Anda di halaman 1dari 47

KARYA TULIS

HAK PENGEMBANGAN KOMPETENSI BAGI SETIAP

APARATUR 20 (DUA PULUH) JAM PELAJARAN DALAM

1 (SATU) TAHUN PADA PEMERINTAH KOTA MATARAM

DISUSUN OLEH

NAMA : BAIQ ISYATIN RODIAH, SH


NIP. : 19680105 200212 2 005

UNIT KERJA : BKPSDM KOTA MATARAM

TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis ini dengan judul “ Hak

Pengembangan Kompetensi Bagi Setiap Aparatur Minimal 20 (Dua puluh) Jam

Pelajaran Dalam 1 (Satu) Tahun pada Pemerintah Kota Mataram”

Karya Tulis ini disusun sebagai salah satu persyaratan Ujian Dinas Tingkat

II di Lingkungan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan mengacu

pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh Penyelenggara.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari dan

mengumpulkan sumber yang bisa membantu dalam penulisan ini, dengan segala

kerendahan hati penulis mengakui bahwa Kaya Tulis ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat

diharapkan, dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Akhirnya tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan karya Tulis ini.

Penulis

2
DAFTAR ISI

Judul

Kata pengantar ..................…………………………………………………….…1

Daftar isi ............................………………………………………………….........2

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………3

A. Latar Belakang ……………………………………………………3

Rumusan Masalah ………………………………………………..4


1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….4
1.4 Manfaat……………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reformasi Birokrasi………………………..………....5


2.2 Penataan Tatalaksana (Business Process) ……….……………… 8
2.3 Manajemen Tatalaksana ….……………………………………...9

2.4 Hambatan Penataan Tatalaksana……………………………..11

2.5 Langkah-langkah Perbaikan Tatalaksana……………………12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………..………..……………………………13

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang

Pelaksanaan Reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan tata

kelola pemerintahan yang baik, mengacu Peraturan Presiden Nomor 81

Tahun 2010 tentang Grand Design Reformosi Birokrasi 2010-2025. Grand

Design Reformasi Birokrasi adalah rancangan induk yang berisi arah

kebijakan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Nasional untuk kurun waktu

2010-2025, yang bertujuan untuk memberikan arah kebijakan pelaksanaan

Reformasi Birokrasi Nasional selama kurun waktu 2010-2025 agar

Reformasi Birokrasi di Kementerian/Lembaga (K/L) dan Pemerintah

Daerah dapat berjalan efektif, efesien, terukur konsisten, terintegrasi,

melembaga dan berkelanjutan. Kebijakan pelaksanaan Reformasi

Birokrasi meliputi visi pembangunan Nasional adalah Indonesia yang

mandiri, Maju, adil dan makmur berdasarkan Undang-Undang Nomor 17

Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2005-2025.

Program Reformasi Birokrasi Nasional telah dilaksanakan pemerintah

sejak tahun 2010. Pelaksanaan reformasi birokrasi nasional sampai saat

ini sudah memasuki tahap kedua yang ditandai dengan disusunnya Road

4
Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 melalui PERMENPAN No. 11 Tahun

2015. Ada 3 (tiga) sasaran yang ditetapkan Dalam Road Map tersebut,

antara lain :

1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel;

2. Birokrasi yang efektif dan efisien;

3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas.

Guna terwujudnya ketiga sasaran reformasi birokrasi di atas,

ditetapkan area perubahan reformasi birokrasi. Perubahan pada area

tertentu dalam lingkup birokrasi diharapkan dapat menciptakan kondisi

yang kondusif guna mendukung pencapaian tiga sasaran reformasi

birokrasi. Ada 8 (delapan) area perubahan reformasi birokrasi yang

dimaksud, yaitu ; Mental Aparatur, Pengawasan, Akuntabilitas,

Kelembagaan, Tatalaksana, Sumber Daya Manusia Aparatur, Peraturan

Perundang-Undangan dan Pelayanan Publik.

Sasaran Reformasi Birokrasi khususnya Sumber Daya Manusia

Aparatur untuk meningkatkan kualitas Pelayanan Publik kepada

Masyarakat (Good Government) sehingga dapat terwujudnya

Pemerintahan kelas dunia sesuai visi Reformasi Birokrasi yang menjadi

acuan dalam mewujudkan Pemerintahan berkelas dunia (World Class

Government) yaitu Pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi

yang mampu menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan

manajemen Pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi

tantangan pada abad ke-21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun

2025.

5
Sasaran Pembangunan bidang Aparatur Sipil Negara roadmap 2015-

2019 Smart ASN berbasis sistem Merit yang berwawasan global guna

meningkatkan kwalitas pelayanan publik, menguasai IT/digital dan bahasa

asing serta daya networking tinggi.

Tantangan ASN saat ini berbagai macam kebutuhan manusia telah

banyak menerapkan dukungan internet dan dunia digital sebagai wahana

interaksi dan transaksi, sehingga perlu peningkatan kualitas sumber daya

manusia yang sesuai dengan perkembangan teknologi.

Didalam Instansi Pemerintah, pengembangan SDM ASN dijelaskan

dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal 70

yang menguraikan bahwa setiap ASN memiliki hak dan kesempatan untuk

mengembangkan kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, seminar,

kursus dan penataran. Untuk memenuhi hak dan kesempatan ASN tersebut

maka setiap instansi pemerintah wajib menyusun rencana pengembangan

kompetensi ASN yang dituangkan dalam rencana kerja anggaran tahunan

Instansi serta Pengembangan kompetensi harus dievaluasi oleh Pejabat

yang berwenang dan digunakan sebagai salah satu dasar dalam

pengangkatan Jabatan dan pengembangan karier.

Dalam meningkatkan Kompetensi ada 3 (tiga) pilar yaitu :

1. Standarisasi

2. Sertifikasi

3. Pengembangan Kompetensi (bermakna lebih luas karena Diklat bagian

dari Pengembangan Kompetensi)

6
Terkait Pengembangan karier PNS Kompetensi Jabatan Administrator,

jabatan Pengawas dan Jabatan Pelaksana kompetensi dimaksud meliputi :

1. Kompetensi Teknis, diukur dari tingkat dan spesialisasi Pendidikan,

Pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.

2. Kompetensi Manajerial, diukur dari tingkat Pendidikan, pelatihan

struktural atau manajemen dan pengalaman kepemimpinan.

3. Kompetensi Sosial Kultural, diukur dari pengalaman kerja berkaitan

dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya

sehingga memiliki wawasan kebangsaan .

Hal ini diatur dalam Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara pasal 69 ayat (3) dan juga Peraturan Pemerintah

Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manejemen Pegawai Negeri Sipil pasal 55

ayat (2), ayat ( 3) dan ayat (4).

Serta diatur juga dalam pasal 98 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun

2016 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dimana Aparatur Sipil Negara

yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrator dan

Jabatan Pengawas pada Perangkat Daerah wajib memenuhi selain 3 (tiga)

persyaratan kompetensi Teknis, Manajerial dan Sosial Kultural juga harus

memenuhi Kompetensi Pemerintahan. Hal ini diatur juga dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 233

yaitu Jabatan Kepala Perangkat Daerah harus memenuhi 4 (empat)

kompetensi tersebut yaitu Kompetensi Teknis, Manajerial, Sosial Kultural

dan Kompetensi Pemerintahan yang diatur juga dalam Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2017 tentang Kompetensi Pemerintahan

7
yaitu suatu kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang

Pegawai ASN yang diperlukan untuk melaksanakan tugas pengelolaan

Pemerintahan sesuai jenjang jabatannya di lingkungan Kementerian Dalam

Negeri dan Pemerintahan Daerah secara profesional.

Pengembangan Kompetensi adalah salah satu hak PNS selain gaji,

tunjangan dan fasilitas, cuti, jaminan pensiun dan jaminan hari tua serta

perlindungan berdasarkan pasal 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

tentang Aparatur Sipil Negara.

Pengembangan Kompetensi merupakan upaya untuk pemenuhan

kebutuhan kompetensi PNS dengan standar kompetensi Jabatan dan

rencana pengembangan karier sesuai pasal 203 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri

Sipil dan setiap Pegawai Negeri Sipil memiliki hak dan kesempatan yang

sama untuk diikutsertakan dalam Pengembangan Kompetensi dengan

memperhatikan hasil penilaian kerja dan penilaian kompetensi yang

bersangkutan (ayat (3) ) serta Pengembangan Kompetensi bagi setiap PNS

dilakukan paling sedikit 20 (Dua puluh) Jam Pelajaran dalam 1 (Satu)

tahun (ayat (4) PP Nomor 11 Tahun 2017.

Karya tulis ini berfokus pada Hak Pengembangan Kompetensi bagi

setiap Aparatur minimal 20 (Dua puluh) Jam Pelajaran dalam 1 (satu)

tahun sesuai amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun

2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 11

Tahun 2017 tentang Manejemen Pegawai Negeri Sipil.

8
B. Tujuan Penulisan

Penulisan ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Agar dapat terlaksananya Pemenuhan hak Pengembangan

Kompetensi bagi setiap Aparatur paling sedikit 20 (Dua Puluh) Jam

Pelajaran dalam 1 (satu) tahun pada Pemerintah Kota Mataram.

2. Data pada BKPSDM Kota Mataram terkait Pengembangan

Kompetensi ASN pada Pemerintah Kota Mataram lebih akurat.

BAB II

RUMUSAN MASALAH

A. Kondisi yang diinginkan

9
Kebijakan Nasional tentang Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil

Negara telah meletakkan dasar yang kuat bagi perwujudan Birokrasi

berkelas dunia melalui profesionalitas Aparatur Negara.


B. Kondisi Yang sebenarnya
Tugas dan fungsi Pengelola Kepegawaian
Jumlah Pejabat Struktural Yang Sudah dan Belum Mengikuti Diklatpim
Sesuai Eselonering
Keadaan Per 03 Januari 2019

C. Rumusan Masalah
Dari penjabaran kondisi yang sebenarnya dengan kondisi yang diingikan

dapat dirumuskan :
Langkah-langkah Pemenuhan hak Pengembangan Kompetensi bagi

setiap Aparatur paling sedikit 20 (Dua Puluh) Jam Pelajaran dalam 1

(satu) tahun di Lingkungan Pemerintah Kota Mataram.

10
BAB III

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Analisis Permasalahan

11
Langkah-langkah Pemenuhan hak Pengembangan Kompetensi bagi setiap

Aparatur paling sedikit 20 (Dua Puluh) Jam Pelajaran dalam 1 (satu) tahun

di Lingkungan Pemerintah Kota Mataram:

1. Melalui Pengembangan Kompetensi

a. Pendidikan

Bentuk pengembangan kompetensi ini dilakukan dengan pemberian

tugas belajar pada pendidikan formal dalam jenjang pendidikan

tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jenjang pendidikan tinggi tersebut terdiri dari jenjang diploma,

jenjang sarjana dan pasca sarjana.

b. Pelatihan

1) Pelatihan klasikal

Pelatihan klasikal merupakan kegiatan yang menekankan pada

proses pembelajaran tatap muka di dalam kelas. Kegiatan ini

dilakukan paling sedikit melalui jalur sebagai berikut:

 pelatihan struktural kepemimpinan

 pelatihan manajerial

 pelatihan teknis

 pelatihan fungsional

 pelatihan sosial kultural

 seminar/konferensi/sarasehan

 workshop atau lokakarya

 kursus

 penataran

12
 bimbingan teknis

 sosialisasi

 jalur Pengembangan Kompetensi dalam bentuk pelatihan

klasikal lainnya.

2) Pelatihan nonklasikal

Pelatihan nonklasikal dilakukan melalui kegiatan yang

menekankan pada proses pembelajaran praktik kerja dan/atau

pembelajaran di luar kelas. Kegiatan ini dilakukan paling sedikit

melalui jalur sebagai berikut:

 Coaching

 Mentoring

 e-learning

 pelatihan jarak jauh

 detasering (secondment)

 pembelajaran alam terbuka (outbond)

 patok banding (benchmarking)

 pertukaran antara PNS dengan pegawai swasta/badan

usaha milik negara/ badan usaha milik daerah

 belajar mandiri (self development)

 komunitas belajar (community of practices)

 bimbingan di tempat kerja

 magang/praktik kerja

13
 jalur Pengembangan Kompetensi dalam bentuk pelatihan

nonklasikal lainnya

2. Melalui Konversi Pengembangan Kompetensi

a. Konversi Pengembangan Kompetensi melalui Jalur Pendidikan

Konversi JP

No Bentuk dan Jalur Satuan Nasional Internasional

1. Pendidikan tinggi Semester Satu Semester 20 (dua puluh) JP


jenjang
diploma/S1/S2/S3

b. Konversi Pengembangan Kompetensi melalui Jalur Pelatihan

1) Klasikal

Konversi JP
No Bentuk dan Jalur Satuan
Nasional Internasional
Pelatihan JP Sesuai JP Program -
1. Struktural pelatihan
Kepimpinan
Pelatihan di JP Sesuai JP Program -
2. tingkat Nasional pelatihan

Pelatihan JP Sesuai JP Program Ditambahkan 20 % (dua


3. Manajerial pelatihan puluh persen) dari JP
program pelatihan
Pelatihan Teknis JP Sesuai JP Program Ditambahkan 20 % (dua
4. pelatihan puluh persen) dari JP
program pelatihan
Pelatihan JP Sesuai JP Program Ditambahkan 20 % (dua
5. Fungsional pelatihan puluh persen) dari JP
program pelatihan
Pelatihan Sosial JP Sesuai JP Program Ditambahkan 20 % (dua
Kultural pelatihan puluh persen) dari JP
6. program pelatihan

Seminar/konferen Hari Satu hari setara dengan Satu hari setara dengan 6
7. si/sarasehan/sosial 4 (empat) JP (enam) JP
isasi

14
Workshop/Lokaka Hari Satu hari setara dengan Satu hari setara dengan 7
8. rya 5 (lima) JP (tujuh) JP

Kursus JP Sesuai JP Program Ditambahkan 20 % (dua


9. kursus puluh persen) dari JP
kursus
Penataran JP Sesuai JP Program Ditambahkan 20 % (dua
10. penataran puluh persen) dari JP
penataran
Bimbingan Teknis JP Sesuai JP Program Ditambahkan 20 % (dua
bimbingan teknis puluh persen) dari JP
11. bimbingan teknis

2) Nonklasikal

Konversi JP
No Bentuk dan Jalur Satuan
Nasional Internasional
1. Pertukaran antara Kegiatan 1 (satu) kali kegiatan 1 (satu) kali kegiatan
PNS dengan pertukaran pegawai pertukaran pegawai setara
pegawai setara dengan 20 JP dengan 24 JP
swasta/badan
usaha milik
negara/badan
2. Magang/praktik Kegiatan Satu kali Kegiatan Satu kali kegiatan
kerja magang/praktik kerja magang/ praktik kerja
setara dengan 20 JP setara dengan 24 JP

3. Patok banding Kegiatan 1 (satu) kali kegiatan 1 (satu) kali kegiatan


(benchmarking) patok banding patok banding
(benchmarking) setara (benchmarking) setara
dengan 10 (sepuluh) dengan 20 (dua puluh)
JP JP
4. Pelatihan jarak JP Sesuai dengan JP Ditambahkan 20% (dua
jauh program pelatihannya puluh persen) dari JP
program pelatihannya
5. Coaching Kegiatan  1 (satu) kali  1 (satu) kali kegiatan
Kegiatan coaching coaching setara
setara dengan 2 dengan 4 (empat) JP.
(dua) JP.  Maksimal dihitung
 Maksimal dihitung 2 (dua) kali dalam
2 kali dalam 1 1 (satu) bulan.
bulan

15
6. Mentoring Kegiatan  1 (satu) kali 1 (satu) kali
Kegiatan mentoring Kegiatan mentoring
setara dengan 2 (dua) setara dengan 4
JP. (empat) JP.
 Paling tinggi  paling tinggi
Dihitung 2 (dua) dihitung 2 (dua)
kali dalam 1 (satu) kali dalam 1
bulan (satu) bulan.
7. Detasering Kegiatan 1 (satu) kali kegiatan 1 (satu) kali kegiatan
(secondment) Detasering setara detasering ditambahkan
dengan 20 (dua 20% dari JP Program
puluh) JP dataseringnya
8. E-learning JP Paling tinggi 1 (satu) Paling tinggi 1 (satu)
hari 3 (tiga) JP akses hari 4 (empat) JP akses
Pembelajaran secara Pembelajaran secara
dalam jaringan dalam jaringan
9. Belajar mandiri JP Sesuai jam belajar Ditambahkan 20% (dua
(self development) mandiri, paling tinggi puluh persen) dari JP
2 (dua) JP sehari program belajar
mandiri (self
development)
10. Komunitas belajar JP Sesuai jam belajar, Ditambahkan 20% (dua
(community of maksimal 2 (dua) JP puluh persen)
practices) sehari komunitas belajar dari
JP program (community
of practices)
11. Pembelajaran alam JP Sesuai JP program Ditambahkan 20% (dua
pembelajaran alam puluh persen) dari JP
terbuka (outbond)
terbuka (outbond) program pembelajaran
alam terbuka (outbond)

Menurut Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan (www.

ditjen. kemenkumham.go.id, diakses 20 Agustus 2014), mengatakan

bahwa reformasi birokrasi adalah upaya perubahan, dimana perubahan

yang dilakukan terkait reformasi birokrasi yaitu : Perubahan cara berfikir,

16
Penataan peraturan perundang-undangan, Penguatan organisasi, Penataan

tata laksana, Manajemen SDM aparatur, Penguatan pengawasan,

Penguatan akuntabilitas kinerja dan Peningkatan kualitas pelayanan

publik.

Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009:72), mengatakan bahwa

reformasi birokrasi merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan

kinerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektifitas, efisien, dan

akuntabilitas. Dimana reformasi biokrasi itu mencakup beberapa

perubahan yaitu:

a. Perubahan cara berfikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak),

Maksudnya yaitu birokrasi harus merubah pola berfikir yang terdahulu

(buruk), birokrasi harus memliki pola pikir yang menyadari bahwa

mereka sebagai pelayan masyarakat, harus mempunyai sikap dan pola

perilaku yang baik, yang artinya tidak menyimpang dari peraturan

yang sudah ditetapkan atau sesuai dengan peraturan perundang-

undangan .

b. Perubahan penguasa menjadi pelayan, maksudnya yaitu birokrasi

harus merubah sikap mereka, karena yang dapat kita ketahui selama

ini bawha birokrasi selalu menganggap bahwa mereka adalah

penguasa dikarenakan memiliki jabatan yang tinggi dibanding dengan

masyarakat sehingga mereka beranggapan bahwa mereka adalah

penguasa yang harus selalu dihormati. Oleh sebab itu hal yang

demikian harus dihilangkan dari birokrasi.

17
c. Mendahulukan peranan dari wewenang, perubahan yang dimaksud

adalah birokrasi harus selalu mengutamakan perananannya sebagai

pelayan masyarakat. Harus mampu melayani masyarakat dengan

baik, dengan menyampingkan wewenangnya sebagai pejabat atau

pegawai pemerintah.

d. Tidak berfikir hasil produksi tapi hasil akhir, perubahan yang

dimaksud adalah birokrasi harus selalu mengutamakan hasil akhir

dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat seperti

menciptakan kepuasan bagi masyarakat.

e. Perubahan manajemen kinerja, maksud yaitu merubah manajemen

kinerja birokrasi agar menjadi lebih efektif dibandingkan

sebelumnya.

Sementara itu menurut Yehezkel Dror dalam Zauhar (2007:6),

reformasi administrasi yaitu suatu perubahan yang terencana terhadap

aspek utama administrasi. Menurut Zauhar (2007:11), mengatakan

reformasi administrasi adalah upaya sadar dan terencana untuk

mengubah:

a. Struktur dan prosedur birokrasi (aspek reorganisasi atau institusional/

kelembagaan), perubahan yang dilakukan mencakup struktur dan

prosedur yang ada pada birokrasi untuk membuat fungsi dari

birokrasi tersebut lebih efektif.

b. Sikap dan prilaku birokrat (aspek prilaku), untuk meningkatkan

efektifitas organisasi dan terciptanya administrasi yang sehat serta


18
menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional, perubahan

tersebut untuk memperbaiki sikap dan prilaku dari birokrasi itu

sendiri, guna menciptakan kesadaran birokrasi terhadap tugasnya

bukan sebagai penguasa lagi tetapi sebagai pelayan masyarakat.

Dalam hal ini, penjelasan tentang maksud dari reformasi birokrasi

hampir sama dengan maksud reformasi administrasi yakni sebagai usaha

perubahan untuk meningkatkan kualitas birokrasi. Setiap perubahan yang

akan dilaksanakan selalu berfokus terhadap birokrasi sebagai sasaran

perubahan, hal ini dilaksanakan untuk menyelesaikan permasalahan yang

terdapat dimasyarakat. Mengingat bahwa birokrasi selalu bersentuhan

langsung dengan masyarakat oleh sebab itu birokrasi dituntut untuk

mampu memaksimalkan tugas dan fungsinya nya sebagai pelayan dalam

melayani masyarakat. Agar hal tersebutdapat tercapai maka pemerintah

sebagai yang berwenang melakukan pembaharuan dan perubahan

mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan.

2.2 Penataan Tatalaksana ( Business Process )

Organisasi dan tata laksana merupakan alat untuk mencapai visi dan

misi organisasi, pada tahun 2010 Pemerintah melalui Peraturan Presiden

Nomor 81 Tahun 2010 telah menetapkan Grand Design Reformasi

Birokrasi Indonesia 2010-2025, salah satu agenda area perubahan yang

dilakukan adalah di bidang Organisasi dan Tatalaksana.

Tatalaksana (business process) adalah sekumpulan aktivitas kerja

terstruktur dan saling terkait yang menghasilkan keluaran yang sesuai

19
dengan kebutuhan pengguna. Penataan tatalaksana dilaksanakan melalui

serangkaian proses analisis dan perbaikan tatalaksana bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, proses, dan prosedur kerja

yang jelas, efektif, efisien dan terukur pada masing-masing

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Target yang ingin dicapai

melalui program ini antara lain yaitu meningkatnya efisiensi dan

efektivitas proses manajemen pemerintahan serta kinerja di

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

Beberapa perbaikan/penataan dapat dilaksanakan secara intuitif dan

segera tanpa harus melalui proses analisis dan perbaikan business process

yang panjang. Perbaikan/penataan ulang tatalaksana (business process)

perlu dilaksanakan apabila :

a. Terjadi perubahan arah strategis Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah (visi, misi dan sasaran strategis) yang berdampak

pada atau mengakibatkan perubahan tugas dan fungsi serta keluaran

(output) organisasi/unit kerja.

b. Adanya keinginan/dorongan dari dalam Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah atau pun dorongan dari publik/masyarakat sebagai

salah satu pemangku kepentingan untuk memperbaiki kinerja

pelayanan public secara signifikan.

Sedangkan muara dari penataan tatalaksana (business process) yaitu,

antara lain:

20
a. Pembuatan atau perbaikan Standar Operating Procedure (SOP),

termasuk di dalamnya perbaikan standar kinerja pelayanan pada

masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah..

b. Perbaikan struktur organisasi; dan

c. Pembuatan atau perbaikan uraian pekerjaan (job descriptions).

2.3 Manajemen Tatalaksana

Sebagai acuan bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah

untuk membangun dan menata tatalaksana (business process), dikeluarkan

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi No.12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tatalaksana.

Pendekatan yang banyak digunakan di lingkungan manajemen

organisasi dan menjadi dasar dari proses penataan tatalaksana adalah

Manajemen Tatalaksana (Business Process Management). Menurut

pendekatan ini penataan tatalaksana merupakan suatu siklus. Dalam

siklus tersebut penataan tatalaksana tercakup dalam aktivitas Analisis

Kebutuhan yang kemudian dilanjutan dengan aktivitas Perancangan

dengan menggunakan Pemodelan Proses. Meski proses penataan

tatalaksana sudah dilakukan hal ini tidak berarti tatalaksana yang

disusun telah memenuhi prinsip-prinsip dan manfaat suatu tatalaksana.

Oleh karena itu, setelah tersusun modelnya maka tatalaksana harus dapat

terimplementasi dengan baik dan diketahui keberhasilannya. Setelah teruji

dan memenuhi kriteria yang diharapkan selama implementasi, berikutnya

dilakukan pemberlakuan. Pemberlakuan dilakukan dengan dukungan

21
infrastruktur teknologi informasi yang memadai. Tatalaksana ditetapkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selanjutnya tatalaksana yang

terbentuk dilakukan monitoring secara berkesinambungan dan berdasarkan

fakta-fakta yang ada dilakukan evaluasi kehandalannya.

