Anda di halaman 1dari 9

Makalah Filsafat Pendidikan

Pada kesempatan kali ini penulis akan membagikan makalah filsafat pendidikan, yang mana
di dalam membahas tentang pengertian filsafat, filsafat pendidikan, hubungan filsafat dengan
filsafat pendidikan, manfaat belajar filsafat pendidikan dan ruang ruang lingkup filsafat
pendidikan.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam dunia pendidikan, berfilsafat adalah suatu hal yang penting, karena dengan
berfilsafat dunia pendidikan akan mengetahi hakikat dari makna, tujuan, metode, dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan itu sendiri. Arti penting dari berfilsafat itu sendiri
adalah agar tujuan-tujuan yang telah diketahui dan ditetapkan dapat tercapai. Sebagaimana
Ali Khalil Abu ‘Ainaini merumuskan pengertian filsafat pendidikan yang dikutip oleh Prof.
Dr. H. Ramayulis dalam “bukunya Filsafat Pendidikan Islam” bahwa filsafat pendidikan itu
sebagai “kegiatan-kegiatan pemikiran yang ssistematis, diambil dari sistem filsafat sebagai
cara untuk mengatur dan menerangkan nilai-niai tujuan pendidikan yang akan dicapai
(direalisasikan).[1]

Dari uraian di atas, maka akan memunculkan sebuah pertanya; terus apa pengertian dari
filsafat, pendidikan, dan Islam itu sendiri? Oleh sebab itu, di dalam makalah ini penulis ingin
membahas, mengkaji, dan menganalisis tentang Filsafat Pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan
sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat dan filsafat pendidikan?


2. Bagaimana hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan?
3. Apa manfaat dari belajar filsafat?
4. Apa saja ruang lingkup dari filsafat pendidikan?

C. Tujuan Masalah
Sesuai dengan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan dalam karya ilmiah ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari filsafat, filsafat pendidikan, dan filsafat pendidikan
Islam.
2. Untuk mengetahui hubungan antara filsafat dengan filsafat pendidikan?
3. Untuk mengetahui manfaat belajar filsafat.
4. Untuk mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Filsafat Pendidikan
Secara etimologi Filsafat pendidikan itu mengandung dua pengertian yang berbeda, yaitu 1)
Filsafat, dan 2) Filsafat Pendidikan. Agar kedua dari pengertian tersebut dapat tergambarkan
dan dipahami secara menyeluruh, maka penulis akan menguraikan ketiga pengertian tersebut
di bawah ini.

1. Pengertian Filsafat
Ramayulis di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” yang mengutip dari Imam Barnadib
mengatakan, bahwa dalam segi bahasa kata filsafat berasal dari bahasa Yunani
yaitu philar dan sophia. Philar adalah berarti cinta dan Sophia berarti kebenaran atau
kebaajikan. Jadi, kata filsafat berarti cinta akan kebenaran atau kebajikan.[2]

Selain itu, Muzayyin Arifin di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” menjelaskan,
bahwa secara harfiah, filsafat berarti “cinta kepada ilmu”. Filsafat berasal dari
kata Philo yang artinya cinta dan Sophos artinya ilmu/hikmah.[3] Jadi dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa setiap manusia yang mencintai suatu ilmu/hikmah yang mana
dengan ilmu tersebut dia mencari suatu kebenaran dengan mendalam dan tanpa batas maka
disebut dengan filsuf. Dan filsafat ini merupakan ilmu pertama yang diamalkan untuk
menemukan suatu kebenaran atau sebuah rumusan dari segala ilmu penegtahuan.
Sebagaimana Muzayyin di dalam bukunya yang sama menjelaskan, bahwa secara historis,
filsafat menjadi induk segala ilmu pengetahuan yang berkembang sejak zaman Yunani kuno
sampai zaman modern sekarang.[4]

