Disusun Oleh :
ii
4.2. Pemanfaatan .......................................................................
BAB V Dampak Lingkungan Dan Prospek ..............................
5.1 Dampaklingkungan ..............................................................
5.2 Prospek .................................................................................
BAB VI PENUTUP ....................................................................
6.1 KESIMPULAN ....................................................................
6.2 Saran .....................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut:
1. mengetahui genesa pembentukan bahan galian batu gamping
1
1. Sebagai informasi untuk pemerintah daerah Yogyakarta mengenai sifat fisik dan
mekanik batu gamping daerah karangasem,kecamatan ponjong,kabupaten gunung kidul
2. Sebagai informasi mengenai sifat fisik dan mekanik dari pencampuran batu
gamping daerah karengasem ,kecamatan ponjong,kabupaten gunung kidul.
2
BAB II
GENESA PEMBENTUKAN DAN PENYEBARAN BATU
GAMPING DI INDONESIA
Kebanyakan batugamping terbentuk di laut dangkal, tenang, dan pada perairan yang
hangat. Lingkungan ini merupakan lingkungan ideal di mana organisme mampu
membentuk cangkang kalsium karbonat dan skeleton sebagai sumber bahan
pembentuk batugamping. Ketika organisme tersebut mati, cangkang dan skeleton
mereka akan menumpuk membentuk sedimen yang selanjutnya akan terlitifikasi
menjadi batugamping.
Produk sisa organisme tersebut juga dapat berkontribusi untuk pembentukan sebuah
massa sedimen. Batugamping yang terbentuk dari sedimen sisa organisme
dikelompokan sebagai batuan sedimen biologis. Asal biologis mereka sering terlihat
oleh kehadiran fosil.
Ketika air menguap, setiap kalsium karbonat yang dilarutkan dalam air akan
tersimpan di langit-langit gua. Seiring waktu, proses penguapan ini dapat
3
mengakibatkan akumulasi seperti es kalsium karbonat di langit-langit gua, deposit ini
dikenal sebagai stalaktit. Jika tetesan jatuh ke lantai dan menguap serta
tumbuh/berkembang ke atas (dari lantai gua) depositnya disebut dengan stalakmit.
Batu kapur merupakan salah satu mineral industri yang banyak digunakan oleh
sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk bahan bangunan, bahan
penstabil jalan raya, pengapuran untuk pertanian, bahan keramik, bahan pembuatan semen
dan pembuatan karbid.
Dalam ilmu geologi batu kapur disebut sebagai batu gamping. Batu kapur dapat
terjadi dengan berbagai cara, yaitu dengan cara mekanik, cara biologi dan cara kimia. Cara
mekanik terjadi pada saat unsur mineral yang tertranspor air melalui sungai dan terjadi
sedimentasi atau pengendapan. Umumnya batu kapur cara ini terdapat di sungai-sungai
baik di hulu maupun di hilir. Cara kimia batu kapur terbentuk dalam kondisi iklim dan
suasana lingkungan tertentu dalam air tawar atau asin dari mineral-mineral organik dan
anorganik kemudian terakumulasi dan terendapkan pada suatu cekungan yang berfungsi
sebagai “mangkuk” geologi. kemudian terjadi Up-Lifting atau pengangkatan formasi
batuan sehingga batu kapur yang asalnya terdapat di bawah endapan danau dan sungai
yang besar terangkat sehingga letaknya menjadi berada di sebuah gunung dan bukit. Hal
4
ini dapat dilihat pada bukit di daerah Padalarang. Proses pengangkatan atau up-lifting
terjadi akibat adanya aktivitas vulkanis atau aktivitas tektonik atau keduanya.
Terakhir cara biologi atau organik, batu kapur ini terbentuk dari pengendapan
cangkang atau rumah siput, foraminifera, ganggang, dan binatang kerang. Ketika hewan-
hewan tersebut mati, mereka meninggalkan cangkangnya dan terakumulasi, terendapkan
pada cekungan laut dangkal. Kemudian semua itu berproses sekitar jutaan tahun. Oleh
karena itu, pada umumnya batu kapur jenis ini terdapat di pantai dan laut dangkal. Namun
adapula yang mengalami proses pengangkatan sehingga letaknya berada di atas bukit atau
gunung. Batu kapur atau batu gamping dalam ilmu geologi masuk ke dalam klasifikasi
batuan sedimen, baik batuan sedimen klastik maupun sedimen non klastik. Potensi batu
kapur di Indonesia sangat besar dan hampir merata di seluruh Indonesia. Data yang pasti
mengenai jumlah cadangan batu kapur di Indonesia belum ada, namun secara umum
jumlah batu kapur Indonesia mencapai 28,678 milyar ton (Tushadi Madiadipoera,
Direktorat Sumber Daya mineral, 1990) dengan perincian 61,376 juta ton sebagai
cadangan terunjuk (probable) dan 28,616 juta ton sebagai cadangan terka (Possible).
Sebagian besar cadangan batu kapur berada di Sumatra Barat dengan kisaran cadangan
sekitar 23,23 milyar ton atau hampir 81,02 % dari cadangan keseluruhan di Indonesia.
Berdasarkan data tahun 1995, tercatat industri pabrik semen pemakai utama batu
kapur dengan presentase sekitar 86,84 % atau sekitar 72,86 juta ton. Propinsi Jawa Barat
merupakan produsen utama batu kapur tetapi juga merupakan konsumen utama. Statistik
menunjukkan sektor industri dalam penggunaan batu kapur cenderung meningkat yakni
10,45% per tahun. Hal ini wajar mengingat batu kapur digunakan sebagai bahan utama dan
bahan non utama dalam berbagai industri.
Sama seperti halnya dengan batubara, minyak bumi dan gas alam, batu kapur
merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbaharui namun berbeda dengan batubara
dan migas, batu kapur tersebar merata dan cadangannya cukup banyak di Indonesia.
Dalam kondisi di lapangan batu kapur dapat berbentuk singkapan dalam bahasa Inggris,
outcrops. Karena biasanya batu kapur merupakan lapisan batuan yang terdapat pada suatu
formasi batuan.
5
Gunung Kapur Usaha Pertambangan PARNO yang berlokasi di Dusun Klepu, Desa
Karangasem, Kecamatan Ponjong, Kab. Gunungkidul
6
Propinsi Jumlah
Sumber : Bahan Galian Industri, Batu Kapur, Harta Haryadi dkk. Hal. 7-75 = 7-91; 199
7
BAB III
3.1 Eksplorasi
1. Target eksplorasi
8
· Penentuan metode-metode eksplorasi yang akan
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk geologi yang
diperoleh.
8
dilakukan karena endapan batugamping sudah diketahui keberadaannya
dan mudah di temukan. Tahap kegiatan eksplorasi gamping yakni:
kompas geologi
inclinometer
altimeter,
9
Gambar 2.1 Kompas geologi
10
Gambar 2.2 Contoh Peta Geologi
11
Gambar 2.3 a) Sumur uji dibuat menembus ore body yang
mempunyai posisi yang horizontal, b) Posisi channel yang
vertikal pada dinding sumur uji. Untuk suatu endapan
permukaan yang tidak homogen, maka channel dibagi menjadi
beberapa sub channels sesuai kondisi mineralisasi
Untuk memperoleh inti bor, maka alat bor putar harus di lengkapi
dengan mata bor berlubang, tabung inti bor, dan penangkap inti bor.
Arah pengeboran dapat vertikalmaupun horizontal, tetapi yang paling
sering adalah pengoboran vertikal hingga mencapai batuan dasar, dengan
pola pengeboran dan jarak bor yang
12
Alat transportasi, dan
Jumlah (panjang) core box.
13
3.1.1.5 Perhitungan cadangan
V=A.t
14
Dimana :
c. Altitude (inklinasi/dip)
b. Komposisi kimia
15
d. Bidang lemah (kekar, sesar, fracture, cleat)
3. Sifat-Sifat Geoteknik
b. Produksi
c. Umur tambang
d. Produktivitas
e. Ongkos penambangan
5. Faktor Teknologi
a. Mining recovery
b. Delusi
c. Konfleksibilitas metode
d. Selektivitas metode
e. Dispersi pekerjaan
16
g. Faktor lingkungan
6. Faktor Lingkungan
b. Subsidence
c. Kontrol atmosfer
d. Kekuatan kerja
Design Penambangan
17
belukar, pada kegiatan ini UP. PARNO menggunakan Bulldozer merek
Caterpillar tipe 825H.
2. Stripping (pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup/ overburden)
18
Pemuatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan atau
mengisikan material atau endapan bahan galian hasil pembongkaran ke dalam
alat angkut. Kegiatan pemuatan dilakukan setelah kegiatan penggusuran,
pemuatan dilakukan dengan menggunakan alat muat back hoe dan diisikan ke
dalam alat angkut.
Kegiatan pemuatan bertujuan untuk memindahkan batugamping hasil
pembongkaran kedalam alat angkut. Pengangkutan dilakukan dengan sistem
siklus, artinya truck yang telah
dimuati langsung berangkat tanpa harus menunggu truck yang lain dan setelah
membongkar muatan langsung kembali ke lokasi penambangan untuk dimuati
kembali
c. Pengangkutan
3.2.1 PEMBONGKARAN
19
penggalian dibuat berdasarkan pada rencana produksi dan kemampuan alat yang
ada. Alat gali yang dapat dipakai adalah backhoe sebagai alat gali sekaligus alat
muat batugamping keatas alat angkut truck.
3.2.2 PEMUATAN
Alat muat yang dipakai pada setiap permkaan kerja antara lain sebagai berikut:
1. Bulldozer
2. Backhoe
20
3.2.3 PENGANGKUTAN
21
BAB IV
PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN
4.1 Pengolahan
Batu gamping dapat langsung dipakai sebagai bahan baku, misal pada industri
semen, fondasi jalan, rumah dan sebagainya. Untuk hal lain perlu pengolahan
terlebih dahulu, misal dengan pembakaran. Cara ini dimaksudkan untuk memperoleh
kapur tohor (CaO), kalsium hidroksida (Ca(OH)2) dan gas CO2.
Pada reaksi ini terjadi penyerapan panas karena untuk mengurai 1 gram
molekul CaCO3 (100 gram) perlu panas 42,5 kkal. Pembakaran batu dolomit
(MgCO3) pada suhu 800 oC akan terjadi penguraian, seperti reaksi berikut :
MgCO3 • MgO + CO2;
22
bahan pengisi. Tetapi apabila pembakaran dilakukan di atas 900 oC, yang terjadi
adalah CaCO3, dan CO3 terurai menjadi CaO dan MgO.
b) Bahan Bangunan
Sebagai bahan bangunan. batu gamping serfungsi sebagai campuran dalam adukan
pasangan bata/plester, semen trass atau semen merah.
Syarat yang harus dipenuhi untuk bahan `+bangunan ini, adalah :
· (CaO + MgO) min. 5%;
· (SiO + AL2O3 + Fe2O3) maks. 5%;
· CO2 maks 3%;
· 70% lolos ayakan 0,85 mm
23
Capuran kapur padam dengan tras dan air akan membentuk produk yang disebut
semen tras. Adanya sifat semen dalam pencampuran itu karena oksida-oksida alumina
dan silika yang bersifat asam membentuk senyawa sebagai berikut :
· Ca(OH2) + SiO2 + (n-1)H2O à CaO, SiO2 nH2O
(semen)
· Ca(OH2) + Al2O3 + 5 H2O à CaO, Al2O3 6H2O
(semen)
d) Pertanian (Pengapuran)
Kesuburan tanah akan lebih baik apabila keasaman tanah (pH) diturun-kan melalui
pengapuran. Setiap jenis tanaman memiliki tingkat keasaman berbeda; untuk kacang-
kacangan, gandum, kentang misalnya, masing-masing pelu tingkat keasaman antara 6
- 7,5; 5,75-7,5; dan 5-6,45.
Batu gamping untuk pertanian, dapat berupa serbuk yang ditaburkan atau kapur
tohor. Untuk serbuk batu gamping kadar MgCO3 diharapkan maks. 10% dan ukuran
butir < dari 5 mm dengan 95% didalamnya berukuran kurang dari 3 mm.
Pengapuran memberikan berbagai keuntungan, misal memungkinkan nutrient lain
lepas dari pupuk, tingkat keasaman yang rendah juga mem-perbaiki peningkatan
mikrobiologi alam dari tanah melaluj penghancuran bahan organik (penggemburan
tanah).
24
Pengapuran pada tanah liat (clay) dapat memperbaiki struktur fisik, yaitu dapat
rnembantu pertumbuhan akar dan mem-beri kontribusi kalsium terhadap tanaman
tingkat bermagnesium rendah/ hilang akibat panenan atau erosi.
Untuk melaksanakan proses pengapuran, jumlah batu gamping sangat bervariasi.
Biasanya, diperlukan batu kapur sekitar 400 kg per hektar tanah. Namun, sumber lain
menyebutkan antara 2 - 4 ton untuk setiap hektar, bahkan sampai 5 ton per hektar.
Untuk disinfektan dan pembuatan kompos digunakan kapur padam.
e) Bahan Keramik
Pemakaian batu gamping dalam industri keramik berfungsi sebagai imbuh untuk
menurunkan suhu lelah sehingga pemuaian panas masa setelah dibakar sesuai dengan
pemuaian glasir; dengan demikian glasir tidak retak atau lepas.
Jenis dan jumlah pengotor yang terdapat dalam batu gamping merupakan faktor
penentu sebagai bahan baku keramik.
Selain untuk imbuh, dapat juga digunakan dalam pembuatan glasir, walaupun hanya
sebagian kecil.
f) Industri Kaca
Pemanfaatan batu gamping dalam industri kaca adalah sebagai bahan tambahan. Jenis
batu gamping yang digunakan adalah jenis batu gamping dolomitan dengan kadar
sebagai berikut :
· (SiO2 0,96%), (Fe2O3 0,04%), (Al2O3 0,14%);
· (MgO 0,15%), da (CaO 55,8%);
· (SiO2 ; 0,14%), (Fe2O3 ; 0,03%), (Al2O3.MgO ; 20,80%) dan (CaO;31,8%).
Dolomit dan batu gamping dolomitan digunakan dalam pembuatan gelas, botol, dan
kaca lembaran. Bahan ini memberi pengaruh yang sangat baik pada gelas, antara lain
mepermudah campuran gelas mudah melebur, mencegah devitrifikasi; dan
memperpanjang jarak kerja (working range) pada peleburan gelas.
25
g) Industri Bata Silika
Untuk pembuatan bata silika, batu gamping yang diperlukan adalah dengan kadar :
· CaO minimum 90%;
· MgO maksimum 4,5%;
· Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1,5%;
· CO2 maksimum 5%.
h) Industri Semen
Dalam industri semen, penggunaan mineral batugamping adalah sebagai bahan baku
utama. Diperkirakan, untuk 1 ton semen diperlukan 1 ton batugamping. Persyaratan
yang harus dipenuhi dalam pembuatan semen adalah :
· kadar CaO : 50 - 55%;
· MgO maksimum 2%;
· kekentalan (viskositas) luluhan 3200 centipoise (40% H2O);
· kadar Fe2O3 : 2,47% dan Al2O3 : 0,95%.
Sebagai bahan baku semen pozolan yang digunakan adalah jenis kapur padam, yaitu
sebagai bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan cara membakar sampai dengan
suhu + 1100 oC.
i) Pembuatan Karbid
Bahan utama pembuatan karbid adalah kapur tohor (60%), kokas, antrasit,
dan petroleumcoke (carbon black). Kapur tohor yang cocok untuk pembuatan
kalsium karbid mem-punyai spesifikasi :
· total CaO minimum 92%;
· MgO maksimum 1,75%;
· SiO2 maksimum 2%;
· Fe2O3 + Al2O3 maksimum 1%;
· S maksimum 0,2%;
· P maksimum 0,02;
26
· hilang pijar pada contoh yang diambil di tungku 4%.
27
l) Pembuatan Soda Abu
Untuk pembuatan soda abu diperlukan batugamping 1 - 1,25 ton melalui proses
amonia soda. Sedangkan persyaratan yang harus dipenuhi antara lain :
- CaCO3 : 90 - 99%;
- MgCO3 : 0,6%
- FesO3 + Al2O3 + SiO2 = 0,3%.
m) Penjernih Air
Dalam penjernihan air, batu gamping atau kapur digunakan bersama soda abu dalam
proses kapur soda. Kapur
Batugamping Dolomit
Hal ini untuk menghindarkan karat terbawa pada pipa saluran air ke konsumen.
28
n) Pengendapan Bijih Logam Non-ferrous
Dalam proses pengendapan bijih ogam non-ferrous, batu gamping bertindak
sebagai settling agent, dan pengontrol pH.
Batugamping berfungsi untuk mengendapkan basic nickel carbon-ate dalam proses
flotasi bijih nikel. Batu gamping yang diperlukan untuk proses satu ton bijih adalah
antara 75 - 80 kg.
1) Industri Gula
Pada industri gula, batu gamping digunakan dalam proses penjernihan nira tebu dan
menaikan pH nira. Batu gamping yang dibutuhkan untuk 1000 kw adalah sekitar 150
kg (dalam bentuk kapur tohor), dengan persyaratan yang diinginkan adalah sebagai
berikut :
- H2O : 0,2%
- HCL : 0,2%
- SiO2 : 0,1%
- AL2O3 : 0,1%
- CaO : 55,0%
- MgO : 0,4%
- CO2 : 43,6%
- SO4 : tidak nyata
- Na2O K2O : 0,3%.
29
BAB V
DAMPAK LINGKUNGAN DAN PROSPEK
Diperkirakan lebih dari 2/3 kegiatan eksploitasi bahan tambang di dunia, dilakukan
dengan pertambangan terbuka yang biasanya dilakukan dengan open cast mining,
strip mining, open-pit mining dan quarrying, tergantung pada posisi dan bentuk
geometris cadangan serta jenis komoditinya. Dampak kegiatan penambangan
terbuka antara lain morfologi perbukitan, tanah pucuk dan vegetasi penutup,
membentuk lereng-lereng yang terjal, sehingga rentan terhadap longsoran serta
mengubah kondisi hidrologi dan kesuburan tanah. Menurut William (2001),
kegiatan penambangan dapat memicu timbulnya permasalahan degradasi
lingkungan yang berawal dari hilangnya tutupan vegetasi dan perubahan topographi
(engineering impact) yang umumnya diikuti dengan dampak negatif menurunnya
kemampuan peresapan air dan tingginya tingkat erosi (cascading impact), akan
bermuara terhadap degradasi kesuburan tanah dan sistem hidrologi. Pada kegiatan
penambangan batu gamping, partikel-partikel yang dihasilkan dan berpotensi
sebagai sumber pencemaran udara adalah SiO2, Al2O3, MgO, 3CaOSiO (Wardhana,
1995).
30
sungai karena hilangnya bukit karst. Sebagai suatu akuifer yang sangat
berpotensi, bukit‐ bukit karst (conical hills) dengan porositas sekundernya
yang mencapai lebih dari 30% pada zone epikarst berperan sangat penting
sebagai reservoir utama kawasan ini.
2. Akan terjadi perubahan perilaku waktu tunda terhadap hujan puncak
pada puncak debit mataair maupun SBT. Berkurangnya zona epikarst pada
permukaan bukit gamping akan merubah perilaku pengisian komponen diffuse
yang menjadi komponen air andalan pada saat musim kemarau. Sebaliknya,
waktu tunda puncak banjir bisa menjadi lebih cepat setelah kejadian hujan
karena rusaknya fungsi regulator pada permukaan bukit karst.
31
untuk sampai ke sungai bawah tanah, karena zona epikarst di atasnya sudah
habis ditambang.
