Anda di halaman 1dari 14

PEMERINTAH KABUPATEN TOLIKARA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARUBAGA


(KARUBAGA GENERAL HOSPITAL)
Alamat : Jl. Kompleks Kesehatan Kogome No.4
KARUBAGA-PAPUA 99562

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARUBAGA
KABUPATEN TOLIKARA
No : ...................................................

Tentang
PANDUAN SKRINING DI DALAM DAN DI LUAR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARUBAGA

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan


rumah sakit diperlukan panduan skrining di dalam
dan di luar rumah sakit yang bermutu tinggi di
Rumah Sakit Umum Daerah Karubaga.
b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Karubaga.
MENGINGAT : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /
MENKES / PER III / 2008, tentang Rekam Medis
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG PANDUAN
SKRINING DI DALAM DAN DI LUAR RUMAH
SAKIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARUBAGA

1
Pertama : Pelaksanaan pembuatan panduan skrining Rumah Sakit
Umum Daerah Karubaga harus sesuai dengan panduan
sebagai mana tercantum dalam lampiran surat keputusan
ini
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan
apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Karubaga
Pada Tanggal : 2019
DIREKTUR RS. UMUM DAERAH
KARUBAGA

dr. DELWIEN E. JACOB, M.Kes


NIP : 19781017 200605 2 001

2
Lampiran : SK. Direktur RS. Umum Daerah Karubaga
Nomor : …. ………………………..8
Tentang : Panduan Skrining di Dalam dan di Luar RS. Umum Daerah Karubaga

PANDUAN SKRINING DI DALAM DAN DI LUAR RUMAH SAKIT RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH KARUBAGA

I. Definisi
Skrining (screening) merupakan pemeriksaan sekelompok orang untuk
memisahkan orang yang sehat dari orang yang mempunyai keadaan patologis
yang tidak terdiagnosis atau mempunyai risiko tinggi. (Kamus Dorland ed. 25 :
974). Menurut Rochjati P (2008), skrining merupakan pengenalan dini secara
pro-aktif pada ibu hamil untuk menemukan adanya masalah atau faktor risiko.
Sehingga skrining bisa dikatakan sebagai usaha untuk mengidentifikasi penyakit
atau kelainan yang secara klinis belum jelas, dengan menggunakan tes,
pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat untuk
membedakan orang yang terlihat sehat, atau benar-benar sehat tapi sesungguhnya
menderita kelainan.
Skrining juga dapat dikatakan sebagai suatu upaya mengidentifikasi penyakit
atau kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan
pasien saat kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk
mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap atau pasien rawat jalan
dan merujuk ke pelayanan kesehatan lainnya dengan menyesuaikan kebutuhan
pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit. Skrining dilaksanakan melalui
kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik sebelumnya. Skrining
dilakukan apabila pasien tiba di rumah sakit, pada saat pasien di transportasi
emergensi atau di sumber rujukan.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


Menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit
bergantung pada informasi yang didapat tentang kebutuhan pasien dan
kondisinya lewat skrining pada kontak pertama. Skrining dilaksanakan melalui
kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan, atau hasil pemeriksaan fisis,
psikologis, laboratorium klinis, atau diagnostik imajing sebelumnya. Waktu

3
selesai penulisan laporan operasi didefinisiskan sebagai setelah operasi, sebelum
pasien dipindah ke ruang rawat inap.
Skrining dapat terjadi di tempat pasien, ambulans, atau waktu pasien tiba di
rumah sakit. Keputusan untuk mengobati, mengirim, atau merujuk dibuat setelah
ada evaluasi hasil skrining. Bila rumah sakit mempunyai kemampuan
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan serta konsisten dengan misi dan
kemampuan pelayanannya maka dipertimbangkan untuk menerima pasien rawat
inap atau pasien rawat jalan. Rumah sakit dapat menentukan tes atau bentuk
penyaringan tertentu untuk populasi pasien tertentu sebelum ditetapkan pasien
dapat dilayani. Tes spesifik tertentu atau evaluasi tertentu dilakukan jika rumah
sakit mengharuskannya, sebelum diputuskan dapat dilayani dirawat inap atau
terdaftar di unit rawat jalan.

III. RUANG LINGKUP


Skrining dilakukan terhadap pasien pada saat sebelum pasien masuk ke
rumah sakit, saat pasien tiba di rumah sakit atau saat pasien sudah di dalam
rumah sakit. Pada pasien yang datang langsung ke rumah sakit, skrining
dilakukan oleh petugas/staf rumah sakit yang pertama kontak dengan pasien.
Pada pasien yang tidak datang langsung ke rumah sakit, skrining dapat dilakukan
melalui telepon atau skrining dilakukan di tempat asal pasien yang dilakukan
oleh petugas medis Rumah Sakit Umum Daerah Karubaga.
Pasien yang akan dirawat atau terdaftar untuk mendapatkan pelayanan rawat
jalan adalah mereka yang kebutuhan dan kondisinya dapat dipenuhi oleh sumber
daya dan misi rumah sakit yang diidentifikasi melalui proses skrining. Informasi
yang didapat melalui proses skrining penting dalam membuat keputusan yang
tepat tentang apakah pasien dapat dilayani atau harus dirujuk.

Skrining dilakukan pada area:


1. Luar rumah sakit
2. Pendaftaran
3. Poli / rawat jalan
4. UGD
Skrining dilakukan melalui:
1. Kriteria triage
2. Evaluasi visual atau pengamatan
3. Pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan Laboratorium

4
Prinsip skrining adalah sebagai berikut:
1. Skrining dilaksanakan pada kontak pertama didalam atau diluar rumah sakit
2. Keputusan pasien dilalukan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
Karubaga adalah bila rumah sakit mampu menyediakan pelayanan yang
dibutuhkan pasien.

IV. TATA LAKSANA


4.1 Skrining di Luar Rumah Sakit/ Pra Hospital
Untuk skrining pra-hospital dapat dilakukan di Unit Gawat Darurat
(UGD) maupun Unit Rawat Jalan (URJ) melalui interaksi per telepon.
Interaksi telepon bisa datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari
informasi dengan melakukan panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari
fasilitas kesehatan luar rumah sakit yang berencana merujuk pasien ke
Rumah Sakit Umum Daerah Karubaga, akan diterima oleh operator yakni
petugas admisi, case manager (CM), atau tenaga medis dan paramedis yang
ada di ruangan terkait (UGD/URJ) setelah disambungkan oleh operator.
Langkah-langkah skrining pra-hospital antara lain:

SATUAN KERJA SKRINING YANG DILAKUKAN


Operator/penerima 1. Menghubungkan pasien/keluarga ke unit admisi.
telepon 2. Menghubungkan fasilitas kesehatan perujuk ke
dokter jaga UGD untuk dikaji lebih lanjut.
3. Memberikan arahan jenis pelayanan yang dapat
diakses dan informasi waktu pelayanan.
Admisi/counter 1. Menghubungkan penelpon baik fasilitas kesehatan
pendaftaran/customer perujuk ataupun pasien/keluarga ke dokter jaga
care/security UGD (24 jam) atau URJ (selama jam buka
pelayanan poli) untuk mengidentifikasi pelayanan
yang dibutuhkan pasien.
2. Menginformasikan ketersediaan ruang pelayanan.
Case Manager 1. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
pelayanan berdasarkan prioritas kegawatan.
2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan
perhatian khusus semisal sakit berat, usia lanjut,
handicap/berkebutuhan khusus.
3. Mengkoordinasikan pembagian ruangan
berdasarkan identifikasi ketersediaan kamar bagi

5
pasien yang membutuhkan rawat inap.
4. Menginformasikan jenis pelayanan yang tersedia di
Rumah Sakit Umum Daerah Karubaga disesuaikan
dengan kebutuhan pelayanan pasien.
URJA 1. Pada jam buka pelayanan URJ, admisi rawat jalan
menginformasikan jenis pelayanan yang ada di URJ
beserta jam pelayanan dan bagaimana cara
mengakses pelayanan tersebut/pendaftaran.
2. Tenaga medis dan paramedis setelah menerima
telepon segera mengidentifikasi kebutuhan
pelayanan bagi calon pasien (yang belum terdaftar
sebagai pasien) maupun pasien lama,untuk
merencanakan tindak lanjut.
UGD 1. Petugas medis/paramedis yang menerima panggilan
telepon melakukan skrining per-telepon dengan
mencatat semua informasi yang diperlukan mulai
dari kondisi pasien sampai dengan riwayat penyakit
saat ini dan/terdahulu serta rencana tindakan
lanjutan yang direncanakan.
2. Apabila pasien memenuhi kriteria emergensi, maka
dilanjutkan dengan proses pelayanan lanjutan, yaitu
pertimbangan fasilitas yang dimiliki oleh rumah
sakit untuk identifikasi kebutuhan pelayanan yang
sesuai serta konsultasi dokter jaga UGD kepada
DPJP kasus terkait.
Tenaga ambulans 1. Proses skrining dimulai saat mendapatkan
permintaan penjemputan pasien, untuk menentukan
tingkat emergensi dalam persiapan SDM tim
ambulan yang akan melakukan penjemputan,
maupun menentukan peralatan yang dibutuhkan
dalam penjemputan.
2. Skrining dilakukan setelah tiba di lokasi
penjemputan dengan berpatokan pada penilaian pre
transport pasien, dengan menggunakan form
transfer pasien.
3. Skrining lanjutan yaitu triage,dilakukan setelah tiba

6
di UGD dengan berpatokan pada pengkajian
kondisi pasien.

4.2 Skrining di Dalam Rumah Sakit/ Intra Hospital


Skrining didalam rumah sakit merupakan suatu proses deteksi dini atau usaha
untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan. Skrining dapat dilaksanakan melalui
kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,pertanyaan, pemeriksaan fisik atau
hasil dari pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
pasien. Kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitatif
di prioritaskan berdasarkan kondisi pada waktu proses admisi sebagai pasien rawat
inap. Hal tersebut terdapat pada proses assesmen awal pasien yang dilakukan
petugas, adapun penjelasan dari pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitasi
sebagai berikut:
4.1.1 Pelayanan Preventif
Adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah
terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal
dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang sebelum atau antisipasi atau
mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas,
prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah
terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang atau
masyarakat.
Upaya preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan
gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
4.1.2 Pelayanan Paliatif
Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipliner yang berfokus pada
pasien penyakit serius atau mengancam jiwa. Tujuan pelayanan paliatif
adalah mengurangi beban penyakit, meringankan penderitaan, dan
mempertahankan kualitas hidup dari saat setelah diagnosis. Tujuan ini dicapai
melalui intervensi yang mempertahankan kesejahteraan fisik, psikologis,
sosial dan spiritual, meningkatkan komunikasi dan koordinasi pelayanan,
memastikan pelayanan yang layak secara budaya dan konsisten dengan nilai-
nilai dan preferensi pasien, memberi bantuan konkrit jika diperlukan dan
meningkatkan kemungkinan bahwa pasien meninggal dengan penderitaan
minimal.

7
4.1.3 Pelayanan Kuratif
Kuratif bertujuan untuk merawat dan mengobati anggota keluarga,
kelompok yang menderita penyakit atau masalah kesehatan. Pasien kuratif
indikasi rawat inap:
Diagnosa Kriteria / indikasi rawat inap
Katarak Senilis 1. Pre op dengan penyulit
2. DM
3. Hipertensi
4. Anatomi mata kecil
Trauma mata 1. Laserasi kornea
2. laserasi bulbus oculi
3. Mengancam visual
Glaucoma akut 1. Penurunan penglihatan
2. edema kornea
3. TIO > 21
4. gangguan airway
Pentonsilarabses 1.Gangguan airway
2. Resiko sepsis
3. Disfagia
4. Nyeri berat
Epistaksis 1. Perdarahan massif
2. Hipertensi tak terkontrol
3. observasi perdarahan lanjut
Hipertrofi tonsil 1. Pre operatic treatment
Prolonged pregnancy 1. Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuranmyoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Preeklampsia 1. Tekanan darah ≥ 160/110
2. Proteinuria ≥ + 2
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR
5. Peningkatan SGPT/SGOT
6. Penurunan AT
Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluarjaringan

8
3. Syokhemoragis
Hemiparesis gravidarum 1. Ketonurin +
2. Keadaanumumlemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal urterine bleeding 1. Hb ≤ 8 mg/dl
DHF 1. Trombosit< 100.000
2. Tekanan darah< 100/70 mmHg (pre syok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal reflux
desease
3. Dehidrasi
Diare 1. Dehidrasi sedang – berat
2. Muntah sampai tidak ada obat yang bisa
masuk
3. Pre-syok TD <100/60
Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x
nebulizer
2. Respirasi rate >40
Periapical abscess without sinus 1. Suhu tinggi
(K04-7) 2. Susah menelan
3. Nadi cepat
Periapical abscess with sinus (K04- 1. Suhu tinggi
7) 2. Susah menelan
3. Nadicepat
4. Nafas terganggu

4.1.4 Pelayanan Rehabilitatif


Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita
yang dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu
yang menderita penyakit yang sama. Usaha yang dilakukan, yaitu:
a. Latihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti, patah
tulang, kelainan bawaan
b. Latihan fisik tertentu bagi penderita penyakit tertentu misalnya,
TBC (latihan nafas dan batuk), Stroke (fisioterapi).

9
Dalam pelaksanaannya skrining didalam rumah sakit dilaksanakan
melalui tahapan berikut :
1. Pemeriksaan saat pasien datang
Semua pasien yang datang ke UGD harus diprioritaskan pada
saat kedatangan, oleh tenaga terlatih dan perawat berpengalaman.
Penilaian awal umumnya harus tidak mengambil lebih dari 2 - 5
menit. Penilaian awal tersebut dilaksanakan melalui kriteria triase
yang menggunakan skala triase Australia, selanjutnya petugas
melaksankan penilaian lanjutan.
2. Skrining dilakukan melalui :
a. Kriteria triase (SPO Triase pasien)
b. Evaluasi visual atau pengamatan, (keadaan umum pasien)
c. Pertanyaan ( anamnesa pasien )
d. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik,
e. Psikologik,
f. Hasil laboratorium klinik atau diagnostik imajing pasien.
g. Ketersediaan kamar rawatan
h. Identifikasi kebutuhan pasien berkenaan dengan pelayanan
preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitatif
3. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis UGD yang
mencakup :
a. Identitas pasien
b. Anamnesis pasien
c. Pemeriksaan fisik
d. Pemeriksaan penunjang
e. Diagnosis pasien

4. Dokumentasi dilakukan melalui status Rekam Medis elektronik di


admisi yang mencakup:
a. Identitas pasien
b. Anamnesis pasien
c. Pemeriksaan penunjang
Skrining dapat dilakukan oleh setiap petugas di are rumah sakit
mulai dari petugas medis hingga non medis. Hal ini dikarenakan,
skrining didasarkan pada kondisi pasien pada kontak pertamakali
dimana pasien tidak mungkin langsung kontak dengan paramedic
melainkan dengan petugas non medis di sekitar rumah sakit. Berikut ini

10
adalah bagan alur skrining di dalam dan di luar rumah sakit di dalam
rumah sakit:

Pendaftaran pasien
Bila pada pasien tidak
ada kegawatdaruratan
Rawat Jalan / Unit
yang dituju
Pasien tiba Skrining oleh
di RS Petugas RS
Bila pada pasien ada Unit Gawat Darurat
kegawatdaruratan

4.3 Skrining Non Medis


Skrining ini dilakukan oleh tenaga–tenaga non medis yang berkontak
langsung dengan pasien pertama kali datang.
1. Petugas Non Medis (Satpam, Parkir, Tata graha, Petugas lain)
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati pasien yang masuk ke dalam ruang lingkup Rumah Sakit
Umum Daerah Karubaga, bila melihat ada pasien yang terlihat
kegawatan seperti; sesak, nyeri dada kiri tembus punggung, tidak
sadar, nyeri hebat. Maka petugas membantu pasien dan
mengarahkan ke UGD untuk dilakukan Triage di UGD.
c. Bila ada pasien membutuhkan bantuan, petugas non medis
menanyakan keluhan pasien tersebut (sambil melihat apakah ada
kegawatan atau tidak pada pasien). Bila ada kegawatan pasien
dibantu dan diarahkan ke UGD dan bila tidak ada kegawatan dan
pasien ingin berobat diarahkan ke bagian pendaftaran.
Contoh:
Petugas : Selamat Pagi/Siang/ Malam bu, ada yang bisa
saya bantu? (sambil mengamati kondisi pasien)
Pasien : Selamat Pagi/Siang/Malam pak… Saya mau
berobat, pendaftaran dimana ya?
Petugas : (bila pasien terlihat sakit) ibu ada keluhan apa,
sepertinya ibu terlihat pucat/ nyeri?
(bila pasien terlihat baik arahkan ke pendaftaran)
Pasien : Kepala saya pusing dan dada saya nyeri
Petugas : Kalau begitu ibu sebaiknya ke UGD untuk
mendapatkan perawatan yang cepat, mari ibu saya
temani. (Bantu pasien hingga sampai ke UGD agar
dapat dilakukan Triage di UGD)

11
d. Bila petugas melihat kegawatan yang berhubungan dengan
kehamilan seperti; ketuban pecah, perdarahan, kontraksi dan lain-
lain, maka petugas membantu pasien agar dapat dibawa ke Ruang
Bersalin dan ditindak lanjuti oleh bidan atau dokter yang bertugas.
e. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas diharapkan
membantu pasien hingga sampai ke UGD atau petugas menghubungi
perawat UGD agar perawat UGD dapat mengevakuasi pasien dengan
benar.

2. Petugas Laboratorium, Radiologi dan Fisioterapi.


a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang mau melakukan pemeriksaan laboratorium
dan rontgen, petugas dapat melakukan pemeriksaan pasien seperti suhu
dan nadi, bila pasien terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas,
sesak, demam, nadi lemah dan lain-lain, maka tanyakan keluhan pasien
dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat dan datang hanya untuk pemeriksaan maka
sarankan pasien agar berobat ke UGD agar mendapatkan pengobatan dan
tindak lanjut di UGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke UGD untuk
penanganan kegawatannya, sehingga dokter UGD dapat berkoordinasi
dengan DPJP untuk kegawatan pasien agar dapat ditindaklanjuti.
e. Setiap pasien yang diarahkan ke UGD, petugas diharapkan membantu
pasien hingga sampai ke UGD, dengan menggunakan kursi roda bila
diperlukan.

3. Petugas Farmasi
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Mengamati setiap pasien yang memberikan resep di Apotik, bila pasien
terlihat kegawatan seperti; nyeri hebat, pucat, lemas, sesak dan lain-lain,
maka tanyakan keluhan pasien dan sudah berobat atau belum.
c. Bila pasien belum berobat maka arahkan pasien agar berobat ke UGD
agar mendapatkan pengobatan dan tindak lanjut di UGD.
d. Bila pasien telah berobat, maka sarankan pasien ke UGD untuk
penanganan kegawatannya, sehingga dokter UGD dapat berkoordinasi
dengan DPJP untuk kegawatan pasien agar dapat ditindak lanjuti.

12
4. Front Office (FO)
a. Melaksanakan skrining secara visual
b. Menanyakan tujuan kedatangan pasien dan memberikan penjelasan
tentang jenis-jenis pelayanan, waktu pelayanan dan nama dokter praktek
di Rumah Sakit Umum Daerah Karubaga
c. Bila via telepon maka ditanyakan keluhan pasien dan unit yang akan
dituju.
d. Melakukan skrining berdasarkan atas keluhan pasien, atau secara kasat
mata dicurigai ada kegawatan.
e. Bila ada kegawatan diminta untuk segera masuk ke UGD agar dapat
ditindak lanjuti oleh perawat atau dokter jaga yang bertugas saat itu
(Triage).
f. Bila terdapat pasien kecelakaan, maka petugas menghubungi perawat
UGD agar perawat UGD dapat mengevakuasi pasien dengan benar.

4.4 Skrining Medis


4.4.1 Perawat
a. Skrining medis dilakukan oleh tenaga medis (perawat) yang
berkontak pertama dengan pasien
b. Skrining medis oleh perawat dilakukan oleh perawat poli, serta
perawat yang kontak pertama kali dengan pasien.
c. Ketika kontak pertama kali oleh pasien maka perawat menanyakan
keluhan pasien, sembari melihat kondisi pasien apakah ada
kegawatan atau tidak.
d. Berdasarkan keluhan dan kondisi pasien yang didapat maka perawat
dapat mengarahkan apakah pasien dapat ke pendaftaran (bila pasien
dalam kondisi sehat dan membutuhkan pengobatan) atau diarahkan
ke UGD
4.4.2 Dokter
a. Skrining medis dilakukan oleh dokter yang berkontak pertama dengan
pasien.
b. Skrining medis juga sekaligus dimaksudkan untuk mengidentifikasi
pasien-pasien asimptomatik yang berisiko mengidap gangguan
kesehatan serius.
c. Melalui proses skrining diharapkan dapat mengurangi morbiditas atau
mortalitas penyakit dengan penanganan dini terhadap kasus-kasus
yang ditemukan.

13
d. Skrining medis dilakukan melalui kriteria triase, anamnesis,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik
imajing.
e. Pada kasus rujukan, skrining dapat dilakukan sebelum pasien dikirim
atau sebelum pasien tiba di UGD, bisa dilakukan via telepon maupun
datang sendiri.
f. Bila pasien rujukan dilakukan dengan penjemputan, maka skrining
dilakukan ketika tim medis sampai di tempat penjemputan.
g. Pasien hanya diterima apabila rumah sakit dapat menyediakan
pelayanan dan fasilitas yang dibutuhkan pasien rawat inap dan rawat
jalan dengan tepat.

V. DOKUMENTASI
Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, perlu didokumentasikan
dalam berkas rekam medis. Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti
perkembangan penyakit dan evaluasi pengobatan ataupun penanganan, serta
nantinya akan digunakan untuk bahan perencanaan pemulangan pasien.

Ditetapkan di : Karubaga
Pada Tanggal : 2019
DIREKTUR RS. UMUM DAERAH
KARUBAGA

dr. DELWIEN E. JACOB, M.Kes


NIP : 19781017 200605 2 001

14

Anda mungkin juga menyukai