Sedangkan secara istilah makna dari filsafat dapat dirumuskan suatu kegiatan berpikir secara
mendalam dan bebas, agar hakikat dari kebenaran yang dicari dapat ditemukan. Hal ini sesuai
dengan yang dikutip Ramayulis di dalam bukunya dari beberapa ilmuan; pertama, Muhtar
Yahya mengatakan bahwa “berpikir filsafat adalah pemikiran yang sedalam-dalamnya yang
bebas dan teliti yang bertujuan hanya mencari hakikat kebenaran tentang alam semesta, alam
manusia, dan dibalik alam”. Kedua, Soegardo Poerbakwatja juga mengatakan, bahwa
“filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab musabab yang sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu berdasarkan fikiran belaka”. Ketiga, sementara Imam Barnadib menyatakan
bahwa “filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami segala hal yang
timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia”.[5] Dengan demikian, dari
beberapa pengertian tersebut diharapkan manusia dapat memahami, mengerti, dan
mempunyai pandangan yang menyeluruh, mendalam, dan sistematis mengenai dirinya sendiri
sebagai manusia, sekitarnya sebagai lingkungan, dan penciptanya sebagai Tuhan.

Pandangan yang mendalam, menyeluruh, dan sistematis ini menghendaki manusia untuk
selalu mempunyai daya pikir yang sadar, mendalam, teliti, dan teratur ketika berfilsafat. Hal
ini sesuai dengan yang dirumuskan Ramayulis, bahwa berfilsafat adalah berpikir rasional,
spekulatif, sistematis, radikal, dan universal.[6]

Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami, bahwa filsafat adalah suatu kegiatan berpikir
secara mendalam dan menyeluruh dengan disertai tindakan sadar, teliti, dan teratur agar
hakikat dari sebuah kebenaran dapat ditemukan.

2. Pengertian Filsafat Pendidikan


Pendidik yang peduli terhadap anak didiknya
pasti akan memikirkan pendidikannya, karena seorang pendidik pasti menginginkan anak
didiknya menjadi pintar, lulus, dan sukses dalam menggapai cita-citanya. Di dalam dunia
pendidikan hal yang harus dan pasti dipikirkan dan dibahas oleh seorang pendidik adalah
hakikat, latar belakang, tujuan, metode, evalusai, dan segala susuatu yang berkaitan dengan
pendidikan. Di dalam memikirkan dan membahas segala hal yang berkaitan dengan
pendidikan itulah disebut dengan filsafat pendidikan. Sebagaimana Redja Mudyahardjo di
dalam bukunya “Filsafat Ilmu Pendidikan” mengatakan bahwa filsafat pendidikan adalah
pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan
tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan hakikat ilmu pendidikan yang berhubungan dengan
analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya.[7]

Menurut John Dewey yang dikutip oleh Jalaluddin dan Abdullah di dalam bukunya “Filsafat
Pendidikan” mengatakan, bahwa filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun
daya perasaan (emosional), menuju ke arah tabi’at manusia, maka filsafat bisa juga diartikan
sebagai teori umum pendidikan.[8]

Sedangkan Jalaluddin dan Abdulah Idi di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan” yang
mengutip dari Asy-Syaibani menjelaskan, bahwa filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran
yang teratur yang menjadikan filsafat tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan,
dan memadukan proses pendidikan.[9] Artinya dengan berfilsafat diharapkan persoalan-
persoalan yang terdapat di dalam pendidikan dapat terpecahkan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Muzayyin Arifin, bahwa filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan
tentang masalah kependidikan.[10]

Selain itu, Anas Salahudin di dalam bukunya Filsafat Pendidikan juga merumuskan beberapa
pengertian dari filsafat pendidikan, di antaranya yaitu;

1. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara


komprehensif dan kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi, dan
tujuan pendidikan.
2. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori-
teori pendidikan.
3. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran
di kelas dan di luar kelas.
4. Filsafat pendidikan mengkaji berbagai teori kependidikan, metode, dan pendekatan
daam pendidikan.
5. Filsafat pendidikan mengkaji strategi pembelajaran alternatif.
6. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat tentang kurikulum pendidikan.
7. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat evaluasi pendidikan dan evaluasi pembelajaran.
8. Filsafat pendidikan mengkaji hakikat alat-alat dan media pembelajaran.[11]

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dipahami bahwa filsafat pendidikan adalah suatu
kegiatan berpikir kritis, bebas, teliti, dan teratur tentang masalah-masalah yang terdapat di
dalam dunia pendidikan agar masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat.
(Baca juga: Makalah Pembelajaran Tematik)

B. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan


Hasan Langgulung di dalam bukunya asas-asas pendidikan Islam mengutip dari John Dewey
menjelaskan, bahwa filsafat merupakan teori umum, sebagai landasan dari semua pemikiran
umum mengenai pendidikan. Dalam kaitanya dengan ini Hasan Langgulung berpendapat
bahwa filsafat pendidikan adalah penerapan metode dan pandangan filsafat dalam bidang
pengalaman manusia yang kemudiaan disebut dengan pendidikan.[12]

Sedangkan John S. Brubachen, seorang guru besar filsafat asal Amerika mengatakan, bahwa
hubungan antara filsafat dan pendidikan sangat erat sekali antara satu dengan yang lainnya.
Kuatnya hubunga tersebut disebabkan karena kedua disiplin tersebut menghadapi problema-
problema filsafat secara bersama.[13] Selanjutnya Noor Syam di dalamnya bukunya Filsafat
Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila mengutip dari Kilpatrik menjelaskan bahwa
berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha, berfilsafat ialah memikirkan dan
mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah
uasaha merealisasikan nilai-nilai dan cita-cita itu di dalam kehidupan dalam kepribadian
manusia.[14]

Selain itu Jalaluddin dan Said di dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” mengutip dari
Prof. DR. Oemar Muhammad At-Toumy Asy-Syaibani secara rinci menjelaskan, bahwa
filsafat pendidikan merupakan usaha mencari konsep-konsep di antara gejala yang
bermacam-macam, yang meliputi;

1. Proses pendidikan sebagai rancangan terpadu dan menyeluruh.


2. Menjelaskan berbagai makna yang mendasar tentang semua istilah pendidikan.
3. Pokok-pokok yang menjadi dasar dari konsep pendidikan dalam kaitannya dengan
bidang kehidupan manusia.[15]

Dari sini dapat kita pahami bahwa filsafat dan filsafat penddikan merupakan dua istilah yang
berbeda tetapi sangat berhubungan antara satu dengan yang lain, karena pendidikan
merupakan realisasi dari filsafat. Dalam kaitanya hubungan antara filsafat dan filsafat
pendidikan ini Jalaluddin dan Said menjelaskan, bahwa hubungan antara filsafat dan filsafat
pendidikan menjadi sangat penting sekali, sebab ia menjadi dasar, arah, dan pedoman suatu
sistem pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan
filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan
mengharmoniskan dan menerangkan nilai-nilai dan tujuanyang ingin dicapai. Jadi terdapat
kesatuan yang utuh antara filsafat, filsafat pendididkan, dan pengalaman manusia.[16]

Dari beberapa Uraian di atas dapat kita tarik suatu kesimpulan, bahwa hubungan antara
filsafat dan filsafat pendidikan itu sangat erat sekali dan tak bisa dipisahkan, karena filsafat
memberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, pengembangan, dan
meningkatkan kemajuan dan landasan yang kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan yang
diharapkan.
C. Manfaat Belajar Filsafat Pendidikan
Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di lembaga pendidikan tenaga keguruan dituntut
untuk memikirkan masalah-masalah hakiki terkait pendidikan. Dengan begitu, pemikiran
mahasiswa menjadi lebih terasah terhadap persoalan-persoalan pendidikan baik dalam
lingkup mikro maupun makro. Hal ini menjadikan mahasiswa lebih kritis dalam memandang
persoalan pendidikan.

Di samping itu, mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah- masalah hakiki
pendidikan akan memperluas cakrawala berpikir mereka, sehingga dapat lebih arif dalam
memahami problem pendidikan. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pendidik atau
tenaga kependidikan, sudah sewajarnya bila mereka dituntut untuk berpikir reflektif dan
bukan sekedar berpikir teknis di dalam memecahkan problem-problem dasar kependidikan,
yaitu dengan menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang melekat
padanya.[17]

D. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan


Jalaluddin dan Sa’id di dalam bukunya mengutip dari Tim Dosen IKIP Malang menjelaskan,
bahwa Secara makro (umum) apa yang menjadi obyek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang
lingkup yang menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan alam
sekitarnya adalah juga merupakan obyek pemikiran filsafat pendidikan. Tetapi seara mikro
(khusus) yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi;

1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (The Nature Of Education).


