Teori Belajar Gagne PDF
Teori Belajar Gagne PDF
Oleh :
Kelompok 3
1. Ervin Guswanto (140210101005)
2. Rizqi Dwi Sefrida (140210101020)
3. Velina Firstiane (140210101099)
4. Ma’rifatul Ulum (140210101103)
1.2. MANFAAT
Bagi guru : dapat membantu mempermudah guru dalam penyampaian materinya melalui
metode Gagne.
Bagi siswa : dapat mempermudah siswa untuk memahami materi yang disampaikan oleh
guru
1.4. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne.
2. Untuk mengetahui dan memahami aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran
matematika.
BAB II KAJIAN TEORI
DESKRIPSI TEORI
Belajar menurut Gagne mencakup tiga unsur yaitu siswa yang belajar, situasi stimulus, dan
respons sebagai akibat dari stimulus. Menurutnya, belajar bukan merupakan proses tunggal
melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku.
Jadi, tingkah laku itu merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Artinya, banyak keterampilan
yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit.
Kapasitas itu diperoleh dari (1) stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang
dilakukan siswa .
Belajar menurut Gagne adalah suatu proses di mana suatu organisasi (siswa) berubah
perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Berdasarkan definisi ini, diketahui bahwa belajar
merupakan suatu proses yang akan memerlukan waktu untuk melihat perubahannya. Perubahan
yang dimaksudkan di sini adalah perubahan perilaku dari kurang baik menjadi lebih baik.
Seorang siswa dikatakan telah belajar jika telah terdapat perubahan dalam perilakunya.
Dalam hal ini terdapat beberapa macam hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne , yaitu
informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motorik.
Dalam proses pembelajaran, terutama di sekolah, melibatkan siswa dan guru. Siswa
merupakan subjek yang akan belajar, sedangkan guru bertindak sebagai pemandu siswa dalam
proses belajarnya. Oleh karena itu, sangat perlu dipersiapkan suatu rancangan pembelajaran yang
akan menjadikan siswa belajar seperti yang seharusnya.
RAGAM BELAJAR
Seorang siswa dikatakan telah belajar jika telah terdapat perubahan dalam perilakunya. Dalam
hal ini terdapat beberapa macam hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne (Driscoll, 2005),
yaitu
a. Informasi verbal
b. Keterampilan intelektual
Belajar Isyarat
Belajar isyarat adalah belajar yang tidak diniati atau tanpa kesengajaan, timbul sebagai
akibat suatu rangsangan (stimulus) sehingga menimbulkan suatu respon emosional pada
individu yang bersangkutan. Sebagai contoh, sikap guru yang sangat menyenangkan siswa,
dan membuat siswa yang mengikuti pelajaran guru tersebut menyenangi pelajaran yang
diajarkan oleh guru tersebut. Contoh yang lain, misal pada suatu kelas yang diberikan
pelajaran geometri, seorang anak
yang tak dapat mengerjakan soal geometri tersebut dicemoohkan oleh guru. Karena cemoohan
guru tersebut anaktidak dapat menyenangi pelajaran matematika.
Belajar stimulus respon
Belajar stimulus respon adalah belajar untuk merespon suatu isyarat, berbeda dengan pada
belajar isyarat pada tipe belajar ini belajar yang dilakukan diniati atau sengaja dan dilakukan
secara fisik. Belajar stimulus respon menghendaki suatu stimulus yang datangnya dari
luarsehingga menimbulkan terangsangnya otot-otot kemudian diiringi respon yang
dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang terpadu antara stimulus dan respon.
Misalnya siswa menirukan guru menyebutkan persegi setelah gurunya menyebutkan persegi;
siswa mengumpulkan benda persegi setelah disuruh oleh gurunya.
Belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau
lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam suatu rangkaian berhubungan erat dengan
stimulus respon yang lainnya yang masih dalam rangkaian yang sama. Sebagai contoh,
misalnya seorang anak akan menggambar sebuah lingkaran yang pusat dan panjang jari-
jarinya diketahui. Untuk melakukan kegiatan tersebut anak tadi melakukan beberapa langkah
terurut yang saling berkaitan satu sama lain. Kegiatan tersebut terdiri dari rangkaian stimulus
respon, dengan langkah-langkah sebagai berikut : anak memegang sebuah jangka, meletakkan
salah satu ujung jangka pada sebuah titik yang telah ditentukan menjadi pusat lingkaran
tersebut, kemudian mengukur jarak dari titik tadi, setelah itu meletakkan ujung jangka lainnya
sesuai dengan panjang jari-jari, lalu memutar jangka tersebut.
Kalau tadi pada belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah, maka pada
belajar rangkaian verbal merupakan perbuatan lisan. Jadi, belajar rangkaian verbal adalah
perbuatan lisanterurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon
dalam satu rangkaian berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih dalam rangkaian
yang sama. Contoh, ketika mengamati suatu benda terjadilah hubungan stimulus respon yang
kedua, yang memungkinkan anak tersebut menamai benda yang diamati tersebut. Contoh
dalam matematika, seorang anak mengamati sebuah segi empat tegak yang keempat sisi-
sisinya sama panjang, maka nama segi tersebut adalah persegi.
Belajar membedakan
Belajar Pembentukan Konsep adalah belajar mengenal sifat bersama dari bendabenda
konkret, atau peristiwa untuk mengelompokkan menjadi satu. Misalnya untuk memahami
konsep persegipanjang anak mengamati daun pintu rumah (yang bentuknya persegi panjang),
papan tulis, bingkai foto (yang bentuknya persegipanjang) dan sebagainya. Untuk hal-hal
tertentu belajar pembentukan konsep merupakan lawan dari belajar memperbedakan. Belajar
memperbedakan
Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi derajatnya dan lebih
kompleks daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar memecahkan
masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat formulasi penyelesaian
masalah. Contoh belajar memecahkan masalah, mencari selisih kuadrat dua bilangan yang
sudah diketahui jumlah dan selisihnya, yaitu: a + b = 10, a – b = 4, a2 + b2 =……… .Siswa
diharapkan menggunakan aturan bahwa a2 + b2 = (a+b)( a-b) , sehingga tanpa mencari a dan
b, siswa dapat menemukan a2 + b2 = 10 x 4 = 40 .
c. Strategi kognitif
Kapabilitas sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap stimulus
atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon yang diberikan oleh seseorang
terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula negatif, hal ini tergantung kepada
penilaian terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek yang penting atau tidak.
Contoh, seseorang memasuki toko buku yang didalamnya tersedia berbagai macam jenis
buku, bilaorang tersebut memiliki sikap positif terhadap matematika, tentunya sikap terhadap
matematika yang dimiliki mempengaruhi orang tersebut dalam memilih buku matematika
atau buku yang lain selain buku matematika..
e. Keterampilan motorik.
Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita dapat
melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otototot, serta anggota
badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan dalam mendemonstrasikan alat-alat
peraga matematika merupakan salah satu contoh tingkah laku kapabilitas ini. Contoh lain
yang lebih sederhana misalnya kemampuan menggunakan penggaris, jangka, sampai
kemampuan menggunakan alat-alat tadi untuk membagi samapanjang suatu garis lurus.
Kejadian-kejadian belajar tersebut harus dilakukan sebara berurutan dan dalam tiap
kejadiannya perlu didukung oleh peristiwa belajar tertentu agar menghasilkan aktivitas yang
maksimal diri siswa. Hal ini sangat penting karena selalu ada dalam setiap tindakan belajar dan
digunakan secara berlainan pada tingkatan hasil belajar yang berbeda (Andriyani, 2008).
Robert Gagne (1977; Gagne & Driscoll, 1988) adalah seorang ahli psikologi pendidikan
yang telah memperkenalkan berbagai pandangan tentang belajar, salah satunya tentang teori
pembelajaran yang didasarkan pada model pemrosesan informasi. Dalam memahami belajar
Gagne tidak memperhatikan apakah proses belajar terjadi melalui proses penemuan (discovery)
atau proses penerimaan (reception) sebagaimana yang dikenalkan oleh Brunner dan Ausubel,
menurutnya yang terpenting adalah kualitas, penetapan (daya simpan) dan kegunaan belajar.
Menurut Gagne, belajar bukan merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang
dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Jadi tingkah laku itu merupakan hasil
dari efek kumulatif belajar. Artinya banyak keterampilan yang telah dipelajari memberikan
kemudahan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit. Contohnya keterampilan belajar “
menjumlahkan “ (tambahan) akan berguna bagi siswa untuk belajar “ perkalian”. Siswa tidak perlu
belajar menjumlah lagi ketika belajar mengalikan. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks,
yang menghasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan yang disebut kapasitas. Kapasitas
itu diperoleh dari stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan siswa.
Berdasarkan pandangannya itu, gagne mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa
belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi
beberapa tahap pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru
(Margaret G. Bell, 117-129).
Kapasitas orang untuk belajar memungkinkan diperolehnya berbagai pola tingkah laku
yang hampir mirip. Berdasarkan pandangannya tentang belajar ini gagne menemukan bahwa ada
lima ragam belajar yang terjadi pada manusia, yaitu informasi verbal, keterampilan intelek,
keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.
Robert gagne banyak menggunakan materi matematika sebagai medium untuk menguji
penerapan teorinya. Di dalam teorinya Gagne juga mengemukakan suatu klasifikasi dari objek-
objek yang dipelajari di dalam matematika.
Menurut Gagne belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tak langsung.
objek tak langsung antara lain kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah,
ketekunan, ketelitian, disiplin diri, bersikap positif terhadap matematika. Sedangkan objek tak
langsung berupa fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip.
Fakta adalah konvensi (kesepakatan) dalam matematika seperti simbol-simbol
matematika. Fakta bahwa 2 adalah simbol untuk kata ”dua”, simbol untuk operasi penjumlahan
adalah ”+” dan sinus suatu nama yang diberikan untuk suatu fungsi trigonometri. Fakta dipelajari
dengan cara menghafal, latihan, dan permainan.
Keterampilan (Skill) adalah suatu prosedur atau aturan untuk mendapatkan atau
memperoleh suatu hasil tertentu. Contohnya, keterampilan melakukan pembagian bilangan yang
cukup besar, menjumlahkan pecahan dan perkalian pecahan desimal. Para siswa dinyatakan telah
memperoleh keterampilan jika ia telah dapat menggunakan prosedur atau aturan yang ada dengan
cepat dan tepat. Keterampilan menunjukkan kemampuan memberikan jawaban dengan cepat dan
tepat.
Konsep adalah ide abstrak yang memunkinkan seseorang untuk mengelompokkan suatu
objek dan menerangkan apakah objek tersebut merupakan contoh atau bukan contoh dari ide
abstrak tersebut. Contoh konsep himpunan, segitiga, kubus, lingkaran. Siswa dikatakan telah
mempelajari suatu konsep jika ia telah dapat membedakan contoh dan bukan contoh. Untuk sampai
ke tingkat tersebut, siswa harus dapat menunjukkan atribut atau sifat-sifat khusus dari objek yang
termasuk contoh dan yang bukan contoh.
Prinsip adalah pernyataan yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih. Prinsip
merupakan yang paling abstrak dari objek matematika yang berupa sifat atau teorema. Contohnya,
teorema Pytagoras yaitu kuadrat hipotenusa pada segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat
dari dua sisi yang lain. Untuk mengerti teorema Pytagoras harus mengetahui konsep segitiga siku-
siku, sudut dan sisi. Seorang siswa dinyatakan telah memahami prinsip jika ia dapat mengingat
aturan, rumus, atau teorema yang ada; dapat mengenal dan memahami konsep-konsep yang ada
pada prinsip tersebut; serta dapat menggunakannya pada situasi yang tepat.
Gagne juga memperkenalkan mengenai sembilan tahap pengolahan (proses ) kognitif yang
terjadi dalam belajar yang kemudian disebut “ fase-fase belajar”. Fase-fase belajar ini kemudian
digolongkan kedalam 1) fase persiapan untuk belajar, 2) fase perolehan dan perbuatan, 3) alih
belajar. Kesembilan tahapan (fase belajar) ini harus dilakukan secara berurutan dan setiap tahap
belajar perlu di dukung oleh suatu peristiwa pembelajaran tertentu agar pada setiap fase belajar
menghasilkan aktivitas (proses belajar) yang maksimal dalam diri siswa. Berdasarkan konsep
sembilan kondisi intruksional Gagne maka kita bisa menyusun rancangan kegiatan belajar
mengajar sebagai berikut:
1. Memperoleh Perhatian
Kegiatan ini merupakan proses guru dalam memberikan stimulus kepada siswa dengan
cara meyakinkan siswa bahwa mempelajari materi tersebut itu penting. Hal ini bisa dilakukan
melalui pertanyaan-pertanyaan ringan seputar materi yang akan disajikan. Contoh : mengajak
siswa berkenalan dengan bilangan dan mengetahui lambang bilangan dengan cara memulai
komunikasi dengan siswa. Guru menunjukkan alat peraga berupa gambar-gambar lambang
bilangan serta media-media yang menarik agar siswa memfokuskan diri untuk memulai
pelajaran.
6. Memancing Kinerja
Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan
apa yang telah dipelajari itu.
Contoh: guru memancing kinerja berupa mengajak berhitung siswa satu kelas tentang hasil
penghitungan yang dilakukan oleh kelompok lain.
7. Memberikan balikan
Memberikan feedback atau balikan dengan memberitahukan kepada murid apakah hasil
belajarnya benar atau tidak.
Contoh: guru menanyakan kepada siswa sudah benar atau belum. Hal ini juga semakin
memantapkan hasil penghitungan yang dilakukan oleh siswa.
9. Mengusahakan transfer
Mengusahakan transfer dengan memberikan contoh-contoh tambahan untuk
menggeneralisasi apa yang telah dipelajari itu sehingga ia dapat menggunakannya dalam
situasi-situasi lain.
Contohnya: ajak siswa memecahkan masalah yang diceritakan oleh guru sebelum pelajaran
selesai
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dalam proses pembelajaran terutama di sekolah seringkali melibatkan siswa dan guru.
Siswa merupakan subjek yang akan belajar, sedangkan guru bertindak sebagai pemandu siswa
dalam proses belajar. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan suatu rancangan pembelajaran yang
dapat mempermudah siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru tersebut. Rancangan
pembelajaran tersebut menurut Gagne dapat berupa sembilan peristiwa pembelajaran. Dalam
melakukan rancangan pembelajaran, Gagne menggunakan objek-objek matematika sebagai
mediumnya. Setelah menerapkan rancangan pembelajaran, diharapkan memperoleh hasil dari
rancangan pembelajaran tersebut yang berupa ragam hasil belajar.
4.2 SARAN
Mahasiswa maupun guru hendaknya mampu memahami aplikasi teori pembelajaran
Gagne, salah satunya berupa Sembilan peristiwa pembelajaran sehingga dapat mempermudah
dalam menyampaikan materi yang diajarkan pada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Winataputra, S. Udin, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.