Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENGENDAIAN OPT

OPT tanaman sirih merah tidak terlalu banyak jenisnya apabila dibandingkan dengan
OPT pada tanaman hias lainnya. Namun demikian sirih merah merupakan tanaman hias yang
mempunyai potensi secara ekonomi untuk dikomersialkan, maka akan terjadi kemungkinan
berkembangnya jenis, luas serangan, dan intensitas serangan OPT, sebagai risiko yang mungkin
terjadi apabila pada masa yang akan datang sirih merah dikembangkan dengan skala besar.
Dengan demikian, pengetahuan mengenai OPT sirih merah serta cara-cara pengendaliannya
sangat diperlukan.
Pengendalian OPT sirih merah harus dilaksanakan sejak persiapan tanam sampai dengan
penanganan pascapanen. PHT menjiwai sistem budidaya sirih merah, sehingga setiap langkah
budidaya harus memperhatikan aspek pengendalian OPT yang sesuai dengan prinsip-prinsip
PHT.
5.1 Prinsip-prinsip PHT adalah sebagai berikut:
5.1.1 Budidaya tanaman sehat
Tanaman yang sehat akan mampu bertahan terhadap serangan OPT dan
lebih cepat mengatasi kerusakannya.
5.1.2 Pengamatan rutin atau pengamatan mingguan
Pengamatan rutin dilakukan untuk mengikuti perkembangan populasi OPT
dan musuh alaminya serta untuk mengetahui keadaan tanaman. Informasi yang
diperoleh dapat digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan.
5.1.3 Pemanfaatan dan pelestarian musuh alami
Pengendalian hayati dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial
merupakan tulang punggung PHT. Di alam OPT mempunyai musuh alami yang
mampu mengatur keseimbangan, sehingga populasi OPT tidak merugikan. Jika
musuh alami tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, maka keter-gantungan
terhadap pestisida akan berkurang.
5.1.4 Petani sebagai ahli PHT
Petani merupakan pemilik dan pengambil keputusan di dalam usahataninya.
Oleh karena itu petani harus mampu menerapkan dan mengembangkan PHT di
lahannya sendiri.
5.2 Tindakan Pengendalian OPT
Dalam PHT dikenal 2 (dua) strategi untuk mencegah timbulnya kerusakan
tanaman oleh gangguan OPT, yaitu melalui tindakan pengendalian pre-emtif dan
tindakan pengendalian responsif. Tindakan pengendalian pre-emtif disusun dan
dikembangkan sebagai upaya agar tanaman terhindar dari serangan OPT, serta sebagai
upaya pencegahan yang dalam pelaksanaannya diintegrasikan dalam praktek budidaya
tanaman yang ramah lingkungan. Tindakan pengendalian responsif adalah tindakan
kuratif untuk menurunkan populasi hama ke tingkat yang tidak merusak ataupun untuk
menekan perkembangan penyakit. Tindakan responsif dilakukan berdasarkan hasil
monitoring dengan menggunakan sarana pengendalian yang ramah lingkungan.
5.3 Tindakan pengelolaan pre-emptif

5.3.1 Pemilihan bibit yang sehat


5.3.2 Perlakuan pembibitan dengan agens antagonis mIsalnya PGPR, Trichoderma spp.,
Gliocladium spp., Pseudomonas fluorescens dan lain-lain.
5.3.3 Pengaturan jarak tanam
5.3.4 Optimalisasi naungan
5.3.5 Pemupukan berimbang dengan bahan organik yang cukup
5.3.6 Pemilihan lokasi yang terisolasi dari jenis palmae yang lain, seperti kelapa dan
kelapa sawit.

5.4 Tindakan pengelolaan Responsif

5.4.1 Berdasarkan monitoring


5.4.2 Bila ditemukan serangan awal dengan memotong bagian yang sakit sehingga tidak
menjadi sumber serangan hama atau penyakit
5.4.3 Jika pada hasil monitoring ada serangan luas dan membahayakan dapat
menggunakan pestisida sesuai dengan organisme sasaran dengan mengikuti
kaedah penggunaan pestisida yang baik dan benar.

5.6 Teknik Pengelolaan OPT pada Tanaman Sirih merah


5.6.1 Fisik

 Pengendalian secara fisik dapat dilakukan dengan sterilisasi media tumbuh,


misalnya dengan uap panas agar tanaman terbebas dari OPT yang dapat ditularkan
melalui media tumbuh.

