Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH BIODIVERSITAS

(KEANEKARAGAMAN HAYATI DI LINGKUNGAN SEKITAR TEMPAT


TINGGAL)

Nama : Nikmatun Umi

NIM : 1708531017

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah keanekaragaman organisme


yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem
pada suatu daerah. Keseluruhan gen, jenis dan ekosistem merupakan dasar
kehidupan di bumi. Mengingat pentingnya keanekaragaman hayati bagi kehidupan
maka keanekaragaman hayati perlu dipelajari dan dilestarikan.Keanekaragaman
hayati dapat diartikan pula sebagai keanekaragaman makhluk hidup di berbagai
kawasan di muka bumi, baik di daratan, lautan,maupun tempat lainnya.
Keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan kekayaan bumi yang meliputi
hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan semua gen yang terkandung di dalamnya,
serta ekosistem yang dibangunnya.

Keanekaragaman hayati dipelajari untuk mengetahui bahwa spesies di


muka bumi ini banyak ragamnya, mengetahui peranan setiap spesies bagi
kelangsungan kehidupan bumi itu sendiri, dan bagi kelangsungan makhluk
lainnya. Kita dapat merasakan manfaat langsung keanekaragaman hayati melalui
perbandingan lingkungan yang baik dan lingkungan yang rusak. Pada konsep
keanekaragaman gen ini satu hal yang sangat penting untuk diketahui karena
terkait dengan kehidupan sehari-hari adalah plasma nutfah. Plasma nutfah adalah
substansi genetik yang ada pada setiap individu mahluk hidup. Kedua, adalah
keanekaragaman pada tingkat jenis, atau dalam istilah biologi dikenal dengan
istilah spesies. Ketiga, adalah keanekaragaman ekosistem. Keanekaragaman
ekosistem ini berkaitan dengan kekayaan tipe habitat (tempat tumbuh).
Keanekaragaman hayati banyak di jumpai di sekitar kita, baik itu keanekaragaman
hayati tingkat gen, spesies, dan ekosistem (Campbell, N.A., dkk, 2010)
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja biodiversitas (Keanekaragaman hayati) yang ada di lingkungan


sekitar?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang ada di lingkungan sekitar.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Euphorbia milli

Klasifikasi:

Kindom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Euphorbia

Spesies : Euphorbia milli

Deskripsi:

Tumbuh sedikit menjalar, memiliki bunga berwarna merah berukuran 1


cm dan berbunga sejati berwana kuning, jaringan xilemnya mengeluarkan eksudat
putih disebut dengan getah susu, daunnya berbentuk oval dengan ukuran
bervariasi, umumnya memiliki bunga sempurna dan ada juga yang tidak
sempurna yang tidak memiliki organ seksual dan steril , Tipe perakaran
Euphorbia milii adalah berakar tunggang karena tanaman ini termasuk tanaman
dikotil. Akan tetapi biasanya tanaman ini diperbanyak dengan cara stek sehingga
kebanyakan akarnya serabut dangkal yang tumbuh menyebar , Euphorbia milii
termasuk dalam kelompok tumbuhan terna. Tumbuhan terna merupakan
tumbuhan dimana pada semasa muda batangnya tidak berkayu, namun ketika
sudah tumbuh dewasa, batangnya akan mengeras dan berkayu. Euphorbia milii
memiliki batang yang berwarna cokelat kehitaman, dimana pada tanaman ini
batang berbentuk bulat dengan duri yang tersusun rapat di permukaanya.

Jenis daun Euphorbia milii adalah jenis daun tunggal, dimana tiap daun
Euphorbia milii hanya memiliki satu pulvinus. Euphorbia mili imemiliki daun
yang bertepi rata, berbentuk memanjang, dengan bentuk daun melancip di ujung
dan semakin mengecil seiring menuju pangkal daun. Euphorbia milii memiliki
permukaan daun yang halus, dengan bentuk tulang daun menyirip yang menonjol.
Warna daun Euphorbia milii berwarna hijau. Susunan daun Euphorbia milii
merupakan susunan daun yang saling berhadapan pada batang

Manfaat dari tumbuhan ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan obat-
obatan, seperti obat bisul, luka bakar, hepatitis (Heyne, 1988)

2.2. Plumeria acuminata

Klasifikasi:

Kingdom: Plantae

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Gentiales

Famili : Apocynaceae

Genus : Plumeria

Spesies : Plumeria acuminata

Deskripsi:

Kamboja memiliki habitus pohon dengan tinggi 1,5-6 m. Bunganya


memiliki harum sangat khas, dengan mahkota berwarna putih bercampur dengan
warna kuning, biasanya lima helai mahkota (Corolla), Kamboja memiliki daun
yang tidak lengkap karena daunnya hanya memiliki tangkai daun (petiolus) dan
helaian daun(la mina) tanpa memiliki upih daun (vagina).
Bangun daun (circumscriptio) berbentuk sudip (spathulatus), dikatakan sudip
karena seperti bangun bulat telur, tepi daun (margo folii) rata (integer), ujung
daun (apex folii) tumpul (obtusus) karena pada tepi daun yang semula masih agak
jauh dari ibu tulang, cepat menuju ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk
sudut yang tumpul (lebih besar dari 90°).

Tumbuhan asal Amerika ini biasanya ditanam sebagai tanaman hias di


pekarangan, taman, dan umumnya di daerah pekuburan, atau tumbuh secara liar.
Tumbuh di daerah dataran rendah 1-700 m di atas permukaan laut dan daerah
penyebarannya ke seluruh daerah tropis. Manfaat dari tumbuhan ini dijadikan
sebagai bahan-bahan obat-obatan (Tjitrosoepomo, G., 2000)
2.3. Ruellia tuberosa L.

Klasifikasi:

Kingdom: Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Scrophulariales

Famili : Acanthaceae

Genus : Ruellia

Spesies : Ruellia tuberosa L.

Deskripsi:

Ruellia tuberosa dapat ditemukan di lingkungan yang lembab dan teduh.


Habitus, semusim, tinggi 0,4-0,9 m, batangnya tegak , pangkal sedikit berbaring,
bersegi, daun tunggal, bersilang berhadapan, bentuk roset, ujung membulat,
pangkal runcing, tepi bergigi, panjang 6-18 cm, lebar 3-9 cm, permukaan licin,
pertulangan daun menyirip, bunga majemuk berbentuk paying dan terletak di
ketiak daun, permukaan atas daun berwarna hijau dan permukaan bawah berwarna
ungu.

Buahnya berbentuk tabung dengan ujung meruncing, panjangnya ± 2 – 3


cm. Buah yang masih muda berwarna hijau, sedang buah yang sudah masak
berwarna coklat. Jika buah Yang sudah masak terkena air akan meletus dan
terlepas serta terlempar dari tangkainya

Ruellia tuberosa L. yang merupakan tanaman asli Hindia barat ini kini
telah menyebar ke berbagai Negara . Hal ini dapat dibuktikan bahwa Ruellia
tuberosa L. telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional di berbagai Negara,
misalnya di Srilangka, sebagai obat sakit perut, Suriname , sebagai obat cacing,
obat nyeri sendi dan otot, obat pembersih darah, obat batuk rejan. Grenada,
sebagai obat demam, masuk angin, dan hipertensi, Republik Dominika, sebagai
obat kuat bagi pria, Indonesia, sebagai obat diabetes, kencing batu, dan obat luka /
borok, obat rematik (Cintari Lely, 2009)

Daun yang digiling menjadi pasta dan digunakan untuk mengobati luka segar,
gatal, gigitan serangga, penyakit kelamin, luka, tumor dan keluhan rematik.
Secara umum, manfaat Ruellia tuberosa L. adalah sebagai anti-diabetes,
antipiretik, analgesik, anti hipertensi, anti inflamasi, antioksidan.

2.4. Platycerium bifurcatum

Klasifikasi:

Kingdom: Plantae

Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Platycerium

Spesies : Platycerium bifurcatum

Deskripsi:

Tumbuhan epifit sejati, dengan akar lunak bergerombol yang melekat di


batang pohon lain atau bebatuan. Akar ini tumbuh pada rimpang lunak namun liat
dan sulit dipotong dan tumbuh pendek, cenderung tidak menjalar. Ental agak
tebal, tumbuh dari rimpang, dengan dua tipe bentuk: tipe steril yang melebar
menutupi rimpang berbentuk perisai dan tipe fertil yang menjuntai berfungsi
sebagai pembawa spora yang terletak di sisi bawah daun.

