Anda di halaman 1dari 19

PERTEMUAN I | Regulasi Terkait Perusahaan Efek

HUKUM DAN ETIKA


Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your
Customer)

Didukung

Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower II Lantai 1, Jl. Jend. Sudirman Kav 52-53,
Jakarta Selatan 12190 | Telp (021) 515 0 515 ext. 8102, 8103
www.ticmi.co.id

i
Materi Pelatihan WPPE | Edisi 1 - 2015
Daftar Isi

A. Maksud dan Tujuan dari Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah .............................................. 1


A.1 Tujuan Prinsip Mengenal Nasabah........................................................................................ 1

A.2 Pentingnya Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Perusahaan Efek Di Pasar Modal Indonesia ................. 1

B. Risiko Yang Dapat Dihindarkan Dengan Adanya Prinsip Mengenal Nasabah ............................ 1
B.1 Risiko Reputasi................................................................................................................. 1

B.2 Risiko Operasional ............................................................................................................ 1

B.3 Risiko Hukum................................................................................................................... 1

B.4 Risiko Keuangan ............................................................................................................... 2

B.5 Risiko konsentrasi ............................................................................................................. 2

C. Empat Unsur Utama Kebijakan PMN ...................................................................................... 2


C.1 Identifikasi nasabah .......................................................................................................... 2

C.2 Verifikasi Nasabah ............................................................................................................ 4

C.3 Pemantauan Transaksi....................................................................................................... 5

C.4 Pelaporan ........................................................................................................................ 5

D. Bilamana PMN harus diterapkan? .......................................................................................... 5


E. Apa yang akan terjadi jika Nasabah atau Calon Nasabah tidak mau memberikan informasi/
dokumen yang diperlukan dalam PMN? ................................................................................ 5
F. Pengawasan Aktif Oleh Direksi Dan Dewan Komisaris ............................................................ 5
F.1 Pengawasan Aktif Oleh Direksi Penyedia Jasa Keuangan .......................................................... 5

F.2 Pengawasan Aktif Oleh Dewan Komisaris .............................................................................. 5

G. Penanggung Jawab Penyedia Jasa Keuangan dalam Penerapan PMN di Pasar Modal............... 6
G.1 Jabatan/Pejabat yang menjadi Penangung Jawab ................................................................... 6

G.2 Unit Kerja Khusus ............................................................................................................. 6

G.3 Penugasan Jabatan ........................................................................................................... 6

H. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penanggung Jawab Penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah Penyedia Jasa Keuangan di Pasar Modal ................................................................ 6
H.1 Tugas .............................................................................................................................. 6
H.2 Tanggung Jawab............................................................................................................... 6

H.3 Wewenang ...................................................................................................................... 7

I. Kebijakan dan Prosedur yang Dilakukan dalam PMN .............................................................. 7


I.1 Identifikasi......................................................................................................................... 7

I.2 Verifikasi ........................................................................................................................... 8

I.3 Pemantauan dan pengkinian ................................................................................................ 10

I.4 Pelaporan ......................................................................................................................... 11

I.5 CDD oleh Pihak Ketiga ...................................................................................................... 11

I.6 Manajemen Risiko .............................................................................................................. 11

I.7 Administrasi Dokumen ........................................................................................................ 11

i
Modul Hukum dan Etka WPPE
J. Penggunaan dan Penyalahgunaan PMN di Pasar Modal ........................................................ 12
K. Bagaimanakah Norma PMN membantu Stakeholder di Pasar Modal? .................................... 12
L. Siapa yang menjadi kontak Nasabah atau Calon Nasabah di Perusahaan Efek untuk PMN? ... 12
M. Sumber Daya dan Pelatihan ................................................................................................ 12
N. Implentasi Daftar Terduga Teroris ...................................................................................... 12
O. Organisasi Teroris .............................................................................................................. 13

ii
Modul Hukum dan Etka WPPE
PRINSIP MENGENAL NASABAH (PMN) OLEH PENYEDIA JASA KEUANGAN DI
SEKTOR PASAR MODAL INDONESIA

Prinisip Mengenal Nasabah (“PMN”) (atau dikenal dengan istilah “Know Your Customer / KYC”) merupakan
prinsip-prinsip yang diterapkan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar modal untuk mengetahui dan
memahami nasabah mereka agar dapat melayani mereka lebih baik serta memantau transaksi keuangan
mereka dalam rangka mengelola risiko perusahaan secara hati-hati. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar
Modal dalam hal ini adalah Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek,
Perantara Pedagang Efek, dan/atau Manajer Investasi, serta Bank Umum yang menjalankan fungsi Kustodian.

A. Maksud dan Tujuan dari Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah


A.1 Tujuan Prinsip Mengenal Nasabah
Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal diterapkan dengan
tujuan untuk:
1. Mengetahui latar belakang dan identitas nasabah;
2. Memantau rekening efek dan transaksi nasabah; dan
3. Melaporkan transaksi keuangan mencurigakan dan/atau transaksi keuangan yang dilakukan
secara tunai, yang terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang
dan/atau pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pendanaan terorisme.

Tujuan lain dari kebijakan PMN disini adalah memperoleh visibilitas ke sumber-sumber keuangan
nasabah dengan melihat profil nasabah. Tujuan dasarnya adalah untuk memperoleh pemahaman
tentang risiko nasabah untuk bisnis di Pasar Modal. Terkadang, dapat dimungkingkan bahwa dalam
berivestasi di Pasar Modal, nasabah memanfaatkan Perusahaan Efek untuk memfasilitasi pencucian
uang atau pendanaan terorisme.

A.2 Pentingnya Prinsip Mengenal Nasabah Bagi Perusahaan Efek Di Pasar Modal Indonesia
1. Berperan dalam memverifikasi identitas klien. Identifikasi dan verifikasi identitas nasabah
dilakukan dengan menggunakan sumber data, informasi, dan dokumen pendukung yang
independen dan handal.
2. Berperan dalam memastikan informasi terkait sifat pekerjaan / bisnis nasbahserta tujuan
investasi.
3. Berperan dalam mendeteksi aktivitas penipuan, aktivitas yang tidak biasa atau mencurigakan,
mengurangi berbagai jenis risiko di Pasar Modal. serta melindungi Perusahaan Efek dari
tindakan memfasilitasi atau mendorong pencucian uang dan/atau pendanaan terorisme yang
dapat merusak integritas sistem keuangan.
4. Berperan dalam mengidentifikasi seluruh risiko yang mungkin ditimbulkan dari setiap nasabah
dan/atau kelompok nasabah terhadap aset serta kewajiban perusahaan.

B. Risiko Yang Dapat Dihindarkan Dengan Adanya Prinsip Mengenal Nasabah

B.1 Risiko Reputasi


Reputasi atau nama baik perusahaan mempengaruhi keberhasilan bisnisnya, dilihat dari
kemampuannya untuk menarik karyawan, nasabah, dan pendanaan.
Jika ada nasabah diizinkan melakukan transaksi ilegal melalui bisnis yang dikelolanya, maka reputasi
perusahaan akan mengalami kerusakan meskipun telah diperbaiki. Kebijakan PMN yang kuatakan
mencegah investor untuk memanfaatkan perusahaan sebagai kendaraan dalam melakukan kegiatan
ilegal.

B.2 Risiko Operasional


Risiko terjadi karena rusaknya proses internal perusahaan, akibatnya merusak sistem dan manajemen
perusahaan efek itu sendiri. Jika kebijakan PMN tidak berjalan baik, maka sumber daya operasional
terbuang.

B.3 Risiko Hukum


Jika perusahaan digunakan sebagai kendaraan untuk melakukan aktivitas ilegal, Perusahaan tidak
saja menghadapi risiko denda dan hukuman, tetapi yang terburuk adalah perusahaan dapat dipaksa
untuk menghentikan kegiatan operasionalnya.
Selain risiko hukum, keterlibatan dalam kegiatan ilegal dapat menyebabkan penilaian pihak ketiga
dan kontrak dengan pihak ketiga tidak dapat dilaksanakan, akibat timbulnya tindakan hukum atau
tuntutan hukum. Karena sifat bisnis dari Perusahan Efek, maka risiko ini tidak pernah sepenuhnya
dihilangkan.

1
Modul Hukum dan Etka WPPE
Dengan menerapkan kebijakan PMN yang benar, perusahaan dapat mengurangi kemungkinan
timbulnya risiko hukum dimasa yang akan datang, baik untuk dirinya sendiri ataupun pegawainya

B.4 Risiko Keuangan


Jika Perusahaan Efek tidak cukup dalam melakukan identifikasi dan verifikasi nasabah, maka
Perusahaan Efek bisa saja menerima nasabah yang mengaku sebagi seseorang yang tidak sesuai
dengan profil diri mereka yang sesungguhnya. Konsekuensinya adalah Perusahaan Efek tidak akan
mengetahui asal profil identitas asli dari nasabahnya. Jika PerusahaanEfek tidak mengetahui identitas
sebenarnya dari pelanggan atau nasabah, maka Perusahaan Efek juga akan sulit untuk mengambil
uang milik perusahan dari tangan nasabah yang berutang.

B.5 Risiko konsentrasi


Risiko yang terjadi ketika perusahaan terlalu fokus pada satu nasabahatau kelompok nasabah. Jika
dana tersebut tiba-tiba ditarik, maka akan mengganggu stabilitas operasional sebuah Perusahaan
Efek.

C. Empat Unsur Utama Kebijakan PMN

C.1 Identifikasi nasabah


Identifikasi data pelanggan adalah kebijakan PMN tahap awal yang terbaik untuk memutuskan
apakah calon pelanggan akan diterima atau ditolak dan untuk mengetahui apakah perusahaan dapat
memantau transaksi dan rekening nasabah.Melalui proses identifikasi pelanggan yang efektif,
perusahaan akan mampu menangani para pelanggannya dengan cara yang tepat.

Penerimaan, Identifikasi, dan Verifikasi Nasabah


a. Sebelum Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal menerima suatu Pihak menjadi Nasabah
yang berinvestasi di Pasar Modal, baik melalui atau tanpa melalui pembukaan rekening Efek,
Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan pertemuan langsung (face to
face) dengan calon Nasabah dan meminta informasi mengenai:
1) latar belakang dan identitas calon Nasabah;
2) maksud dan tujuan pembukaan rekening Efek calon Nasabah;
3) informasi lain yang memungkinkan Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal untuk dapat
mengetahui profil calon Nasabah; dan
4) identitas Pihak lain (beneficial owner), dalam hal calon Nasabah bertindak untuk dan atas
nama Pihak lain (beneficial owner).
b. Informasi mengenai calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dapat dibuktikan
dengan keberadaan dokumen-dokumen pendukung.
c. Informasi dan dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada huruf b bagi:
1) Calon Nasabah perorangan, sekurang-kurangnya terdiri dari:
a. latar belakang dan identitas Nasabah yang memuat:
(1) nama;
(2) jenis kelamin;
(3) alamat atau tempat tinggal sesuai KTP dan nomor telepon;
(4) alamat tempat tinggal terkini dan nomor telepon (jika ada);
(5) tempat dan tanggal lahir;
(6) status perkawinan; dan
(7) kewarganegaraan;
b. keterangan mengenai pekerjaan;
c. alamat tempat kerja dan nomor telepon;
d. specimen tanda tangan;
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Nasabah yang diwajibkan memiliki NPWP sesuai
dengan ketentuan yang berlaku ;
f. keterangan mengenai sumber dana;
g. rata-rata penghasilan;
h. maksud dan tujuan investasi;
i. nama bank Nasabah dan nomor rekening Nasabah di bank; dan
j. informasi dan dokumen lain yang memungkinkan Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar
Modal untuk dapat mengetahui profil calon Nasabah.
2) Calon Nasabah perusahaan, badan hukum, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang
terorganisir, sekurang-kurangnya terdiri dari:
(1) nama, alamat, dan nomor telepon perusahaan, badan hukum, usaha bersama, asosiasi,
atau kelompok yang terorganisir;
(2) bentuk badan usaha atau badan hukum;
(3) akta pendirian atau anggaran dasar sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku berikut perubahannya yang terakhir;
2
Modul Hukum dan Etka WPPE
(4) tempat dan tanggal pendirian perusahaan, badan hukum, usaha bersama, asosiasi,
atau kelompok yang terorganisir;
(5) izin usaha atau izin lainnya dari instansi yang berwenang;
(6) surat keterangan domisili;
(7) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Nasabah yang diwajibkan memiliki NPWP sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
(8) laporan keuangan terkini atau deskripsi kegiatan usaha;
(9) struktur manajemen atau kepengurusan;
(10) struktur kepemilikan untuk perusahaan atau struktur pendiri untuk yayasan, asosiasi,
atau kelompok yang terorganisir;
(11) dokumen identitas pengurus yang berwenang mewakili perusahaan, badan hukum,
usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisir;
(12) dokumen atau informasi mengenai pengendali akhir dari perusahaan, badan hukum,
usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisir;
(13) nama, specimen tanda tangan dari penerima kuasa, dan surat kuasa dari pejabat yang
berwenang kepada penerima kuasa guna bertindak untuk dan atas nama perusahaan,
badan hukum, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisir dalam
berinvestasi di Pasar Modal, termasuk memberikan instruksi sehubungan dengan
rekening Efek Nasabah;
(14) keterangan mengenai sumber dana;
(15) maksud dan tujuan investasi;
(16) nama bank Nasabah dan nomor rekening Nasabah di bank; dan
(17) informasi dan dokumen lain yang memungkinkan Penyedia Jasa Keuangan di bidang
Pasar Modal untuk dapat mengetahui profil calon Nasabah.
3) Calon Nasabah berupa lembaga pemerintah atau lembaga internasional sekurang-kurangnya
berupa nama, alamat kedudukan lembaga atau perwakilan, specimen tanda tangan dari Pihak-
Pihak yang ditunjuk atau berwenang mewakili lembaga tersebut dan surat penunjukan atau
kuasa dari Pihak yang berwenang.
4) Dalam hal calon Nasabah bertindak untuk dan atas nama Pihak lain (beneficial owner) untuk
membuka rekening Efek, Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib memperoleh
dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka 2), dan angka 3) terkait
Pihak lain (beneficial owner) dimaksud dan hubungan hukum, penugasan, serta kewenangan
bertindak untuk dan atas nama Pihak lain (beneficial owner) dimaksud.
d. Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan identifikasi dan verifikasi atas
informasi dan dokumen pendukung mengenai calon Nasabah (customer due diligence) dengan
melakukan hal-hal antara lain:
1) meneliti kebenaran informasi dan dokumen dan mengidentifikasi adanya kemungkinan hal-hal
yang tidak wajar atau mencurigakan;
2) dalam hal terdapat keraguan atas informasi dan dokumen yang diterima, Penyedia Jasa
Keuangan di bidang Pasar Modal wajib memastikan kebenaran identitas, informasi, dan
dokumen calon Nasabah, antara lain dengan cara:
a) melakukan wawancara dengan calon Nasabah untuk meneliti dan meyakini keabsahan dan
kebenaran dokumen;
b) meminta dokumen identitas lain yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang;
c) melakukan konfirmasi mengenai kebenaran mengenai kewenangan Pihak yang mewakili
atau bertindak untuk dan atas nama Pihak lain (beneficial owner), jika calon Nasabah
bertindak sebagai kuasa dari atau mewakili Pihak lain (beneficial owner);
i. melakukan pemeriksaan silang untuk memastikan adanya konsistensi dari berbagai
informasi yang disampaikan oleh calon Nasabah; dan
ii. melakukan penelaahan mengenai pengendali calon Nasabah.
e. Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan verifikasi yang lebih ketat
(enhanced due diligence) terhadap calon Nasabah dan pengendali calon Nasabah yang dianggap
dan/atau diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi terhadap praktik pencucian uang dan/atau
risiko tinggi terkait dengan Pendanaan Kegiatan Terorisme. Tingkat risiko tersebut dapat dilihat
dari:
1) latar belakang atau profil calon Nasabah dan pengendali calon Nasabah yang termasuk Orang
yang Populer Secara Politis (politically exposed person) atau Nasabah yang Berisiko Tinggi
(high risk customer);
2) bidang usaha calon Nasabah yang termasuk Usaha yang Berisiko Tinggi (high risk business);
3) negara atau teritori asal calon Nasabah, domisili calon Nasabah, atau dilakukannya transaksi
yang termasuk Negara yang Berisiko Tinggi (high risk countries); dan/atau
4) pihak-pihak yang tercantum dalam daftar nama-nama teroris; sebagaimana tercantum dalam
daftar yang dimuat dalam Lampiran 1 Peraturan ini.
f. Verifikasi yang lebih ketat (enhanced due diligence) terhadap calon Nasabah dan pengendali calon
Nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf e dilakukan antara lain dengan cara sebagai berikut:

3
Modul Hukum dan Etka WPPE
1) verifikasi terhadap informasi dan dokumen calon Nasabah dan pengendali calon Nasabah
sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak hanya berdasarkan informasi dan dokumen yang
diberikan oleh calon Nasabah tersebut, namun didasarkan pada kebenaran informasi dan
dokumen, kebenaran sumber informasi dan dokumen, dan jenis informasi dan dokumen
yang terkait; dan
2) verifikasi hubungan bisnis yang dilakukan oleh calon Nasabah dimaksud dengan Pihak ketiga.
g. Dalam hal calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf c butir 4) merupakan Penyedia Jasa
Keuangan lain di bidang Pasar Modal di dalam negeri, maka Penyedia Jasa Keuangan di bidang
Pasar Modal cukup menerima pernyataan tertulis bahwa Penyedia Jasa Keuangan lain di bidang
Pasar Modal di dalam negeri tersebut telah memperoleh serta melakukan verifikasi dan identifikasi
atas dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada huruf c dan bersedia memberikan
informasi dan salinan dokumen pendukung Nasabah jika dibutuhkan oleh Penyedia Jasa Keuangan
di bidang Pasar Modal.
h. Dalam hal calon Nasabah sebagaimana dimaksud pada huruf c butir 4) merupakan Penyedia Jasa
Keuangan lain di bidang Pasar Modal di luar negeri yang menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah
yang sekurang-kurangnya setara dengan Peraturan ini, maka Penyedia Jasa Keuangan di bidang
Pasar Modal cukup menerima pernyataan tertulis bahwa Penyedia Jasa Keuangan lain di bidang
Pasar Modal di luar negeri tersebut telah memperoleh dokumen pendukung Pihak lain dan telah
melakukan verifikasi dan identifikasi atas dokumen dimaksud dan bersedia memberikan informasi
dan salinan dokumen pendukung Nasabah jika dibutuhkan oleh Penyedia Jasa Keuangan di bidang
Pasar Modal. Jika Prinsip Mengenal Nasabah di negara Penyedia Jasa Keuangan lain di bidang
Pasar Modal luar negeri tersebut tidak setara dengan peraturan ini, maka Penyedia Jasa Keuangan
di bidang Pasar Modal wajib menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah berdasarkan peraturan ini.
i. Persetujuan pembukaan rekening Efek atau hubungan usaha dapat diberikan setelah meyakini
kebenaran identitas dan kelengkapan dokumen calon Nasabah serta mempertimbangkan faktor-
faktor yang dapat memungkinkan Nasabah melakukan kegiatan pencucian uang dan/atau
Pendanaan Kegiatan Terorisme, antara lain catatan, dokumen, daftar, informasi mengenai
pelanggaran dan/atau kejahatan.
j. Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal dilarang untuk membuka atau memelihara
rekening Efek anonim atau rekening Efek yang menggunakan nama fiktif.
k. Pembukaan rekening Efek atau hubungan usaha dengan calon Nasabah yang dianggap dan/atau
diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi sebagaimana dimaksud pada huruf e wajib terlebih
dahulu memperoleh persetujuan dari anggota direksi atau manajemen senior Penyedia Jasa
Keuangan di bidang.

C.2 Verifikasi Nasabah


Proses verifikasi nasabah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka memastikan kebenaran
data dan informasi yang disampaikan oleh nasabah. Tahapan ini sangat penting untuk menghindari
adanya data dan informasi palsu yang disampaikan oleh nasabah. Kegiatan verifikasi terhadap
nasabah disesuaikan dengan tingkat risiko nasabah yang diperoleh pada saat melakukan identifikasi
nasabah.
Pemantauan Rekening Efek dan Transaksi Nasabah, Pengkinian Data Nasabah, dan Penatausahaan
Dokumen
1. Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib memiliki sistem informasi yang dapat
mengidentifikasi, menganalisa, memantau, dan menyediakan laporan secara efektif mengenai
karakteristik transaksi yang dilakukan oleh Nasabah Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar
Modal.
2. Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada huruf a harus dapat memungkinkan Penyedia Jasa
Keuangan di bidang Pasar Modal untuk menelusuri setiap transaksi, apabila diperlukan, termasuk
untuk penelusuran atas identitas Nasabah, bentuk transaksi, tanggal transaksi, jumlah dan
denominasi transaksi, serta sumber dana yang digunakan untuk transaksi.
3. Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan pemantauan rekening Efek dan
transaksi Nasabah termasuk pemantauan dan analisa terkait dengan kemungkinan tindak pidana
asal (predicate offense) dan Pendanaan Kegiatan Terorisme.
4. Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan evaluasi terhadap hasil
pemantauan rekening Efek dan transaksi Nasabah untuk memastikan ada tidaknya transaksi yang
mencurigakan yang tidak dapat dijelaskan oleh Nasabah secara meyakinkan serta melaporkan
temuan tersebut kepada PPATK.
5. Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan verifikasi yang lebih ketat
(enhanced due diligence) terhadap Nasabah dengan pendekatan berbasis risiko, antara lain
apabila: terdapat perubahan profil atau informasi penting Nasabah yang signifikan sesuai dengan
tingkat risiko sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Penerimaan, Identifikasi, dan Verifikasi
Nasabah huruf e; terdapat peningkatan nilai transaksi atau trading limit yang signifikan; dan/atau
perintah transaksi dilakukan oleh pemegang rekening Efek tanpa adanya alas hukum yang sah.

4
Modul Hukum dan Etka WPPE
6. Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib menatausahakan hasil pemantauan dan
evaluasi rekening Efek dan transaksi Nasabah, baik yang dilaporkan maupun yang tidak dilaporkan
kepada PPATK.
7. Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib melakukan pengkinian data Nasabah dalam
hal terdapat perubahan terhadap dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam penjelasan
Penerimaan, Identifikasi, dan Verifikasi Nasabah.
8. Penyedia Jasa Keuangan di bidang Pasar Modal wajib menatausahakan dokumen-dokumen
sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Penerimaan, Identifikasi, dan Verifikasi Nasabah dan
pada huruf f dan huruf g dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun sejak Nasabah
menutup rekening Efeknya.

C.3 Pemantauan Transaksi


Dalam kebijakan PMN yang efektif, rekening nasabah dan transaksi nasabah akan dipantau secara
teratur, sehingga kegiatan yang tidak biasa atau perilaku yang mencurigakan dapat terdeteksi lebih
awal. Frekuensi atau kedalaman pemantauan nasabah secara berkala dapat disesuaikan dengan
tingkat risiko nasabah.

C.4 Pelaporan
Manajemen risiko yang baik harus dapat memastikan bahwa perusahan mampu mengidentifikasi,
menginvestigasi serta mengelola risiko yang ditimbulan oleh kegiatan pencucian uang ataupun
kegiatan kriminal lainnya.

D. Bilamana PMN harus diterapkan?


PMN akan dilakukan pada tahapan-tahapan sebagai berikut:
A. Pada saat akan membuka rekening baru;
B. Pada saat nasabah tersebut masih menjadi nasabah di Perusahaan Efek;
C. Ketika Perusahaan Efek merasa perlu untuk memperoleh informasi tambahan dari nasabah lama
(existing customer) atau pemilik manfaat (Beneficial Owner) nasabah tersebut; dan/atau
D. Terdapat indikasi transaksi keuangan yang mencurigakan yang terkait dengan Pencucian Uang dan
Pendanaan Terorisme.

E. Apa yang akan terjadi jika Nasabah atau Calon Nasabah tidak mau memberikan
informasi/ dokumen yang diperlukan dalam PMN?
1. Perusahaan Efek berhak menolak untuk membuka rekening Calon Nasabah.
2. Perusahaan Efek berhak menghentikan hubungan bisnisnya dengan Nasabah.

F. Pengawasan Aktif Oleh Direksi Dan Dewan Komisaris

F.1 Pengawasan Aktif Oleh Direksi Penyedia Jasa Keuangan


1. Memastikan bahwa Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal memiliki pedoman penerapan
Prinisp Mengenal Nasabah.
2. Mengusulkan pedoman penerapan Prinsip Mengenal Nasabah kepada Dewan Komisaris;
3. Memastikan bahwa penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dilaksanakan sesuai dengan pedoman
penerapan yang telah ditetapkan.
4. Memastikan bahwa pedoman penerapan Prinsip Mengenal Nasabah sejalan dengan perubahan
dan pengembangan produk, jasa, dan teknologi Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal
serta sesuai dengan perkembangan modus Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme dan
5. Memastikan bahwa seluruh pegawai yang terkait dengan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
telah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah secara
berkala.
6. Bank Kustodian yang merupakan Kantor Cabang Bank Asing, pengawasan aktif dilakukan oleh
pimpinan Kantor Cabang Bank Asing tersebut.
F.2 Pengawasan Aktif Oleh Dewan Komisaris
1. Memberikan persetujuan pedoman penerapan Prinsip Mengenal Nasabah yang diusulkan oleh
Direksi.
2. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan tanggung jawab Direksi terhadap penerapan Prinsip
Mengenal Nasabah, dan
3. Memastikan adanya pembahasan terkait Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme dalam rapat
Direksi dan Dewan Komisaris.

5
Modul Hukum dan Etka WPPE
G. Penanggung Jawab Penyedia Jasa Keuangan dalam Penerapan PMN di Pasar
Modal
G.1 Jabatan/Pejabat yang menjadi Penangung Jawab
1. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib membentuk unit kerja khusus atau
menugaskan pejabat sebagai penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
2. Direktur utama Penyedia Jasa Keuangan tidak dapat menjadi penanggung jawab penerapan
Prinsip Mengenal Nasabah.
3. Dalam hal Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal merupakan Perusahaan Efek yang
melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek, dan/atau
Manajer Investasi dalam satu badan usaha, Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal
dapat hanya memiliki satu penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
4. Dalam hal Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal merupakan Bank Kustodian,
penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dapat ditugaskan kepada penanggung
jawab Bank Kustodian atau dirangkap oleh penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah pada Bank Umum.

G.2 Unit Kerja Khusus


1. Unit kerja khusus paling kurang terdiri dari 1 (satu) orang yang bertindak sebagai pimpinan
dan 1 (satu) orang yang bertindak sebagai pelaksana;
2. Pimpinan dan pelaksana pada unit kerja khusus dilarang merangkap untuk melaksanakan fungsi
lainnya;
3. Pimpinan unit kerja khusus ditetapkan/diangkat oleh direktur utama;
4. Unit kerja khusus berada di bawah koordinasi direktur utama secara langsung dalam struktur
organisasi Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal; dan
5. Unit kerja khusus bersifat independen dari fungsi lainnya.

G.3 Penugasan Jabatan


Dalam hal Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal menugaskan pejabat sebagai penanggung
jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, pejabat tersebut harus ditetapkan atau diangkat oleh
Direktur Utama dan hanya dapat merangkap untuk melaksanakan fungsi manajemen risiko, fungsi
kepatuhan, dan/atau fungsi audit internal.

H. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penanggung Jawab Penerapan Prinsip


Mengenal Nasabah Penyedia Jasa Keuangan di Pasar Modal

H.1Tugas
Penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah mempunyai tugas paling kurang sebagai
berikut:
1. Menyusun dan memelihara pedoman penerapan Prinsip Mengenal Nasabah;
2. Memastikan bahwa prosedur identifikasi, verifikasi, dan pemantauan Nasabah masih memadai;
3. Memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan Nasabah telah mengakomodasi data yang
diperlukan dalam pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah;
4. Memantau rekening Efek dan pelaksanaan transaksi Nasabah;
5. Melakukan evaluasi terhadap hasil pemantauan dan analisis transaksi Nasabah untuk
memastikan ada atau tidak adanya Transaksi Keuangan Mencurigakan dan/atau transaksi
keuangan yang dilakukan secara tunai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme;
6. Melakukan administrasi dokumen hasil pemantauan dan evaluasi;
7. Memantau pengkinian data dan profil Nasabah;
8. Melakukan pengawasan terkait penerapan Prinsip Mengenal Nasabah terhadap unit-unit kerja
terkait;
9. Menerima dan melakukan analisis atas laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan/atau
transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai yang dilaporkan oleh unit-unit kerja yang
ditugaskan; dan
10. Menyusun laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan/atau transaksi keuangan secara tunai
sesuai dengan peraturan perundang-undangan terkait dengan Pencucian Uang dan/atau
Pendanaan Terorisme yang wajib dilaporkan kepada PPATK.

H.2 Tanggung Jawab


Penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah mempunyai uraian tanggung jawab paling
kurang sebagai berikut:
1. Memastikan seluruh kegiatan dalam rangka penerapan Prinsip Mengenal Nasabah terlaksana;

6
Modul Hukum dan Etka WPPE
2. Memantau, menganalisis, dan merekomendasikan kebutuhan pelatihan tentang penerapan
Prinsip Mengenal Nasabah bagi pejabat dan/atau pegawai Penyedia Jasa Keuangan di Sektor
Pasar Modal; dan
3. Menjaga kerahasiaan informasi terkait penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.

H.3 Wewenang
Penanggung jawab penerapan Prinsip Mengenal Nasabah mempunyaiwewenang paling kurang
sebagai berikut:
1. Memperoleh akses terhadap informasi yang dibutuhkan yang ada di seluruh unit organisasi
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal;
2. Melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah oleh
unit-unit kerja terkait;
3. Mengusulkan pejabat dan/atau pegawai unit kerja terkait untuk membantu pelaksanaan Prinsip
Mengenal Nasabah; dan
4. Melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan yang dilakukan oleh Direksi, Dewan Komisaris,
atau Pihak terafiliasi dengan Direksi atau Dewan Komisaris, secara langsung kepada PPATK.

I. Kebijakan dan Prosedur yang Dilakukan dalam PMN


Fungsi dari PMN di Pasar Modal Indonesia pada dasarnya adalah untuk menentukan dan mengetahui asal
usul identitas dari klien, ini berarti mengidentifikasi pelanggan dan melakukam verifikasi dengan cara
yang handal, menggunakan sumber dokumen yang independen, dan menggunakan data dan informasi
yang dapat dipercaya.

I.1 Identifikasi
1. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib meminta data dan informasi kepada calon
Nasabah.
2. Data dan informasi calon Nasabah adalah sebagai berikut:
Data Calon Nasabah Perseorangan Data Calon Nasabah Non Perserorangan
a) Data sesuai dengan dokumen identitas, a) Nama;
yaitu: b) Nomor izin atau nomor izin usaha dari
(a). Nama; instansi berwenang;
(b). Nomor identitas; c) Bidang usaha/kegiatan;
(c). Alamat; d) Alamat kedudukan;
(d). Tempat dan tanggal lahir; e) Nomor telepon;
(e). Jenis kelamin; dan f) Tempat dan tanggal pendirian;
(f). Kewarganegaraan; g) Identitas Pemilik Manfaat (Beneficial
b) Alamat tempat tinggal terkini (jika Owner) (jika ada);
berbeda dengan dokumen identitas); h) Sumber dana;
c) Nomor telepon; i) Maksud dan tujuan investasi; dan
d) Status perkawinan; j) Nama bank dan nomor rekening.
e) Pekerjaan;
f) Alamat dan nomor telepon tempat
kerja (jika ada);
g) Rata-rata penghasilan per tahun;
h) Sumber dana;
i) Maksud dan tujuan investasi;
j) Identitas Pemilik Manfaat (Beneficial
Owner) (jika ada); dan
k) Nama bank dan nomor rekening.
3. Data dan Informasi diatas paling sedikit dilampirkan spesimen tanda tangan dan dokumen
pendukung yang harus diberikan kepada Penyedia Jasa Keuangan sebagai dokumen pendukung,
diantaranya adalah sebagai berikut:
(1) Untuk Orang-Perserorangan
a) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), bagi Warga Negara Indonesia;
b) Fotokopi Paspor, bagi Warga Negara Asing.
(2) Untuk Non Perseorangan
1). Badan Usaha
a) Fotokopi anggaran dasar perusahaan;
b) Fotokopi izin usaha dari instansi yang berwenang;
c) Spesimen tanda tangan penerima kuasa;
d) Surat kuasa dari pejabat yang berwenang kepada penerima kuasa, guna bertindak
untuk dan atas nama calon Nasabah atau Nasabah dalam berinvestasi di Pasar Modal,
termasuk memberikan instruksi sehubungan dengan rekening Efek calon Nasabah;
e) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
f) Laporan keuangan atau deskripsi kegiatan usaha;
7
Modul Hukum dan Etka WPPE
g)
Fotokopi surat keterangan domisili;
h)
Struktur manajemen atau kepengurusan;
i)
Struktur kepemilikan atau struktur pendiri;
j)
Fotokopi dokumen identitas pengurus/ Direksi yang berwenang mewakili calon
Nasabah; dan
k) Dokumen mengenai pengendali akhir.
2). Yayasan
a) Fotokopi izin bidang kegiatan yayasan;
b) Deskripsi kegiatan yayasan;
c) Struktur dan nama pengurus yayasan; dan
d) Fotokopi dokumen identitas anggota pengurus yang berwenang mewakili yayasan
untuk melakukan hubungan usaha dengan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar
Modal.
3). Badan Hukum lainnya
a) Fotokopi bukti pendaftaran pada pihak yang berwenang;
b) Nama penyelenggara; dan
c) Fotokopi dokumen identitas pihak yang berwenang mewakili badan hukum dalam
melakukan hubungan usaha dengan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal.
4). Untuk Kelompok Terorganisasi, Asosiasi, dan Perkumpulan lainnya yang bukan Badan
Hukum
a) Fotokopi bukti pendaftaran pada pihak yang berwenang;
b) Nama penyelenggara;
c) Fotokopi akta pendirian dan/atau anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
(AD/ART); dan
d) Fotokopi dokumen identitas pihak yang berwenang mewakili kelompok terorganisasi,
asosiasi, dan perkumpulan yang bukan badan hukum dalam melakukan hubungan
usaha dengan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal.