Tujuan perbaikan Tatalaksana (business process) yaitu membuat

proses lebih efektif, efisien dan adaptif. Sedangkan target perbaikan

Tatalaksana (business process) antara lain :

a. Penurunan biaya.

b. Peningkatan kualitas output.

c. Peningkatan kualitas layanan.

d. Peningkatan kecepatan delivery.

2.4 Hambatan Penataan Tatalaksana

Semua usaha dan kerja keras reformasi birokrasi khususnya dalam

area Penataan Tatalaksana tidak lain adalah untuk membawa birokrasi

pemerintah yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien

serta birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas. Meskipun

demikian masih terdapat beberapa hambatan yang harus diselesaikan,

diantaranya :

1. Masih rendahnya komitmen dari pimpinan instansi baik di tingkat

pemerintah pusat maupun ditingkat pemerintah daerah dalam upaya

untuk melakukan pecegahan dan pemberantasan tindak pidana

korupsi;

22
2. Masih terdapatnya proses bisnis/tatakerja/tatalaksana dalam instansi

pemerintah yang kurang jelas dan transparan. Banyak hal yang

seharusnya dilaksanakan dengan cepat seringkali harus berjalan tanpa

proses yang pasti disebabkan tidak terdapatnya sistem tatalaksana

yang baik. Hal tersebut kemudian mendorong terciptanya perilaku

hirarkis, feodal, dan kurang kreatif pada birokrat/aparatur.

3. Manajemen kinerja pemerintah yang belum dilaksanakan secara

maksimal;

4. Penerapan tata kelola pemerintahan yang belum sepenuhnya

diterapkan;

5. Manajemen sumber daya manusia yang belum berjalan dengan baik.

Oleh sebab itu perubahan pada sistem tatalaksana sangat diperlukan

dalam rangka mendorong efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan, serta untuk mengubah mental aparatur.

2.4 Langkah-langkah Perbaikan Tatalaksana

Sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi No.12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan

Tatalaksana, adapun langkah – langkah untuk melakukan perbaikan

Tatalaksana (business process), antara lain :

1. Pahami harapan pengguna utama atas perbaikan dari Tatalaksana

(business process) dimaksud.

23
2. Pahami peraturan atau kebijakan yang mengatur Tatalaksana

(business process) dimaksud.

3. Identifikasi perbaikan Tatalaksana (business process) yang diusulkan,

biasanya melalui:

a. Penyederhanaan proses (streamlining / simplification - S).

b. Penghilangan proses yang tidak perlu (elimination -E).

c. Pembuatan proses yang sama sekali baru (reengineering - R);

atau

d. Pengotomatisasian proses (automation - A).

e. Perbaiki model Tatalaksana (business process) sesuai dengan

perbaikan yang telah dilakukan.

f. Dapatkan pengesahan dari pimpinan lembaga untuk diberlakukan

(bila diperlukan).

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan (www.

ditjen. kemenkumham.go.id, diakses 20 Agustus 2014), mengatakan

bahwa reformasi birokrasi adalah upaya perubahan, dimana perubahan

yang dilakukan terkait reformasi birokrasi yaitu : Perubahan cara berfikir,

Penataan peraturan perundang-undangan, Penguatan organisasi, Penataan

tata laksana, Manajemen SDM aparatur, Penguatan pengawasan,

Penguatan akuntabilitas kinerja dan Peningkatan kualitas pelayanan

publik. Penataan tatalaksana dilaksanakan melalui serangkaian proses

analisis dan perbaikan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif,

25
efisien dan terukur pada masing-masing Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah. Target yang ingin dicapai melalui program ini antara

lain yaitu meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen

pemerintahan serta kinerja di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah

Daerah.

Tujuan perbaikan Tatalaksana (business process) yaitu membuat

proses lebih efektif, efisien dan adaptif. Sedangkan target perbaikan

Tatalaksana (business process) antara lain : Penurunan biaya, Peningkatan

kualitas output, Peningkatan kualitas layanan, Peningkatan kecepatan

delivery.

Meskipun demikian masih terdapat beberapa hambatan yang harus

diselesaikan, diantaranya :

1. Masih rendahnya komitmen dari pimpinan instansi baik di tingkat

pemerintah pusat maupun ditingkat pemerintah daerah dalam upaya

untuk melakukan pecegahan dan pemberantasan tindak pidana

korupsi;

2. Masih terdapatnya proses bisnis/tatakerja/tatalaksana dalam instansi

pemerintah yang kurang jelas dan transparan.

3. Manajemen kinerja pemerintah yang belum dilaksanakan secara

maksimal;

4. Penerapan tata kelola pemerintahan yang belum sepenuhnya

diterapkan;

5. Manajemen sumber daya manusia yang belum berjalan dengan baik.

26
Oleh sebab itu perubahan pada sistem tatalaksana sangat diperlukan

dalam rangka mendorong efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan, serta untuk mengubah mental aparatur.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi No.12 Tahun 2011 tentang Pedoman

Penataan Tatalaksana, langkah – langkah untuk melakukan perbaikan

Tatalaksana (business process), antara lain :

1. Memahami harapan pengguna utama atas perbaikan dari Tatalaksana

(business process) dimaksud.

2. Pahami peraturan atau kebijakan yang mengatur Tatalaksana

(business process) dimaksud.

3. Identifikasi perbaikan Tatalaksana (business process) yang diusulkan,

biasanya melalui:

a. Penyederhanaan proses (streamlining / simplification - S).

b. Penghilangan proses yang tidak perlu (elimination -E).

c. Pembuatan proses yang sama sekali baru (reengineering - R);

atau

d. Pengotomatisasian proses (automation - A).

e. Perbaiki model Tatalaksana (business process) sesuai dengan

perbaikan yang telah dilakukan.

27
f. Dapatkan pengesahan dari pimpinan lembaga untuk diberlakukan

(bila diperlukan).

