Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga Berencana ( KB ) merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia, sejahtera (Affandi, B, 2014).
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami
oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya
karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu
mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Hartanto, H,
2010).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak kelahiran
atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau
non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun masing-
masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hamper sama
(Gustikawati, 2014)
Usia produktif perempuan pada umumnya adalah 15-49 tahun. Maka dari itu perempuan
atau pasangan usia subur ini lebih diprioritaskan untuk menggunakan kontrasepsi atau cara
KB. Tingkat pencapaian pelayanan KB dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang
atau pernah menggunakan kontrasepsi, tempat pelayanan KB, dan jenis kontrasepsi yang
digunakan oleh akseptor (Depkes RI. 2010, 2010)
Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi adalah pengetahuan,
dukungan suami dan pengalaman KB. Semakin baik pengetahuan seseorang tentang
kontrasepsi semakin rasional dalam menggunakan kontrasepsi. Pengalaman istri dalam
penggunaan kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang tidak terlupakan. Pengalaman baik
akan selalu dijadikan acuan untuk mengikuti program keluarga berencana (Gustikawati,
2014). Dukungan suami juga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi, karena istri yang
mendapat dukungan dari suami akan menggunakan kontrasepsi secara terus menerus
1
sedangkan yang tidak mendapatkan dukungan akan sedikit yang menggunakan kontrasepsi
(Aryanti,2014)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan pada klien akseptor KB dengan menggunakan
manajemen kebidanan (Affandi, B, 2014).
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Dapat melakukan pengkajian pada akseptor KB.
2. Dapat menetapkan diagnosa dan masalah dari hasil pengkajian.
3. Dapat menetapkan tindakan segera.
4. Dapat menetapkan diagnosa potensial.
5. Dapat merencanakan asuhan kebidanan pada akseptor suntik progestin.
6. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah disusun.
7. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan.
1.3 Manfaat
Beberapa manfaat dalam program Keluarga Berencana dibedakan dalam tiga kategori,
yaitu (Hartanto, H, 2010):
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mempunyai tanggung jawab atas tugas profesinya.
b. Mahasiswa dapat memberikan suntikan progestin.
c. Mahasiswa dapat bertindak, dapat tanggap dalam menghadapi permasalahan kebidanan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Bagi bidan dan tenaga kesehatan yang lainnya dapat lebih terampil dalam memberikan
asuhan kebidanan terutama pada pasien KB.
3. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia,
sejahtera.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar tentang Alat Kontrasepsi


2.1.1 Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti “melawan” atau “mencegah”
dan konsepsi yang merupakan pertemuan antar sel yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari / mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antar sel telur yang matang dengan sel
sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan konsepsi adalah pasangan yang aktif
melakukan hubungan intem/seks dan keduanya memiliki kesuburan normal, namun
tidak menghendaki kehamilan (Farida, 2017)
Keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia
ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas ( UU No.
52 tahun 2009).

2.1.2 Jenis Alat Kontrasepsi KB


1. Metode Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan
progesteron (BKKBN, 2012)
Kelemahan kontrasepsi hormonal adalah terganggunya pola haid
diantaranya amenorhoe, menoragia dan muncul bercak (spotting), terlambatnya
kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian, pertambahan berat badan 1,5
– 2 kg dan berat badan pada kunjungan pertama. Pertambahan berat badan
disebabkan oleh retensi cairan, bertambahnya lemak pada tubuh dan
meningkatkan selera makan (Riskesdas, 2013).
2. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode kontrasep
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Coitus Interuptus,
Metode kalender, metode lendir serviks, metode suhu basal badan dan

3
Simptotermal, yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan
metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks
dan spermisida. (Handayani, 2010).
3. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu AKDR
yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010).
AKDR yang mengandung hormon progesterone atau leunogestrel, yaitu
Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung
Leuonogestrel.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam, yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat sauran tuba
falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP
sering dikenal dengan nama vasektomi, yaitu memotong atau mengikut saluran
vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi (Handayani,
2010).
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kontrasepsi Suntik Progestin
2.2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Biodata
Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause
(Saifuddin,2006: MK-42).
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
1) Usia reproduksi.
2) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi (Saifuddin,2006: MK-43).
2. Keluhan utama
Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
1) Siklus haid yang memendek atau memanjang.
2) Perdarahan yang banyak atau sedikit.
3) Perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
4) Tidak haid sama sekali (Saifuddin,2006: MK-42)
4
5) Perdarahan yang tidak menentu.
6) Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan (IBG Manuaba,
1998: 445)
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
1) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin).
2) Anemia defisiensi besi.
3) Masalah gangguan pembekuan darah (anemia bulan sabit).
4) Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
5) Menderita kanker payudara.
6) Diabetes mellitus disertai komplikasi (Saifuddin,2006: MK-43)
7) Penyakit hati akut (virus).
8) Penyakit jantung.
9) Stroke (Saifuddin,2006: MK-47)
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
1) Riwayat kanker payudara.
2) Diabetes mellitus (Saifuddin,2006: MK-43)
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji adanya penyakit turunan
seperti hipertensi, DM, kanker / keganasan, karena bisa ada anggota keluarga
ibu yang menderita penyakit tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa ibu
juga menderita hal yang sama. Padahal keadaan tersebut merupakan kotra
indikasi untuk pemakaian kontrasepsi suntik.
6. Riwayat Haid
Dalam riwayat haid perlu dikaji tentang siklus haid, jumlah perdarahan saat
haid, karena efek samping dari penggunaan kontrasepsi jenis suntik adalah
terjadi gangguan haid berupa spotting. Berkurangnya panjang siklus haid dan
memungkinkan juga bisa terjadi amenorrea oleh karena itu bagi ibu yang
memiliki riwayat haid yang banyak, sangat cocok bila menggunakan
kontrasepsi suntik karena mengurangi resiko terjadinya perdarahan hebat (
Hanafi, Hartanto, 2004 ; 169 )

5
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yaitu bila
mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
(Saifuddin,2006: MK-43)
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
1) Nullipara dan yang telah memiliki anak.
2) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
3) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
4) Setelah abortus atau keguguran.
5) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yaitu hamil
atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
(Saifuddin,2006: MK-43)
8. Riwayat KB
Kontrasepsi suntik dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok menggunakan
kontrasepsi yang mengandung hormon esterogen seperti kontrasepsi oral,
IUD, KB sederhana, maupun metode alamiah.
9. Riwayat Ketergantungan
Perokok dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin.
10. Riwayat Psikososial
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin bila tidak dapat
menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
2.. Data Objektif
1. Keadaan Umum
Syarat KB suntik salah satunya adalah keadaan umum ibu harus baik, BB
sekarang juga harus dikaji dan harus dijelaskan pada ibu bahwa efek samping
dari kontrasepsi suntik adalah peningkatan BB 5 kg pada tahun pertama.
2. TTV
Jika tekanan darah <180/110 mmHg dapat menggunakan kontrasepsi suntikan
progestin (Saifuddin,2006: MK-43)
3. Anthopometri
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara

6
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti
pertambahan umur.
Kenaikan berat badan merupakan salah satu efek samping yang sering
dikeluhkan para akseptor KB. Gejala dan keluhan yang dialami yaitu berat
badan bertambah, kenaikan berat badan dapat disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah kelebihan makanan, kekurangan aktivitas fisik dan
kemudahan hidup, faktir psikologis dan genetik, pola konsumsi makan,
fisiologis, kebudayaan, lingkungan dan hormon. (Farida, 2017)
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan sakit kepala.
b. Muka
Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan jerawat (Saifuddin,2006:
MK-42)
c. Payudara
Nyeri payudara (Saifuddin,2006: MK-45)
d. Abdomen
Jika ada pembengkakan hati mungkin indikasi adanya penyakit hati. Rujuk ke
spesialis. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi non hormonal
(Saifuddin,2006: MK-39)
e. Genetalia
Perdarahan bercak/spotting atau perdarahan sela sampai 10 hari
(Saifuddin,2006: MK-34)
3. Analisa Data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan. Ketiganya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan
seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana
asuhan terhadap pasien. (Ambarwati dkk, 2010)
2.2.2 Diagnosa Masalah Kebidanan
Diagnosa kebidanan yang ditegakkan adalah : Ny. X Umur …. Anak terakhir
….. tahun akseptor KB …….

7
2.2.3 Intervensi
Diagnosa : Ny. X Umur …. Anak terakhir ….. tahun akseptor KB …….
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit diharapkan Ibu
mantap menggunakan KB suntik.
Kriteria Hasil : - Tidak ada keluhan / efek samping yang berat.
- Ibu menggunakan kontrasepsi KB suntik kombinasi.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan ibu tentang KB Suntik.
Rasional : Mengetahui sampai dimana pengetahuan ibu tentang KB suntik.
b. Jelaskan efek samping dan cara mengatasinya yang belum diketahui oleh ibu.
Rasional : Klien mampu mengenali efek samping dan mampu mengatasi
secara mandiri.
c. Anjurkan ibu untuk periksa apabila keluhan bertambah berat atau timbul masalah
baru.
Rasional : Deteksi adanya kelainan dan pencegahan komplikasi.
d. Beri suntikan progestin.
Rasional : Suntikan progestin mencegah terjadinya kehamilan selama 3 bulan.
e. Anjurkan ibu datang kembali suntik KB sesuai dengan jadwal yaitu 12 minggu ( 3
bulan ) kemudian.
Rasional : Jadwal penyuntikan yang terlambat dapat menyebabkan kadar
hormon dalam tubuh menurun yang memungkinkan terjadinya
kehamilan.
Masalah I
Cemas sehubungan dengan efek samping amenorhoe.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit diharapkan
cemas berkurang / hilang
Kriteria hasil : - Pasien dapat beradaptasi dengan keadaannya.
- Pasien lebih tenang.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan secara therapeutik.
Rasional : Membantu menumbuhkan kepercayaan pasien.
b. Kaji pengetahuan pasien tentang amenorhoe.
rasional : Mengetahui tingkat pengetahuan pasien.
c. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalahnya.
8
Rasional : Meningkatkan harga diri pasien.
d. Jelaskan pada pasien penyebab amenorhoe.
Rasional : Penyebab amenorhoe adalah karena pengaruh dari hormon
progesteron.
e. Jelaskan pada ibu efek amenorhoe dapat mengurangi terjadinya anemia.
Rasional : Ibu memahami efek non kontraseptif dari KB suntik.

Masalah II
Gangguan body image sehubungan dengan perubahan bentuk tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit diharapkan Ibu
mampu beradaptasi dengan perubahan bentuk tubuh.
Kriteria hasil : - Pasien mampu beradaptasi
- Pasien lebih tenang
- Harga diri pasien meningkat.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pada ibu dan identifikasi masalah yang dihadapi.
Rasional : Meningkatkan harga diri klien sehingga ibu mau dan mampu
mengungkapkan masalahnya.
b. Diskusikan dengan ibu tentang BB ideal ibu.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan ibu tentang BB ideal.
c. Jelaskan pada ibu penyebab peningkatan BB.
Rasional : Mengurangi kecemasan ibu.
d. Anjurkan ibu ganti kontrasepsi apabila mengalami kenaikan BB yang terlalu
banyak pada tahun kedua dan seterusnya.
Rasional : Menghindari masalah perubahan bentuk tubuh.
e. Anjurkan ibu untuk beraktifitas sesuai kemampuan.
Raional : Aktifitas membantu mengurangi BB.

f. Anjurkan ibu mengatur diet sehari – hari.


Rasional : Peningkatan BB juga dipengaruhi pola makan dan kualitas makanan
yang tidak seimbang.

9
2.2.4 Implementasi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang telah ditentukan
dengan langkah-langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembalikan dalam
asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan,
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga setiap
rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan pasien,
agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan melakukan rencaha
tersebut. ( Varney, 2007 )
2.2.5 Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada
klien dan/atau keluarga. Hasil evaluasi harus ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi
klien/pasien. ( Varney, 2007 )
Menurut Kemenkes RI No. 938 / Menkes / SK / VIII / 2007, evaluasi di tulis
dalam bentuk catatan perkembangan SOAP, dengan keterangan sebagai berikut :
S ( Subjektif ) : Mencatat hasil anamnesa yang telah dilakukan pada pasien
O ( Objektif ) : Mencatat hasil pemeriksaan
A ( Analisa ) : Mencatat diagnosa dan masalah kebidanan
P ( Penatalaksanaan ) : Mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang
sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara
komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.

10
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian : 03 September 2019 Jam 10.00 WIB
Nomor Register : 0000434
Tempat pengkajian : RB Mutiara
1. Data Subjektif
a. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny “ A “ Tn “ A “
Umur : 25 tahun 28 tahun
Pendidikan : SMP SLTA
Pekerjaan :- Swasta
Agama : Islam Islam
Kawin ke- :I I
Alamat : Madiun Madiun

b. Keluhan Utama
Ibu datang ingin KB, ibu mengeluh tidak menstruasi selama menggunakan KB
suntik.
c. Riwayat Kesehatan
Ibu, suami dan keluarga sehat. Tidak ada yang menderita penyakit menular, menurun,
menahun seperti batuk lama dan keluar darah (TBC), sesak nafas, jantung berdebar debar
(jantung), banyak makan, minum, sering kencing (Kencing manis), Tekanan darah
Tinggi (Hipertensi).
d. Riwayat Obstetri
1) Haid
Ibu haid pertama (Menarche) umur 12 tahun. Siklus haid teratur kurang lebih 28 hari,
lama kurang lebih 7 hari, ganti pembalut 2 x / hari, darah berwarna merah segar,
konsentrasi cair kadang ada gumpalan, nyeri perut ringan pada hari pertama haid. Tidak
ada perdarahan diluar siklus haid. Keputihan beberapa hari sebelum dan setelah haid
berwarna putih, kental, tidak berbau.

11
2) Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu.
Ibu mengatakan mempunyai anak satu. Usia kehamilannya 9 bulan lebih 10 hari. Selama
hamil muda ibu mengeluh mual dan muntah yang menghilang pada usia kehamilan 3
bulan. Ibu periksa teratur ke bidan kurang lebih 10 kali selama kehamilan, imunisasi TT
2 kali, diberikan tablet tambah darah dan kapsul iodium. Kelahiran ditolong oleh bidan,
normal jenis kelamin laki – laki dengan BB 2700 gram, panjang badan 48 cm, tidak ada
cacat bawaan. Ibu tidak mengalami perdarahan demam ataupun gangguan laktasi selama
nifas, usia anak sekarang 2 tahun.
3) Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan 6 bulan setelah kelahiran anak pertamanya langsung menggunakan
kontrasepsi suntik dan ibu mengatakan sudah ikut KB suntik selama 1 ½ tahun.
e. Pola Kebiasaan Sehari – Hari Sebelum dan Selama Menggunakan KB Suntik
1) Nutrisi
Makan 3 x sehari porsi sedang dengan komposisi nasi, lauk pauk, sayur serta terkadang
makan buah. Minum 6-8 gelas air putih per hari.
2) Eliminasi
BAB 1x / hari, warna kekuningan, bau khas, konsistensi lunak, tidak ada gangguan. BAK
4-5x / hari, warna kuning jernih, bau khas, tidak ada keluhan nyeri saat kencing.
3) Istirahat/Tidur
Tidur malam 8 jam sehari pukul 21.00-05.00 WIB, terkadang tidur siang kurang
lebih 1 jam. Tidak sering terbangun saat tidur.
4) Aktivitas
Aktifitas sebagai ibu rumah tangga seperti memasak, menyapu, mengepel, mencuci serta
mengasuh anak.
5) Personal Hygiene
Mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, keramas 2x/ minggu, ganti baju 2x/ hari.
6) Latar Belakang Budaya
Ibu terkadang minum jamu. Di lingkungan masyarakat, kontrasepsi suntik
diperbolehkan.
7) Keadaan Psikososial Dan Spiritual
Ibu khawatir karena tidak pernah mendapat menstruasi sejak menggunakan KB suntik
dan ibu juga mengatakan takut kalau berat badannya naik terus. Ibu seorang pemeluk
agama Islam dan menjalankan sholat 5 waktu.

12
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
KU baik, kesadaran composmentis
2) Tanda-tanda vital
T : 120 / 80 mmHg, N : 84 x / menit, S : 36,5 0C, R : 20 x / menit
3) Anthopometri
BB sebelumnya : 46 kg
BB sekarang : 50 kg
TB : 153 cm
Lila : 24 cm
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
Rambut bersih, penyebaran merata, tidak rontok, tidak ada luka dan tidak ada benjolan
abnormal. Muka tidak pucat, tidak sembab dan tidak odema, mata simetris, konjungtiva
merah muda, sklera putih, kelopak mata tidak bengkak, dan fungsi penglihatan normal,
hidung simetris, bersih, tidak ada polip, dan tidak ada pernafasan cuping hidung, bibir
lembab, tidak stomatitis, tidak karies gigi, telinga simetris, bersih pendengaran baik.
2) Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan tidak ada bendungan vena

jugularis.

3) Dada

Pernafasan normal, tidak ada wheezing maupun ronchi dan irama detak jantung teratur.

4) Payudara

Membesar simetris, bersih, puting kanan dan kiri mendatar, kolostrum

belum keluar, dan tidak ada benjolan abnormal pada payudara.

5) Abdomen

Pembesaran membujur, pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tidak ada

luka bekas operasi, tidak mengkilat, pusat tidak menonjol, terlihat gerakan janin dan

kandung kemih kosong.

13
6) Genetalia

Vulva bersih, tidak ada condiloma matalata maupun akuminata, tidak ada

pembengkakan kelenjar bartolini maupun kelenjar skene serta tidak odema dan varises

7) Anus

Tidak terdapat hemoroid.

8) Ekstermitas

Simetris telapak tangan merah muda, tidak bengkak pada jari, kuku bersih

pergerakan normal, tidak odem pada kaki, reflek patela +/+.

3. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah

Diagnosa : Ny ”E” P10001 umur 25 tahun, akseptor KB suntik progestin, keluhan


amenorhoe, keadaan umum baik.
DS : - Ibu mengatakan mempunyai seorang anak.
- Ibu mengatakan sudah menjadi akseptor KB suntik selama 1 tahun.
- Ibu mengatakan selama menggunakan KB suntik 3 bulan tidak pernah
menstruasi.
DO : - TTV
T : 120 / 80 mmHg
N : 84 x / menit
S : 36,5 0C
R : 20 x / menit
- TB :150 cm
BB : 50 kg
- Suntik KB progestin
- Tidak menderita penyakit yang menjadi kontraindikasi suntik 3 bulan
yang ditandai pemeriksaan fisik normal seperti tidak ada sekret, leher
tidak ada pembesaran vena jugularis, pengembangan dada saat
bernapas normal, napas teratur, payudara simetris, tidak ada
hiperpigmentasi areola mammae dan papila mammae, tidak ada nyeri
tekan pada payudara, tidak ada benjolan abnormal pada payudara,
tidak ada suara napas tambahan, tidak ada pembesaran jantung, tidak
ada tanda-tanda kehamilan pada perut (pembesaran perut dan strie
14
gravidarum), tidak ada condilomatalata/acuminata pada genetalia, tidak
ada nyeri tekan pada kelenjar skene dan bartholini, ekstremitas tidak
ada varises, tidak ada oedem pada tungkai.
Masalah I
Diagnosa : Cemas sehubungan dengan efek samping amenorhoe.
DS : - Ibu mengatakan kurang lebih 1 tahun menggunakan KB suntik 3 bulan
dan selama itu pula ibu tidak menstruasi.
- Ibu mengatakan khawatir karena tidak menstruasi.
DO : - Suntik KB progestin kurang lebih 1 tahun.
- Wajah cemberut
- Saat pengkajian ibu sering mengganti posisi duduk
Masalah II
Diagnosa : Gangguan body image sehubungan dengan perubahan bentuk tubuh.
DS : - Ibu mengatakan nafsu makannya meningkat.
DO : - Ibu tidak nyaman setelah melihat hasil penimbangan
- BB sekarang : 50 kg
- BB sebelum : 46 kg
- Akseptor KB suntik Progestin selama 1 tahun
4. Intervensi
Tanggal 13 Juli 2019 jam 10.00 WIB
Diagnosa : Ny ”P” P10001 umur 25 tahun, akseptor KB suntik progestin, keadaan
umum baik, keluhan amenorhoe.
Tujuan : Setelah dilakukan asuham kebidanan selama 10 menit diharapkan
klien mampu beradaptasi dengan keluhannya.
Kriteria hasil : - Mampu mengatasi efek samping secara sederhana.
- Keluhan tidak bertambah berat.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan ibu tentang KB Suntik.
Rasional : Mengetahui sampai dimana pengetahuan ibu tentang KB suntik.
b. Jelaskan efek samping dan cara mengatasinya yang belum diketahui oleh ibu.
Rasional : Klien mampu mengenali efek samping dan mampu mengatasi
secara mandiri.
c. Anjurkan ibu untuk periksa apabila keluhan bertambah berat atau timbul masalah
baru.
15
Rasional : Deteksi adanya kelainan dan pencegahan komplikasi.
d. Beri suntikan progestin.
Rasional : Suntikan progestin mencegah terjadinya kehamilan selama 3 bulan.
e. Anjurkan ibu datang kembali suntik KB sesuai dengan jadwal yaitu 12 minggu ( 3
bulan ) kemudian.
Rasional : Jadwal penyuntikan yang terlambat dapat menyebabkan kadar
hormon dalam tubuh menurun yang memungkinkan terjadinya
kehamilan.
Masalah I
Cemas sehubungan dengan efek samping amenorhoe.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit diharapkan
cemas berkurang / hilang
Kriteria hasil : - Pasien dapat beradaptasi dengan keadaannya.
- Pasien lebih tenang.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan secara therapeutik.
Rasional : Membantu menumbuhkan kepercayaan pasien.
b. Kaji pengetahuan pasien tentang amenorhoe.
Rasional : Mengetahui tingkat pengetahuan pasien.
c. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalahnya.
Rasional : Meningkatkan harga diri pasien.
d. Jelaskan pada pasien penyebab amenorhoe.
Rasional : Penyebab amenorhoe adalah karena pengaruh dari hormon
progesteron.
e. Jelaskan pada ibu efek amenorhoe dapat mengurangi terjadinya anemia.
Rasional : Ibu memahami efek non kontraseptif dari KB suntik.
Masalah II
Gangguan body image sehubungan dengan perubahan bentuk tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit diharapkan Ibu
mampu beradaptasi dengan perubahan bentuk tubuh.
Kriteria hasil : - Pasien mampu beradaptasi
- Pasien lebih tenang
- Harga diri pasien meningkat.

16
5. Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pada ibu dan identifikasi masalah yang dihadapi.
Rasional : Meningkatkan harga diri klien sehingga ibu mau dan mampu
mengungkapkan masalahnya.
b. Diskusikan dengan ibu tentang BB ideal ibu.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan ibu tentang BB ideal.
a. Jelaskan pada ibu penyebab peningkatan BB.
Rasional : Mengurangi kecemasan ibu.
b. Anjurkan ibu ganti kontrasepsi apabila mengalami kenaikan BB yang terlalu
banyak pada tahun kedua dan seterusnya.
Rasional : Menghindari masalah perubahan bentuk tubuh.
c. Anjurkan ibu untuk beraktifitas sesuai kemampuan.
Raional : Aktifitas membantu mengurangi BB.
d. Anjurkan ibu mengatur diet sehari – hari.
Rasional : Peningkatan BB juga dipengaruhi pola makan dan kualitas makanan
yang tidak seimbang.
Implementasi
Tanggal 13 Juli 2019 Jam 10.10 WIB
Diagnosa
a. Mengkaji pengetahuan ibu tentang KB suntik.
Ibu mengatakan KB suntik ada 2 macam yaitu KB suntik 1 bulan dan 3 bulan. Ibu
lebih memilih KB suntik 3 bulan dikarenakan lebih efisien waktu karena ibu tidak
perlu terlalu sering mengunjungi petugas kesehatan. Efek samping yang sering timbul
dari suntik KB yaitu gangguam haid sampai tidak haid sama sekali.
b. Menjelaskan efek samping dan cara mengatasinya.
Efek samping yang belum diketahui ibu disini adalah tentang amenorrhoe dan
peningkatan BB dimana hal ini merupakan pengaruh dari efek hormon progestin.
Amenorrhoe merupakan hal fisiologis sedangkan untuk mengatasi peningkatan BB
sebaiknya ibu mengatur dietnya.
c. Menganjurkan ibu untuk periksa apabila keluhan bertambah berat atau timbul masalah
baru.
d. Memberikan suntikan progestin.
- Menyiapkan alat (spuit, jarum, kapas alkohol, kontrasepsi suntik 1 bulan).
- Menyiapkan klien.
17
- Mencuci tangan sebelum melakukan tindakan
- Memberikan injeksi pada gluteal secara IM dengan melakukan aspirasi terlebih
dulu pada daerah yang telah didesinfeksi.
- Mengajurkan pada klien untuk tidak memijat bagian yang telah diinjeksi.
- Spuit dispool dengan larutan klorin 0.5% dan membuang pada kotak yang tahan
tusuk.
- Mencuci tangan setelah melakukan injeksi.
e. Menganjurkan ibu datang kembali untuk suntik KB sesuai dengan jadwal yaitu 12
minggu ( 3 bulan ) kemudian.
Masalah I
a. Melakukan pendekatan secara therapeutik dengan sikap ramah, murah senyum,
percaya diri dan mempunyai rasa empati yang besar.
b. Mengkaji pengetahuan pasien tentang amenorrhoe.
Ibu mengatakan salah satu efek dari KB suntik yaitu gangguan haid sampai tidak haid
sama sekali. Namun ibu tidak tahu mengapa hal tersebut dapat terjadi.
c. Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalahnya.
d. Menjelaskan pada pasien penyebab amenorrhoe, dimana amenorrhoe disini
disebabkan oleh hormon progestin di dalam tubuh ibu.
e. Menjelaskan pada ibu efek amenorrhoe dapat mengurangi terjadinya anemia.
Amenorrhoe disini berarti ibu mengalami flek-flek dan selama itu ibu tidak
mengeluarkan darah banyak mengandung hemoglobin dan tidak keluarnya
hemoglobin berarti mencegah terjadinya anemia.
Masalah II
a. Melakukan pendekatan pada ibu dan identifikasi masalah yang dihadapi.
b.Mendiskusikan dengan ibu tentang BB ideal ibu yaitu :
= ( TB – 100 ) – 10 % ( TB – 100 )
= ( 153 – 100 ) – 10 % ( 153 – 100 )
= 53 – 5,3
= 47,7 kg
c. Menjelaskan pada ibu penyebab peningkatan BB
Suntikan progestin menyebabkan efek anabolik.
d. Menganjurkan ibu untuk beraktifitas.
e. Menganjurkan ibu untuk mengatur diet sehari – hari.

18
6. Evaluasi
Tanggal 13 Juli 2019 jam 10.30 WIB
Diagnosa :
S : Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
O : - Injeksi progestin.
- Ibu mampu menjelaskan kembali keterangan yang diberikan secara
sederhana.
A : Klien mantap menjadi akseptor KB suntik.
P : 3 bulan saat kontrol ( Tanggal 05 Oktober 2009 ).
- Berikan suntikan progestin.
- Evaluasi efek samping.
- Rencanakan pap smear.
Masalah I
S : Ibu mengatakan kecemasan berkurang.
O : Wajah ibu sudah tidak cemberut lagi dan lebih tenang.
A : Klien mantap menjadi akseptor KB suntik progestin.
P : 3 bulan saat kontrol ( Tanggal 05 Oktober 2009 )
- Kaji pengetahuan ibu tentang amenorrhoe.
- Evaluasi efek samping amenorrhoe.
Masalah II
S : Ibu mengatakan mengerti penjelasan yang diberikan.
O : BB meningkat 4 kg selama 1 tahun pemakaian KB suntik.
BB sekarang 50 kg, BB sebelumnya 46 kg.
A : Dampak psikologis dari peningkatan BB dapat berkurang.
P : - Observasi peningkatan BB pada kunjungan berikutnya.
- Rencanakan ganti cara KB bila peningkatan BB terus bertambah dan tidak
stabil

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ny “E” berumur 25 thn, berarti masih mempunyai kriteria untuk menggunakan
kontrasepsi suntik progentin. Amenorrhoe selama ikut KB suntik yang merupakan hal
fisiologis dalam penggunaan KB suntik. Ibu sedang tidak menderita penyakit yang
merupakan kontraindikasi untuk pemakaian kontrasepsi suntik. Dalam riwayat
kesehatan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan menular dan
penyakit yang merupakan kontraindikasi untuk pemakaian kontrasepsi suntik. Ibu telah
mempunyai anak sehingga diperbolehkan menggunakan KB suntik. Dilihat dari
keadaan umum, TTV, pemeriksan fisik dan pemeriksaan penunjang ibu diperbolehkan
memakai KB suntik.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengacu pada perencanaan yang telah
dibuat. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh tindakan
yang kita lakukan memenuhi kriteria hasil dan evaluasi yang digunakan menggunakan
metode SOAP.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuannya tentang kontrasepsi suntik sehingga mampu memberikan asuhan
kebidanan pada pasien KB.

DAFTAR PUSTAKA

20
Ambarwati, E.R & Wulandari D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta : Mitra
Cendikia
Balitbang Kemenkes RI. 2013. “Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS”. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI
BkkbN. 2010. “Alat Kontrasepsi”. http://www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal 28
September 2019.
Farida. 2017. “Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik dan Pil Terhadap Peningkatan Berat
Badan pada Ibu Pasangan Usia Subur”. Tulung Agung: STIKes Hutama Abdi Husada
Program Studi Ilmu Keperawatan.
Handayani, Sri. 2010. “Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana”. Yogyakarta: Pustaka
Rihama
Hartanto, Hanafi. 2004. “Keluarga Berencana dan Kontrasepsi”. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Saifuddin, A.B. 2006. “Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi”. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
UU No. 25 tahun 2009 tentang “Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga” BAB I Pasal I : 8.
Varney, H. 2007. Ilmu Kebidanan Fisiologi. Jakarta: EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai