Anda di halaman 1dari 4

Nederlandsindie.

com – Gouverneur-generaal (Gubernur Jenderal) Herman Willem Daendels adalah


perintis infrastruktur yang sangat luarbiasa dampaknya bagi kemajuan ekonomi di Jawa, yakni
pembuatan Grote Postweg (Jalan Raya Pos) atau populer disebut Jalan Daendels.Panjang jalan di
sisi utara Jawa ini dari Anyer di ujung barat sampai Panarukan di ujung Timur, dengan panjang total
mencapai 1000km, terpanjang di dunia saat itu. Daendels membangun jalan yang membelah
sepanjang Pulau Jawa ini terutama untuk tujuan strategi dan kepentingan militer: mobilisasi pasukan

dengan cepat. Pembangunan jalan ini memakan korban jiwa sangat banyak , namun
dinilai oleh para sejarawan Indonesia sekarang sebagai kemajuan penting. Berkat jalan ini bagian-
bagian terpencil di Jawa menjadi mudah dicapai dalam hitungan hari, tidak lagi berpekan-pekan.
Ketika Daendels tiba di Jawa dia langsung memutuskan untuk membangun jalur transportasi di
sepanjang bagian utara Jawa, demi melindungi pulau penting di bawah kekuasaan Belanda ini dari
serangan Inggris. Dengan adanya jalan ini mobilisasi pasukan Belanda akan menjadi sangat cepat.
Daendels memaksa setiap penguasa lokal sepanjang jalur yang direncanakan itu untuk
mengerahkan rakyatnya membangun jalan yang diinginkan. Dia menetapkan target produksi di
mana jika target ini tidak tercapai maka para penguasa lokal dan rakyatnya akan dibunuh. Potongan
kepala mereka digantung di pohon di sepanjang jalan. Daendels menjalankan kebijakannya ini
dengan keras dan kejam . Dengan disiplin bajanya itu akhirnya Daendels dapat menyelesaikan
jalan yang diimpikannya itu hanya dalam setahun (1808), sebuah prestasi sangat luarbiasa di
zaman itu. Karena pembangunan jalan yang sangat spektakuler dan kekejamannya itu nama
Daendels tetap dikenal sampai sekarang.

berikut beberapa pict nya


Kisahnya

Jalan Daendels adalah jalan yang dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Belanda Herman
Willem Daendels yang menjadi penguasa Hindia Belanda antara tahun 1808 hingga 1811. Jalan
Daendels merentang sepanjang 1000 km menyusuri bagian utara pulau Jawa dan sebagian
besarnya menyusuri pantai laut Jawa. Karena itu, jalan ini kemudian lebih dikenal sebagai jalan
pantura, akronim dari pantai utara. Jalan Daendels saat ini menjadi jalur paling penting di pulau

Jawa . Apalagi, jalan tersebut menghubungkan ujung barat pulau Jawa di pantai Anyer
hingga hampir ujung timur pulau Jawa di Panarukan, Situbondo. Saat ini, jalan tersebut juga menjadi
jalur terpendek untuk melintasi pulau Jawa. Sehingga, jalan Daendels menjadi jalur favorit bagi lalu
lintas barang dan manusia di Jawa. Letaknya yang menyusuri pantai utara pulau Jawa memberinya
nilai strategis. Di sepanjang jalur yang dilalui jalan Daendels, terdapat puluhan pelabuhan besar dan
kecil. Mulai pelabuhan internasional seperti Tanjung Priok di Jakarta, Tanjung Perak di Surabaya
hingga pelabuhan pendaratan ikan nelayan tradisional di Tuban dan Panarukan. Selain itu, di
sepanjang jalan Daendels pula ada ribuan pabrik besar, menengah dan kecil. Mulai industri berat
seperti Semen dan Pupuk di Gresik, pabrik baja di Cilegon dan Lamongan hingga industri kecil
terasi di Palang, Tuban. Awalnya, jalan tersebut dimaksudkan Daendels sebagai jalur mobilisasi
tentara antara Batavia dan Surabaya untuk pertahanan pulau Jawa dari serangan Inggris. Selain itu,
jalur tersebut juga digunakan untuk jalur pos dan penumpang. Menurut catatan, pada tahun 1810
Daendels memerintahkan membeli 200 ekor kuda untuk melayani angkutan pos dan penumpang di
sepanjang jalur itu. Hingga kini pun, jalan Daendels masih merupakan jalur angkutan barang dan
jasa yang belum tergantikan dan belum ada pesaingnya di pulau Jawa. Namun, dibalik peran
strategis jalan Daendels selama 200 tahun terakhir, pembangunan jalan Daendels juga mendapat
reaksi keras dari para aktivis dan intelektual. Sebab, jalan tersebut dibangun dengan mengorbankan

rakyat Jawa . Daendels menekan penguasa lokal untuk membangun atau memperlebar
jalan yang sudah ada dengan target sekian kilometer dan dalam waktu satu tahun seluruh jalur trans
Jawa itu harus sudah selesai. Jika gagal memenuhi target, penguasa lokal tersebut beserta para
pekerjanya akan dibunuh dan kepalanya digantung di kanan- kiri jalan yang sedang dibangun.
Akibatnya, para penguasa lokal mengerahkan rakyatnya untuk bekerja keras tanpa imbalan.
Sehingga, banyak diantara mereka yang menjadi korban kelaparan. Selain itu, serangan malaria
juga menjadi pembunuh kedua setelah kelaparan. Menurut sumber Inggris, 12.000 orang tercatat
tewas dalam pengerjaan proyek raksasa itu. Tapi, jumlah korban sebenarnya diyakini jauh
lebih besar. Pembangunan jalur yang sejak beroperasi pada tahun 1809 hingga hari ini menjadi jalur
utama mobilisasi barang dan penumpang di pulau Jawa pun menjadi kontroversi. Di
satu sisi, peran strategisnya hingga hari ini belum tergantikan. Sementara di sisi lain,
pembangunannya telah mengorbankan ribuan nyawa yang menurut sastrawan Pramoedya Ananta
Toer adalah genosida manusia Jawa.

pict again
]
Udah Ramai Sekarang

jd perangko

]
pict
Rumah Gubernur Inggris Thomas Stamford Raffles terletak kurang lebih 300 meter ke arah Utara
Benteng Marlborough, Provinsi Bengkulu, Indonesia. Diantara kedua bangunan ini terdapat Monument
Thomas Parr.

Thomas Stamford Raffles merupakan Gubernur terakhir Inggris di Bengkulu sebelum akhirnya
penguasaan Inggris terhadap Bengkulu yang kemudian diambil alih oleh Pemerintah Kolonial Belanda
dengan Pulau Kecil di ujung Semenanjung Malaka, Singapura. Dalam masa kekuasaannya Raffles tinggal
di rumah ini yang selain digunakan sebagai tempat tinggal, juga dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas
dalam pemerintahannya.

Menurut cerita pada masanya terdapat terowongan bawah tanah yang menghubungkan Rumah Gubernur
ini dengan sisi dalam Benteng Marlborough dengan melalui sisi bawah monumen thomas Parr.

Rumah Kediaman Gubernur Thomas Stamford Raffles ini dibangun dengan corak arsitektur Eropa
dengan tiang-tiang besar yang berjajar di sisi depan bangunan yang mengesankan kekuatan dan
kemegahan, berserta dinding-dinding yang tebal dengan bingkai jendela yang lebar yang merupakan ciri
khas bangunan Bangsa Eropa pada masa itu. Sekarang gedung ini dimanfaatkan sebagai rumah
kediaman Gubernur Bengkulu dan digunakan pula sebagai tempat melakukan berbagai aktifitas pemerin

Anda mungkin juga menyukai