28
M A K A LA H

REFORMASI BIROKRASI PADA AREA

TATALAKSANA DAN HAMBATANNYA

DISUSUN OLEH

NAMA : BAIQ ISYATIN RODIAH, SH

NIP. :

JABATAN : KEPALA BIDANG DIKLAT DAN FASILITASI


ASN

29
UNIT KERJA : BADAN KEPEGAWAIAN DAN PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA MANUSIA KOTA MATARAM

TAHUN 2019

30
KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, tugas makalah tentang Reformasi

Birokrasi Pada Area Tatalaksana dan Hambatannya ini dapat diselesaikan tepat

pada waktunya, proses penulisan ini mengalami beberapa kendala, namun

berkat kesungguhan dan kerja keras kendala-kendala itu dapat di atasi dengan

baik, makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang di berikan

oleh ibu/bapak dosen.

Dalam makalah ini disajikan penjelasan tentang Pengertian Reformasi

Birokrasi, Penataan Tatalaksana (business process), Manajemen Tatalaksana,

Hambatan Penataan Tatalaksana dan Langkah-langkah Perbaikan Tatalaksana.

Kami telah berusaha sebaik mungkin untuk mencari dan mengumpulkan

sumber-sumber yang bisa membantu dalam penulisan makalah ini, dengan segala

kerendahan hati kami sebagai penulis mengakui bahwa makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan. Sehubungan dengan hal tersebut tegur sapa, saran dan

kritikan yang bersifat membangun agar buku ini menjadi lebih baik sangat

diharapkan dan diterima dengan tangan terbuka. Mudah-mudahan makalah yang

sederhana ini bermanfaat bagi para peminat yang ingin dan lebih memahami

tentang Reformasi Birokrasi Pada Area Tatalaksana dan Hambatannya.

31
DAFTAR ISI

Judul

Kata pengantar ..................…………………………………………………….…1

Daftar isi ............................………………………………………………….........2

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………3

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………3

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………..4


1.3 Tujuan Penulisan ………………………………………………….4
1.4 Manfaat……………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reformasi Birokrasi………………………..………....5


2.2 Penataan Tatalaksana (Business Process) ……….……………… 8
2.3 Manajemen Tatalaksana ….……………………………………...9

2.4 Hambatan Penataan Tatalaksana……………………………..11

2.5 Langkah-langkah Perbaikan Tatalaksana……………………12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ………………..………..……………………………13

BAB I

32
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Program Reformasi Birokrasi Nasional telah dilaksanakan pemerintah

sejak tahun 2010. Pelaksanaan reformasi birokrasi nasional sampai saat

ini sudah memasuki tahap kedua yang ditandai dengan disusunnya Road

Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 melalui PERMENPAN No. 11 Tahun

2015. Ada3 (tiga) sasaran yang ditetapkan Dalam Road Map tersebut dan 8

(delapan) area perubahan reformasi birokrasi 2015-2019.

Ketiga sasaran Reformasi Birokrasi tersebut, antara lain :

1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel;

2. Birokrasi yang efektif dan efisien;

3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas.

Guna terwujudnya ketiga sasaran reformasi birokrasi di atas, ditetapkan

area perubahan reformasi birokrasi. Perubahan-perubahan pada area

tertentu dalam lingkup birokrasi diharapkan dapat menciptakan kondisi

yang kondusif guna mendukung pencapaian tiga sasaran reformasi

birokrasi. Ada 8 (delapan) area perubahan reformasi birokrasi yang

dimaksud, yaitu ; Mental Aparatur, Pengawasan, Akuntabilitas,

Kelembagaan, Tatalaksana, Sumber Daya Manusia Aparatur, Peraturan

Perundang-Undangan dan Pelayanan Publik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Reformas Birokrasi ?

33
2. Bagaimana Proses Penataan Tatalaksana dilaksanakan?
3. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Tatalaksana?
4. Apa saja Hambatan dalam Penataan Tatalaksana ?
5. Bagaimana Langkah-langkah Perbaikan Tatalaksana?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan ini memiliki tujuan sebagai berikut:

3. Kita dapat memahami arti Reformasi Birokrasi .

4. Memahami Proses Penataan Tatalaksana.

5. Kita dapat mengerti Manajemen Tatalaksana.

6. Mengetahui hambatan dalam penataan tatalaksana.

7. Mengetahui Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk Perbaikan

Tatalaksana.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan Delapan Area Reformasi Birokrasi Penataan

Tatalaksana ini memberi pemahaman yang lebih kepada semua pembaca

dimulai dari Pengertian Reformasi Birokrasi dan Delapan Area Reformasi

Birokrasi, Pemahaman tentang Penataan Tatalaksana, Manajemen

Penataan Tatalaksana dan Hambatan dalam Penataan Tatalaksana.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Reformasi Birokrasi

34
Terkait dengan usaha pemerintah dalam memperbaiki birokrasi, yang

akhirnya disebut sebagai reformasi birokrasi. Sehingga terdapat berbagai

definisi tentang reformasi birokrasi , dengan pengertian yang berbeda-beda

tentang reformasi birokrasi. Menurut MenPan (www.menpan.go.id,

diakses 19 Agustus 2014), reformasi birokrasi adalah upaya untuk

melaksanakan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem

penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek pada

penerapan pelayanan prima.

Menurut Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan (www.

ditjen. kemenkumham.go.id, diakses 20 Agustus 2014), mengatakan

bahwa reformasi birokrasi adalah upaya perubahan, dimana perubahan

yang dilakukan terkait reformasi birokrasi yaitu : Perubahan cara berfikir,

Penataan peraturan perundang-undangan, Penguatan organisasi, Penataan

tata laksana, Manajemen SDM aparatur, Penguatan pengawasan,

Penguatan akuntabilitas kinerja dan Peningkatan kualitas pelayanan

publik.

Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009:72), mengatakan bahwa

reformasi birokrasi merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan

kinerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektifitas, efisien, dan

akuntabilitas. Dimana reformasi biokrasi itu mencakup beberapa

perubahan yaitu:

a. Perubahan cara berfikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak),

Maksudnya yaitu birokrasi harus merubah pola berfikir yang terdahulu

35
(buruk), birokrasi harus memliki pola pikir yang menyadari bahwa

mereka sebagai pelayan masyarakat, harus mempunyai sikap dan pola

perilaku yang baik, yang artinya tidak menyimpang dari peraturan

yang sudah ditetapkan atau sesuai dengan peraturan perundang-

undangan .

b. Perubahan penguasa menjadi pelayan, maksudnya yaitu birokrasi

harus merubah sikap mereka, karena yang dapat kita ketahui selama

ini bawha birokrasi selalu menganggap bahwa mereka adalah

penguasa dikarenakan memiliki jabatan yang tinggi dibanding dengan

masyarakat sehingga mereka beranggapan bahwa mereka adalah

penguasa yang harus selalu dihormati. Oleh sebab itu hal yang

demikian harus dihilangkan dari birokrasi.

c. Mendahulukan peranan dari wewenang, perubahan yang dimaksud

adalah birokrasi harus selalu mengutamakan perananannya sebagai

pelayan masyarakat. Harus mampu melayani masyarakat dengan

baik, dengan menyampingkan wewenangnya sebagai pejabat atau

pegawai pemerintah.

d. Tidak berfikir hasil produksi tapi hasil akhir, perubahan yang

dimaksud adalah birokrasi harus selalu mengutamakan hasil akhir

dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat seperti

menciptakan kepuasan bagi masyarakat.

36
e. Perubahan manajemen kinerja, maksud yaitu merubah manajemen

kinerja birokrasi agar menjadi lebih efektif dibandingkan

sebelumnya.

Sementara itu menurut Yehezkel Dror dalam Zauhar (2007:6),

reformasi administrasi yaitu suatu perubahan yang terencana terhadap

aspek utama administrasi. Menurut Zauhar (2007:11), mengatakan

reformasi administrasi adalah upaya sadar dan terencana untuk

mengubah:

a. Struktur dan prosedur birokrasi (aspek reorganisasi atau institusional/

kelembagaan), perubahan yang dilakukan mencakup struktur dan

prosedur yang ada pada birokrasi untuk membuat fungsi dari

birokrasi tersebut lebih efektif.

b. Sikap dan prilaku birokrat (aspek prilaku), untuk meningkatkan

efektifitas organisasi dan terciptanya administrasi yang sehat serta

menjamin tercapainya tujuan pembangunan nasional, perubahan

tersebut untuk memperbaiki sikap dan prilaku dari birokrasi itu

sendiri, guna menciptakan kesadaran birokrasi terhadap tugasnya

bukan sebagai penguasa lagi tetapi sebagai pelayan masyarakat.

Dalam hal ini, penjelasan tentang maksud dari reformasi birokrasi

hampir sama dengan maksud reformasi administrasi yakni sebagai usaha

perubahan untuk meningkatkan kualitas birokrasi. Setiap perubahan yang

akan dilaksanakan selalu berfokus terhadap birokrasi sebagai sasaran

perubahan, hal ini dilaksanakan untuk menyelesaikan permasalahan yang

37
terdapat dimasyarakat. Mengingat bahwa birokrasi selalu bersentuhan

langsung dengan masyarakat oleh sebab itu birokrasi dituntut untuk

mampu memaksimalkan tugas dan fungsinya nya sebagai pelayan dalam

melayani masyarakat. Agar hal tersebutdapat tercapai maka pemerintah

sebagai yang berwenang melakukan pembaharuan dan perubahan

mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan.

2.2 Penataan Tatalaksana ( Business Process )

Organisasi dan tata laksana merupakan alat untuk mencapai visi dan

misi organisasi, pada tahun 2010 Pemerintah melalui Peraturan Presiden

Nomor 81 Tahun 2010 telah menetapkan Grand Design Reformasi

Birokrasi Indonesia 2010-2025, salah satu agenda area perubahan yang

dilakukan adalah di bidang Organisasi dan Tatalaksana.

Tatalaksana (business process) adalah sekumpulan aktivitas kerja

terstruktur dan saling terkait yang menghasilkan keluaran yang sesuai

dengan kebutuhan pengguna. Penataan tatalaksana dilaksanakan melalui

serangkaian proses analisis dan perbaikan tatalaksana bertujuan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, proses, dan prosedur kerja

yang jelas, efektif, efisien dan terukur pada masing-masing

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Target yang ingin dicapai

melalui program ini antara lain yaitu meningkatnya efisiensi dan

efektivitas proses manajemen pemerintahan serta kinerja di

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah.

38
Beberapa perbaikan/penataan dapat dilaksanakan secara intuitif dan

segera tanpa harus melalui proses analisis dan perbaikan business process

yang panjang. Perbaikan/penataan ulang tatalaksana (business process)

perlu dilaksanakan apabila :

c. Terjadi perubahan arah strategis Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah (visi, misi dan sasaran strategis) yang berdampak

pada atau mengakibatkan perubahan tugas dan fungsi serta keluaran

(output) organisasi/unit kerja.

d. Adanya keinginan/dorongan dari dalam Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah atau pun dorongan dari publik/masyarakat sebagai

salah satu pemangku kepentingan untuk memperbaiki kinerja

pelayanan public secara signifikan.

Sedangkan muara dari penataan tatalaksana (business process) yaitu,

antara lain:

b. Pembuatan atau perbaikan Standar Operating Procedure (SOP),

termasuk di dalamnya perbaikan standar kinerja pelayanan pada

masing-masing Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah..

b. Perbaikan struktur organisasi; dan

c. Pembuatan atau perbaikan uraian pekerjaan (job descriptions).

2.3 Manajemen Tatalaksana

Sebagai acuan bagi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah

untuk membangun dan menata tatalaksana (business process), dikeluarkan

39
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi No.12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tatalaksana.

Pendekatan yang banyak digunakan di lingkungan manajemen

organisasi dan menjadi dasar dari proses penataan tatalaksana adalah

Manajemen Tatalaksana (Business Process Management). Menurut

pendekatan ini penataan tatalaksana merupakan suatu siklus. Dalam

siklus tersebut penataan tatalaksana tercakup dalam aktivitas Analisis

Kebutuhan yang kemudian dilanjutan dengan aktivitas Perancangan

dengan menggunakan Pemodelan Proses. Meski proses penataan

tatalaksana sudah dilakukan hal ini tidak berarti tatalaksana yang

disusun telah memenuhi prinsip-prinsip dan manfaat suatu tatalaksana.

Oleh karena itu, setelah tersusun modelnya maka tatalaksana harus dapat

terimplementasi dengan baik dan diketahui keberhasilannya. Setelah teruji

dan memenuhi kriteria yang diharapkan selama implementasi, berikutnya

dilakukan pemberlakuan. Pemberlakuan dilakukan dengan dukungan

infrastruktur teknologi informasi yang memadai. Tatalaksana ditetapkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Selanjutnya tatalaksana yang

terbentuk dilakukan monitoring secara berkesinambungan dan berdasarkan

fakta-fakta yang ada dilakukan evaluasi kehandalannya.

