Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

EDUKASI PENCEGAHAN JATUH BAGI PASIEN DAN KELUARGA


DI RUANG POLI BEDAH CEMPAKA RSUP DR SARDJITO
YOGYAKARTA

Di Susun Oleh :

1. Anggit Nanda Yudhistira (180300621)


2. Christiana Dewi (180300623)
3. Deddy Agus Syaputra (180300624)
4. Ika Apriliani (180300606)
5. Sri Mardhila W (180300634)
6. Tiara Wahyuningsih (180300636)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pencegahan Jatuh


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Hari / tanggal : Jumat, 27 September 2019
Waktu : 1 x 30 menit ( jam 10.00 – 10.30 WIB )
Tempat : Ruang Poli Bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

A. Latar Belakang
Keselamatan Pasien merupakan hal utama dalam pelayanan di Rumah
Sakit. Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera
pasien rawat inap. Rumah Sakit perlu mengevaluasi resiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi resiko cedera jika sampai jatuh.
Evaluasi resiko jatuh menggunakan skala resiko jatuh. Pasien yang dirawat
di RS akan selalu memiliki resiko jatuh terkait dengan kondisi riwayat jatuh,
status mental, efek samping obat, gaya berjalan, menggunakan alat bantu
berjalan, serta kondisi penyakit. Sedangkan untuk anak-anak pengkajian
faktor resiko jatuh meliputi : umur, jenis kelamin, perilaku, gangguan
kognitif, faktor lingkungan, respon terhadap pembedahan, penggunaan obat-
obatan.
Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pasien jatuh, contohnya
lantai kamar mandi yang licin, tempat tidur yang terlalu tinggi, pencahayaan
yang kurang. Sedangkan dampak dari insiden jatuh yang dialami pasien
secara fisik adalah cidera ringan, sampai dengan kematian, secara financial
memperpanjang waktu rawat dan tambahan biaya pemeriksaan penunjang
(CT Scan kepala, rontgen, dll) yang seharusnya tidak perlu dilakukan, dan
dari segi hukum berisiko untuk timbulnya tuntutan hukum bagi rumah sakit.
Meski demikian, resiko jatuh dapat dicegah dan banyak hal yang dapat
dilakukan untuk mencegah pasien jatuh dan meminimalkan cidera akibat
jatuh.
Dengan mengenali resiko jatuh maka akan dapat diprediksi resiko jatuh
seseorang, dan dilakukan tindakan pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu,
memahami resiko jatuh, melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan
pasien jatuh, merupakan langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan
resiko jatuh dan cidera pada pasien yang dirawat. Resiko jatuh dapat
dicegah, namun mencegah resiko jatuh bukan berarti pasien harus
membatasi mobilitas dan aktivitasnya (contohnya berjalan, mandi, BAB,
BAK, dsb) dan mengharuskan pasien untuk berada di tempat tidur saja. Oleh
karena itu pencegahan resiko jatuh membutuhkan intervensi dan modifikasi
sesuai kebutuhan individual pasien berdasarkan hasil pengkajian terhadap
faktor resiko jatuh pasien.
Sebagai upaya pengurangan risiko jatuh dan cidera yang ditimbulkan
akibat jatuh maka RS menetapkan langkah-langkah sebagai berikut:
mengenali faktor resiko jatuh dan melakukan penilaian risiko melalui
pengkajian awal dan pengkajian ulang, melakukan intervensi pencegahan
reisiko jatuh, memonitor resiko jatuh Penilaian resiko jatuh menggunakan
skala Morse untuk pasien dewasa dan skala Humpty Dumpty dan schmid
“little schmidy” untuk pasien anak - anak. Penilaian meliputi berbagai aspek
seperti riwayat jatuh, menggunaan alat bantu jalan, kebiasaan berjalan,
kebiasaan berkemih, penyakit dan obat yang dikonsumsi, dan lain - lain.
Biasanya pasien diberikan tanda gelang kuning dan tanda yang akan
ditempel di dekat tempat tidur pasien yang menyatakan bahwa pasien
beresiko untuk jatuh. sehingga perawat melakukan intervensi dan
monitoring yang intensif terhadap pasien beresiko jatuh. Penilaian terhadap
resiko jatuh diharapkan dapat mengurangi resiko jatuh dan meningkatkan
kewaspadaan terhadap pasien beresiko jatuh. Dengan mengenali resiko jatuh
maka akan dapat diprediksi resiko jatuh seseorang, dan dilakukan tindakan
pencegahan yang sesuai. Oleh karena itu, memahami resiko jatuh,
melakukan tindakan pencegahan, dan penanganan pasien jatuh, merupakan
langkah yang harus dilakukan untuk menurunkan resiko jatuh dan cidera
pada pasien yang dirawat.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien di
Ruang Poli Bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dapat mengetahui dan
mencegah terjadinya jatuh.

C. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan selama 1 x 30 menit, maka diharapkan pasien
dan keluarga pasien :
1. Memahami pengertian jatuh
2. Memahami penyebab jatuh
3. Memahami faktor resiko jatuh
4. Memahami akibat jatuh
5. Memahami pencegahan jatuh

D. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien

E. Pembahasan Materi
1. Pengertian jatuh
2. Penyebab jatuh
3. Faktor resiko jatuh
4. Akibat jatuh
5. Pencegahan jatuh

F. Metode
1. Ceramah dan
2. Tanya jawab / Diskusi

G. Media
Adapun media yang digunakan adalah leaflet
H. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Waktu
Pembicara Peserta
1. 3 menit Pembukaan
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Kontrak waktu 2. Menyetujui
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Mendengarkan
penyuluhan
4. Appersepsi (menggali 4. Menjawab sesuai
sejauh mana pasien/ pengetahuan audien
keluarga mengetahui resiko tentang resiko jatuh
jatuh)
2. 20 Menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan materi tentang Memperhatikan/
resiko jatuh mendengarkan
a. Pengertian jatuh
b. Penyebab jatuh
c. Faktor resiko jatuh
d. Akibat jatuh
e. Pencegahan jatuh
3. 5 menit Evaluasi
1) Memberikan kesempatan 1) Bertanya
pada peserta untuk bertanya.
2) Menanyakan kembali
tentang materi yang di 2) Menjawab
sampaikan
4. 2 menit Penutup
1) Menyimpulkan materi 1) Mendengarkan
2) Memberi salam 2) Menjawab salam
I. Pengorganisasian
Penanggung jawab : Anggit Nanda Yudistira
Penyaji : Deddy Agus Syaputra
Moderator : Tiara Wahyuningsih
Fasilitator : Ika Apriliani
Observer : Christiana Dewi
Sri Mardhila W

J. Rincian tugas
a. Moderator
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan
5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu
penyuluhan (kontrak waktu)
6) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi
7) Mengatur waktu penyuluhan
b. Penyaji
1) Menyampaikan materi
2) Menjawab pertanyaan
c. Fasilitator
1) Memotivasi peserta untuk aktif berperan serta dalam diskusi
2) Mengajukan usulan, pertanyaan, ataupun memberi jawaban
d. Observer
1) Mengamati jalannya kegiatan pertemuan
2) Membuat catatan kecil tentang hal-hal yang penting dari kegiatan
tersebut dan mengevaluasi hasil pelaksanaan penyuluhan
K. Setting Tempat
Penataan tempat penyuluhan disesuaikan dengan kondisi di ruangan
Poli Bedah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

: Penyaji

: Moderator

: Fasilitator

: Observer

: Audien
L. Evaluasi
1) Evaluasi struktural
a. Satuan Acara Penyuluhan sudah disiapkan 1 minggu sebelumnya
b. Media sudah disiapkan 3 hari sebelumnya
c. Tempat penyuluhan sudah disiapkan 1 hari sebelumnya
2) Evaluasi Proses
a. Peserta hadir tepat waktu
b. Media dapat digunakan dengan baik
c. Penyuluhan dapat dilaksanakan sesuai waktu
d. Peserta dapat mengikuti penyuluhan sampai selesai
3) Evaluasi Hasil
a. Evaluasi dilakukan secara langsung dengan tanya jawab.
b. Setelah dilakukan penyuluhan, diharapkan memahami tentang
materi penyuluhan.
LAMPIRAN

A. PENGERTIAN JATUH
Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak
terbaring/terduduk dilantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa
kehilangan kesadaran atau luka (Darmojo, 2011). Jatuh merupakan suatu
kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi berada di
permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan
keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah
dari penyebab spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka
yang dalam keadaan sadar mengalami jatuh (Stanley, 2012).