 Untuk menghindari penularan penyakit, sterilisasi alat-alat potong harus


dilakukan. Setelah dicuci bersih alat-alat potong kemudian didesinfeksi dengan
alkohol 70% atau desinfektan lainnya.

5.6.2 Mekanis
Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara-cara berikut:

 Membersihkan sampah dan gulma, maka hama tidak mempunyai kesempatan


untuk bersarang dan bersembunyi.
 Sanitasi bagian tanaman yang sakit dengan memasukkan ke dalam kantong plastik
yang diikat dan dimusnahkan, sangat penting untuk mencegah patogen agar tidak
menyebar.
 Pemusnahan dengan cara pembongkaran atau dengan mencabut tanaman yang
terserang dan membakarnya.

5.6.3 Kultur teknis

 Pemeliharaan tanaman yang baik dapat meningkatkan kesehatan tanaman,


sehingga tanaman dapat tumbuh lebih subur. Penyiraman, pemupukan dan
penambahan atau penggantian media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Penyiraman dapat dilakukan apabila diperlukan dan sebaiknya pada pagi
hari, sehingga siang harinya sudah cukup kering. Udara dalam pertanaman
sebaiknya dijaga tidak terlalu lembab, sehingga penyakit tidak mudah
berkembang.
 Pergiliran tanaman dapat dilakukan untuk mengendalikan penyakit busuk pucuk
pada Raphis yang disebabkan Fusarium oxysporum.
 Tanaman yang baru atau diketahui menderita penyakit diisolasi selama 2-3 bulan
sampai diketahui bahwa tanaman tersebut betul-betul sehat. Tanaman yang akan
dibudidayakan sebaiknya juga berasal dari induk yang telah diketahui bebas
penyakit.
 Jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan kelembaban tinggi dan patogen lebih
cepat berkembang sehingga perlu pengaturan jarak tanam/penempatan pot.
 Luka pada tanaman terutama pada saat penyiangan gulma dan pengolahan tanah
sebaiknya dihindari, demikian juga hindari menanam benih yang berasal dari
tanaman sakit.

5.6.4 Biologis

 Pemanfaatan musuh alami seperti Anagyrus ananatis dan A. pseudococcis


memarasit nimfa dan kutu putih dewasa. Predator nimfa dan kutu putih dewasa
Cryptolaemus montrouzieri atau Scymnus uncinatus serta semut hitam.
 Pemanfatan agens antagonis: misalnya untuk pengendalian Fusarium oxysporum
penyebab busuk pucuk pada tanah dapat diperlakukan dengan menggunakan
Trichoderma spp., Gliocladium spp. atau pada saat sebelum tanam, benih
dicelupkan ke dalam suspensi Pseudomonas fluorescens.

5.6.5 Kimiawi

 Penggunaan pestisida kimiawi adalah yang terdaftar dan diizinkan Menteri


Pertanian. Apabila pestisida tersebut belum terdaftar untuk OPT sasaran, dapat
digunakan pestisida yang diizinkan untuk OPT sejenis pada tanaman lain.
 Pilihlan jenis pestisida yang tepat dan sesuai dengan OPT yang akan dkendalikan.
Formulasi pestisida dapat berupa cairan, tepung, pasta atau granula, sedangkan
konsentrasi dan dosis penggunaan biasanya terantum pada tiap kemasan.
Sebaiknya penggunaan pestisida dilakukan pada pagi hari dan tidak pada waktu
hujan. Pada saat aplikasi dengan menggunakan alat pelindung.
 Untuk mencegah fitotoksisitas pada tanaman, maka dalam pengaplikasiannya
dicoba dulu dalam skala kecil sebelum diaplikasikan secara luas.
 Teknik aplikasi yang tepat seperti menggunakan nozzle yang halus sehingga dapat
menjangkau ke seluruh bagian bawah daun.
 Sebagai pencegahan, pot atau wadah lainnya, alat-alat seperti pisau dan gunting
stek, sebaiknya setiap kali memakai alat-alat tersebut disucihamakan dengan
alkohol 70% atau desinfektan lainnya.
 Bekas atau wadah pestisida yang digunakan harus dimusnahkan.

Anda mungkin juga menyukai