Anda di halaman 1dari 2

Selayang Pandang Withholding Tax di Indonesia

Salah satu sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia adalah Withholding Tax System
(pemotongan/pemungutan pajak). Dalam sistem ini, pihak ketiga diberikan kepercayaan untuk
melaksanakan kewajiban memotong atau memungut pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada
penerima penghasilan sekaligus menyetorkannya ke kas negara. Di akhir tahun pajak, pajak yang telah
dipotong atau dipungut dan telah disetorkan ke kas negara akan menjadi pengurang pajak atau kredit
pajak bagi pihak yang dipotong dengan melampirkan bukti pemotongan atau pemungutan.

Sistem Withholding Tax di Indonesia diterapkan pada mekanisme pemotongan/pemungutan Pajak


Penghasilan (PPh). Istilah pemotongan dimaksudkan untuk menyatakan jumlah pajak yang dipotong oleh
pemberi penghasilan atas jumlah penghasilan yang diberikan kepada penerima penghasilan, sehingga
menyebabkan berkurangnya jumlah penghasilan yang diterimanya (misal Ph Pasal 21 dan PPh Pasal 23).
Sedangkan yang dimaksud dengan pemungutan adalah jumlah pajak yang dipungut atas sejumlah
pembayaran yang berpotensi menimbulkan penghasilan kepada penerima pembayaran (misal PPh Pasal
22).

Pemotongan PPh Pasal 21

PPh Pasal 21 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak (WP) Orang Pribadi Dalam Negeri, yaitu penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan, serta pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pemungutan PPh Pasal 22

PPh Pasal 22 adalah Pajak yang dipungut oleh:

1. Bendahara pemerintah terkait dengan pembayaran atas penyerahan barang yang berasal dari dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);

2. Badan-badan tertentu terkait dengan penghasilan dari kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha
di bidang lain; dan

3. WP Badan tertentu terkait pembayaran dari pembeli atas penjualan barang yang tergolong sangat
mewah.

Pemotongan PPh Pasal 23

PPh Pasal 23 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap
(BUT) yang berasal dari pemanfaatan modal (dividen, bunga, dan royalti), pemberian jasa (sewa,
imbalan jasa), atau penyelenggaraan kegiatan (hadiah, penghargaan, dan bonus) selain yang dipotong
PPh Pasal 21.

Pemotongan PPh Pasal 26

PPh Pasal 26 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan WP Luar Negeri atas penghasilan yang tidak
berasal dari menjalankan usaha atau kegiatan melalui BUT yang bersumber dari Indonesia. Pemotongan
PPh Pasal 26 bersifat final (tidak dapat digunakan sebagai kredit pajak), kecuali ditentukan lain.
Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)

PPh Pasal 4 ayat (2) adalah pajak yang dipotong dari penghasilan dengan perlakuan tersendiri yang
diatur melalui peraturan pemerintah dan bersifat final. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 4 (2) antara
lain penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan/jasa giro, dan diskonto Sertifikat Bank Indonesia,
penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek, penghasilan berupa bunga dan diskonto
obligasi yang dijual di pasar modal, penghasilan berupa bunga simpanan yang dibayarkan kepada
anggota koperasi (WP Orang Pribadi), penghasilan modal ventura dari transaksi penjualan saham /
pengalihan penyertaan modal perusahaan pasangan usahanya, persewaan tanah dan / atau bangunan,
pengalihan hak atas tanah dan / atau bangunan, penghasilan usaha jasa konstruksi, serta penghasilan
atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara.

Pemotongan PPh Pasal 15

PPh Pasal 15 adalah pajak yang dipotong dari penghasilan yang menggunakan norma penghitungan
khusus untuk golongan WP tertentu, agar memudahkan WP tersebut dalam melakukan kewajiban
perpajakannya, seperti perusahaan pelayaran atau penerbangan internasional; perusahaan asuransi luar
negeri; perusahaan pengeboran minyak, gas dan panas bumi; perusahaan dagang asing; serta
perusahaan yang melakukan investasi dalam bentuk bangun-guna-serah (build, operate, and transfer).
Untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi golongan WP tertentu tersebut, Menteri
Keuangan diberi wewenang untuk menetapkan Norma Penghitungan Khusus guna menghitung besarnya
penghasilan netto dari WP tertentu tersebut.

Penerimaan Withholding Tax pada tahun 2010 adalah sebesar Rp587,65 triliun, meningkat menjadi
Rp730,418 triliun pada tahun 2011, dan ditargetkan menjadi Rp849,706 triliun untuk tahun 2012 atau
83,61 % dari total target penerimaan pajak tahun 2012 sebesar Rp1.016,237 triliun. Mengingat
pentingnya peranan Withholding Tax dalam mengamankan penerimaan negara dari sektor perpajakan,
maka Direktorat Jenderal Pajak mewajibkan seluruh pemotong dan pemungut pajak untuk menyetorkan
dan melaporkan kewajiban perpajakannya sesuai ketentuan yang berlaku. Bangga bayar pajak!

Anda mungkin juga menyukai