B. PENYEBAB JATUH
Menurut Darmojo, 2011 jatuh dapat disebabkan beberapa hal yaitu :
1. Lantai licin
2. Penglihatan yang kurang
3. Alas kaki yang tidak sesuai
4. Tersandung benda
5. Gangguan keseimbangan

C. FAKTOR RESIKO
1. Faktor intrinsik
Faktor instrinsik adalah variabel-variabel yang menentukan mengapa
seseorang dapat jatuh pada waktu tertentu dan orang lain dalam
kondisi yang sama mungkin tidak jatuh (Stanley, 2012). Faktor
intrinsik tersebut antara lain adalah gangguan muskuloskeletal misalnya
menyebabkan gangguan gaya berjalan, kelemahan ekstremitas bawah,
kekakuan sendi, sinkope yaitu kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otak dengan gejala
lemah, penglihatan gelap, keringat dingin, pucat dan pusing
(Lumbantobing, 2011).
2. Faktor ekstrinsik
Faktor ekstrinsik merupakan faktor dari luar (lingkungan
sekitarnya) diantaranya cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang
licin, tersandung benda-benda (Nugroho, 2012). Faktor-faktor
ekstrinsik tersebut antara lain lingkungan yang tidak mendukung
meliputi cahaya ruangan yang kurang terang, lantai yang licin, tempat
berpegangan yang tidak kuat, tidak stabil, atau tergeletak di bawah,
tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok, obat-obatan yang
diminum dan alat-alat bantu berjalan (Darmojo, 2011).

D. AKIBAT JATUH
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera, kerusakan fisik
dan psikologis. Kerusakan fisik yang paling ditakuti dari kejadian jatuh
adalah patah tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat
jatuh adalah fraktur pergelangan tangan, lengan atas dan pelvis serta
kerusakan jaringan lunak. Dampak psikologis adalah walaupun cedera
fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat
memiliki banyak konsekuensi termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya
diri, penbatasan dalam aktivitas sehari-hari, falafobia atau fobia jatuh
(Stanley, 2011).

E. PENCEGAHAN JATUH
Menurut Tinetti (2013), yang dikutip dari Darmojo (2011), ada 3 usaha
pokok untuk pencegahan jatuh yaitu :
1. Identifikasi faktor resiko

Pada setiap lanjut usia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari


adanya faktor instrinsik risiko jatuh, perlu
dilakukan assessment keadaan sensorik, neurologis, muskuloskeletal
dan penyakit sistemik yang sering menyebabkan jatuh. Keadaan
lingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan jatuh
harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak
menyilaukan. Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda-
benda kecil yang susah dilihat, peralatan rumah tangga yang
sudah tidak aman (lapuk, dapat bergerser sendiri) sebaiknya diganti
peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu jalan/tempat aktivitas lanjut usia. Kamar mandi
dibuat tidak licin sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu
yang mudah dibuka. WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi
pegangan di dinding.

2. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan (gait)


Setiap lanjut usia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan
badannya dalam melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi.
Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat berisiko jatuh,
maka diperlukan bantuan latihan oleh rehabilitasi medis. Penilaian
gaya berjalan juga harus dilakukan dengan cermat, apakah kakinya
menapak dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita
mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah
kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan
tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat
kelainan/penurunan.
3. Mengatur/mengatasi faktor situasional.
Faktor situasional yang bersifat serangan akut yang diderita
lanjut usia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lanjut
usia secara periodik. Faktor situasional bahaya lingkungan dapat
dicegah dengan mengusahakan perbaikan lingkungan, faktor
situasional yang berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan
kondisi kesehatan lanjut usia. Aktifitas tersebut tidak boleh
melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai hasil
pemeriksaan kondisi fisik.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Lanjut Usia. Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Lumbantobing, SM. 2011. Neurogeriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. ,p. 111-
122.
Nugroho. 2012. Keperawatan Gereontik dan Geriatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Stanley, M & Beare, P.G. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
Tinetti, ME. 2013. Preventing Falls in Eaderly Persons. N Eng J Med: 348 (1) 42-
49.

Anda mungkin juga menyukai