Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK

AUDIT KEUANGAN NEGARA

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR PENGENDALIAN


INTERNAL, RESIKO PENGENDALIAN DAN
PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

Pengendalian intern merupakan upaya yang dilakukan mencakup unsur-unsur


pengendalian intern: lingkungan pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian,
informasi dan komunikasi, serta pemantauan, untuk mengarahkan seluruh kegiatan agar
tujuan dari kegiatan dapat dicapai secara efektif, efisien, dipercayanya informasi dan
data, serta ditaatinya peraturan dan ketentuan yang berlaku. Agar pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan daerah terlaksana dengan baik, maka SAKD (Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah) harus disusun dan dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dengan menerapkan pengendalian intern secara baik dan efektif pada suatu
pemerintahan, maka akan meningkatkan kualitas akuntabilitas publik dari OPD
(Organisasi Perangkat Daerah) tersebut.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam
Pasal 58 dengan sangat tepat mengamanatkan kepada Presiden RI selaku Kepala
Pemerintahan, agar mengatur dan menyelenggarakan pengendalian intern di lingkungan
pemerintahan secara menyeluruh, untuk meningkatkan kinerja, transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah / negara.

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses:


 Integral pada tindakan dan kegiatan
 Dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
 Untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang:
1. efektif dan efisien
2. keandalan pelaporan keuangan
3. pengamanan aset negara,
4. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Pengawasan Intern adalah seluruh proses
 Kegiatan audit
 Reviu
 Evaluasi
 Pemantauan
 Kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi
 Memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang
baik.
Organisasi Pengawas:
 Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah aparat
pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada
Presiden.
 Inspektorat Jenderal adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada menteri/pimpinan lembaga.
 Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada gubernur.
 Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah
yang bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota.

Tujuan Sistem Pengendalian Intern


Memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi
pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan,
pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


1. lingkungan pengendalian;
2. penilaian risiko;
3. kegiatan pengendalian;
4. informasi dan komunikasi; dan
5. pemantauan pengendalian intern.

1. Unsur SPIP: LINGKUNGAN PENGENDALIAN


PP Nomor 60/2008 mewajibkan Pimpinan Instansi Pemerintah untuk menciptakan
dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan
kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Hal
ini merupakan komponen yang sangat penting dan menjadi unsur dasar di dalam SPIP.
Kemampuan pimpinan untuk menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang
kondusif akan menjadi motivasi kuat bagi para pegawai untuk memberikan yang terbaik
dalam pelaksanaan pekerjaannya. Sebaliknya, pimpinan yang tidak/kurang kompeten
dalam menciptakan lingkungan yang positif akan berpotensi mempengaruhi pegawai
untuk melakukan hal-hal negatif yang dapat merugikan instansinya. Pimpinan Instansi
Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang
menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern
dalam lingkungan kerjanya, melalui:

a. penegakan integritas dan nilai etika; minimal dilakukan dengan cara:


- menyusun dan menerapkan aturan perilaku;
- memberikan keteladanan;
- menegakkan tindakan disiplin yang tepat atas penyimpangan atau
pelanggaran;
- menjelaskan dan mempertanggungjawabkan adanya intervensi atau
pengabaian pengendalian intern;
- menghapus kebijakan atau penugasan yang dapat mendorong perilaku tidak
etis.
b. komitmen terhadap kompetensi; minimal dilakukan dengan cara:
- mengidentifikasi dan menetapkan kegiatan untuk menyelesaikan tugas dan
fungsi pada masing-masing posisi;
- menyusun standar kompetensi untuk setiap tugas dan fungsi;
- menyelenggarakan pelatihan dan pembimbingan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kompetensi;
- memilih pimpinan memiliki kemampuan manajerial dan pengalaman teknis
yang luas

c. kepemimpinan yang kondusif; minimal dilakukan dengan cara:


- mempertimbangkan risiko pengambilan keputusan;
- menerapkan manajemen berbasis kinerja;
- mendukung fungsi tertentu dalam penerapan SPIP;
- melindungi aset dan informasi dari akses dan penggunaan yang tidak sah;
- melakukan interaksi secara intensif dengan pejabat pada tingkatan yang lebih
rendah;
- merespon secara positif terhadap pelaporan yang berkaitan dengan keuangan,
penganggaran, program, dan kegiatan.

d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan; minimal


dilakukan dengan cara:
- menyesuaikan dengan ukuran dan sifat kegiatan;
- memberikan kejelasan wewenang dan tanggung jawab;
- memberikan kejelasan hubungan dan jenjang pelaporan intern;
- melaksanakan evaluasi dan penyesuaian periodic terhadap struktur organisasi
sehubungan dengan perubahan lingkungan strategis;
- menetapkan jumlah pegawai yang sesuai.
e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; minimal dilakukan
dengan cara:
- wewenang diberikan kepada pegawai yang tepat sesuai dengan tingkat
tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan Instansi Pemerintah;
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf a
memahami bahwa wewenang dan tanggung jawab yang diberikan terkait
dengan pihak lain dalam Instansi Pemerintah yang bersangkutan; dan
- pegawai yang diberi wewenang sebagaimana dimaksud dalam huruf b
memahami bahwa pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab terkait dengan
penerapan SPIP.

