B. Perkusi Perkusi jantung dilakukan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar. Perawat melakukan perkusi jantung hanya dalam keadaan yang sangat diperlukan. Perkusi dilakukan dengan meletakkan jari tengah tangan kiri sebagai plesimeter (landasan) rapat-rapat pada dinding dada. Perkusi dapat dikerjakan dari semua arah menuju letak jantung. Untuk menentuan batas sisi kanan dan kiri, perkusi dikerjakan dari arah samping ke tengah dada. Batas atas jantung diketahui dengan perkusi dari atas ke bawah. Hendaknya mengetahui lokasi redup jantung. Batas kiri umumnya tidak lebih dari 4,7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada spasium interkostalis ke 4, 5, dan 8. Perkusi dapat pula dilakukan dari arah sternum keluar dengan jari yang stasioner secara paralel pada spasium interkostalis sampai suara redup tidak terdengar. Ukurlah jarak dari garis midsternal dan tentukan dalam sentimeter. Pemeriksaan perkusi pada jantung biasanya peranannya menurun sesudah ada foto rontgen toraks. Tetapi tetap bermanfaat untuk menentukan adanya kardiomegali, efusi perikard, dan aneurisma aorta, di mana daerah redup jantung melebar. Daerah redup jantung mengecil pada emfisema. C. Auskultasi Jantung dapat didengar dengan auskultasi. Pada tingkat dasar perawat perlu mengetahui bunyi-bunyi jantung. Bunyi-bunyi ini dihasilkan oleh penutupan katup-katup jantung. Bunyi jantung pertama (S1) timbul akibat penutupan katup mitralis dan trikuspidalis. Bunyi jantung kedua (S2) timbul akibat penutupan katup aorta dan pulmonalis. Biasanya S1 terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan nada S2 tinggi. S1 didiskripsikan sebagai bunyi “lub” dan S2 sebagai “dub”. Jarak kedua bunyi adalah 1 detik atau kurang. Bunyi jantung kadang-kadang sulit didengar karena dinding toraks terlalu tebal, jarak rongga anteroposterior terlalu besar atau karena kondisi-kondisi patologis tertentu. S1 terdengar lebih keras pada keadaan takikardi misalnya setelah olahraga, pada saat emosi, demam atau anemia. S2 juga dapat terdengar lebih keras misalnya pada penderita hipertensi. Periode yang berkaitan dengan bunyi jantung S1 dan S2 adalah periode systole dan periode diastole. Periode systole adalah periode saat ventrikel berkontraksi, yang dimulai dari bunyi jantung pertama sampai bunyi jantung kedua. Diastole merupakan periode saat ventrikel relaksasi yang dimulai dari bunyi jantung kedua dan berakhir pada saat atau mendekati bunyi jantung pertama. Systole biasanya lebih pendek daripada diastole. Secara normal tidak ada bunyi lain yang terdengar selama periode-periode di atas, tetapi pemeriksa yang sudah berpengalaman dapat mendengar berbagai bunyi tambahan (S3 dan S4) selama periode diastole. S3 dan S4 dapat didengar lebih jelas pada area apical dengan menggunakan bagian sungkup (bell) stetoskop. S3 timbul pada awal diastole yang terdengar seperti “lub-dub-ee”. S3 normal terdengar pada anak-anak dan dewasa muda. Bila didapatkan pada orang dewasa maka dapat pertanda adanya kegagalan jantung. S4 jarang terdengar pada orang normal. Bila ada, ini terdengar saat mendekati akhir diastole sebelum bunyi jantung pertama, S1 dan dinyatakan kira-kira seperti “dee-lub-dub” (S4, S1, S2). S4 dapat sebagai tanda adanya hipertensi.