2. Merumuskan sifat hakikat manusia sebagai subjek dan objek pendidikan (The Nature
Of Man).
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan
kebudayaan.
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
5. Merumuskan hubungan antara negara (ideologi), filsafat pendidikan, dan politik
pendidikan (sistem pendidikan).
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan tujuan
pedidikan.[18]

Berbeda dengan yang di atas, Drs. Anas Salahudin, M.Pd. di dalam bukunya “Filsafat
Pendidikan” merumuskan, bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan adalah sebagai berikut;

1. Pendidik
2. Murid atau anak didik
3. Materi pendidikan
4. Perbuatan mendidik
5. Metode pendidikan
6. Evaluasi pendidikan
7. Tujuan pendidikan
8. Alat-alat pendidikan
9. Dan lingkungan pendidikan.[19]

Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan satu persatu.


1. Para pendidik adalah guru, orang tua, tokoh masyarakat, dan siapa saja yang
memfungsikan dirinya untuk mendidik. siapa saja dapat menjadi pendidik dan
melakukan upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik
haruslah orang yang patut diteladani. Dan pendidik itu harus membina, mengarahkan,
menuntun, dan mengembangkan minat, serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan
tercapai dengan baik.[20] Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan
pendidikan. Pendidik mempunyai peran penting dalam berlngsungnya pendidikan.
baik atau tidaknya pendidikan berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan. Para
pendidik memikul tanggung jawab yang berat untuk memaajukan kehidupan bangsa.
Oleh karena itu, negara bertanggungjawab untuk meningkatkan kinerja para pendidik
melalui berbagai peningkatan. Misalnya, peningkatan kesejahteraan para pendidik,
menaikkan tunjangan fungsional para pendidik, membantu dana pendidikan lanjutan
hingga meraih gelar doktor, dan memberikan beasiswa untuk berbagai penelitian.[21]
2. Anak Didik secara filosofis merupakan objek para pendidikan dalam melakukan
tindakan yang bersifat medidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia anak didik,
kondisi ekonomi keluarga, minat dan bakat anak didik, serta tingkat intelegensinya,
itu membuat seorang pendidik mengutamakan fleksibilitas dalam mendidik. Anak
didik merupakan subjek pendidika, yaitu orang yang menjalankan dan mengamalkan
materi pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Agar pendidikan dapat berhasil
dengan sebaik-baiknya, maka jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuaai dengan
perkembangan psikologis anak didik.[22]
3. Materi Pendidikan, yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang
disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim dan logis) untuk disajikan atau
disampaikan kepada anak didik.[23]
4. Perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang
dilakukan oleh pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya disebut
dengan tahzib. Mendidik artinya meningkatkan pemahaman anak didik tentang
kehidupan, medalami pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan manfaatnya untuk
diterapkan dalam kehidupan nyata dan sebagai pandangan hidup.[24]
5. Metode pendidikan, yaitu strategi yang relevan yang dilakukan oleh dunia pendidikan
pada saat menyampaikan materi pendidikan kepada anak didik. metode berfungsi
mengolah, menyusun, dan menyajikan materi pendidikan, agar materi pendidikan
tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.[25]
6. Evaluasi dan Tujuan Pendidikan. Evaluasi yaitusistem penilaian yang diterapkan
kepada peserta didik, untuk mengetahui keberhasilan pendidikan yang
dilaksanakannya. Evaluasi pendidikan sangat bergantung pada tujuan pendidikan. jika
tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas, beriman, dan bertakwa, maka sistem
evaluasi ynag dioperasionalkan harus mengarah pada tujuan yang dimaksud.[26]
7. Alat-alat Pendidikan dan Lingkungan Pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan
untuk mendukung terlaksananya pendidikan. Sedangkan lingkungan pendidikan
adalah segala seusuatu yang terdapat disekitar lingkungan pendidikan yang
mendukung terealisasinya pendidikan.[27]

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat adalah suatu kegiatan berpikir secara mendalam dan menyeluruh dengan disertai
tindakan sadar, teliti, dan teratur agar hakikat dari sebuah kebenaran dapat ditemukan.

