu serta bahan atas
kerenyahan agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan, dan pengapalan.
 Kandungan Obat dan Pelepasannya
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sebuah tablet yang kuat secara fisik dapat
saja tidak memberikan efek yang diharapkan.
 Variasi Berat
Pada tablet yang di desain mengandung sejumlah obat di dalam sejumlah
formula, berat tablet yang dibuat harus secara rutin diukur untuk membantu
memastikan bahwa setiap tablet mengandung sejumlah obat yang tepat.
 Disintegrasi
Pendapat yang secara umum diterima mengatakan bahwa obat harus berada
dalam bentuk larutan agar segera siap diabsorbsi (terdapat dalam tubuh).
 Disolusi
Pemikiran awal dilakukannya uji hancurnya tablet didasarkan pada kenyataan
bahwa tablet itu pecah menjadi partikel-partikel kecil sehingga daerah
permukaan media pelarut menjadi lebih luas, dan akan berhubungan dengan
tersedianya obat di dalam cairan tubuh.

Page 8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Praformulasi

1. Ibuprofen

Namaresmi : Ibuprofen

Nama lain : Ibuprofen, Ibuprofenas, Ibuprofenox

Rumusmolekul : 𝐶13 𝐻18 𝑂2

Beratmolekul : 206,3

Pemerian : Putih atau hamper putih, serbuk Kristal atau Kristal


berwarna

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam aseton, sangat
mudah larut dalam etanol, metilalkohol. Sedikit larut
dalam etilasetat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Analgesik

Stabilitas : Larutan ibuprofen lisin dalam air untuk wadah injeksi di


suhu kamar yang stabil ketika terlindung dari cahaya

Dosis : Dewasa : 3x2 tab 200 mg, atau 3x1 tab 400 mg. Anak :
20 mg/kgBB/hari dibagi dalam beberapa pemberian.
Untuk anak di bawah 30 kg maksimum 500 mg/hari

Kontraindikasi : Hipersensititas, wanita hamil, dan menyusui

Farmakologi : Aktivitas anti-inflamasi, antipiretik, dan analgetik

Page 9
Farmakokinetik : Ibuprofen diabsorpsi dari saluran gastrointestinal dan
plasma, konsentrasi dicapai1-2 jam. Waktu paruh dalam
plasma sekitar 2 jam

2. Laktosa

Pemerian : Serbuk hablur, tidak berbau, rasa agak manis

Nama lain : Anhydrous Lactose NF 60M; Anhydrous Lactose NF


Direct Tableting; Lactopress Anhydrous; lactosum;
lattioso; milksugar; Pharmatose DCL 21; Pharmatose
DCL 22; saccharum lactis; Super-Tab Anhydrous.

Nama kimia : O-b-D-galactopyranosyl-(1!4)-b-D-glucopyranose [63-


42-3]

Rumus molekul : C12H22O11

Bobotmolekul : 342.30

Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air


mendidih, sukar larut dalam ethanol (95%) P, Praktis
tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P

Ph : 4,0 – 6,0 larutan 10%

Inkompatibilitas : inkompatibel dengan oksidator kuat

Wadah penyimpanan : dalam wadah tertutup

Fungsi : Pemanis dan Diluent

Page
10
3. Starch

Pemerian : tidak berbau dan berasa halus, berwarna putih. Serbuk


terdiri butiran bulat

Nama lain : Amido, amidon , amilo, amylum

Nama kimia : starch [9005- 25-8]

Rumus molekul : (C6H10O5)n

Bobotmolekul : 50.000 – 160.000

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan ethanol (95%). Starch
instan mengembang pada air sebanyak 5–10% at 378C.

Ph : 5,5 – 6,5

Stabilitas : stabil bila dihindarkan dari kelembapan yang tinggi.

Wadah penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Konsentrasi : Disintegran 3-25% ; Binder 3-20%

Fungsi : Glidant; tablet and capsule diluent; tablet and capsule


disintegrant; tablet binder.

4. Water

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna , dan tidak berbau.