5. Berpotensi terhadap efek rumah kaca dan pemanasan global. Ekosistem
karst melalui siklus hidrologi yang ada didalamnya juga mempunyai peran
terhadap penyerapan karbon, pengkonsumsi karbon dan penyeimbang siklus
karbon yang dapat mereduksi efek rumah kaca dan pemanasan global yang
terjadi.
5.2 Prospek
32
adalah quicklime, dengan konversi seperti batu kapur jenis flux dengan cara
membagi nilai impor dengan harga satuan untuk tahun yang bersesuaian
(Tabel 4).
Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping dalam kurun 1991-
1999 ada ketidakseimbangan, yaitu terjadi kekurangan dari penyediaan yang
secara kumulatif berjumlah 48,9 juta ton.
Beberapa kemungkinan sehubungan dengan keadaan di atas, yaitu laju
pertumbuhan sektor konstruksi cukup pesat dalam 10 tahun terakhir,
meskipun situasi ekonomi belum pulih. Pasokan yang berasal dari perusahaan
tanpa izin (non-formal) perlu diperhatikan karena jumlahnya per Kabupaten
bisa mencapai angka 100 per tahun/ satu jenis galian.
Sementara itu, perkembangan yang terjadi pada dua tahun terakhir
(1998-1999) menunjukkan keadaan kekurangan penyediaan yang relatif
sangat besar (11,8 juta ton dan 10,0 juta ton). Angka tersebut belum
mencerminkan keadaan sebenarnya mengingat data yang dikumpulkan belum
mencakup data pemakaian di bidang pertanian, konstruksi, dan perumahan.
33
Berdasarkan hal tersebut diperkirakan kebutuhan batu gamping di luar sektor industri
akan semakin besar di masa datang. Disisi lain, potensi batu gamping yang besar dan
tersebar dan kemungkinan pemanfaatan yang terus meningkat di sektor industri
pemakai memberikan harapan yang baik bagi munculnya produsen baru dalam usaha
pertambangan batu gamping.
Orientasi Ekspor
Perkembangan penyediaan dan per-mintaan batu gamping di negara kawasan
ASEAN memberikan petunjuk tentang adanya peluang ekspor batugamping
Indonesia ke kawasan ini. Malaysia dan Filipina misalnya, perkembangan produksi di
kedua negara lebih sedikit dengan konsumsinya.
Dari kajian terhadap kebutuhan batu gamping sektor industri di luar logam,
Malaysia untuk 1995 saja membutuhkan batu gamping 22-23 juta ton, tidak termasuk
kebutuhan di sektor konstruksi dan bangunan sebesar 5 juta ton setiap tahun [12].
Informasi itu diharapkan dapat menjadi peluang yang sangat baik bagi produsen di
Indonesia. Namun demikian seperti halnya bahan galian lainnya, kesempatan itu pada
prakteknya sangat sulit. Ada sesuatu yang tak nyata dalam masalah bahan baku
mineral, baik batu gamping atau bahan galian lain sangat sulit untuk menembus pasar
ekspor. Padahal kalau dilihat dari sisi potensi, hampir semua jenis mineral dapat
diketemukan di Indonesia.
34
BAB VI
PENUTUP
6.1.Kesimpulan
b) Bahan Bangunan
Sebagai bahan bangunan. batu gamping serfungsi sebagai campuran
dalam adukan pasangan bata/plester, semen trass atau semen merah.
35
d. Dampak kegiatan penambangan terbuka antara lain morfologi perbukitan,
tanah pucuk dan vegetasi penutup, membentuk lereng-lereng yang terjal,
sehingga rentan terhadap longsoran serta mengubah kondisi hidrologi dan
kesuburan tanah.
6.2. Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam makalah ini maka dari itu kami sangat memerlukan masukan
dan kritikan,kami meminta maaf jika masih banyak kesalahan-kesalahan baik
dalam penulisan dan isi dari makalah ini yang kurang berkenan,terima kasih.
36
LAMPIRAN
A. FOTO ALAT
B. FOTO KELOMPOK
37
C. FOTO LAPANGAN
38