f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia; minimal dilakukan dengan cara:

- penetapan kebijakan dan prosedur sejak rekrutmen sampai dengan


pemberhentian pegawai;
- penelusuran latar belakang calon pegawai dalam proses rekrutmen; dan
- supervisi periodik yang memadai terhadap pegawai.

g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif;


- memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan
efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah;
- memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko
dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan
- memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah.

h. hubungan kerja yang baik antar instansi terkait diwujudkan dengan adanya
mekanisme saling uji antar Instansi Pemerintah terkait.
2. Unsur SPIP: PENILAIAN RISIKO
* Penilaian risiko terdiri atas:
a. identifikasi risiko, minimal dilakukan dengan cara:
- menggunakan metodologi yang sesuai tujuan Instansi Pemerintah dan tujuan
pada tingkatan kegiatan secara komprehensif;
- menggunakan mekanisme yang memadai untuk mengenali risiko dari factor
eksternal dan factor internal; dan
- menilai faktor lain yang dapat meningkatkan risiko.

b. analisis risiko dilaksanakan untuk menentukan dampak dari risiko yang telah
diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan Instansi Pemerintah.

* Dalam rangka penilaian risiko pimpinan Instansi Pemerintah dengan berpedoman pada
peraturan perundang- undangan. menetapkan:

a. Tujuan Instansi Pemerintah;


Tujuan Instansi memuat pernyataan dan arahan yang spesifik, terukur, dapat dicapai,
realistis, dan terikat waktu serta wajib dikomunikasikan kepada seluruh pegawai.
Untuk mencapai tujuan Instansi Pemerintah pimpinan Instansi Pemerintah
menetapkan:
- strategi operasional yang konsisten
- strategi manajemen terintegrasi dan rencana penilaian risiko.

b. Tujuan pada tingkatan kegiatan,


Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan memperhatikan ketentuan
sebagai berikut:
- berdasarkan pada tujuan dan rencana strategis;
- saling melengkapi, saling menunjang, dan tidak bertentangan satu dengan
lainnya;
- relevan dengan seluruh kegiatan utama;
- mengandung unsur kriteria pengukuran;
- didukung sumber daya Instansi Pemerintah yang cukup;
- melibatkan seluruh tingkat pejabat dalam proses penetapannya.
-
* Pimpinan Instansi Pemerintah menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menentukan
tingkat risiko yang dapat diterima.

3. Unsur SPIP: KEGIATAN PENGENDALIAN


Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian
sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
yang bersangkutan. Minimal memiliki karakteristik sebagai berikut:

- kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok;


- kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
- kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi
Pemerintah;
- kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;
- prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan;
- kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur.

Bentuk-bentuk kegiatan pengendalian:


- reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang dilaksanakan dengan
membandingkan kinerja dengan tolok ukur kinerja yang ditetapkan.
- pembinaan sumber daya manusia; minimal dengan cara:
1. mengkomunikasikan visi, misi, tujuan, nilai, dan strategi instansi kepada
pegawai;
2. membuat strategi perencanaan dan pembinaan sumber daya manusia yang
mendukung pencapaian visi dan misi; dan
3. membuat uraian jabatan, prosedur rekrutmen, program pendidikan dan
pelatihan pegawai, sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas
pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, serta
rencana pengembangan karir.
- pengendalian atas pengelolaan sistem informasi yang dilakukan untuk
memastikan akurasi dan kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas
pengelolaan system informasi meliputi:
a. pengendalian umum;
 pengamanan sistem informasi;
 pengendalian atas akses;
 pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak
aplikasi;
 pengendalian atas perangkat lunak sistem;
 pemisahan tugas; dan
 kontinuitas pelayanan.
b. pengendalian aplikasi:
 pengendalian otorisasi;
 pengendalian kelengkapan;
 pengendalian akurasi; dan
 pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file data.
- pengendalian fisik atas aset; pimpinan Instansi Pemerintah wajib menetapkan,
mengimplementasikan, dan mengkomunikasikan kepada seluruh pegawai:
 rencana identifikasi, kebijakan, dan prosedur pengamanan fisik
 rencana pemulihan setelah bencana.
- penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
 menetapkan ukuran dan indikator kinerja;
 mereviu dan melakukan validasi secara periodic atas ketetapan dan
keandalan ukuran dan indikator kinerja;
 mengevaluasi faktor penilaian pengukuran kinerja; dan
 membandingkan secara terus-menerus data capaian kinerja dengan
sasaran yang ditetapkan dan selisihnya dianalisis lebih lanjut.
- pemisahan fungsi; pimpinan Instansi Pemerintah harus menjamin bahwa seluruh
aspek utama transaksi atau kejadian tidak dikendalikan oleh 1 orang.
- otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting; pimpinan Instansi Pemerintah
wajib menetapkan dan mengkomunikasikan syarat dan ketentuan otorisasi
kepada seluruh pegawai.
- pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; pimpinan
Instansi Pemerintah perlu mempertimbangkan:
 transaksi dan kejadian diklasifikasikan dengan tepat dan dicatat segera
 klasifikasi dan pencatatan yang tepat dilaksanakan dalam seluruh
siklus transaksi atau kejadian.
- pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi
Pemerintah memberikan akses hanya kepada pegawai yang berwenang dan
melakukan reviu atas pembatasan tersebut secara berkala.
- akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; pimpinan Instansi
Pemerintah menugaskan pegawai yang bertanggung jawab terhadap
penyimpanan sumber daya dan pencatatannya serta melakukan reviu atas
penugasan tersebut secara berkala.
- dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan
kejadian penting; pimpinan Instansi Pemerintah wajib memiliki, mengelola,
memelihara, dan secara berkala memutakhirkan dokumentasi yang mencakup
seluruh Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.

4. Unsur SPIP: INFORMASI DAN KOMUNIKASI


Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah
harus sekurang-kurangnya:
a. menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi
b. mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus
menerus.

5. Unsur SPIP: PEMANTAUAN


Pemantauan Sistem Pengendalian Intern dilaksanakan melalui:
1. pemantauan berkelanjutan; melalui:
a. pengelolaan rutin d. supervisi
b. pembandingan e. rekonsiliasi
c. tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.
2. evaluasi terpisah
 Dilaksanakan melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas
Sistem Pengendalian Intern.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah
atau pihak eksternal pemerintah.
 Evaluasi terpisah dapat dilakukan dengan menggunakan daftar uji
pengendalian intern
3. tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya; diselesaikan dan
dilaksanakan sesuai dengan mekanisme penyelesaian rekomendasi hasil audit dan
reviu lainnya yang ditetapkan.

A. PENGUATAN EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN SPIP

Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab


atas efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-
masing. Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem
Pengendalian Intern dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP).
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi
organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah
dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern
yang berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi
Instansi Pemerintah. Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan,
lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan
telaahan sejawat.
Sistem Pengendalian Intern dilakukan:
1. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
termasuk akuntabilitas keuangan negara

Aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan intern melalui:


a. audit (kinerja dan tujuan tertentu); b. reviu;
c. evaluasi;
d. pemantauan;
e. kegiatan pengawasan lainnya.

Aparat pengawasan intern pemerintah terdiri atas:


a. BPKP; melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas
kegiatan tertentu yang meliputi:
 kegiatan yang bersifat lintas sektoral;
 kegiatan kebendaharaan umum Negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (Menteri Keuangan melakukan
koordinasi kegiatan yang terkait dengan Instansi Pemerintah lainnya)
 kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
c. Inspektorat Provinsi; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi yang
didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
d. Inspektorat Kabupaten/Kota; melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah
kabupaten/kota yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
kabupaten/kota.

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah

1. Dilakukan oleh pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan


yang telah memenuhi syarat kompetensi keahlian sebagai auditor (melalui
keikutsertaan dan kelulusan program sertifikasi)
2. Untuk menjaga perilaku pejabat disusun kode etik
3. aparat pengawasan intern pemerintah dan wajib ditaati oleh semua pejabat.
4. Kode etik disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada pedoman
yang ditetapkan pemerintah.
5. Untuk menjaga mutu hasil audit yang dilaksanakan aparat pengawasan intern
pemerintah, disusun standar audit. Dan setiap wajib melaksanakan audit sesuai
dengan standar audit
6. Standar audit disusun oleh organisasi profesi auditor dengan mengacu pada
pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.
7. Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern pemerintah
wajib membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada
pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi.
8. Dalam hal BPKP melaksanakan pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum
Negara laporan hasil pengawasan disampaikan kepada Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara dan kepada pimpinan Instansi Pemerintah yang
diawasi.
9. Secara berkala, BPKP menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil
pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara.
10. Secara berkala, berdasarkan laporan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal atau,
Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota menyusun dan
menyampaikan ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada menteri/pimpinan
lembaga, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan dan tanggung
jawabnya dengan tembusan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara.
11. BPKP, Insepktorat Jendral/Inspektorat Kota/Inspektorat Provinsi melakukan reviu
atas laporan keuangan sebelum disampaikan ke Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Walikota/Bupati/Bendahara Umum Negara/Presiden
12. Untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara
berkala dilaksanakan telaahan sejawat.
13. Pedoman telaahan sejawat disusun oleh organisasi profesi auditor.
14. Aparat pengawasan intern pemerintah dalam melaksanakan tugasnya harus
independen dan obyektif.

2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP

Pembinaan penyelenggaraan SPIP diselenggarakan oleh BPKP dan meliputi:


a. penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP;
b. sosialisasi SPIP;
c. pendidikan dan pelatihan SPIP;
d. pembimbingan dan konsultansi SPIP; dan
e. peningkatan kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai