Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90 79

ANALISIS BIAYA MANFAAT PROGRAM PEMBANGUNAN FOOD


ESTATE DALAM PERSPEKTIF PERENCANAAN WILAYAH : STUDI
KASUS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Asti1, Dominicus Savio Priyarsono2, dan Sahara2


1)PoliteknikNegeri Ketapang, Jurusan Teknologi Hasil Perkebunan, Program Studi Agroindustri
dan Alumni Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB
2)Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

e-mail : 1)ladiez_asti@yahoo.co.id
 

ABSTRACT
Food Estate Development Program is an investment project on food cropsubsector in the form of business
activities with large-scale cultivation (> 25 ha), especially rice commodities. The present study aims to
analyze economic feasibility of Food Estate Development Program. The methode used to answer the research
was NPV, IRR, BCR, Pay Back Period and sensitivity analysis. The results show that the NPV is positive
amounted 153.761,83 billions rupiah, IRR of 63%, BCR of 1,25, Pay Back Period of 8 years and the
sensitivity analysis of sensitive to changes in prices of inputs and outputs. From the above considerations
investment criteria, indicates that program is economically feasible.

Keywords: Cost Benefit Analysis, Food Estate, Regional Planning.

PENDAHULUAN Lemahnya permodalan dan teknologi


pada sektor pertanian khususnya pada sub-
Sektor pertanian di Indonesia sangat
sektor tanaman pangan merupakan salah satu
penting mengingat peranannya dalam me-
kendala bagi peningkatan produksi pangan
menuhi kebutuhan pangan yang semakin me-
Indonesia. Hal ini dikarenakan keterbatasan
ningkat seiring meningkatnya pertumbuhan
pemerintah dalam menyediakan anggaran
penduduk. Menurut Badan Kependudukan
yang berakibat banyak bidang pelayanan
dan Keluarga Berencana (2013) setiap tahun
tidak dapat ditangani pemerintah secara
penduduk Indonesia bertambah sebesar
maksimal sehingga sektor swasta/privat ikut
empat juta jiwa. Pertumbuhan penduduk
dilibatkan untuk memenuhi kebutuhan yang
tersebut, apabila tidak disertai dengan
belum ditangani tanpa mengambil alih
kenaikan produksi pangan, maka akan ber-
tanggung jawab pemerintah, salah satunya
peluang menghadapi persoalan pemenuhan
adalah Program Food Estate.
kebutuhan pangan penduduknya di masa
Provinsi Kalimantan Barat merupakan
datang (Arifin 2004 dalam Purwaningsih
daerah yang telah ditetapkan sebagai wilayah
2008). Kebutuhan pangan Indonesia selama
pengembangan Program Pembangunan Food
lima tahun terakhir yang cenderung
Estate. Menurut Badan Pusat Statistik (2013),
meningkat dengan peningkatan produksi
subsektor tanaman pangan di Kalimantan
yang tidak seimbang sehingga mendorong
Barat masih menjadi sumber pendapatan
peningkatan impor seperti yang ditampilkan
sebagian besar petani. Potensi lahan pertanian
pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Kebutuhan, Produksi dan Impor Beras Indonesia Tahun 2005-2009


Tahun 2006 2007 2008 2009 2010
Kebutuhan 64,40 66,47 65,76 69,06 70,87
Produksi 32,2 37,63 39,04 40,53 41,87
Impor 0,25 0,69 2,74 1,90 0,47
Sumber: Direkorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian, 2012

Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate… Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara
80 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90

yang dimiliki Kalimantan Barat cukup besar, Berdasarkan rumusan masalah di atas,
saat ini mencapai 1,298 juta ha berupa lahan maka pertanyaan pada penelitian ini adalah
sawah sebesar 546.594 ha dan lahan kering bagaimana kelayakan ekonomi Program
sebesar 751,96 ribu ha. Lahan sawah baru Pembangunan Food Estate di Kalimantan
digunakan sekitar 245 ribu ha sedangkan Barat. Adapun tujuan penelitian ini adalah
lahan kering sekitar 180 ribu ha, artinya menganalisis kelayakan ekonomi Program
terdapat sekitar 873 ribu ha lahan pertanian Pembangunan Food Estate di Kalimatan Barat.
yang masih belum digunakan sehingga
Kalimantan Barat sangat berpotensi sebagai
wilayah pengembangan investasi Program METODE PENELITIAN
Pembangunan Food Estate. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Suatu program tertentu dapat efektif, Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi
efisien dan mencukupi apabila biaya dan Kalimantan Barat khususnya pada lokasi
manfaat terdistribusi secara merata (Hicks pelaksanaan Food Estate yaitu meliputi
dalam Bellinger 2007). Besarnya kecilnya Kecamatan Matan Hilir Selatan, Matan Hilir
manfaat yang diperoleh dari sejumlah biaya Utara, dan Muara Pawan di Kabupaten
yang dikeluarkan akan menjadi suatu per- Ketapang dan waktu penelitian dilakukan
timbangan dalam membentuk pertumbuhan pada bulan Juni - Juli 2015.
ekonomi suatu daerah sehingga menjadi
penentuan strategi kebijakan dan rekomenda-
JENIS DAN SUMBER DATA
si bagi keberlanjutan program pembangunan
ini dimasa yang akan datang karena Data yang digunakan dalam penelitian
menyangkut harapan dan tujuan yang ingin ini merupakan data primer berupa informasi
dicapai melalui Program Pembangunan Food yang berkaitan dengan produksi, operasional
Estate. Sebagai pilot project di Provinsi dan investasi serta data lain-lain yang
Kalimantan Barat, informasi mengenai biaya menggambarkan biaya dan manfaat ekonomi
dan manfaat serta dampak perekonomian bagi petani dan masyarakat yang diperoleh
daerah dari keberadaan program pem- dari responden. Data sekunder meliputi Tabel
bangunan food estate daerah masih terbatas. Input Output Provinsi Kalimantan Barat
Pada dasarnya pemerintah daerah telah Tahun 2012 klasifikasi 27 sektor, PDRB,
melakukan analisis biaya manfaat terhadap tenaga kerja, dokumen-dokumen Food Estate
Program Pembangunan Food Estate di Kalimantan Barat dan data pendukung
Kalimantan Barat, namun analisis yang di- lainnya. Data diperoleh dari Dinas Tanaman
lakukan menggunakan pendekatan finansial. Pangan dan Hortikultura Kalimantan Barat,
Analisis finansial menggambarkan bahwa Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura
program menguntungkan bagi individu atau Kabupaten Ketapang, BPS Provinsi Kali-
kelompok tertentu yang berpengaruh besar mantan Barat, BPS Kabupaten Ketapang, serta
terhadap kepemilikan modal sehingga belum instansi terkait lainnya. Pengumpulan data
menggambarkan keuntungan bagi masya- terhadap key person menggunakan metode
rakat banyak khususnya petani (Gittinger wawancara mendalam, sedangkan terhadap
1986). Maka sangat penting dilakukan analisis petani pemilik lahan dan masyarakat
biaya manfaat dengan pendekatan analisa dilakukan wawancara dengan instrumen
ekonomi pada Program Food Estate karena kuisioner.
pada analisis ini mempertimbangkan per-
ekonomian masyarakat sebagai dampak ANALISIS BIAYA DAN MANFAAT
keberadaan Program Food Estate yang meng-
Analisis biaya manfaat dilakukan untuk
gambarkan kelayakan ekonomi dimana
mengetahui kelayakan ekonomi dari ke-
manfaat bagi orang banyak menjadi tujuan
beradaan program food estate. Kriteria utama
utama dalam analisis ini.

Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90 81

Table 2. Kriteria Kelayakan Program Food Estate


Indikator Rumus Kriteria Keputusan

NPV NPV > 0


1

 ∑
1
BCR BCR > 1

1
.

IRR 0 IRR > i


1

Sumber : Bellinger, 2007


Keterangan: Bt = Penerimaan Pada Tahun T, Ct = Biaya Pada Tahun T, N = Lama Proyek, T = Periode Produksi,
I = Suku Bunga

yang digunakan (Tabel 2) adalah Net Present PBP > 5 tahun, artinya Program food Estate
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan tidak layak dilaksanakan
Net Benefit Cost Ratio (Net BCR). Jika nilai NPV PBP < 5 tahun, artinya Program food Estate
layak dilaksanakan
> 0, Net BCR > 1, dan IRR >i, maka proyek food
estate dianggap layak. Kemudian sebagai
pertimbangan lebih lanjut dinilai berdasarkan ANALISIS SENSITIVITAS
nilai Pay Back Period dan dilakukan analisis Analisis sensitivitas dilakukan untuk
sensitivitas untuk melihat kepekaan proyek melihat kelayakan proyek bila terjadi
terhadap perubahan-perubahan harga output perubahan pada penerimaan dan biaya.
dan input. Menurut Bahasoan (2005) variabel-variabel
yang berubah ditentukkan batasnya sehingga
PAY BACK PERIOD diketahui toleransi perubahan setiap variabel
yang masih menghasilkan keputusan
Pada penelitian ini, umur ekonomis
kelayakan pada proyek jika diketahui proyek
Program Food Estate direncanakan selama 20
itu layak, hal ini penting didasarkan pada
tahun dan lama pinjaman 5 tahun dengan
proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak
asumsi arus kas per tahun jumlahnya
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi
berbeda. Maka rumus yang digunakan adalah
di masa yang akan datang. Maka pada
sebagai berikut (Ibrahim 2003) :
penelitian ini diasumsikan variabel-variabel
yang berubah adalah harga output (beras),
PBP =    1 
biaya bibit dan upah tenaga kerja.
Dimana:
N = Tahun terakhir dimana jumlah arus kas
masih belum bisa menutup investasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
mula-mula ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI
a = Jumlah investasi mula-mula PROGRAM FOOD ESTATE
b = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke
Deskripsi Proyek
n
c = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke Program Pembangunan Food Estate
(n+1) adalah proyek investasi pada sub sektor
tanaman pangan dalam bentuk kegiatan
Kriteria :
Proyek akan dilaksanakan apabila masa usaha budi daya tanaman skala luas (> 25 Ha)
pengembalian investasi lebih cepat dari lama yaitu komoditi padi yang dilakukan dengan
pinjaman. konsep industri yang berbasis ilmu

Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate… Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara
82 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90

pengetahuan, modal, serta organisasi dan petani terlibat sebagai pemilik lahan dan
manajemen modern. Pembangunan proyek terlibat sebagai tenaga kerja.
investasi ini dimulai dengan pembukaan
lahan dan pencetakan sawah serta Identifikasi Manfaat dan Biaya
pembangunan infrastruktur pertanian berupa
Manfaat proyek pada penelitian ini
jaringan irigasi dan jalan usaha tani (JUT).
terdiri dari manfaat berwujud (tangibel benefit)
Investasi pembangunan ini dilakukan
dan manfaat tak bewujud (intangible benefit).
secara bertahap yang dimulai dengan
Manfaat berwujud merupakan manfaat nyata
pembukaan dan pencetakan lahan sawah
yang secara langsung mempengaruhi
seluas 4.482,39 Ha, pembangunan jaringan
profitabilitas perusahaan dan mengakibatkan
irigasi sepanjang 991,79 km, pembangunan
biaya secara langsung, sedangkan manfaat tak
jalan usaha tani sepanjang 3,78 km,
berwujud merupakan manfaat yang tidak
pembangunan gudang penyimpanan serta
timbul secara langsung yang dan sulit diukur
pembangunan kantor yang mulai dilakukan
secara moneter (Murphy dan Simon 2002).
pada tahun 2011.
Manfaat berwujud pada penelitian ini berupa
Kegiatan penanaman dimulai pada
hasil produksi (beras) yang merupakan
tahun 2012 dengan luas penanaman 1.407,59
manfaat langsung dari Program Food Estate,
Ha pada tahun pertama kemudian meningkat
sedangkan manfaat tak berwujud berupa
menjadi 1.586,86 Ha pada tahun kedua hingga
peningkatan kesempatan kerja, peningkatan
mencapai seluas 4.482,39 Ha pada tahun
aktivitas UPJA, peningkatan pendapatan
ketiga dan tahun ke empat dengan indeks pe-
petani dan pedagang lokal sekitar proyek.
nanaman 3 kali musim tanam dalam setahun.
Umur proyek ekonomis adalah 20 tahun yaitu
1. Hasil Produksi
tahun 2011 sampai 2029 yang ditentukan
Hasil produksi pada penelitian ini me-
berdasarkan kemampuan infrastruktur.
rupakan jumlah beras yang dihasilkan proyek
Lokasi Proyek Food Estate terletak di
dikali dengan harga beras per kg. Jumlah
Kabupaten Ketapang yang meliputi Ke-
beras yang dihasilkan merupakan jumlah
camatan Matan Hilir Selatan, Matan Hilir
produksi selama tiga tahun yaitu dari tahun
Utara, Delta Pawan dan Muara Pawan dengan
kesatu hingga tahun ketiga. Pola penanaman
alasan potensi lahan pertanian sangat mema-
padi pada program ini menggunakan intensi-
dai. Proyek pembangunan ini dilaksanakan
tas penanaman 300 persen dengan penge-
dengan tujuan dalam rangka menciptakan
lolaan sistem pertanian tanaman terpadu.
ketahanan pangan dengan melibatkan petani
Teknis budidaya tanaman berdasarkan
dan masyarakat lokal secara langsung
rentang waktu tanam yang tepat terhadap
sehingga menciptakan kesempatan kerja bagi
pertumbuhan tanaman padi dimana cara
petani dan masyarakat lokal. Sistem kerja
pengolahan tanah, penggunaan varietas
samanya melibatkan kerjasama antara
unggul, dosis pemupukan berdasarkan
pemerintah, BUMN dan petani dimana,
rekomendasi yang telah ditentukan dan
BUMN berperan sebagai investor dan
mengkondisikan lahan untuk mencapai
mengelola kegiatan ini sepenuhnya,
produktivitas yang optimal serta meng-
pemerintah berperan dalam memfasilitasi
gunakan mekanisasi penuh.
pembebasan lahan dan mendukung pem-
bangunan sebagian infrastruktur sedangkan

Tabel 3. Hasil Produksi Program Food Estate pada Tahun ke 1 - Tahun ke 3


Periode Proyek Harga (Rp/Kg) Jumlah produksi (Kg) Hasil produksi (Milyar Rp)
Tahun 1 5.066 1.662.261 8.421,01
Tahun 2 6.259 746.542 46.739,35
Tahun 3 6.012 20.845.766 125.324,75

Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90 83

Tabel 4. Peningkatan Kesempatan Kerja Sebelum dan Sesudah Program Food Estate (Milyar
Rupiah)
Periode Sebelum proyek Sesudah Proyek Nilai Peningkatan
Tahun 1 4.823,63 6.890,91 2.067,27
Tahun 2 4.278,71 6.112,44 1.833,73
Tahun 3 12.640,37 18.057,67 5.417,30
 
Perhitungan hasil produksi pada pada proyek food estate. Keberadaan proyek
Program Food Estate dari tahun kesatu hingga merupakan salah solusi dalam penyediaan
tahun ketiga secara rinci ditampilkan pada tenaga kerja bagi masyarakat lokal khususnya
Tabel 3. bagi masyarakat yang selama ini hanya
berprofesi sebagai petani. Hal ini terlihat dari
2. Peningkatan Kesempatan Kerja jawaban respoden yang menyatakan bahwa
Kesempatan kerja pada penelitian ini sebelum adanya proyek hanya bekerja
dinilai dari curahan waktu bekerja petani separuh waktu yaitu kurang dari 8 jam dalam
yang dihitung dalam satuan Hari Orang Kerja sehari.
(HOK). Menurut Bahasoan (2010) kesempatan
kerja dapat dilihat dari seberapa besar 3. Peningkatan aktivitas UPJA
penggunaan tenaga kerja yang diserap oleh Manfaat peningkatan aktivitas UPJA
proyek dengan pendekatan curahan waktu yang ditampilkan pada Tabel 5, dianalisis
kerja untuk masing-masing tenaga kerja. berdasarkan intensitas pelayanan UPJA.
Manfaat dari peningkatan kesempatan kerja UPJA adalah suatu lembaga ekonomi
dinilai berdasarkan selisih curahan waktu perdesaan yang bergerak di bidang pelayanan
bekerja petani sebelum adanya proyek food jasa dalam rangka optimalisasi penggunaan
estate dan sesudah adanya proyek food estate alat dan mesin pertanian untuk mendapatkan
yang dihitung berdasarkan upah yang keuntungan usaha baik di dalam maupun di
diterima per HOK. luar kelompok tani/gapoktan.
Jumlah tenaga kerja yang butuhkan pada Intensitas pelayanan UPJA pada pene-
usahatani padi ini tergantung luas lahan yang litian ini dianggap sebagai salah satu manfaat
digarap dan intensitas tanam yang dilakukan. keberadaan proyek dalam hal peningkatan
Secara keseluruhan kegiatan usahatani padi aktivitas UPJA. Hal ini dikarenakan adanya
pada proyek ini menyerap tenaga kerja total peluang usaha pada desa yang dapat
sebesar 50 HOK per Ha per musim tanam dimaksimalkan melalui keberadaan proyek.
dengan upah yang berlaku pada daerah Intensitas pelayanan UPJA dirasakan meng-
penelitian yaitu Rp50.000 perhari untuk alami peningkatan dengan adanya proyek
tenaga kerja pria dan Rp45 000 per hari untuk karena adanya permintaan jasa UPJA dari
wanita dengan waktu bekerja selama 7- 8 jam proyek yang pada akhirnya memberikan
per hari. keuntungan pada UPJA.
Peningkatan kesempatan kerja dinilai Adanya peningkatan intensitas peng-
berdasarkan jawaban responden yaitu gunaan UPJA dapat mendorong peningkatan
masyarakat lokal yang terlibat langsung peran petani dalam menumbuhkan aktivitas
sebagai tenaga kerja dalam usahatani padi perekonomian perdesaan. Keterlibatan petani

Tabel 5. Peningkatan Aktivitas UPJA Sebelum dan Sesudah Program Food Estate (Milyar
Rupiah)
Periode Sebelum Proyek Sesudah Proyek Selisih
Tahun 1 1.074,91 1.653,71 578,79
Tahun 2 2.403,19 3.697,22 1.294,02
Tahun 3 4.027,84 6.196,68 2.168,83

Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate… Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara
84 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90

sebagai pengurus dan operator alsintan dalam dikarenakan sebagian besar lahan yang
organisasi UPJA merupakan salah satu digunakan proyek adalah lahan tidur, petani
sumber penghasilan bagi petani, sehingga pemilik. Keterbatasan biaya dan tenaga serta
peningkatan intensitas penggunaan UPJA waktu menyebabkan sebagian dari lahan
akan memberi dampak pada pendapatan pertanian milik petani tidak dimanfaatkan
sebagian petani. Selain itu, peningkatan secara maksimal sehingga tidak memberikan
intensitas penggunaan UPJA dapat mening- sumber pendapatan bagi petani sebelumnya.
katkan perputaran uang di dalam unit usaha Peningkatan hasil produksi merupakan
UPJA sehingga terjadi peningkatan pen- salah satu tujuan Program Food Estate yang
dapatan atau keuntungan dalam UPJA. disebabkan adanya perluasan lahan garapan
Peningkatan keuntungan tersebut digunakan sehingga akan mendorong peningkatan
pengurus untuk membiayai perawatan pendapatan bagi pemiliknya dalam hal ini
alsintan, biaya operator dan pengadaan adalah petani pemilik lahan. Menurut Goshal
alsintan yang baru, sehingga jumlah alsintan (2014), pada tingkat makro, produksi dapat
yang tersedia akan bertambah. Dengan ditingkatkan dengan baik hanya dengan per-
demikian akan mendorong produktivitas luasan areal dan peningkatan produktivitas,
usahatani dan usahatani menjadi lebih efisien sehingga akan mendorong peningkatan hasil.
yang diakibatkan ketersediaan alsintan. Hal Peningkatan pendapatan pedagang lokal
ini dipertegas oleh hasil penelitian Rachmat sesudah proyek terlihat dari jumlah orang
dalam Mayrowani (2012) yang menyatakan yang belanja dan jumlah pendapatan yang
bahwa keberadaan UPJA menghemat biaya diperoleh semakin meningkat. Berdasarkan
produksi sebesar 27 persen, sehingga usaha hasil wawancara, pertambahan jumlah
tani menjadi lebih efisien. permintaan berasal dari orang-orang yang
Jenis alsintan yang disediakan UPJA terlibat langsung dalam proyek baik tenaga
dalam Program Food Estate adalah hand traktor, kerja dari dalam mapun luar daerah. Adanya
tresher, mesin pengering dan mesin peng- proyek menyebabkan mobilitas orang masuk
giling dimana penggunaanya dengan sistem dan keluar proyek meningkat sehingga
sewa. mempengaruhi jumlah barang yang dibutuh-
kan juga semakin tinggi pada daerah sekitar
4. Peningkatan Pendapatan proyek. Adapun bentuk barang yang per-
Peningkatan pendapatan pada penelitian mintaannya meningkat adalah sembako,
ini meliputi pendapatan petani pemilik lahan makan ringan, minuman, rokok dan bensin.
dan pedagang yang berada disekitar proyek. Meskipun peningkatan jumlah permintaan
Peningkatan pendapatan petani pemilik tidak meningkat tajam, namun terjadi
dalam penelitian ini merupakan pendapatan pertambahan jumlah permintaan yang dapat
yang dihasilkan dari lahan yang digunakan memberikan keuntungan bagi pedagang
proyek dan merupakan manfaat yang sekitar proyek sehingga dapat dinilai sebagai
diperoleh ketika adanya proyek. Hal ini manfaat keberadaan proyek secara tidak
dikarenakan sebagian besar lahan yang langsung.
digunakan proyek adalah lahan tidur dimana Biaya pada Program Food Estate merupa-
sebelum adanya proyek lahan tersebut tidak kan total pengeluaran untuk membiayai
menghasilkan produk bagi petani. Hal

Tabel 6. Peningkatan Pendapatan Petani Pemilik Lahan dan Pedagang Lokal


Petani pemilik lahan Pedagang Lokal
Periode Proyek
(milyar rupiah) (juta rupiah)
Tahun 1 2.357,88 19.800
Tahun 2 13.087,02 19.800
Tahun 3 35.090,93 19.800

Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90 85

kegiatan proyek yang dikelompokkan men- dikeluarkan adalah sebesar Rp117.461.977.257


jadi biaya investasi dan biaya operasional. dengan total biaya tetap sebesar Rp63.912.250,
Biaya investasi pada proyek ini mulai biaya variabel sebesar Rp102.076.937.539 dan
dikeluarkan pada tahun 0 yang terdiri atas : biaya tak terduga sebesar Rp15.321.127.468.
- biaya pembangunan irigasi : Rp4.463.055.000 Biaya tetap pada program ini meliputi
- jalan usaha tani : Rp1.910.400.000, biaya pengadaan cangkul, parang, ember,
- pengadaan excavator : Rp4.158.360.000, sprayer, karung dan biaya perawatan
- gudang penyimpanan : Rp178.740.000, sedangkan biaya variabel meliputi biaya
- mess karyawan : Rp188.025.000, pengadaan saprodi seperti bibit, pupuk,
- kantor dan inventaris : Rp87.100.000 kaptan, pestisida, upah, dan biaya
- biaya tenaga kerja : Rp8.031.680.000. pengangkutan serta biaya sewa mesin
Kemudian dikeluarkan biaya investasi pertanian seperti traktor, mesin perontok,
tahap 2 untuk : mesin pengering dan mesin penggiling. Biaya
- pembangunan jaringan irigasi tahun sewa mesin pertanian diklasifikasikan sebagai
pertama : Rp4.650.135.000 biaya variabel karena dikeluarkan setiap
- pembangunan jaringan irigasi tahun kedua : tahun dengan jumlah biaya sesuai luas lahan
Rp975.030.000 dan hasil produksi.
- pembangunan jalan usaha tani tahun
pertama : Rp4.128.000.000 Kelayakan Ekonomi
- pembangunan jalan usaha tani tahun kedua :
Kelayakan ekonomi Program Food Estate
Rp1.814.400.000
disusun dalam bentuk arus tunai (cash flow)
Sedangkan pada tahun 4-20 akan
yang terdiri dari arus penerimaan dan
dikeluarkan biaya perawatan rutin sebesar
pengeluaran seperti yang digambarkan pada
Rp850.000.000.
Tabel 7. Cash flow mencatat transaksi biaya
Biaya operasional dikeluarkan pada saat
dan manfaat dengan skala pengusahaan lahan
proyek mulai beroperasi yaitu pada saat
yang ditanami padi seluas 1.586,86 Ha pada
melakukan penanaman pertama. yang terdiri
tahun kesatu, 1.407,59 Ha pada tahun kedua
dari biaya tetap, biaya variabel dan biaya tak
sampai 4.158,36 Ha pada tahun ketiga hingga
terduga yang dikeluarkan setiap tahun selama
program berakhir.
umur ekonomis proyek. Pada tahun kesatu
Net benefit pada tahun ke nol dan tahun
biaya operasional dikeluarkan untuk mem-
kesatu adalah negatif yang disebabkan pada
biayai proyek dengan luas lahan 1.586,86 ha
tahun ke nol belum melakukan operasi atau
yaitu sebesar Rp40.835.898.694 dengan biaya
produksi melainkan hanya melakukan
tetap sebesar Rp619.947.000, biaya variabel
investasi sehingga belum ada penerimaan
Rp31.338.345.837 dan biaya tak terduga se-
yang masuk. Sedangkan pada tahun kesatu
besar Rp5.326.421.569. Pada tahun kedua total
sudah melakukan operasi atau produksi
biaya operasional sebesar Rp24.664.266.000
namun pada penanaman pertama terjadi
untuk luas lahan 1.407,59 Ha, biaya tetap
kegagalan panen yang disebabkan serangan
sebesar Rp1.615.163, biaya variabel
hama dan penyakit dengan intensitas tinggi
Rp21.445.572.663 dan biaya tak terduga
sehingga pertumbuhan padi terganggu yang
sebesar Rp3.217.078.174. sedangkan tahun
menyebabkan produktivitasnya terhambat.
ketiga dilakukan perluasan jumlah garapan
Hal ini menyebabkan pengeluaran lebih besar
yaitu seluas 4.158,36 ha yang jauh lebih luas
daripada penerimaan yang masuk. Pada
dari tahun kesatu dan kedua sehingga terjadi
tahun kedua dan ketiga diperoleh nilai net
penambahan biaya. Penambahan luas lahan
benefit positif artinya penerimaan yang
garapan diharapkan mampu mendongkrak
diperoleh pada tahun kedua dan ketiga lebih
produktivitas padi sehingga hasil yang
besar daripada pengeluaran yaitu sebesar
diperoleh dapat mencapai target yang
sebesar Rp31.964,86 milyar pada tahun kedua
diinginkan. Total biaya operasional yang

Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate… Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara
86 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90

Tabel 7. Cash Flow Program Food Estate Provinsi Kalimantan Barat Tahun ke 0 – Tahun ke 20
(Juta Rupiah)
Tahun Total Penerimaan Total Biaya Net Benefit
0 0 14. 184,26 (14.184,26)
1 12.771,09 49.394,83 (36.623,74)
2 59.234,78 27.310,90 31.923,88
3 157.995,64 117.461,98 40.533,67
4 157.995,64 117.461,97 40.533,67
5 157.995,64 117.461,97 40.533,67
6 157.995,64 117.461,97 40.533,67
7 157.995,64 117.461,97 40.533,67
8 157.995,64 117.461,97 40.533,67
9 157.995,64 117.461,97 40.533,67
10 157.995,64 117.461,97 40.533,67
11 157.995,64 117.461,97 40.533,67
12 157.995,64 117.461,97 40.533,67
13 157.995,64 117.461,97 40.533,67
14 157.995,64 117.461,97 40.533,67
15 157.995,64 117.461,97 40.533,67
16 157.995,64 117.461,97 40.533,67
17 157.995,64 117.461,97 40.533,67
18 157.995,64 117.461,97 40.533,67
19 157.995,64 117.461,97 40.533,67
20 157.995,64 117.461,97 40.533,67
 
dan Rp40.533,67 milyar pada tahun ketiga. merupakan barang ekspor yaitu pupuk urea
Sedangkan pada tahun berikutnya penerima- dan juga barang impor yaitu NPK. Sedangkan
an diasumsikan meningkat sebesar 15 persen harga bayangan untuk tenaga kerja lebih
setiap lima tahun dari total penerimaan rendah dari tingkat upah yang berlaku,
sebelumnya yang disebabkan kenaikan harga karena di negara berkembang masih terdapat
beras. banyak pengangguran, menyebabkan tingkat
Harga yang digunakan untuk menilai upah yang dibayarkan tidak mencerminkan
output atau hasil produksi beras dari tahun nilai yang sebenarnya (bukan nilai marjinal
kesatu sampai tahun ketiga berbeda setiap tenaga kerja) dan harus lebih rendah dari
tahunnya, hal ini dikarenakan harga yang tingkat upah pasarnya. Harga bayangan
digunakan adalah harga bayangan yang tenaga kerja yang ditetapkan untuk tenaga
(shadow prices), yaitu harga yang meng- kerja tidak terdidik seperti tenaga kerja yang
gambarkan nilai ekonomi yang sesungguh- berasal dari daerah penelitian ini merupakan
nya. Harga bayangan beras lebih tinggi pengangguran tak kentara. Penentuan upah
dibandingkan dengan harga pasar dikarena- tenaga kerja bayangan adalah sebesar 80
kan beras merupakan barang tradable sehing- persen dari harga yang berlaku. Sedangkan
ga menggunakan harga CIF (cost insurance untuk harga benih dan pestisida, harga pasar
freight) ditambah dengan biaya tataniaga yang dan harga bayangan sama.
terlebih dahulu dikonversikan ke dalam nilai Kelayakan ekonomi Program Food Estate
tukar rupiah. pada penelitian ini berdasarkan hasil
Demikian juga dengan harga input perhitungan dengan kriteria NPV, BCR, IRR
seperti pupuk dan tenaga kerja penentuan dan Pay Back Period serta analisis sensitivitas.
harganya menggunakan harga bayangan. Perhitungan kelayakan dilakukan dengan
Harga pupuk pada penelitian ini berbeda memperhatikan manfaat bersih yang dinilai
dengan harga sesungguhnya karena pupuk dalam nilai sekarang (Present Value). Present

Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90 87

Tabel 8. Kriteria Investasi Program Food Estate Provonsi Kalimantan Barat


Uraian Analisis Ekonomi Keterangan
B/C 1,26 Layak
NPV (milyar) 150,56 Layak
IRR (%) 62 Layak
Payback Periode 8 Jangka pengembalian investasi
 
Value didapat dengan mengalikan manfaat timbangan khusus untuk tetap melanjutkan-
bersih tambahan dengan discount factor-nya. nya. Hasil pengamatan lapangan menemukan
Asumsi dasar yang digunakan adalah; 1) beberapa permasalahan dalam proyek yaitu
umur proyek 20 tahun, 2) indeks penanaman terjadinya gangguan dari alam dan ketidak-
3 kali musim tanam per tahun dan terjadi pastian harga gabah serta sistem pembagian
peningkatan produksi menjadi 5 ton per hasil yang kurang dan ketidakpastian harga
hektar/panen, 3) luas lahan garapan tetap gabah serta sistem pembagian hasil yang
pertahunnya mulai tahun ketiga hingga kurang menguntungkan bagi pemilik modal.
proyek berakhir, 4) discount rate sebesar 12 Selain itu kesiapan masyarakat dalam
persen dan rendemen 65 persen, 5) harga menyediakan lahan masih kurang sehingga
untuk menilai beras adalah harga bayangan menghambat rencana perluasan proyek
berdasarkan harga CIF (cost insurance freight). dimasa yang akan datang.
Tabel 8 menunjukkan perhitungan
kelayakan investasi diperoleh nilai B/C Gambaran Program Food Estate dari Aspek
sebesar 1,26 artinya setiap nilai sekarang dari Sosial, Ekonomi dan Teknis
pengeluaran sebesar 1 rupiah akan mem-
Keberadaan Program Food Estate
berikan benefit atau manfaat sebesar Rp 126.
merupakan salah satu usaha pemerintah
Nilai NPV diperoleh sebesar 153,76 milyar
untuk mempertahankan ketahanan pangan
rupiah yang menggambarkan NPV lebih
Indonesia yang bersinergi dengan tujuan
besar dari nol atau positif, artinya penanaman
pemerintah daerah dalam menciptakan
investasi Program Food Estate memberikan
aktivitas perekonomian daerah melalui
keuntungan sebesar 150,56 milyar rupiah
keterlibatan pemilik modal (perusahaan) dan
selama 20 tahun menurut nilai sekarang.
masyarakat. Selain mendorong peningkatan
Sedangkan nilai IRR diperoleh sebesar 62
produksi padi juga diharapkan terjadinya
persen, lebih besar dari tingkat suku bunga
penciptakan kesempatan kerja bagi masyarakt
yang berlaku, artinya tingkat bunga dapat
lokal khususnya dipedesaan yang notabene-
dibayar oleh kegiatan investasi ini untuk
nya adalah sebagian besar pengangguran dan
sumberdaya yang digunakan. Nilai pay back
“sepi” aktivitas perekonomian.
period diperoleh sebesar 8 tahun, yang
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan
menunjukkan bahwa proyek mampu me-
dalam kelayakan suatu program tidak hanya
ngembalikan modal dalam jangka waktu 8
dapat ditentukan secara finansial (keuangan),
tahun, sebelum proyek berakhir.
namun aspek-aspek terkait lainnya penting
Berdasarkan hasil analisis secara ke-
menjadi tolak ukur keberhasilan suatu
seluruhan, Program Food Estate menunjukkan
program. Menurut Gittinger (1986), proses
layak atau menguntungkan secara ekonomi
untuk merencanakan dan menganalisa
artinya keberadaan proyek memberikan
program menjadi efektif dan efisien, harus
keuntungan bagi petani dan masyarakat
mempertimbangkan banyak aspek yang
disekitar proyek baik yang terlibat langsung
secara bersama-sama menentukan bagaimana
maupun yang tidak terlibat langsung.
keuntungan yang diperoleh dari suatu
Kelayakan suatu program atau proyek sangat
penanaman modal. Pada penelitian ini, lebih
mempengaruhi keberlanjutannya dimasa
menekankan aspek sosial, ekonomi dan teknis
yang akan datang sehingga diperlukan per-
seperti yang telah dijelaskan dalam ruang

Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate… Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara
88 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90

lingkup penelitian untuk menentukan peningkatan produksi padi dan penyerapan


kelayakan Program Food Estate. tenaga kerja bagi masyarakat lokal dan petani.
Berdasarkan hasil pengamatan yang Demikian juga dengan manfaat tidak lang-
dilakukan, keberadaan Program Food Estate sung meskipun sulit dinilai dalam bentuk
menerapkan sistem pengelolaan lahan yang uang, keberadaan program ini bagi
masih toleransi terhadap lingkungan. Hal ini masyarakat memberikan manfaat berupa
dilihat dari penggunaan sarana produksi peningkatan pendapatan, peningkatan
pada usaha tani padi. Penggunaan pupuk aktivitas unit usaha desa yaitu UPJA,
pada usahatani ini memang belum sepenuh- terjadinya transformasi pengetahuan seperti
nya menggunakan pupuk organik selain peningkatan pengetahuan para petani dalam
penggunaan pupuk kandang juga masih mengoperasikan alat dan mesin pertanian,
menggunakan pupuk kimia (Urea dan penggunaan bibit unggul dan penggunaan
Phonska) tetapi menggunakan dosis yang pupuk, pestisida dengan dosis yang benar.
berimbang sehingga masih tolerasi terhadap Selain itu keberadaan program ini me-
lingkungan. Menurut Purba (2013), untuk ningkatkan ketersediaan infrastruktur seperti
meningkatkan hasil padi sawah yang ramah perbaikan irigasi dan jalan usaha tani
lingkungan diperlukan upaya pengelolaan sehingga mendorong kesempatan para petani
unsur hara dan sumberdaya lahan secara untuk berusaha tani dan meningkatkan
efektif dari segi ekologi dan efisien dari segi produksi lahannya akibat tersedianya faktor
ekonomi. pendukung utama dalam peningkatan
Penggunaan varietas padi unggul produktivitas lahan. Menurut Rahimah (2015)
disesuaikan dengan karakteristik lahan dan keberadaan infrastruktur akan mendorong
lingkungan yang merupakan hasil anjuran peningkatan produktivitas faktor-faktor
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). produksi serta merupakan aspek penting
Pembukaan lahan pada program ini juga dalam peningkatan produktivitas sektor
tanpa bakar sehingga tidak menimbulkan produksi.
polusi udara dan kerusakan lingkungan.
Namun pengendalian hama dan penyakit Analisis Sensitivitas
masih berbasis bahan kimia, karena masih
Analisis sensitivitas dilakukan untuk
belum menemukan cara tradisional yang
melihat pengaruh perubahan-perubahan
efisien untuk membasmi serangan hama dan
parameter dalam aspek finansial terhadap
penyakit, sedangkan komponen teknologi
keputusan yang diambil. Menurut Gregersen
pilihan adalah teknologi-teknologi penunjang
1979 dalam Yuniati 2011, bahwa proyek-
yang tidak mutlak harus diterapkan tetapi
proyek pertanian sangat rentan dengan
lebih didasarkan pada spesifik lokasi maupun
ketidakpastian seperti banjir, penyakit, faktor
kearifan lokal dengan tujuan meningkatkan
teknologi yang berhubungan dengan proses
produktivitas.
produksi, dan faktor manusia berhubungan
Menurut Kadariah dalam Nadeak (2009),
dengan tenaga kerja, kemampuan mem-
proyek dinyatakan layak secara ekonomi dan
perkirakan kejadian-kejadian mendatang
sosial apabila meningkatkan pertumbuhan
mencakup penaksiran nilai produksi dan
ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja
keadaan pasar. Lebih lanjut, Manihiho dan
dan berusaha bagi masyarakat lokal, me-
Bizoza (2013) menyatakan alasan melakukan
nambah prasarana yang bermanfaat bagi
analisis sensitivitas adalah untuk menentukan
peningkatan kualitas hidup masyarakat.
keberlanjutan proyek kedepannya. Hal ini
Manfaat yang dihasilkan dari keberadaan
menunjukkan bahwa adanya perubahan
Program Food Estate ini tidak hanya berupa
harga output dan input akan mempengaruhi
manfaat secara langsung namun juga
besar kecilnya keuntungan dimasa yang akan
memberikan manfaat secara tidak langsung.
Manfaat langsung yang dihasilkan berupa

Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate…
Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90 89

Tabel 9. Analisis Sensitivitas Program Food Estate Provinsi Kalimantan Barat


Variabel Perubahan Kriteria
Harga Output Meningkat 15% NPV 217,03
B/C 1,37
IRR 71%
Harga Benih Meningkat 15% NPV 148,06
B/C 1,25
IRR 60%
Upah Tenaga Kerja Meningkat 65% NPV 126,75
B/C 1,21
IRR 48%
 
datang sehingga menjadi pertimbangan harga namun program masih layak dan
penting dilakukannya analisis sensitivitas. menguntungkan.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan
simulasi peningkatan harga output sebesar 15 SARAN
persen, kenaikan harga benih 15 persen dan
Perlu meningkatkan produktivitas lahan
kenaikan upah tenaga kerja sebesar 65 persen.
sawah, kestabilan harga sarana produksi serta
Penentuan persentasi kenaikan tersebut
gabah dan perlunya pertimbangan ulang
berdasarkan fluktuasi harga beras, harga
dalam pembagian hasil produksi sehingga
benih padi dan upah tenaga kerja (buruh tani)
proyek menguntungkan bagi semua pihak.
di Indonesia dari tahun 2004 - 2012 menurut
Kementan (2012). Hasil simulasi analisis
sensitivitas pada Tabel 9 menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA
Program Food Estate peka terhadap kenaikan
harga output dan harga input, dimana Bahasoan, H. 2010. Analisis Investasi
kelayakan meningkat pada saat terjadi Pengembangan Irigasi Waemeten di
Kabupaten Buru Maluku. [Tesis],
peningkatan harga output dan menurun pada
Bogor. Sekolah Pascasarjana Institut
saat terjadi kenaikan harga benih dan upah Pertanian Bogor.
tenaga kerja. Namun secara keseluruhan
proyek tetap layak dan menguntungkan [BKKBN] Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana. 2013.
dimasa yang akan datang jika terjadi kenaikan
Pertumbuhan Penduduk Indonesia.
harga beras sebesar 15 persen, harga benih 15
Jakarta (ID): BKKBN.
persen dan upah tenaga kerja sebesar 65
persen. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Data dalam
Angka Kalimantan Barat. Pontianak.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Data dalam


SIMPULAN DAN SARAN Angka Kalimantan Barat. Pontianak.
SIMPULAN
Bellinger, W.K. 2007. The Economic Analysis
1. Investasi Food Estate menurut kriteria of Public Policy. Routledge. London
NPV, BCR, IRR dan Pay Back Period and New York.
menunjukkan proyek layak secara Direkorat Jendral Prasarana dan Sarana
ekonomi, dan mampu meningkatkan Pertanian. 2014. Kebutuhan Produksi
kesempatan kerja bagi masyarakat lokal. Impor dan Pangan. Jakarta.
2. Hasil analisis sensitivitas dengan
Gittinger, J.P. 1986. Analisa ekonomi proyek-
simulasi perubahan harga output dan proyek pertanian. UI Press. Jakarta.
harga input menunjukkan investasi food
estate sangat peka terhadap perubahan Ghoshal, P,K,. 2014. Economic Feasibility
Study of Natural Rubber Plantation in
Tripura. Council for Social Science

Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate… Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara
90 Jurnal Agribisnis Indonesia (Vol 4 No 2, Desember 2016); halaman 79-90

Research (CSSR). Tripura Journal of Tanaman Dipterokarpa dengan Teknik


Social Science, Vol. 1, No.2, 2014. Silin (Studi Kasus PT. Sari Bumi
Kusuma, Kalimantan Barat). Jurnal
Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Penelitian Hutan Tanaman Vol.8 No.4,
Jakarta : Rineka. Oktober 2011, 239 – 249. Balai Besar
[Kementan] Kementrian Pertanian. 2012. Penelitian Dipterokarpa.
Fluktuasi harga beras, benih dan upah
buruh tani tahun 2004 - 2012

Manihiho, A, Bizoza A,R,. 2013. Financial


Benefit-Cost Analysis of Agricultural
Production in Musanze District,
Rwanda. Academia Arena 2013;5(12).

Mayrowani H, Pranadji T. 2012. Pola


Pengembangan Kelembagaan UPJA
untuk Menunjang Sistem Usahatani
Padi yang Berdayasaing. Analisis
Kebijakan Pertanian. Vol 10, No. 4, hal
347-360.

Murphy, K.E, Simon, S.J. 2002. Intangible


Benefits Valuation in ERP Projects. ©
2002 Blackwell Science Ltd, Information
Systems Journal, 301–320. USA.

Nadeak, G.T. 2009. Analisis Kelayakan


Finansial dan Ekonomi Perusahaan
Kayu Gergajian Merbau dan
Woodworking Terintegrasi di Papua
(Studi Kasus: Kabupaten Jayapura),
[Tesis], Bogor. Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.

Purba, R. 2013. Kajian pemanfaatan pupuk


organik pada usahatani padi sawah di
Serang Banten. Jurnal Agriekonomika
Vol 4, No 1. Department Agribisnis.
Universitas Trunojoyo. Banten.

Purwaningsih Y. 2008. Ketahanan pangan:


situasi, permasalahan, kebijakan dan
pemberdayaan masyarakat. Jurnal
Ekonomi Pembangunan Vol 9, No. 1,
Juni 2008, hal. 1 – 27: Universitas
Sebelas Maret.

Rahimah NS, Putro PH. 2015. Pengaruh


Infrastruktur Jalan Terhadap Sebaran
Investasi Di Provinsi Jawa Barat. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota 2
SAPPK V3N3 663. Perencanaan Dan
Pengembangan Kebijakan Institut
Teknologi Bandung. Jawa Barat.
(diakses tahun 2015, 28 Agustus).

Yuniati, D. 2011. Analisis Finansial dan


Ekonomi Pembangunan Hutan

Asti, Dominicus Savio Priyarsono, dan Sahara Analisis Biaya Manfaat Program Pembangunan Food Estate…

Anda mungkin juga menyukai