I.2 Verifikasi
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib mengelompokkan calon Nasabah atau Nasabah
berdasarkan tingkat risiko terjadinya Pencucian Uang atau Pendanaan Terorisme, terdiri dari 3 (tiga)
klasifikasi risiko, yaitu risiko rendah, menengah, dan tinggi. Tingkat risiko nasabah tidak
mempengaruhi data, informasi, dan dokumen pendukung sebagaimana diminta pada proses
identifikasi. Akan tetapi, mempengaruhi proses verifikasi dan pemantauan yang dilakukan terhadap
nasabah.
1. Kelompok risiko rendah
1) Kriteria:
(a) Berdasarkan profil:
(1) Merupakan penerima Efek dalam rangka Employee Stock Ownership Program
(ESOP) dan/atau Management Stock Ownership Program (MSOP) dari Emiten
atau Perusahaan Publik;
(2) Berupa Emiten atau Perusahaan Publik;
(3) Perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Pemerintah;
(4) Berupa Lembaga Negara atau Instansi Pemerintah; atau
(5) Berupa lembaga internasional dimana Pemerintah atau yang mewakili menjadi
anggota.
(b) Pihak yang melakukan pemesanan Efek di pasar perdana paling banyak senilai
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); atau
(c) Jumlah transaksi tidak mencapai kriteria tingkat risiko menengah.
2) Verifikasi yang dilakukan:
(a) Meneliti kebenaran data dan informasi yang disampaikan calon Nasabah atau
Nasabah berdasarkan dokumen pendukung; dan
(b) Memastikan data dan informasi tersebut adalah data terkini.

2. Kelompok risiko mengengah


1) Kriteria
a) Tidak termasuk dalam kriteria risiko rendah;
b) Tidak termasuk dalam kriteria berisiko tinggi;
c) Bagi nasabah MI yang:
(1) Melakukan pembelian lebih dari Rp100.000.000;
(2) Memiliki Efek Reksa Dana pada akhir bulan lebih dari Rp100.000.000; atau
(3) Memiliki akumulasi transaksi pembelian dan penjualan dalam jangka waktu 1
bulan lebih dari Rp100.000.000;
d) Bagi nasabah PPE yang:

8
Modul Hukum dan Etka WPPE
(1) Melakukan penyetoran dana lebih dari Rp10.000.000 dalam 1 hari;
(2) Memiliki dana dan/atau Efek dengan total lebih dari Rp50.000.000 pada akhir
bulan; atau
(3) Memiliki akumulasi transaksi Efek lebih dari Rp100.000.000 dalam jangka waktu
1 bulan.

2) Verifikasi yang dilakukan


a) Membandingkan data dan informasi calon Nasabah atau Nasabah dengan dokumen
pendukung sebelum melakukan hubungan usaha dengan calon Nasabah;
b) Melakukan pertemuan langsung (face to face) dengan calon Nasabah atau Nasabah
dan membandingkan data dan informasi calon Nasabah atau Nasabah dengan
dokumen asli dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) Dilaksanakan langsung oleh pegawai Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar
Modal, dengan dibuktikan oleh surat pernyataan secara tertulis dalam format
bebas yang menyatakanpegawai tersebut telah melaksanakan pertemuan
langsung (face to face) dengan calon Nasabah atau Nasabah;
(2) Diwakili oleh pihak lain yang memiliki perjanjian dengan Penyedia Jasa
Keuangan di Sektor Pasar Modal (outsourcing), dengan ketentuan pihak lain
yang dapat mewakili Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal harus
mengetahui prinsip dasar CDD; atau
(3) Digantikan dengan menggunakan media elektronik, dengan ketentuan media
elektronik tersebut dapat memberikan informasi elektronik dan/atau dokumen
elektronik sebagai alat bukti yang sah berdasarkan undang-undang yang berlaku
dan dapat dipertanggungjawabkan
c) Melakukan wawancara dengan calon Nasabah atau Nasabah untuk meneliti dan
meyakini keabsahan dan kebenaran dokumen, dalam hal terdapat keraguan atas
data, informasi, dan/atau dokumen pendukung yang diterima; dan
d) Melakukan konfirmasi terkait kebenaran atas kewenangan pihak yang mewakili atau
bertindak untuk dan atas nama Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), jika calon
Nasabah atau Nasabah bertindak sebagai kuasa dari atau mewakili Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner).
e) Pelaksanaan kegiatan face to face wajib dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu)
tahun sejak Nasabah memenuhi kriteria dalam kelompok Nasabah berisiko
menengah.

3. Kelompok risiko tinggi


1) Kriteria
a) Nasabah dan/atau Beneficial Owner termasuk dalam area berisiko tinggi, yaitu:
(1). High Risk Customer;
(2). High Risk Business;
(3). High Risk Countries;
(4). Tercantum dalam daftar nama teroris; dan/atau
(5). Transaksi yang dilakukan diduga terkait dengan tindak pidana di sektor Pasar
Modal, pencucian uang, dan/atau pendanaan terorisme.
b) Terdapat perubahan profil atau informasi penting yang signifikan, sehingga nasabah
termasuk dalam area berisiko tinggi;
c) Perintah transaksi dilakukan oleh pemegang rekening Efek tanpa adanya dasar
hukum yang sah; dan/atau
d) Nasabah yang melakukan transaksi tidak sesuai dengan profil, karakteristik, dan
kebiasaan pola transaksi.
2) Verifikasi yang dilakukan:
a) Membandingkan data dan informasi calon Nasabah atau Nasabah dengan dokumen
pendukung sebelum melakukan hubungan usaha dengan calon Nasabah;
b) Melakukan verifikasi terhadap data dan informasi calon Nasabah atau Pemilik
Manfaat (Beneficial Owner) yang didasarkan pada kebenaran informasi, kebenaran
sumber informasi, dan jenis informasi yang terkait, jika calon Nasabah bertindak
untuk kepentingan Pemilik Manfaat (Beneficial Owner);
c) Melakukan verifikasi hubungan bisnis yang dilakukan oleh calon Nasabah dengan
pihak ketiga, jika calon Nasabah bertindak untuk dan atas nama Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner);
d) Melakukan konfirmasi terkait kebenaran atas kewenangan pihak yang mewakili atau
bertindak untuk dan atas nama Pemilik Manfaat (Beneficial Owner), jika calon
Nasabah atau Nasabah bertindak sebaga kuasa dari atau mewakili Pemilik Manfaat
(Beneficial Owner);

9
Modul Hukum dan Etka WPPE
e) Melakukan pertemuan langsung (face to face) sebelum melakukan hubungan usaha
dan membandingkan data dan informasi calon Nasabah atau Nasabah dengan
dokumen asli;
f) Melakukan wawancara dengan calon Nasabah untuk meneliti dan meyakini
keabsahan dan kebenaran dokumen, dalam hal terdapat keraguan atas informasi
dan/atau dokumen pendukung yang diterima; dan
g) Melakukan CDD secara berkala paling kurang berupa analisis terhadap informasi
mengenai Nasabah, sumber dana, tujuan investasi, dan hubungan bisnis dengan
pihak terkait.

3) Ketentuan-ketentuan untuk area berisiko tinggi


Tindakan Penyedia Jasa Keuangan wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari
anggota Direksi, pejabat setingkat di bawah Direksi, atau manajer senior dalam hal:
a) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal akan melakukan hubungan usaha
dengan calon Nasabah yang dianggap dan/atau dikelompokkan mempunyai risiko
tinggi.
b) Pengambilan keputusan untuk meneruskan atau menghentikan hubungan usaha
dengan Nasabah yang dianggap dan/atau dikelompokkan mempunyai risiko tinggi.