Tujuan perbaikan Tatalaksana (business process) yaitu membuat

proses lebih efektif, efisien dan adaptif. Sedangkan target perbaikan

Tatalaksana (business process) antara lain :

e. Penurunan biaya.

f. Peningkatan kualitas output.

40
g. Peningkatan kualitas layanan.

h. Peningkatan kecepatan delivery.

2.4 Hambatan Penataan Tatalaksana

Semua usaha dan kerja keras reformasi birokrasi khususnya dalam

area Penataan Tatalaksana tidak lain adalah untuk membawa birokrasi

pemerintah yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien

serta birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas. Meskipun

demikian masih terdapat beberapa hambatan yang harus diselesaikan,

diantaranya :

6. Masih rendahnya komitmen dari pimpinan instansi baik di tingkat

pemerintah pusat maupun ditingkat pemerintah daerah dalam upaya

untuk melakukan pecegahan dan pemberantasan tindak pidana

korupsi;

7. Masih terdapatnya proses bisnis/tatakerja/tatalaksana dalam instansi

pemerintah yang kurang jelas dan transparan. Banyak hal yang

seharusnya dilaksanakan dengan cepat seringkali harus berjalan tanpa

proses yang pasti disebabkan tidak terdapatnya sistem tatalaksana

yang baik. Hal tersebut kemudian mendorong terciptanya perilaku

hirarkis, feodal, dan kurang kreatif pada birokrat/aparatur.

8. Manajemen kinerja pemerintah yang belum dilaksanakan secara

maksimal;

41
9. Penerapan tata kelola pemerintahan yang belum sepenuhnya

diterapkan;

10. Manajemen sumber daya manusia yang belum berjalan dengan baik.

Oleh sebab itu perubahan pada sistem tatalaksana sangat diperlukan

dalam rangka mendorong efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan, serta untuk mengubah mental aparatur.

2.4 Langkah-langkah Perbaikan Tatalaksana

Sesuai Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi No.12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan

Tatalaksana, adapun langkah – langkah untuk melakukan perbaikan

Tatalaksana (business process), antara lain :

4. Pahami harapan pengguna utama atas perbaikan dari Tatalaksana

(business process) dimaksud.

5. Pahami peraturan atau kebijakan yang mengatur Tatalaksana

(business process) dimaksud.

6. Identifikasi perbaikan Tatalaksana (business process) yang diusulkan,

biasanya melalui:

e. Penyederhanaan proses (streamlining / simplification - S).

f. Penghilangan proses yang tidak perlu (elimination -E).

g. Pembuatan proses yang sama sekali baru (reengineering - R);

atau

42
h. Pengotomatisasian proses (automation - A).

e. Perbaiki model Tatalaksana (business process) sesuai dengan

perbaikan yang telah dilakukan.

f. Dapatkan pengesahan dari pimpinan lembaga untuk diberlakukan

(bila diperlukan).

43
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan (www.

ditjen. kemenkumham.go.id, diakses 20 Agustus 2014), mengatakan

bahwa reformasi birokrasi adalah upaya perubahan, dimana perubahan

yang dilakukan terkait reformasi birokrasi yaitu : Perubahan cara berfikir,

Penataan peraturan perundang-undangan, Penguatan organisasi, Penataan

tata laksana, Manajemen SDM aparatur, Penguatan pengawasan,

Penguatan akuntabilitas kinerja dan Peningkatan kualitas pelayanan

publik. Penataan tatalaksana dilaksanakan melalui serangkaian proses

analisis dan perbaikan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efisiensi

dan efektivitas sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif,

efisien dan terukur pada masing-masing Kementerian/Lembaga dan

Pemerintah Daerah. Target yang ingin dicapai melalui program ini antara

lain yaitu meningkatnya efisiensi dan efektivitas proses manajemen

pemerintahan serta kinerja di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah

Daerah.

Tujuan perbaikan Tatalaksana (business process) yaitu membuat

proses lebih efektif, efisien dan adaptif. Sedangkan target perbaikan

Tatalaksana (business process) antara lain : Penurunan biaya, Peningkatan

kualitas output, Peningkatan kualitas layanan, Peningkatan kecepatan

delivery.

44
Meskipun demikian masih terdapat beberapa hambatan yang harus

diselesaikan, diantaranya :

6. Masih rendahnya komitmen dari pimpinan instansi baik di tingkat

pemerintah pusat maupun ditingkat pemerintah daerah dalam upaya

untuk melakukan pecegahan dan pemberantasan tindak pidana

korupsi;

7. Masih terdapatnya proses bisnis/tatakerja/tatalaksana dalam instansi

pemerintah yang kurang jelas dan transparan.

8. Manajemen kinerja pemerintah yang belum dilaksanakan secara

maksimal;

9. Penerapan tata kelola pemerintahan yang belum sepenuhnya

diterapkan;

10. Manajemen sumber daya manusia yang belum berjalan dengan baik.

Oleh sebab itu perubahan pada sistem tatalaksana sangat diperlukan

dalam rangka mendorong efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan

pelayanan, serta untuk mengubah mental aparatur.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi No.12 Tahun 2011 tentang Pedoman

Penataan Tatalaksana, langkah – langkah untuk melakukan perbaikan

Tatalaksana (business process), antara lain :

4. Memahami harapan pengguna utama atas perbaikan dari Tatalaksana

(business process) dimaksud.

45
5. Pahami peraturan atau kebijakan yang mengatur Tatalaksana

(business process) dimaksud.

6. Identifikasi perbaikan Tatalaksana (business process) yang diusulkan,

biasanya melalui:

e. Penyederhanaan proses (streamlining / simplification - S).

f. Penghilangan proses yang tidak perlu (elimination -E).

g. Pembuatan proses yang sama sekali baru (reengineering - R);

atau

h. Pengotomatisasian proses (automation - A).

e. Perbaiki model Tatalaksana (business process) sesuai dengan

perbaikan yang telah dilakukan.

f. Dapatkan pengesahan dari pimpinan lembaga untuk diberlakukan

(bila diperlukan).

46
47

Anda mungkin juga menyukai