Anda di halaman 1dari 19

ISSN 1978 - 1059

Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013, 8(1): 55—62

ANALISIS DETERMINAN DAN PENGARUH STUNTING TERHADAP


PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DI KUPANG DAN SUMBA TIMUR,
NTT
(The Determinant Analysis and the Impact of Stunting for School Children School Performance in
Kupang and Sumba Timur, NTT)

Intje Picauly1 dan Sarci Magdalena Toy1

1
Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana,
Jl. Jenderal Soeharto. No. 72 Naikoten I, Kupang, NTT

ABSTRACT

The research was conducted to find out determinant factors that can cause the incidence of stunting and
how it may affect elementary school children performance. The research areas were selected based on
the difference access of nutrition information. Kabupaten Sumba Timur and Kota Kupang were selected as
research areas. Related primary data was taken covering anthropometric index namely body height for age
(HFA); weight for age (WFA), and weight for height (WFH), and academic school performances before and
after research treatment. Other data was collected by interview using questionnaires. Regression analysis
was used to know determinant factors that may bring about stunting. The results showed that determinant
factors of stunting were family income, mother’s nutrition knowledge, child care practices, the history
of infection, immunization, protein intake, and mother education. While, stunted elementary school
children had low academic performances. The higher level of stunting is the lower academic performance
of elementary school children.

Keywords: academic performances, determinant of Stunting, elementary school students

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting serta
dampaknya terhadap prestasi anak sekolah dasar. Penelitian dilakukan di Kota Kupang dan Kabupaten
Sumba Timur. Lokasi penelitian sengaja diambil dua wilayah yang berbeda jangkauan informasi tentang gizi
dan manfaatnya serta ketersediaan sarana prasarana yang dapat digunakan untuk pencapaian kondisi bebas
masalah gizi. Subjek yang dibutuhkan dalam penelitian ini masing-masing sebanyak 265 siswa di Kota Kupang
dan 274 di Kabupaten Sumba Timur. Adapun jenis data yang digunakan adalah data primer yang meliputi
data indeks antropometri (TB/U; BB/U; BB/TB) dan data hasil pengukuran nilai siswa. Selain itu data–data
lain dilengkapi dan diukur menggunakan instrumen kuesioner yang bersifat terstruktur. Analisis determinan
menggunakan jenis analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor determinan
stunting adalah faktor pendapatan keluarga, pengetahuan gizi ibu, pola asuh ibu, riwayat infeksi penyakit,
riwayat imunisasi, asupan protein dan pendidikan ibu. Siswa yang stunting lebih banyak memiliki prestasi
belajar yang kurang, sementara siswa yang non stunting lebih banyak memiliki prestasi belajar yang baik.

Kata kunci: anak sekolah dasar, determinan stunting, prestasi belajar

Korespondensi: Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cen-
*

dana, Jl. Jenderal Soeharto. No. 72 Naikoten I, Kupang, NTT, Telp/Faks: (0380-821410); 081353801455.
Email: picaulyince@yahoo.co.id

JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013 55


Picauly &
Toy

56 JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013


Analisis Determinan, Stunting, dan Prestasi Belajar
P administrasi Sumba Timur, Propinsi desain cross sectional.
Anak
E Kabupaten. Nusa Teng- gara Penelitian ini
N Hasil Timur. berlangsung dari Bulan
D Rekapitulasi Maret—Desember
A Pemantauan Status M 2012. Lokasi penelitian
H Gizi (PSG) diketahui adalah Kota Kupang
U bahwa persentase E dan Kabupat- en
L stunting di Kota Sumba Timur, Provinsi
U Kupang sebesar T Nusa Tenggara Timur.
A 63.3% dan Sumba De- ngan menggunakan
N Timur sebesar O data persentase kasus
42.3%. Angka itu gizi buruk
Stunting adalah memberi gambaran D
bentuk dari proses bahwa lebih dari
pertum- buhan anak sepertiga anak di Kota E
yang terhambat. Kupang dan Kabupaten
Sampai saat ini stunt- Sumba Timur D
ing merupakan salah berperawakan pendek
satu masalah gizi yang dibandingkan dengan e
perlu mendapat tinggi badan yang
perhatian. Prevalensi seharusnya mereka s
nasional untuk kurang capai pada usia
gizi kronis (stunting) tersebut. a
berdasarkan hasil Rekomendasi
Riset Kesehatan Dasar dari berbagai hasil i
(Riskesdas) tahun 2010 penelitian sebelumnya
pada anak usia 6—12 menyimpulkan bahwa n
tahun sebesar 35.6%, hambatan per-
angka ini tergolong tumbuhan anak ,
tinggi untuk tingkatan dipengaruhi oleh
kesehatan berbagai faktor. Baker T
masyarakat. Se- (2008) menambahkan
mentara untuk tingkat bahwa faktor yang da- e
nasional, provinsi Nusa pat berpengaruh
Teng- gara Timur adalah faktor m
menempati urutan lingkungan dan gene-
pertama prevalensi tik serta interaksi p
stunting tertinggi keduanya. Oleh karena
yakni sebesar 58.4%. itu untuk menyusun
Dengan de- mikian, a
langkah nyata dalam
masalah gizi kronis penanggulangan
(stunting) masih tetap t
masalah gizi khusus
tinggi di provinsi NTT. pada kelompok balita
Sumba Timur ,
dan anak usia sekolah
dan Kota Kupang dasar diperlukan
merupakan dua d
kajian tentang fak-
wilayah yang secara tor determinan dan
administrasi memiliki dampak terjadinya a
per- bedaan yang masalah gizi tersebut
nyata. Kota Kupang terhadap kualitas n
memiliki kelebih- an sumberdaya manusia
dalam beberapa hal Indonesia. W
seperti memiliki Berdasarkan hal
sumber in- formasi, tersebut maka peneliti a
pusat pendidikan, dan tertarik untuk
keragaman pangan melakukan penelitian k
jauh lebih baik dan dengan tu- juan untuk
lengkap dikarenakan menganalisis t
wilayah tersebut determinan dan
adalah ibu kota pengaruh stunting u
propinsi sedangkan terhadap prestasi Jenis penelitian
Sumba Timur belajar anak sekolah ini adalah survai
analitik de-
merupakan wilayah
JGP, Volume 8, Nomor 1,diMaret
Kota2013
Kupang dan ngan menggunakan 57
Picauly &
tertinggi maka secara pangan diperoleh stunting dilakukan
Toy
purposive sampling melalui metode Food dengan menggunakan
terpilih dari masing- Frequency uji statistik regresi
masing wilayah adalah Questionnaires (FFQ); logistik berganda pada
Kecamatan Pa- sir data riwayat in- feksi tingkat kemaknaan
Panjang, Kota Kupang penyakit, status sosial 95% (α=0.05).
dan Kecamatan ekonomi, pola asuh, Kemudian untuk
Waingapu, Kabupaten riwayat imunisasi, menge- tahui
Sumba Timur. diperoleh melalui pengaruh stunting
observasi dan terhadap prestasi
Jumla wawancara dengan belajar menggunakan
h dan menggunakan uji statistik regresi
Cara kuesioner. Data linier sederhana pada
Penari prestasi belajar siswa tingkat kemaknaan
kan didapatkan dari nilai 95% (α=0.05).
Subje rata-rata ulangan
k harian untuk mata HASI
Populasi dalam pelajaran matematika
penelitian ini adalah (mewakili bidang IPA) L DAN
semua anak sekolah dan mata pelajaran
dasar yang bersekolah bahasa Indonesia PEMBAHASAN
di wilayah Ke- (mewakili bidang IPS
camatan Pasir Panjang dan Bahasa) dengan Karakteristik
berjumlah 1 250 siswa kriteria baik (7.0—10);
dan Wilayah cukup (5.5—6.9), dan Sosial Ekonomi
Kecamatan Waingapu kurang (<5.5). Data
berjumlah 1 356 sekunder diperoleh Keluarga Subjek
siswa. Dengan dari Sekolah Dasar, Riyadi dkk
mempertimbangkan Puskesmas dan Dinas (2006) dan Astari
jumlah populasi dan Kesehatan di Wilayah dkk (2006) me-
penentuan jumlah Kota Ku- pang dan ngatakan bahwa ciri
subjek menggunakan Sumba Timur. rumah tangga anak
persa- maan dari stunted adalah
Soekidjo Notoatmodjo P pendapatan dan
(2005) dan Saryono e pengeluaran untuk
(2009) maka jumlah n pangan yang rendah
subjek yang g serta terdapatnya
dibutuhkan dalam o perbedaan yang nyata
penelitian ini masing- l (p<0.05) pada tingkat
masing sebanyak 265 a pendidikan orang tua
siswa di Kota Kupang h antara kelompok anak
dan 274 di Kabupaten a stunting dan kelompok
Sumba Timur. n anak normal.
Kemudian Depkes RI
Jenis d (2008) menyimpulkan
dan a bahwa selain faktor
Cara n kurangnya
Peng ketersediaan pa- ngan,
umpu A status gizi juga dapat
lan n dipengaruhi oleh
Data a faktor kondisi sosial
Data primer l ekonomi dan budaya
yang dikumpulkan i keluarga. Dalam
adalah data s
pendidikan dan i
pekerjaan orang tua, s
umur, data tinggi D
badan siswa yang a
diukur dengan t
mengguna- kan a
microtoise dengan Menurut Riyanto
ketelitian 0.1 cm; (2012) analisis
data ke- ragaman determinan kejadian
58 JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013
Analisis Determinan, Stunting, dan Prestasi Belajar
Anak

JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013 59


Picauly &
Toy penelitian ini, indikator sosial ekonomi diukur Tabel 2. Distribusi Subjek berdasarkan Asupan Gizi
mela- lui indikator pendidikan, pendapatan, menurut Wilayah Penelitian
pengetahuan informal, dan status pekerjaan ibu
keluarga.
Kota Kab. Sumba
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
Asupan Gizi Kupang Timur
pene- litian yang dilakukan oleh Nasikhah dan
Margawati
(2012) yang mengatakan bahwa tinggi badan orang n % n %
tua yang pendek, tingkat pendidikan orang tua yang Asupan Energi:
rendah, dan tingkat pendapatan orang tua yang Baik (>80%AKG) 205 77.36 222 81.02
rendah serta status ibu balita (bekerja dan tidak Kurang (<70—80%AKG) 60 22.64 52 18.98
bekerja) merupakan faktor risiko yang berpengaruh
Asupan Protein:
terhadap kejadian stunting. Sedangkan ditemukan
bahwa faktor pengetahuan gizi ibu subjek tidak Baik (>80%AKG) 78 29.43 95 34.67
menjadi faktor risiko stunting. Hal ini berarti Kurang (<70—80%AKG) 187 70.57 179 65.33
bahwa walaupun persentase ibu subjek yang
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian
mempunyai tingkat pengetahuan gizi baik namun
besar subjek memiliki asupan zat gizi protein dalam
tidak menja- min untuk bebas dari stunting.
kategori kurang (65—71%). Jika dihubungkan dengan
Tabel 1 menunjukkan bahwa latar belakang
indikator pendapatan (Tabel 1) diketahui bahwa
karakteristik sosial ekonomi keluarga subjek masih
kon- disi inilah yang memperburuk peluang
cukup memuaskan walaupun dari segi tingkat
terpenuhinya kebutuhan zat gizi dimaksud. Riyadi
penda- patan di Kabupaten Sumba Timur masih
et al. (2006) mengatakan bahwa jenis dan jumlah
rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
pangan yang dikonsumsi kelompok anak normal
keluarga be- kerja di sektor swasta dan pertanian
lebih beragam dan banyak dibanding kelompok anak
dengan jenis pendapatan harian, musiman, dan
yang stunting. Oleh karena itu, kontribusi protein
bahkan tidak menentu. Selain itu diduga bahwa
terhadap AKG pada kelompok anak normal lebih
tingginya tingkat pendidikan dan pengetahuan gizi
tinggi dibanding kelompok anak stunting.
ibu tidak didukung oleh faktor sikap dan tindakan.
Tabel 3 menjelaskan bahwa masalah stunting
Hal ini disebabkan karena sebagian besar (>95%)
pada dua wilayah penelitian telah melebihi batas
ibu subjek lebih ba- nyak mengalokasikan waktu
ambang penerimaan derajat kesehatan masyarakat
diluar rumah sehingga cenderung mengabaikan pola
(10%) yaitu sebesar 25—31.75%. Hal ini menanda-
asuh gizi yang tepat pada anak.
kan bahwa adanya permasalahan yang serius dalam
Tabel 1. Distribusi Subjek berdasarkan Karakteristik proses peningkatan kualitas sumberdaya manu-
Sosial Ekonomi Keluarga sia. Hasil penelitian Mahgoub et al. (2006) sejalan
Kota Kab. Sumba dengan hasil penelitian dari Lana et al. (2012) dan
Indikator Sosek Kupang Timur Kusumaningrum et al. (2013) yang menunjukkan
n % n % bahwa masalah kekurangan pangan serta masalah
gizi yang berkepanjangan dapat memengaruhi kua-
Pendapatan Keluarga:
litas Balita khususnya di Kabupaten Timor Tengah
Tinggi (≥Rp 800 000) 87 32.83 95 34.67 Selatan (TTS). Namun dengan upaya perbaikan de-
Rendah (<Rp 800 000) 178 67.17 179 65.33 ngan metode pendekatan Positive Deviance (PD)
Pendidikan Ibu: Pos Gizi yang lebih baik maka permasalah gizi
dapat tertanggulangi.
Tinggi (≥9 tahun) 198 74.72 177 64.60
Rendah (<9 tahun) 67 25.28 97 35.40 Tabel 3. Distribusi Subjek berdasarkan Kategori
Stunting dan Non Stunting menurut Wila-
Pengetahuan Gizi Ibu:
yah Penelitian
Baik (>80%) 205 77.36 222 81.02
Kota Kab. Sumba
Cukup (60—80%) 60 22.64 47 17.15 Kupang Timur
Status Gizi (TB/U)
Kurang (<60%) 0 00 5 1.83 n % n %
Status Pekerjaan Ibu: Stunting 68 25.66 87 31.75
Bekerja 262 98.87 262 95.62 Non stunting 197 74.34 187 68.25
Tidak Bekerja 3 1.13 12 4.38
Indikator Lainnya
Asupan dan Status Gizi Subjek Peran keluarga terutama ibu dalam
Masa anak-anak adalah masa pertumbuhan, mengasuh anak akan menentukan tumbuh kembang
untuk itu anak memerlukan asupan gizi yang cukup. anak (Husaini et al. 2000). Sawadogo et al. (2006)
Asupan gizi yang tepat bagi anak harus tepat dan menyatakan bahwa perilaku ibu dalam menyusui
seimbang. Gambaran asupan gizi subjek dapat dili- atau memberi makan, cara makan yang sehat,
hat pada Tabel 2. memberi makanan yang bergizi dan mengontrol

60 JGP, Volume 8, Nomor 1, Maret 2013


besar porsi yang dihabiskan akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan kejadian
status gizi anak. Lebih lanjut Setiati (2006) stunting anak (p<0.05).
mengatakan bahwa faktor-faktor yang Hasil penelitian ini sejalan dengan yang
memengaruhi pola asuh adalah pendidikan, ditemukan dalam hasil penelitian Nubatonis et al.
pekerjaan, umur dan tingkat pengetahuan ibu. (2012) yang menunjukkan bahwa pola pengasuhan
Kenyataan tersebut tidak berbeda dengan kasus asuh lebih berat pada rendahnya pola hidup bersih
pada wilayah Kota Kupang dan Kabupaten Sumba dan sehat.
Timur (Tabel 4). Namun berdasarkan hasil Hasil penelitian Nasikhah dan Margawati
wawancara dengan subjek diketahui bahwa dalam (2012) juga menunjukkan bahwa faktor riwayat
penerapan pola asuh masih terbatas pada aspek penyakit infeksi, frekuensi sakit diare dan jumlah
perilaku ibu dalam menyusui atau memberi makan, anggota keluarga tidak menjadi faktor risiko stunt-
cara makan yang sehat, memberi makanan yang ing. Sehingga dapat diperkirakan bahwa ada atau
bergizi dan mengontrol besar porsi yang tidaknya kasus penyakit infeksi tidak berpengaruh
dihabiskan. Hal ini disebabkan karena pada peluang terjadinya stunting. Kasus penyakit
keterbatasan waktu yang disediakan di rumah infeksi yang lebih sering diderita oleh subjek adalah
bersama anak. infeksi saluran pernapasan, demam berdarah, dan
diare.
Tabel 4. Distribusi Subjek berdasarkan Kategori
Stunting dan Non Stunting menurut Wila-
yah Penelitian Analisis Determinan Stunting
Kota Kab. Sumba Analisis multivariat bertujuan untuk
Indikator Lainnya Kupang Timur menentu- kan variabel yang paling dominan dalam
memenga-
n % n % ruhi kejadian stunting. Hasil analisis regresi logis-
Riwayat Infeksi Penyakit: tik sederhana menunjukkan bahwa semua variabel
Tidak ada 96 36.23 93 33.94 memiliki nilai p<0.25 kecuali variabel asupan energi
Ada 169 63.77 181 66.06 yang memiliki nilai p>0.25 (Tabel 5). Hal ini berarti
bahwa variabel pendapatan keluarga, pendidikan
Pola Asuh Ibu:
ibu, pengetahuan gizi ibu, pekerjaan ibu, asupan
Baik (>80%) 76 28.68 89 32.48
protein, riwayat penyakit infeksi, pola asuh ibu,
Cukup (60—80%) 125 47.17 112 40.87 dan riwayat imunisasi berpengaruh signifikan
Kurang (<60%) 64 24.15 73 26.65 terhadap terjadinya stunting sedangkan variabel
Riwayat Imunisasi: 205 77.36 222 81.02 asupan e- nergi tidak memengaruhi kejadian
stunting.
Lengkap 105 39.62 99 36.13
Hasil analisis lanjutan menunjukkan bahwa
Belum lengkap 160 60.38 170 62.05 variabel yang lebih berpengaruh terhadap kejadian
Tidak pernah 0 0.00 5 1.82 stunting pada anak adalah variabel pendapatan ke-
luarga dengan nilai Odds Ratio Adjusted tertinggi
Hal yang sama juga ditekankan oleh Renyoet yaitu 62.128. Model regresi logistik yang terbentuk
et al. (2012) dalam hasil penelitiannya yang dalam analisis ini adalah:
mengemu- kan bahwa adanya hubungan yang
logit (p)=-11.639 + 4.129X1 – 3.022X2 + 3.264X3 +
signifikan antara perhatian/dukungan ibu terhadap
anak dalam prak- tek pemberian makanan, 3.623X4 + 1.926X6 + 2.332X7 + 2.827X8 +
rangsangan psikososial, kebersihan/hygiene dan 1.983X9
sanitasi lingkungan dan Melalui model ini dapat diketahui bahwa de-
terminan lain secara bersama-sama berpengaruh

Tabel 5. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Ganda Sembilan Variabel yang
Ber- hubungan Bermakna dengan Kejadian Stunting
Variabel Independen B P OR (Adjusted) CI 95%
Pendapatan Keluarga (X1) 4.129 0.011 62.128 2.541 – 1.519E3
Pendidikan Ibu (X2) -3.022 0.009 0.049 0.005 – 0.466
Pengetahuan Gizi Ibu (X3) 3.264 0.032 26.152 1.324 – 516.753
Pekerjaan Ibu (X4) 3.623 0.017 37.445 1.891 – 741.531
Asupan Energi (X5) 1.587 0.208 4.888 0.413 – 57.879
Asupan Protein (X6) 1.926 0.044 6.863 1.056 – 44.606
Riwayat Infeksi (X7) 2.332 0.023 10.298 1.388 – 76.398
Pola Asuh Ibu (X8) 2.827 0.026 16.893 1.404 – 203.294
Riwayat Imunisasi (X9) 1.983 0.027 7.264 1.256 – 42.014
terhadap kejadian memiliki pengetahuan ting- kat pendidikan maka semakin mudah
stunting adalah gizi dan pola dan pengetahuan gizi dalam proses
pendapatan ke- pengasuhan yang baik, tidak menja- min penyerapan atau
luarga, pendidikan atau sebaliknya. Data untuk memiliki pola adopsi informasi
ibu, pengetahuan gizi pada Tabel 1 dan 4 asuh yang baik. Zere sehingga diharapkan
ibu, ibu yang bekerja, menunjukkan bahwa dan McIntyre (2003), akan tercipta pola
asupan protein sebagian besar (>60%) Sawadogo et al. kebiasaan yang baik
kurang, ada riwayat ibu subjek mempunyai (2006), dan Astri et dan sehat.
infeksi penyakit, pola tingkat pendidikan dan al. (2006) mengatakan Hasil analisis
asuh ibu kurang, dan pengetahuan gizi bahwa ibu yang regresi logistik
tidak ada riwayat dengan kategori Baik. memiliki interval menunjukkan bahwa
imunisasi. Sedang- kan sekitar waktu lebih banyak di ibu dengan
Hasil analisis 28.68—32.48% ibu luar untuk bekerja pengetahuan gizi
regresi logistik subjek mempunyai tidak dapat kurang/ren- dah,
menunjukkan bahwa pola asuh dalam mengontrol pola memiliki peluang
keluarga dengan kategori cukup. Hasil konsumsi pangan anak anaknya mengalami
tingkat pendapatan penelitian ini sejalan dengan baik. Hal ini stunting dibandingkan
ren- dah memiliki dengan kenyataan berimplikasi pada ibu dengan
peluang anaknya yang ditemukan oleh asupan gizi anak yang pengetahuan gizi baik.
mengalami stunt- ing Oematan et al. (2013) tidak berimbang. Hal ini berarti bahwa
sebesar 62.128 kali bersama peneliti Walaupun demikian, jika pengetahuan gizi
lebih besar sebelum- nya seperti tingkat pendidikan ibu kurang maka akan
dibandingkan keluarga Yustika (2006), Semba yang tinggi tetap diikuti dengan
dengan tingkat et al. (2008) dan faktor penting. Sebab peningkatan kejadian
pendapatan tinggi. Hal Ramli et al. (2009) semakin tinggi tingkat stunting sebesar 3.264
ini sesuai dengan hasil yang mengatakan pendidikan seseorang kali. Hal ini sesuai
penelitian Riyadi et bahwa tingkat dengan hasil
al. (2006), Zottareli et pendidikan formal dan penelitian Fikhar
al. (2007), Salimar pengetahuan gizi ibu (2003) yang
(2009), dan Aditianti sangat berpengaruh menyatakan ada
(2010) yang pada peluang hubungan yang
menyatakan bahwa terjadinya stunting. bermakna antara
tingkat ekonomi Hasil analisis tingkat pengeta- huan
berpengaruh signifikan regresi logistik dengan status gizi
terhadap stunting menunjukkan bahwa buruk dengan nilai OR
pada bali- ta. Atau, ibu yang bekerja sebe- sar 3.428.
status sosial ekonomi memiliki peluang Pengetahuan seorang
dapat mendetermi- anaknya mengalami ibu dibutuhkan da-
nasi kejadian stunting stunting lebih besar lam perawatan
pada anak. dibandingkan ibu yang anaknya, dalam hal
Hasil analisis tidak bekerja. Hal ini pemberian dan
regresi logistik berarti bahwa jika ibu penyediaan
menunjukkan bahwa bekerja maka akan makanannya, sehingga
ibu dengan tingkat diikuti dengan seorang anak tidak
pendidikan rendah peningkatan ke- jadian menderita kekurangan
memi- liki peluang stunting sebesar gizi.
anaknya mengalami 3.623. Berg (1986) Hasil analisis
stunting sebesar menga- takan bahwa regresi logistik
0.049 kali lebih besar ibu-ibu yang bekerja menunjukkan bahwa
dibandingkan ibu tidak mempunyai faktor asupan energi
dengan pen- didikan cukup waktu untuk tidak mempunyai pe-
tinggi. Hal ini berarti memperhatikan ngaruh yang signifikan
bahwa jika pendidik- makanan anak yang terhadap kejadian
an ibu tinggi maka sesuai dengan stunting (p>0.05). Hal
akan diikuti dengan kebutuhan dan ini disebabkan karena
penurunan kejadian kecukupan serta sebagian besar (lebih
stunting sebesar kurang perhatian dan dari 70%) anak pada
3.022. Namun, pengasuhan kepada kedua kelompok
kenyataan yang anak. (stunt- ing maupun
dijumpai adalah tidak Hal ini non stunting) di
semua ibu yang memberikan Wilayah Kota Kupang
berpen- didikan tinggi gambaran bahwa dan Kabupaten Sumba
Timur sama-sama Hasil analisis
memiliki asupan regresi logistik
energi yang baik. Hal menunjukkan bahwa
ini diperkuat dengan anak yang memiliki
pendapat dari riwayat penyakit
Almatsier (2001) dan infek- si memiliki
hasil peneli- tian dari peluang mengalami
Sawadogo et al. stunting lebih be- sar
(2006) dan Ramli et dibandingkan anak
al. (2009) yang yang tidak memiliki
menyatakan bahwa riwayat infeksi
pertumbuhan tinggi penyakit. Hal ini
badan bisa terhambat berarti bahwa jika
bila seorang anak anak memiliki riwayat
mengalami defisiensi infeksi penyakit maka
protein (meskipun akan diikuti dengan
konsumsi energinya peningkatan kejadian
cukup) dalam jangka stunting 2.332 kali.
waktu yang lama, Hasil penelitian ini
sedangkan bobot sejalan dengan hasil
badan lebih banyak penelitian Aditianti
dipengaruhi oleh (2010) yang
cukup tidaknya menyatakan bahwa
konsumsi energi. penyakit infeksi
Hasil analisis berpengaruh
regresi logistik signifikan terhadap
menunjukkan bahwa stunting
anak dengan asupan
protein kurang memi-
liki peluang
mengalami stunting
lebih besar diban-
dingkan anak yang
asupan proteinnya
baik. Hal ini berarti
bahwa jika asupan
protein rendah maka
akan diikuti dengan
peningkatan kejadian
stunting sebesar 1.926
kali. Penegasan hal
dimaksud juga
disampaikan oleh
Almatsier (2001)
bahwa pertum- buhan
tinggi badan anak
dapat terhambat bila
se- orang anak
mengalami defisiensi
protein (meskipun
konsumsi energinya
cukup) selama masa
seribu hari pertama
kehidupan dan
berlangsung dalam
jangka waktu yang
lama (Kusharisupeni
2002), sedangkan
bobot badan lebih
banyak dipengaruhi
oleh cukup tidaknya
konsumsi energi.
pada anak usia 24—59 bulan. Di samping itu, Puji- bahwa prestasi belajar yang rendah tidak memper-
adji (2000) dalam Supariasa et al. (2002) juga men- timbangkan kondisi stunting atau non stunting. In-
gatakan bahwa infeksi berat dapat memperburuk formasi yang diperoleh dari berbagai pihak seperti
keadaan gizi melalui gangguan masukan makanan- orang tua murid dan guru (kelas dan mata pelajar-
nya dan meningginya kehilangan zat-zat gizi esensial an) dan diperkuat oleh hasil penelitian Semba et
tubuh melalui muntah-muntah dan diare. Selain itu al. (2008) dan Yustika (2006) bahwa siswa yang
penyakit infeksi seperti infeksi saluran pernapasan mem- punyai prestasi rendah pada umumnya
dapat juga menurunkan nafsu makan. Sebaliknya dihadapi de- ngan dua permasalahan inti yaitu
malnutrisi walaupun ringan berpengaruh negatif ter- tingginya jumlah absensi serta rendahnya kualitas
hadap daya tahan tubuh terhadap infeksi. penyerapan dan penguasaan materi pembelajaran
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan oleh siswa yang stunting.
bahwa ibu dengan pola asuh kurang/rendah, memi- Depkes (2008) menyampaikan bahwa selain
liki peluang anaknya mengalami stunting lebih be- faktor kurangnya ketersediaan pangan, masalah
sar dibandingkan ibu dengan pola asuh baik. Hal ini stunting juga dapat dipengaruhi oleh faktor kondisi
berarti bahwa jika pola asuh ibu kurang maka akan sosial ekonomi dan budaya keluarga. Sosial ekono-
diikuti dengan peningkatan kejadian stunting 2.827 mi dapat diukur melalui indikator-indikator seperti
kali. Adar et al. (1997), Adisasmito (2007) dan Nu- pendidikan, pendapatan, pengetahuan informal,
batonis et al. (2012), memperkuat hasil penelitian dan status pekerjaan ibu keluarga.
dengan mengatakan bahwa pola pengasuhan adalah
Tabel 6. Distribusi Subjek berdasarkan Prestasi
kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menye-
Belajar
diakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap
Stunting Non Stunting
anak agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan Prestasi Belajar
n % n %
sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan sosial.
Kota Kupang:
Hasil analisis regresi logistik menunjukkan
bahwa anak yang tidak memiliki riwayat imunisasi Baik (≥7.0) 25 36.76 107 54.31
memiliki peluang mengalami stunting lebih besar Cukup (5.5—6.9) 15 22.06 72 36.55
dibandingkan anak yang memiliki riwayat imunisasi. Kurang (<5.5) 28 41.18 18 9.14
Hal ini berarti bahwa jika anak tidak memiliki ri-
Kabupaten Sumba Timur:
wayat imunisasi maka akan diikuti dengan pening-
katan kejadian stunting 1.983 kali. Hasil ini sejalan Baik (≥7.0) 10 11.49 100 53.48
dengan penelitian Salimar (2009) yang menyatakan Cukup (5.5—6.9) 61 70.12 67 35.83
bahwa kelengkapan imunisasi berpengaruh signifi- Kurang (<5.5) 16 18.39 20 10.69
kan terhadap stunting. Imunisasi adalah pemberian
kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan Dampak Stunting terhadap Prestasi Belajar
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh Stunting merupakan wujud dari adanya gang-
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau guan pertumbuhan pada tubuh, bila ini terjadi,
berbahaya bagi seseorang. maka salah satu organ tubuh yang cepat mengala-
mi risiko adalah otak. Dalam otak terdapat sel-sel
Prestasi Belajar saraf yang sangat berkaitan dengan respons anak
Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha termasuk dalam melihat, mendengar, dan berpikir
kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk selama proses belajar. Baker (2008) mengatakan
simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat bahwa menyelamatkan anak supaya tidak pendek
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap (stunting) sangat penting, sebab terkait dengan ke-
anak dalam periode tertentu. Prestasi belajar meru- cerdasan dan produktivitas kerjanya kelak sebagai
pakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan generasi penerus bangsa.
belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, Dari hasil analisis regresi tersebut diperoleh
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses be- persamaan dampak stunting (X) terhadap prestasi
lajar. Prestasi belajar anak sekolah dapat diketahui belajar (Y) yaitu:
setelah diadakannya evaluasi. Hasil dari evaluasi da-
pat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya Y = 8.117 + 0.444X (R2=0.234; p=0.00)
prestasi belajar siswa (Ridwan 2008).
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada Wilayah Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat
Kota Kupang dan Wilayah Kabupaten Sumba Timur disimpulkan bahwa setiap kenaikan status gizi TB/U
memiliki siswa stunting dengan prestasi belajar yang anak sebesar 1 SD maka prestasi belajar anak akan
rendah dan sudah melebihi 15%. Hal ini naik sebesar 0.444. Begitu pula sebaliknya, setiap
menandakan bahwa kejadian masalah stunting tidak penurunan status gizi TB/U anak sebesar 1 SD maka
mempertim- bangkan letak wilayah dan faktor- prestasi belajar anak akan turun sebesar 0.444.
faktor penggang- gu lainnya (Fanggi 2012 dan Bora Setelah dilanjutkan dengan uji t diketahui bahwa
2012). Dikatakan
stunting berdampak yang me- keluarga, pengetahuan ginya masalah
sangat signifikan mengaruhinya baik gizi ibu, pola asuh ibu, stunting. Oleh karena
terhadap prestasi dari dalam diri (faktor riwayat infeksi itu, diharapkan
belajar anak. Hal ini internal) maupun dari penyakit, riwayat penelitian lanjutan
ditandai dengan nilai t luar (faktor imunisasi, asupan hendaknya
hitung dari variabel eksternal). Faktor protein, dan mempertimbangkan
stunting sebesar 6.053 inter- nal yaitu pendidikan ibu. Faktor analisis pada faktor
dengan signifikasi keadaan fisik dari risiko kejadian asupan iodium dan
0.00. Penelitian anak tersebut yang stunting yakni hubungan- nya dengan
Yustika (2006) pada dipengaruhi oleh pendapatan keluarga, kejadian masalah
siswa SD di Kecamatan status gizi dan ibu bekerja, stunting.
Samalantan, kesehatannya serta pengetahuan gizi dan
menunjukkan bahwa keadaan psikis seperti pola asuh ibu, D
ada hubungan yang inteligensi, perhatian, memiliki ri- wayat A
signifikan antara minat, bakat, motif, infeksi penyakit, tidak F
stunting de- ngan kematangan, dan memiliki riwayat i- T
prestasi belajar anak kesiapan. munisasi yang A
sekolah (p<0.05). Faktor eksternal lengkap, dan asupan R
Stunt- ing membuat yaitu faktor dari luar protein rendah.
kemampuan berpikir indi- vidu atau siswa Sedangkan pendidikan P
dan belajar siswa yang terdiri dari: 1) ibu rendah merupakan U
terganggu dan faktor keluarga yang faktor protektif S
akhirnya kehadiran meliputi cara orang kejadian stunting. T
dan prestasi be- lajar tua mendidik, relasi Terdapat indikasi A
siswa akan menurun antara anggota stunt- ing K
dibandingkan dengan keluarga, suasana berpengaruh terhadap A
anak non stunting. rumah, dan keadaan prestasi belajar anak.
Usia sekolah ekonomi keluarga; 2) Sampai saat ini Adar LS & Guilkey DK.
dasar merupakan usia faktor sekolah, antara masih dicurigai faktor 1997. Age
emas ke- dua bagi lain metode mengajar kekurangan iodium spesific
pertumbuhan anak guru, kurikulum, relasi sebagai salah satu determinant of
baik fisik maupun guru de- ngan siswa, penyebab ting- stunting in
men- tal yang relasi siswa dengan Filipina
berpengaruh bagi siswa, disiplin seko- children. The
masa depan. Keadaan lah, alat pelajaran, Journal of
gizi kurang seperti waktu sekolah, Nutrition,
stunting yang dialami standar belajar diatas 127(2).
oleh anak usia sekolah ukuran, keadaan Aditianti. 2010. Faktor
akan memengaruhi gedung, metode determinan
kemampuan daya belajar dan tugas stunting pada
tang- kap anak dalam rumah; 3) faktor anak usia 24—59
mengikuti pelajaran di masyarakat (kegiatan di Indonesia.
sekolah dan akan siswa dalam Info Pangan dan
memengaruhi prestasi masyarakat, media Giz, 19(2), 42—
belajarnya. Hasil massa, teman bergaul, 43.
pene- litian ini dan bentuk kehidupan Adisasmito W.2007.
didukung oleh masyarakat). Hubungan Pola
pendapat Almatsier Asuh Ibu de-
(2001) yang K ngan Status Gizi
mengatakan bahwa E Ibu pada
kekurangan gizi dapat S Keluarga
ber- akibat I Sejahtera dan
terganggunya fungsi M Pra Sejahtera
otak secara P [Skripsi].
permanen. U Fakultas
Menurut L Kesehat- an
Slameto dalam Ewintri A masyarakat,
(2012), prestasi N Universitas
belajar yang dicapai Sumatera Utara,
seorang siswa meru- Determinan Sumatera Utara.
pakan hasil interaksi kejadian stunting Almatsier S. 2001.
dari berbagai faktor adalah penda- patan Prinsip Dasar
Ilmu Gizi. 2011).
Cetakan ke-5. Fanggi A C, Picauly I,
Gramedia & Jutomo L.
Pustaka Utama, 2012. Studi per-
Jakarta. bandingan
Astri LD, Nasution A, & indeks prestasi
Dwiriani CM. belajar antara
2006. Hubungan siswa SD yang
konsumsi ASI mengalami
dan MP-ASI serta stunting dan
kejadian stunt- non stunting di
ing anak usia 6 Kota Kupang.
—12 bulan Di Jurnal Gizi dan
Kabupaten Kesehatan
Bogor. Media Masyarakat,
Gizi dan 4(2), 1106—
Keluarga, 30(1), 1116.
15—23. Fikhar A. 2003. Faktor
Baker J. 2008. Determinan KEP
Strategies for pada Anak Usia
Improving Nutrition of 6 Bulan—3
Children. Tahun di
http://www.glob Kecamatan
alhealth.org (11 Kuranji Kota
Juli 2012) Padang Tahun
Berg A. 1986. 2003. Program
Peranan Gizi dalam Pascasar- jana
Pembangunan. UI, Jakarta.
Penerbit Husaini MA, Karyadi L,
Rajawali, Husaini YK,
Jakarta. Karyadi D, &
Bora NGB, Picauly I, & Pol- lit E. 2000.
Aspatria U. Developmental
2012. Analisis Effects of Short-
determinan term
stunting dan Suplementary
dampaknya ter- Feeding in
hadap prestasi Nutritionally at
belajar anak risk Indonesian
sekolah dasar di Infant.
Kecamatan Kota Am.J.Clin.Nutr,
Waingapu 45
Kabupaten Kusharisupeni. 2002.
Sumba Timur. Peran Status
Jurnal Pangan, Kelahiran ter-
Gizi, dan hadap Stunting
Kesehatan pada Bayi.
Masyarakat, Jurnal
4(3), 1100— Kedokteran,
1110. 23, 73—80.
Departemen Kusumaningrum R,
Kesehatan RI. Manongga SP, &
2008. Laporan Picauly I. 2013.
Riset Ke- Determinan
sehatan Dasar Penyimpangan
Provinsi Nusa Positif (PD)
Tenggara Timur Status
Tahun 2007.
www.scribd.co
m/Laporan_ Ha-
sil_ Riskesdas_
NTT_ 2007.pdf
(15 Desember
Gizi Anak Balita 1 Timur, Jurnal Riyadi H, Khomsan A,
Keluarga Miskin 2 Pangan, Gizi, Sukandar D,
Suku Bangsa ) dan Kesehatan, Faisal A &
Dawan Di . 5 Mudja- janto ES.
Kabupaten TTS Nasikhah R & ( 2006. Studi
[Skripsi]. Margawati A. 1 tentang status
Fakultas 2012. Faktor ) gizi pada rumah
Kesehatan resiko keja- dian , tangga miskin
Masyarakat stunting pada dan tidak
Universitas Nusa balita usia 24—36 7 miskin. Jurnal
Cen- dana, bulan di 2 Indonesia Food,
Kupang NTT. Kecamatan 5 29(1), 33—46.
Lana HMY, Manongga Semarang Timur, —
SP, & Jutomo L. Journal of Nutri- 7
2012. Studi tion College, 3
komparatif 1(1), 176—184. 6
pertumbuhan Nubatonis YR, .
dan Manongga SP, & Candra Ramli, Kingsley EA,
perkembangan Dewi R. 2012. Inder KI, Bowe
anak balita pada Hubungan pola SJ, Jacobs J, &
beberapa asuh ibu dengan Dibley MJ. 2009.
tipologi wilayah status gizi anak Prevalensi and
di Kabupaten usia balita di risk factors for
Timor Tengah Kabupaten Timor stunting and
Selatan, Jurnal Tengah Se- severe stunting
Gizi dan latan. Jurnal among under
Kesehatan Gizi dan five in North
Masyarakat, 4(2), Kesehatan Maluku Province
1165—1183. Masyarakat, of Indonesia.
Mahgoub SEO, Nyepi M, 4 BMC Pediatric
Bandeke T. 2006. ( (internet).
Factors affecting 1 (citied2013
prevalence of ) Oktober 23)
malnutrition , available from:
among children http://www.ncb
under three 1 i.nlm.nih.gov.
years of age in 0 Renyoet BS, Hadju
Botswana. 9 V, & Rochimiwati
African Journal 1 SN. 2012.
of Food, — Hubungan pola
Agriculture, 1 asuh dengan
Nutrition and 1 kejadian
Development. 0 stunting anak
Rural Outreach 5 usia 6—23 bulan
Program, . di wilayah pesisir
6 Notoadmdjo S. 2005. Keca- matan
( Metodologi Tallo Kota
1 Penelitian Makassar. Jurnal
) Kesehat- an. Nutrient Sci-
. Rineka Cipta, ence (PA-NSC),
Jakarta. hal. 1—13.
( Oematan G & Aspatria Ridwan. 2008. Kegiatan
1 U. 2013. Faktor- Belajar terhadap
1 faktor pe- nentu Prestasi yang
kejadian gizi dicapai, (on-line)
buruk stunting di http://ridwan20
J
daerah dengan 2.
u
karakteristik wordpress.com2
l
i pertanian lahan 0080423kegiatan
kering -belajar-dan-
Kabupaten prestasi.htm,
2
Kupang. Provinsi diakses 9
0
Nusa Tenggara November 2008.
Riyanto A. 2012. Jakarta. child
Penerapan Setiati R. 2006. malnutrition in
Analisis Hubungan South Africa.
Multivariat da- Pengetahuan Asia Pasific
lam Penelitian Sikap dan Journal, (2), 125
Kesehatan. Nuha Praktek Pola —127.
Medika, Yog- Asuh Ibu Zottareli LK, Sunil TS,
yakarta. dengan Status & Rajaram.
Saryono 2009. Gizi Anak Balita 2007. Influence
Metodologi [Skripsi]. of Parental and
Penelitian Fakultas Sosioecenomic
Kesehatan Pe- Kesehatan Factor on Stunt-
nuntun Praktis Masyarakat ing in Children
bagi Pemula. Universitas Under 5 Years in
Mitra Cendikia Diponegoro, Egypt. Eastern
Press, Malang. Mediteranean
Yogyakarta. Semba RD, de Pee S, Health Journal
Salimar. 2009. Sun Kai, Sari M, (internet). (cit-
Karateristik Akhter N, & ed 2013 Oktober
Masalah Pendek Bloem MW. 23) available
(Stunt- ing) pada 2008. Effect of from : http://
Balita di Seluruh parental formal www.emro.who.
Wilayah education on risk int/emhj/1306.
Indonesia. Info of child stunting
Pangan dan Gizi, in Indone- sia
19 (2),15—16. and Bangladesh:
Sawadogo, Prosper S, a Cross-Sectional
Martin-Prevel, Study. Lancet,
Yves, Savy, Ma- 371, 322—328.
thilde, Kameli, Sunita A. 2003. Prinsip
Yves, Traissac, Dasar Ilmu Gizi.
Pierre, Traore, Edisi per- tama.
S. Alfred & PT Gramedia
Delpeuch, Pustaka Utama,
Francis. 2006. An Jakarta.
Infant and Child Supariasa, IDN, Bakri B,
Feeding Index Is & Fajar I. 2002.
Associated with Penilaian
the Nutritional Status Gizi. Buku
Status of 6-to Kedokteran EGC,
23-Month- Old Jakarta. Yustika S.
Children in 2006. Hubungan
Rural Burkina antara status gizi de-
Faso. Com- ngan nilai
munity and evaluasi murni
International SD Kecamatan
Nutrition. Sa- malantan
[Online]. Kabupaten
136., p. 656— Bengkayang
663. Propinsi
http://jn.nutriti Kalimantan
on.org/ Barat. Jurnal
content/136/3/ Kemenkes
656.full.pdf Poltekkes
[diakses 23 Ok- Yogyakarta 2012.
tober 2013]. http://jurnal.pol
Slameto. 2003. Belajar tekkesjog-
dan Faktor- ja.ac.id/ (14
Faktor yang September
Mem- 2012).
pengaruhinya. Zere E & McIntyre D.
Rineka Cipta, 2003. Inequities
in under-five

Anda mungkin juga menyukai