Nama lain : aqua , aqua puricata, hydrogen oxide.

Nama kimia : air

Struktur kimia :H-O-H

Rumus molekul : H2O

Bobotmolekul : 18, 02

Page
11
Kelarutan : mudah larut dalam semua pelarut polar.

Stabilitas : air stabil pada berbagai kondisi fisik.

Inkompatibilitas : jika bereaksi dengan obat dan eksipien lain


memungkinkan terjadinya hidrolisis.

Wadah penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat

Fungsi : ditambahkan untuk membuat mucilago amili

5. Talk

Pemerian : serbuk hablur, sangat halus, putih, atau putih kelabu.


Berkilat mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.

Nama lain : magnesium silikat hidrat, talcum.

Nama kimia : Talc [14807-96-6]

Rumus molekul : Mg6(Si2O5)4(OH)4

Kelarutan : larut dalam asam tidak lebih dari 2,0 %

Ph : 7 -10

Stabilitas : talk adalah bahan yang stabil.

Inkompatibilitas : Incompatible with quaternary ammonium compounds.

Wadah penyimpanan : dalam wadah tertutup

Konsentrasi : Glidant 1–10 %

Fungsi : Glidant

Page
12
6. Magnesium Stearat
Pemerian : magnesium stearat stabil, putih mengkilat,mengendap,
serbuk dengan densitas yang rendah. Serbukberminyak
jika disentuh dan mudah melekat pada kulit.
Nama lain : Magnesium octadecanoate; octadecanoic
acid, magnesium salt; stearic acid, magnesium salt.
Nama kimia : Octadecanoic acid magnesium salt [557-04-0]
Struktur kimia : [CH3(CH2)16COO]2Mg
Rumus molekul : C36H70MgO4
Bobotmolekul : 591.34
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eterdan
air, sedikit larut dalam benzene dan etanol panas.
Stabilitas : stabil pada berbagai kondisi
Inkompatibilitas : Incompatible dengan asam kuat, basa, dan g a r a m
besi. Hindari campuran dengan bahan
p e n g o k s i d a s i kuat. Magnesium stearat tidak dapat
digunakan dalam produk yang mengandung
a s p i r i n , b e b e r a p a v i t a m i n d a n b e b e r a p a garam
alkaloid.

Wadah penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat dalam tempat yang
dingin dan kering.

Konsentrasi : Lubricant 0,25 – 5%


Fungsi : Lubricant

7. Etanol
Pemerian : cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap; bau
khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan
nyala biru yang tidak ber asap
Nama Lain : Ethyl alcohol
Nama Kimia : Ethanol

Page
13
Struktur kimia : CH3 OH
Rumus Molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07
Kelarutan : sangat mudah laruit dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P
Titik didih : 78,15 °C
Inkompatibilitas : Pada kondisis asam, larutan ethanol dapat bereaksi
dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali
dapat menggelapkan warna karena reaksi dengan
sejumlah sisa aldehid.
Wadah penyimpanan : Dalam wadah kedap udara , dalam tempat yang sejuk
Fungsi : Campuran untuk membuat binder solution
Sumber :FI III hal 65

8. PVP (Polyvinil Pirolidin)


Pemerian : Serbuk putih atau putih kekuningan , berbau lemah atau
tidak berbau, higroskopis
Nama Lain : Povidon
Nama Kimia : 1-Ethenyl-2-pyrrolidinone homopolymer
Rumus molekul : (C6H9NO)n
Berat molekul : 2500–3 000 000
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam ethanol, dan dalam
kloroform; kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-
rata; praktis tidak larut dalam ether.
pH larutan : 3,0 – 7,0
Titik leleh : 150°C
Stabilitas : PVP menjadi gelap dengan pemanasan 150°C, dengan
pengurangan kelarutan berair. Stabil pada siklus yang
pendek dengan paparan panas sekitar 100-130°C.
Inkompatibilitas : Povidon kompatibel pada larutan dengan range yang
luas dari garam inorganic, natural, dan resin sintetik dan

Page
14
senyawa kimia lain. Membentuk Molekul adducts pada
larutan dengan sulfathiazole, sodium salicylate, salicylic
acid, phenobarbital,tannin, and senyawa lain. Efikasi dari
beberapa pengawet misal thimerosal dapat di pengaruhi
dengan pembentukan komplek dengan PVP.
Wadah penyimpanan : Dalam Wadah tertutup rapat
Fungsi : Binder
Konsentrasi : 2%
Sumber : FI III hal 510 dan HPE hal 611

3.2 Formulasi

No. Bahan Baku Jumlah Per Tablet Jumlah Yang Diperlukan Untuk 1 Batch
(1000 tablet)

1 Ibuprofen 400 mg

2 Starch 20%

3 Mucilage amilum 10%

4 Laktosa Qs

5 Mg Stearat 1%

6 Talk 2%

Fase Dalam (92%)

Ibu Profen 400 mg

Starch 15%

Page
15
Musiloago Amili 10%(1/3 FD)

Laktosa qs

Fase Luar (8%)

Magnesium stearat 1%

Starch 5%

Talk 2%

Zat aktif ibuprofen 400mg

Direncanakan bobot tablet 610mg, dibuat 1000 tablet

A. Fase Dalam (92 %)


Ibuprofen = 400g
Starch = 15% x 610g = 91,5g
Mucilago Amylum = 10 % x (1/3 x 561,2g) = 18,7 g
Laktosa = 561,2g – (400+91,5+18,7)
= 561,2 – 510,2 = 51 g
Total Fase Dalam = 561,2 g

Permisalan

Bobot Granul Fase Dalam yang Diperoleh = 500g dengan kadar air 2%.

Maka untuk kadar air 0 %, bobot granul Fase Dalam = 0.98 x 500g

= 490 g

Jumlah tablet yang diperoleh = 490/561,2 x 1000tablet

= 873 tablet

Page
16
B. Faseluar yang ditambahkan

Mg Stearat 1% = 1/92 x 500g = 5, 43 g

Talk 2% = 2/92 x 500 g = 10,86 g

Starch 5% = 5/92 x 500 g = 27,17 g

500 g + 5,43 g+ 10,86 g + 27,17 g


Bobot tablet yang diperoleh = = 543 mg
873

3.3 Penimbangan

Nama Bahan Penimbangan (1000 tablet)

Fase Dalam Ibu Profen 400 g

Starch 91,5 g

Mucilage amilum 18,7 g

Laktosa 51 g

Fase Luar Mg Stearat 5,43 g

Talk 10,86 g

Starch 27, 17 g

Page
17
3.4 MetodePembuatan

Starch

Ditimbang sebanyak ± 91,5 g

Water

Ditambahkan pada starch qs ad terbentuk mucilage

Mucilago amili

- Pembuatan tablet

Ibuprofen

Ditimbang sebanyak 400 g

Starch

Ditimbang sebanyak 27,17 g

Dicampurkan dengan ibuprofen

Diaduk ad homogen

Laktosa

Ditimbang sebanyak 51 g

Dicampurkan dengan ibuprofen+starch

Page
18
Diaduk ad homogen

Mucilago amili

Ditimbang sebanyak 18,7 g

Dimasukkan kedalam campuran ibuprofen+starch+laktosa

Massa basah

Diayak

Dikeringkan dalam oven dengan suhu 40-50 C

Massa kering

Diayak

Mg stearat

Ditambahkan kedalam massa kering

Diaduk ad homogeny

Talk

Page
19
Ditambahkan kedalam massa kering+mg stearat

Dicetak pada alat pencetak tablet

Tablet ibuprofen

3.5 Evaluasi
1. Organoleptik
Tujuan : Mengetahui Warna,bau,rasa dari tablet
Prosedur : Tablet diamati secara visual
2. Keseragaman ukuran
Prosedur : Diambil 20 tablet secara acak, diukur diameter dan tebalnya
menggunakan jangka sorong.
Penafsiran Hasil : Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
1/3 tebal tablet
3. Keseragaman bobot
Prosedur : Diambil 20 tablet secara acak. Ditimbang masing-masing tablet.
Dihitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata.
4. Kekerasan
Prosedur : Ditimbang 20 tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika
ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari
bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan dalam kolom A dan tidak
boleh satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari
harga dalam kolom B. Jika perlu dapat digunakan 10 tablet dan tidak satu tablet
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan
dalam kolom A maupun kolom B.

Page
20
Bobot rata – rata Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

A B

25 mg atau kurang 15% 30%

26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%

151 mg sampai dengan 300 7,5% 15%


mg

Lebih dari 300 mg 5% 10%

5. Friabilitas
Prosedur : Diambil 20 tablet atau 40 tablet secara acak. Dibersihkan tablet satu
persatu dengan sikat halus. Ditimbang. Dimasukkan semua tablet ke dalam
friabilitas. Diputar sebanyak 100 putaran. Dibersihkan kembali masing-masing
tablet. Ditimbang kembali. Ditentukan friabilitasnya
6. Keseragaman kandungan
Prosedur : Diambil 20 tablet secara acak. Ditentukan kadar dari 10 tablet,satu
persatu dengan metode yang sesuai. Ditentukan 20 tablet sisanya. Dibandingkan
dengan syarat atau ketentuan keseragaman tablet
7. Waktu hancur
Prosedur : lima tablet dimasukkan ke dalam keranjang dan diturun naikkan
secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur, jika tidak ada bagian
tablet yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen dari zat penyalut. Bila tidak
dinyatakan waktu untuk menghancurkan kelima tablet tidaklebih dari 15 menit
untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut
gula atau selaput. Jika tidak memenuhi syarat, pengujian diulang dengan
menggunakan tablet satu per satu, kemudian diulangi lagi menggunakan 5 tablet
dengan cakram tertentu dan tablet harus memenuhi syarat di atas.

Page
21
8. Uji disolusi
Prosedur : Pembuatan medium disolusi. Pembuata larutan zat aktif. Ditentukan
lamda menggunakan spektrofotometri. Pembuatan kurva baku. Diuji dengan
metode paddle.

Page
22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Swelling tablet adalah tablet lepas lambat yang tidak rusak oleh asam lambung
dan diharapkan larut dalam usus.
Sediaan ini juga disebut tablet enterik. Bahan penyalut enterik diperlukan
apabila zat aktif dapat rusak atau tidak aktif karena cairan lambung atau dapat
mengiritasi mukosa lambung. Tujuan pembuatan sediaan ini adalah untuk menunda
pelepasan zat aktif sampai tablet melewati lambung.
Digunakan metode granulasi basah yang merupakan metode yang digunakan
untuk obat-obat dengan dosis tinggi yang mempunyai sifat alir yang buruk atau sulit
dikompresi. Dimana metode ini dapat mencegah terjadinya pemisahan selama proses
pencetakan.

4.2 Saran

Tablet ini tidak bias dibuat dengan metode granulasi kering, karena tablet ini
bias cepat rapuh, terutama saat proses evaluasi.

Page
23
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M,1997, Ilmu Meracik Obat, UGM Press, Yogyakarta

Anonim ,2009,British Pharmacopoea Vol 3,The Departement Of Health , London

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Ansel, H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta. UI Press

Depkes RI.1995. Farmakope Indonesia: Edisi IV . Jakarta : Departemen Kesehatan

Lieberman, H.A., Lachman, L.,1981, Pharmaceutical Dosage Forms, Marcel Dekker, Inc., USA

Niazi, Sarfaraz K.,2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Second


Editions : Compressed Solid Products , Informa Healthcare , New York , USA

Rowe, Rayman C., et al , 2009 , Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition ,


Pharmaceutical & American Pharmacist Association, London , UK.

Voigt, Rudolf, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM Press , Yogyakarta

Page
24

Anda mungkin juga menyukai