I.3 Pemantauan dan pengkinian


1. Pemantauan
(1) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melakukan pemantauan data nasabah
secara berkesinambungan untuk memastikan transaksi yang dilakukan sesuai dengan profil,
karakteristik, dan/atau kebiasaan pola transaksi nasabah yang bersangkutan.
(2) Dalam melaksanakan pemantauan, Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib
memiliki sistem pemantauan yang dapat:
(a) Mengidentifikasi, menganalisa, memantau, dan menyediakan laporan secara efektif
mengenai profil, karakteristik dan/atau kebiasaan pola transaksi yang dilakukan oleh
nasabah; dan
(b) Menelusuri setiap transaksi, apabila diperlukan, termasuk penelusuran atas identitas
nasabah, bentuk transaksi, tanggal transaksi, jumlah dan denominasi transaksi, serta
sumber dana yang digunakan untuk transaksi.
(3) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melakukan pemantauan rekening Efek
dan transaksi nasabah termasuk analisa terkait dengan kemungkinan adanya tindak pidana
asal (predicate offense) dan pendanaan terorisme.
(4) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal dapat meminta data dan/atau informasi lebih
lanjut kepada nasabah terhadap transaksi yang tidak sesuai dengan profil, karakteristik,
dan/atau kebiasaan pola transaksi.
(5) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melakukan evaluasi terhadap hasil
pemantauan rekening Efek dan transaksi nasabah untuk memastikan ada atau tidak adanya
transaksi keuangan yang mencurigakan.
(6) Dalam hal terdapat transaksi keuangan yang mencurigakan,Penyedia Jasa Keuangan di
Sektor Pasar Modal wajib meminta data dan/atau informasi lebih lanjut kepada nasabah.
(7) Dalam hal data dan/atau informasi yang disampaikan nasabah tidak memberikan penjelasan
yang meyakinkan, maka Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melaporkan
Transaksi Keuangan Mencurigakan tersebut kepada PPATK.
(8) Dalam hal terdapat kesamaan nama dan informasi lain atas nasabah dengan nama dan
informasi yang tercantum dalam daftar nama teroris,Penyedia Jasa Keuangan di Sektor
Pasar Modal wajib melaporkan nasabah tersebut dalam laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan.

2. Pengkinian
(1) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melakukan upaya pengkinian data,
informasi, dan/atau dokumen pendukung, dalam hal terdapat perubahan yang diketahui
dari pemantauan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal terhadap Nasabah atau
informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Pemantauan secara berkala terkait profil Nasabah untuk kepentingan pengkinian data
dilaksanakan paling kurang 1 (satu) kali dalam jangka waktu:
(a) 3 tahun untuk nasabah risiko rendah;
(b) 1 tahun untuk nasabah risiko menengah; dan/atau
(c) 6 bulan untuk nasabah risiko tinggi.
(3) Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib mendokumentasikan upaya pengkinian
data

10
Modul Hukum dan Etka WPPE
I.4 Pelaporan
1. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib menyampaikan laporan Transaksi
Keuangan Mencurigakan, laporan transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai, dan/atau
laporan lain kepada PPATK sebagaimana diatur dalam ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian
Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.
2. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib memberikan data, informasi, dan/atau
dokumen yang dikelolanya apabila diminta oleh Otoritas Jasa Keuangan dan/atau otoritas lain
yang berwenang sebagaimana diatur oleh undang-undang.

I.5 CDD oleh Pihak Ketiga


1. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal dapat menunjuk pihak ketiga untuk
melaksanakan identifikasi dan verifikasi sebagai bagian dari pelaksanaan CDD.
Pihak ketiga yang dapat ditunjuk adalah:
1) Penyedia Jasa Keuangan lain di dalam negeri (yang diawasi oleh OJK);
2) Penyedia Jasa Keuangan di sektor Pasar Modal di luar negeri; atau
3) Pihak lain di dalam negeri yang bukan merupakan Penyedia Jasa keuangan.
2. Pihak ketiga wajib memenuhi syarat:
1) Memiliki prosedur CDD sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
2) Memiliki kontrak kerja sama dengan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal dalam
bentuk perjanjian tertulis;
3) Bersedia memenuhi permintaan data, informasi, dan dokumen pendukung dengan segera
apabila dibutuhkan oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal dalam rangka
penerapan Prinsip Mengenal Nasabah; dan
4) Tidak berkedudukan diHigh Risk Countries.
3. Dalam hal pihak ketiga berkedudukan di luar negeri, wajib memenuhi kriteria bahwa pihak
ketiga tersebut telah menjalankan Prinsip Mengenal Nasabah secara efektif sesuai dengan
rekomendasi The Financial Action Task Force (FATF).
4. Dalam hal pihak ketiga bukan merupakan Penyedia Jasa Keuangan, prosedur CDD ditetapkan
oleh dan di bawah koordinasi Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal.
5. Dalam hal Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal menunjuk pihak ketiga, wajib:
1) Memiliki dan melaksanakan prosedur uji kelayakan dan pengawasan terhadap pihak
ketiga;
2) Memastikan penerapan CDD yang dilakukan oleh pihak ketiga telah sesuai dengan
prosedur CDD yang telah ditetapkan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal;
3) Melaksanakan penatausahaan dokumen hasil CDD yang dilakukan oleh pihak ketiga; dan
4) Bertanggung jawab atas hasil CDD yang dilaksanakan oleh pihak ketiga.

I.6 Manajemen Risiko


Kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang berkaitan dengan penerapan Prinsip Mengenal
Nasabah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebijakan dan prosedur manajemen risiko
Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal secara keseluruhan.

Kebijakan dan prosedur manajemen risiko mencakup:


a) Pengawasan oleh Direksi dan Dewan Komisaris Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal;
b) Pendelegasian wewenang;
c) Pemisahan tugas; dan
d) Sistem pengawasan internal termasuk audit internal.

Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib:


a) melakukan pengujian terhadap keefektifan dari pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah.
Pengujian dilakukan dengan mengambil contoh secara acak (random sampling).
b) wajib mendokumentasikan pengujian.
c) wajib mendokumentasikan dan melakukan pemutakhiran jenis, indikator, dan contoh dari
transaksi keuangan yang mencurigakan yang timbul di berbagai unit kerja terkait.

I.7 Administrasi Dokumen


1. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib membuat dan mendokumentasikan daftar
Nasabah sesuai dengan tingkat risiko Nasabah dan wajib melakukan administrasi dokumen
dengan baik.
2. Administrasi dokumen dilaksanakan dalam jangka waktu paling kurang 5 (lima) tahun sejak
berakhirnya hubungan usaha dengan Nasabah.

11
Modul Hukum dan Etka WPPE
3. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib menyimpan catatan dan dokumen mengenai
seluruh proses identifikasi Transaksi Keuangan Mencurigakan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib memberikan data, informasi, dan/atau
dokumen yang dikelolanya apabila diminta oleh Otoritas Jasa Keuangan dan/atau otoritas lain
yang berwenang sebagaimana diatur oleh undang-undang.

J. Penggunaan dan Penyalahgunaan PMN di Pasar Modal


1. Pendekatan PMN menuntut hal yang sama untuk semua nasabah dan terutama mereka yang
memiliki dana dan/atau Efek dalam jumlah besar sebagai media untuk pencucian uang di Pasar
Modal yang semakin meningkat oleh nasabah tersebut.
2. Di sisi lain, PMN tidak harus mengganggu nasabah kecil dan tetap menjaga keseimbangan dimana
kegiatannya dapat dipantau terkaittransaksi yang mencurigakan.
3. PMN harus digunakan dalam hubungannya dengan pemantauan semua akun dan prinsip utama
yang harus diterapkan terkait norma, serta hukum dan peraturan yang berlaku, dan cukup fleksibel
untuk memisahkan investor yang asli dari orang-orang yang meragukan.
4. Selanjutnya, Perusahaan Efek wajib memastikan bahwa transaksi bernilai tinggi dipantau dan
diidentifikasi dengan cepat ketika nasabah menambah atau menarik uang/investasi dalam jumlah
besar.
5. PMN yang tepat menjadi berguna saat informasi kontak yang disediakan dalam database PMN
dapat digunakan oleh penegak hukum dan regulator untuk melacak jejak sumber dan tujuan dari
aliran uang.
6. Selain itu, transfer dana dan/atau Efek antar Perusahaan Efek yang melibatkan nilai tinggi harus
dipantau melalui norma-norma dan prosedur PMN yang sama.

K. Bagaimanakah Norma PMN membantu Stakeholder di Pasar Modal?


Alasan mengapa norma PMN yang tepat dapat membantu saat:
1) Penerapan norma PMN yang tepat dapat membantu Perusahaan Efek dalam memantau dan melacak
transaksi yang dilakukan oleh nasabah atau institusi yang terlibat dalam tindak pidana pencucian
uang dan/atau pendanaan terorisme.
2) Penerapan norma PMN yang baik akan membantu mengidentifikasi nasabah dengan tepat, sehingga
tingkat kepatuhan dan pengawasan perusahaan akan menjadi yang lebih baik.
3) PMN dapat membantu mengatasi perselisihan transaksi yang timbul antara perusahaan dengan
nasabahnya. Dokumentasi dan data transaksi yang terinci dari para pihak akan menentukan sumber
sengketa dan membantu arbiter memutuskan siapa yang bersalah.
4) Informasi yang dikumpulkan dalam PMN dapat menentukan profil dan karakter nasabah/calon
nasabah, yang nantinya akan sangat membantu mereka sendiri ketika melakukan transaksi
keuangan.

L. Siapa yang menjadi kontak Nasabah atau Calon Nasabah di Perusahaan Efek untuk
PMN?
Kontak Nasabah atau Calon Nasabah untuk pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah di Perusahaan Efek
adalahRelationship Manager atau petugas yang membuka account Nasabah atau Calon Nasabah dan siapa
saja yang bertugas untuk menghubungi Nasabah atau Calon Nasabah untuk transaksi di Pasar Modal.

M. Sumber Daya dan Pelatihan


Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal wajib melakukan prosedur penyaringan (screening)
dalam rangka penerimaan pegawai. Perusahaan juga wajib memberikan pelatihan kepada petugasnya.
Pelatihan ini sangat berguna bagi petugas dalam menghadapi nasabah/calon nasabah yang kurang
kooperatif dalam memberikan data dan informasi khususnya mengenai informasi sumber dana dan data
kekayaan.
Perlu diperhatikan kelompok karyawan mana sajakah yang membutuhkan pelatihan khusus, seperti:
petugas frontliner, petugas backoffice, dan pegawai baru.

Perusahaan wajib melaksanakan pelatihan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah kepada semua pegawai,
dengan cara:
1) Menyusun program pelatihan yang dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun;
2) Melaksanakan program pelatihan sesuai dengan jadwal program yang telah disusun; dan
3) Melaporkan pelaksanaan program pelatihan kepada Otoritas Jasa Keuangan paling lambat pada
tahun berikutnya setelah tahun pelaksanaan program pelatihan.

N. Implentasi Daftar Terduga Teroris


Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan (PATK) telah memblokir 26 rekening atas dana milik
orang atau korporasi yang tercantum dalam daftar terduga teroris pada tahun 2015.

12
Modul Hukum dan Etka WPPE
Pemerintah membekukan dana sebesar Rp2,08 miliar atau tepatnya Rp2.083.684.874 yang bersumber
dari 26 rekening yang diduga milik teroris, karena dana itu diduga kuat berkaitan dengan tindak
terorisme. Itu merupakan Implementasi dari dikeluarkannya peraturan bersama mengenai pemblokiran
pendanaan terorisme," kata Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)
Muhammad Yusuf dalam Refleksi Akhir Tahun 2015 di Kantor PPATK, Jakarta, Senin (28/12/2015).

Implementasi pemblokiran dana sebesar Rp2,08 miliar per Mei 2015, terjadi setelah pemerintah
melakukan terobosan dengan menerbitkan Peraturan Bersama mengenai Pencantuman Identitas Orang
dan Korporasi Dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris, dan Pemblokiran Secara Serta
Merta Atas Dana Milik Orang atau Korporasi yang Tercantum Dalam Daftar Terduga Teroris dan
Organisasi Teroris.

Berdasarkan Laporan Refleksi Akhir Tahun 2015 PPATK, Perba ini telah diundangkan Menteri Hukum
dan HAM serta ditandatangani seluruh pimpinan lembaga dan kementerian negara.
Perba ini muncul untuk melengkapi keterbatasan pelaksanaan dari Undang-Undang (UU) tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan Terorisme. Dalam UU tersebut tidak ada
mekanisme soal pelaksanaan pembekuan dan ada yang tidak sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Dampak positif diterbitkannya peraturan bersama itu adalah keluarnya Indonesia dari daftar hitam
badan pengawas pencucian uang internasional, Financial Action Task Force (FATF).Sebelumnya,
Indonesia masuk daftar hitam negara-negara yang paling banyak melakukan praktik pencucian uang
menurut penilaian FATF.Indonesia masuk daftar hitam karena dinilai belum memenuhi rekomendasi
FATF terkait pembekuan serta merta atas aset dari orang dan entitas yang ditetapkan berdasarkan
Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa Nomor 1267.

Hingga Juni 2015, berdasarkan penilaian FATF, Indonesia masih berada dalam zona negara yang
berisiko tinggi terhadap tindak pencucian uang dan terorisme. Pada Februari 2014 Indonesia terancam
dikenakan sanksi yang akan berdampak negatif terhadap reputasi Indonesia khususnya lembaga
keuangan Indonesia dalam berinteraksi dengan lembaga keuangan negara lain.

Untuk mengatasinya, Mahkamah Agung RI, Kementerian Luar Negeri, Kepala Kepolisian RI, Kepala
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme dan Kepala PPATK sepakat untuk menyusun suatu Peraturan
Bersama tentang Pencantuman Identitas Orang dan Korporasi Dalam Daftar Terduga Teroris dan
Organisasi Teroris, dan Pemblokiran Secara Serta Merta Atas Dana Milik Orang atau Korporasi yang
Tercantum Dalam Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris.

Peraturan tersebut telah diundangkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia pada tanggal 11
Februari 2015.

O. Organisasi Teroris
Sejak tahun 2000, telah terjadi peningkatan lima kali lipat dalam jumlah orang yang dibunuh oleh
terorisme. Meskipun ada sedikit penurunan dari tahun 2007 dan seterusnya, jumlahnya kembali
melonjak sejak dimulainya perang saudara di Suriah.

Jaringan teroris dapat menunggu selama bertahun-tahun sebelum melakukan serangan besar yang
membuat nama mereka tersebar. Banyak organisasi yang terlibat dalam dunia gelap ini, dan kelompok
yang paling berbahaya mungkin salah satu yang belum kita dengar.

Berikut adalah 11 kelompok teror seperti dikutip dari The Star, Januari 2015:

1. Negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS)


Didirikan oleh Abu Bakr al-Baghdadi, Negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS) menguasai sebagian
besar wilayah Irak dan Suriah di bawah kendalinya. Dikenal juga sebagai Negara Islam di Suriah dan
Levant (ISIL), Negara Islam (IS), atau Daesh, yang dipandang sebagai penghinaan. ISIS telah
melakukan kekejaman luas dan melembagakan interpretasi brutal terhadap hukum Islam di daerah
itu, termasuk puluhan kota-kota yang tersebar di Irak dan Suriah.

2. Al-Qaeda
Al-Qaeda dibentuk pada tahun 1988 oleh Osama bin Laden, yang tewas pada 2011 dalam sebuah
operasi oleh US Navy Seals. Kelompok ini diburu setelah melakukan serangan 11 September 2001,
tetapi telah dikalahkan dalam satu tahun terakhir oleh ISIS. Sejak kematian Osama, jaringan ini
dipimpin oleh Ayman al-Zawahiri dari Mesir. Meskipun tampaknya telah kehilangan 'kilaunya' akhir-
akhir ini, banyak kelompok dalam daftar ini berafiliasi dengan Al-Qaeda.

13
Modul Hukum dan Etka WPPE
ISIS sendiri awalnya bagian dari jaringan, sebelum secara resmi dikeluarkan dari Al-Qaeda awal
tahun lalu karena terlalu brutal.

3. Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP)


Dibentuk pada tahun 2006 oleh penggabungan sayap Yaman dan Saudi al-Qaeda, al-Qaeda di
Semenanjung Arab (AQAP), juga dikenal sebagai al-Qaeda di Yaman. dipandang sebagai salah satu
cabang yang paling berbahaya dari al-Qaeda.
Kedua bersaudara dalam serangan Charlie Hebdo di Paris pada 7 Januari dilatih oleh kelompok ini.
Sementara melakukan serangan di Barat, kelompok ini juga telah berhasil merebut wilayah di
Yaman, dan melatih pejuang untuk memerangi kelompok ekstrimis di Suriah dan Irak.

4. Taliban
Taliban Afghanistan didirikan pada tahun 1994 di bawah kepemimpinan Mullah Mohammed Omar,
yang adalah juga komandan dan pemimpin spiritual. Tujuan utama organisasi adalah untuk
membentuk negara Islam di Afghanistan. Kelompok ini memerintah Afghanistan pada 1996-2001
dan memberlakukan hukum syariah yang ketat.

Kelompok ini sempat digulingkan lewat aksi militer Amerika Serikat setelah serangan 11 September
2001. Karena AS menarik pasukannya dari Afghnistan, Taliban Afghanistan telah membuat kemajuan
di negara ini lagi.

5. Taliban Pakistan
Desember lalu, Taliban Pakistan, juga disebut Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), menyerbu Army
Public School di utara-barat kota Peshawar Pakistan pada hari kerja, membantai 148 orang -
termasuk 132 anak-anak - dalam serangan teror paling mematikan di negara itu .
Kelompok ini juga berada di balik penembakan pemenang Nobel Perdamaian Malala Yousafzai.
Beroperasi dari zona suku semi-otonomi di utara-barat Pakistan dekat perbatasan Afghanistan.
Pemimpinnya saat ini adalah Maulana Fazlullah.

6. Al-Nusra Front
Al-Nusra Front atau Front Pembela Rakyat Suriah kadang-kadang dikenal sebagai al-Qaeda di Suriah.
Mengumumkan keberadaannya dengan video yang diposting secara online pada tahun 2012, dan
bertujuan untuk mengganti rezim Presiden Bashar al-Assad dengan negara Islam.
"Kami mujahidin Suriah, kembali dari berbagai bidang jihad untuk mengembalikan pemerintahan
Allah di bumi dan membalas Suriah yang telah melanggar kehormatan dan tumpah darah," kata
seorang pria bertopeng dalam video tersebut.
Kelompok ini aktif terlibat dalam mendukung pemberontak Suriah, dan menyerang target yang
berafiliasi dengan pemerintah Suriah serta ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh negara-negara
Barat, Arab Saudi, Turki dan Uni Emirat Arab.

7. Boko Haram
Boko Haram bertujuan untuk memaksakan 'bentuk yang keras, dari hukum Islan di Nigeria.
Namanya berarti "pendidikan Barat adalah dosa", dan kelompok melarang Muslim terlibat dalam
kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat Barat, termasuk suara dalam pemilihan,
mengenakan kemeja dan celana panjang atau menerima pendidikan sekuler.
Pada Januari 2015, mereka mulai melakukan pembantaian mematikan di Baga, sebuah kota di utara-
timur dari Nigeria. Sebanyak 2.000 orang tewas, menurut Amnesty International.
Tahun lalu, Boko Haram menculik ratusan mahasiswa, termasuk lebih dari 200 anak sekolah hilang
sampai sekarang. Kelompok ini dilaporkan telah menggunakan perempuan dan gadis-gadis muda
sebagai 'bom manusia' dalam serangan. Boko Haram menguasai sekitar 20.000 mil persegi wilayah
di utara-timur Nigeria, The Telegraph melaporkan pada bulan Januari.

8. Jemaah Islamiyah (JI) dan kelompok sempalan


Jemaah Islamiyah (JI) adalah cabang Al-Qaeda di Asia Tenggara, dan bertanggung jawab atas
pemboman Bali tahun 2002 yang menewaskan 202 orang.
Berpusat di Indonesia dan dibentuk pada awal 1990-an dengan tujuan mendirikan kekhalifahan di
wilayah tersebut. Banyak tokoh utamanya, termasuk pemimpin spiritual Abu Bakar Bashir, pembuat
bom Bali Umar Patek dan pimpinan di Singapura, Mas Selamat Kastari yang telah ditangkap.
Jaringan ini hancur sejak tahun 2002, namun masih ada beberapa serangan dikaitkan dengan
mereka tahun lalu.

JI telah berubah menjadi kelompok-kelompok sempalan seperti Jemaah Ansharut Tauhid (JAT).
Tahun lalu, otoritas keamanan Malaysia mengidentifikasi empat kelompok teror baru, dikenal dengan

14
Modul Hukum dan Etka WPPE
akronim mereka BKAW, BAJ, Dimzia dan ADI. Sebagian besar mereka telah berjanji setia kepada
ISIS.

9. Abu Sayyaf
Abu Sayyaf, sebuah geng kriminal yang beroperasi di Sulu, sering melakukan penculikan untuk uang
tebusan di sepanjang pantai Sabah dan perairan sekitarnya.
Didirikan pada tahun 1990-an dengan uang dari al-Qaeda, kelompok yang berbasis di pulau Basilan
dan Sulu, telah disalahkan atas serangan teror terburuk dalam sejarah Filipina, termasuk pemboman
dan penculikan massal orang Kristen dan orang asing.
Kelompok ini telah lama memiliki hubungan dengan al-Qaeda dan baru-baru ini berjanji setia kepada
ISIS.

10. Lashkar-e-Taiba
Kelompok militan Pakistan Lashkar-e-Taiba (LeT) yang bertanggung jawab atas serangan Mumbai
2008 yang menewaskan 166 orang.
Sejak serangan itu, laskar ini telah menjadi organisasi yang lain, Jamaat-ud-Dawa (Jud) sebagai
organisasi yang terdepan. The Jud mengklaim sebagai organisasi untuk amal kemanusiaan, dan
terus beroperasi secara terbuka di Pakistan.

Bahan Diskusi:
Apakah Penyedia Jasa Keuangan cukup menggunakan informasi terkait PMN yang
disediakan oleh bank? Apakah pengaturannya sudah setara? Sejauh mana efektivitas
penerapan Prinsip Mengenal Nasabah di Pasar Modal berdasarkan risiko nasabah?

DAFTAR ISTILAH

Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal adalah:


Perusahaan Efek yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penjamin Emisi Efek, Perantara Pedagang Efek,
dan/atau Manajer Investasi, serta Bank Umum yang menjalankan fungsi Kustodi.

Pencucian Uang adalah:


Pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang

Uji Tuntas Nasabah (Customer Due Diligence) yang selanjutnya disingkat CDD adalah:
Kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan di
Sektor Pasar Modal untuk memastikan transaksi sesuai dengan profil, karakteristik, dan/atau pola transaksi
Nasabah.

Uji Tuntas Lanjut (Enhanced Due Diligence)


Yang selanjutnya disingkat EDD adalah:
Tindakan CDD lebih mendalam yang dilakukan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal terhadap
calon Nasabah atau Nasabah yang tergolong dalam area berisiko tinggi

Pemilik Manfaat (Beneficial Owner) adalah:


Setiap pihak baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perjanjian atau melalui cara apapun:
a) Berhak atas dan/atau menerima manfaat tertentu yang berkaitan dengan:
1) Rekening Efek pada Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal;atau
2) Hubungan usaha dengan Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal;
3) Merupakan pemilik sebenarnya dari dana dan/atau Efek pada Penyedia Jasa Keuangandi Sektor
Pasar Modal (ultimate accountowner);
b) Mengendalikan transaksi Nasabah;
c) Memberikan kuasa untuk melakukan transaksi; dan/atau
d) Mengendalikan Nasabah non orang perseorangan.

Orang yang Populer Secara Politis (Politically Exposed Person) yang selanjutnya disebut PEP adalah:
Orang yang memiliki atau pernah memiliki kewenangan publik, diantaranya adalah Penyelenggara Negara,
dan/atau orang yang tercatat atau pernah tercatat sebagai anggota partai politik yang memiliki pengaruh
terhadap kebijakan dan operasional partai politik, baik yang berkewarganegaraan Indonesia maupun yang
berkewarganegaraan asing.

Nasabah adalah:
15
Modul Hukum dan Etka WPPE
Pihak yang menggunakan jasa Penyedia Jasa Keuangan di Sektor Pasar Modal dalam rangka kegiatan
investasi diPasar Modal baik diikuti dengan atau tanpa melalui pembukaan rekening Efek.

Nasabah yang Berisiko Tinggi (High Risk Customer) adalah:


Nasabah yang berdasarkan latar belakang identitas dan riwayatnya dianggap memiliki risiko tinggi
melakukan kegiatan terkait dengan Pencucian Uang dan/atau Pendanaan Terorisme.

Negara yang Berisiko Tinggi (High Risk Countries) adalah negara atau teritori yang potensial digunakan
sebagai:
a) Tempat terjadinya atau sarana Pencucian Uang;
b) Tempat dilakukannya tindak pidana asal (predicate offense); dan/atau
c) Tempat dilakukannya aktivitas Pendanaan Terorisme.

Usaha yang Berisiko Tinggi (High Risk Business) adalah:


Bidang usaha yang potensial digunakan sebagai sarana melakukan Pencucian Uang dan/atau sarana
Pendanaan Terorisme.

Lembaga Negara adalah:


Lembaga yang memiliki kewenangandibidang eksekutif, yudikatif, dan legislatif.

Instansi Pemerintah adalah:


Sebutan kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, meliputi:
a) Kementerian Koordinator;
b) Kementerian Negara;
c) Kementerian;
d) Lembaga Pemerintahan Non Kementerian;
e) Pemerintah Propinsi;
f) Pemerintah Kota;
g) Pemerintah Kabupaten;
h) Lembaga negara yang dibentuk berdasarkan undang-undang; atau
i) Lembaga-lembaga pemerintahan yang menjalankan fungsi pemerintahan dengan menggunakan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.

Daftar Peraturan

No Keterangan

Prinsip Mengenal Nasabah / Know Your Customer

POJK No. 22/POJK.04/2014 Prinsip Mengenal Nasabah Oleh Penyedia Jasa Keuangan di Sektor
Pasar Modal

16
Modul Hukum dan Etka WPPE

Anda mungkin juga menyukai