Filsafat pendidikan adalah suatu kegiatan berpikir kritis, bebas, teliti, dan teratur tentang
masalah-masalah yang terdapat di dalam dunia pendidikan agar masalah-masalah tersebut
dapat diatasi dengan cepat dan tepat.

Hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan itu sangat erat sekali dan tak bisa dipisahkan,
karena filsafat memberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, pengembangan,
dan meningkatkan kemajuan dan landasan yang kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan yang
diharapkan.

Mahasiswa yang mempelajari dan merenungkan masalah- masalah hakiki pendidikan akan
memperluas cakrawala berpikir mereka, sehingga dapat lebih arif dalam memahami problem
pendidikan. Sebagai intelektual muda yang kelak menjadi pendidik atau tenaga kependidikan,
sudah sewajarnya bila mereka dituntut untuk berpikir reflektif dan bukan sekedar berpikir
teknis di dalam memecahkan problem-problem dasar kependidikan, yaitu dengan
menggunakan kebebasan intelektual dan tanggung jawab sosial yang melekat padanya.

Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah: 1) Pendidik, 2) Murid atau anak didik, 3) Materi
pendidikan, 4) Perbuatan mendidik, 5) Metode pendidikan, 6) Evaluasi pendidikan, 7) Tujuan
pendidikan, 8) Alat-alat pendidikan, 9) lingkungan pendidikan.

B. Saran
Dengan mempelajari dan mengkaji tenang filsafat pendidika ini, diharapkan mulai sekarang
mahasiswa lebih berpikir kritis terhadap masalah-masalah yang ada di dunia pendidikan,
karena sudah sepantasnya mahasiswa pendidikan nantinya akan menjadi penerus pendidik
dan filsof di dalam dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam), (Jakarta:
Kalam Mulia, 2015), cet. ke-4.

Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) cet. ke-7, Ed.
Rev.

Mudyahardjo, Redja, Pendidikan Ilmu Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2004).

Abdullah Idi dan Jalaluddin, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002) cet.
ke-2.

Salahudin, Anas, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), cet. ke-10.

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Al-Husna, 1987).

Noor Syam, M., Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1988).

Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994).
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-rukiyati-mhum/bpk-mengenal-filsafat-
pendidikan.pdf, hal. 21. dikutip pada hari Jum’at, 29 September 2017, pukul 22.14 WIB.

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 14.

Referensi Buku
[1] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam),
(Jakarta: Kalam Mulia, 2015), cet. ke-4, hlm. 4.

[2] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam),
(Jakarta: Kalam Mulia, 2015), cet. ke-4, hlm. 2.

[3] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) cet. ke-7, Ed.
Rev., hlm. 3.

[4] Ibid, hlm. 3.

[5] Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam (Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam),
(Jakarta: Kalam Mulia, 2015), cet. ke-4, hlm. 2.

[6] Ibid, hlm. 3.

[7] Redja Mudyahardjo, Pendidikan Ilmu Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2004), hlm.
3-4.

[8] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002)
cet. ke-2, hlm. 13.

[9] Ibid, hlm. 13.

[10] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014) cet. ke-7, Ed.
Rev., hlm. 5.

[11] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), cet. ke-10, hlm.
22-23.

[12] Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Al-Husna, 1987), hlm. 40.

[13] Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002)
cet. ke-2, hlm. 18.

[14] M. Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1988), hlm. 43.

[15] Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),
hlm. 11-12.

[16] Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),
hlm. 22.
[17] http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-rukiyati-mhum/bpk-mengenal-
filsafat-pendidikan.pdf, hal. 21. dikutip pada hari Jum’at, 29 September 2017, pukul 22.14
WIB.

[18] Jalaluddin dan Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),
hlm. 17.

[19] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), cet. ke-10, hlm.
24.

[20] Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 14.

[21] Anas Salahudin, Filsafat Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), cet. ke-10, hlm.
24-25.

[22] Ibid, hlm. 25.

[23] Ibid, hlm. 25.

[24] Ibid, hlm. 26.

[25] Ibid, hlm. 26.

[26] Ibid, hlm. 26

[27] Ibid, hlm. 26

Anda mungkin juga menyukai