Ental steril biasanya bercangap ke atas dan dapat "menangkap" sisa-sisa


daun tanaman inang sehingga menjadi humus yang terperangkap pada bagian
dalam perisai. Dengan demikian, ental ini memiliki fungsi pelindung rimpang dan
menyediakan lingkungan lembab dan hara bagi akar. Ental yang menjuntai dapat
bercabang-cabang mendua dan dapat mencapai panjang satu meter bahkan lebih,.
Spora terdapat pada sporangia yang terlindung oleh sori yang tumbuh
menggerombol di sisi bawah ental fertil, menyebabkan flek berwarna coklat pada
daun. Memperbanyak diri secara aseksual dengan memisahkan rimpangnya
(Camloh, M. 1993)

Kegunaannya yaitu dijadikan tumbuhan hias yang biasa dipelihara orang


di pekarangan rumah, ditempel di pohon atau digantungkan untuk memberikan
kesan alami pada taman. Beberapa jenisnya menghasilkan anakan yang dapat
dipisahkan dari induknya secara hati-hati dan ditempelkan pada tempat lain.
2.5. Hibiscus rosa sinensis

Klasifikasi:

Kingdom: Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Spesies : Hibiscus rosa sinensis

Deskripsi:

Bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak
tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga. Mahkota
bunga sepatu terdiri dari 5 lembar atau lebih merupakan hibrida. Hibitus tanaman
ini perdu, tahunan, tegak, tinggi ± 3 m. Batang berbentuk bulat, berkayu, keras,
diameter ± 9 cm, masih muda ungu setelah tua putih kotor. Tangkai putik
berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentk oval yang bertaburan
serbuk sari. Biji terdapat didalam buah berbentuk kapsul berbilik lima. Pada
umumnya tinggi tanaman sekitar 2-5 meter.daun berbetuk bulat telur yang lebar
atau bulat telur sempit dengan ujung daun yang meruncing. Bungan berbentuk
terompet, dengan diameter bunga sekitar 5 cm. Putik (pistillum) menjulur ke luar
dari dasar bunga (Tjitrosoepomo,G, 1994)

Hibiscus rosa-sinensis (kembang sepatu) dapat tumbuh pada wilayah


tropis dan subtropis, dengan ketinggian mencapai 1.700 meter di atas pernukaan
laut. Tipe tanah yang dapat ditumbuhi oleh kembang sepatu yaitu tanah liat dan
berbatu-batu. Daerah penyebarannya yaitu India danTiongkok.

Daun H. rosa sinensis berkhasiat sebagai obat demam pada anak-anak,


obat batuk, dan obat sariawan. Untuk obat demam pada anak-anak dipakai ± 25
gram daun segar Hibiscus rosa sinensis,. Kembang sepatu banyak dijadikan
tanaman hias karena bunganya yang cantik. Bunga digunakan untuk menyemir
sepatu di India dan sebagai bunga persembahan. Di Tiongkok, bunga yang
berwarna merah digunakan sebagai bahan pewarna makanan. Di Indonesia, daun
dan bunga digunakan dalam berbagai pengobatan tradisional. Kembang sepatu
yang dikeringkan juga diminum sebagai teh.

2.6. Aloe vera

Klasifikasi:

Kingdom: Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Asparagales

Famili : xanthorrhoeaceae

Genus : Aloe

Spesies : Aloe vera

Deskripsi:

lidah buaya ciri-cirinya biasa hidup di tempat yang memiliki suhu panas
atau baiasa di tanam di dalam pot ataupun di pekarang rumah untuk dijadikan
tanaman hias. daunnya agak runcing berupa taji, tidak tipis, getas, pinggirnya
bergerigi/ berduri kecil, permukaannya berbintik-bintik, panjangnya mencapai 15-
36 cm, lebar 2-6 cm, bunga bertangkai yang panjangnya mencapai 60-90 cm,
bunga berwarna kuning kemerahan ( jingga ), banyak di afrika sisi utara, hindia
barat. berbatang pendek. batangnya tak terlihat di karenakan tertutup oleh daun-
daun yang rapat dan beberapa terbenam dlm tanah. melewati batang ini dapat
nampak tunas-tunas yang setelah itu jadikan anakan.

aloe vera yang bertangkai panjang juga nampak dari batang melewati
celah-celah atau ketiak daun. batang aloe vera juga bisa disetek utk perbanyakan
tanaman. peremajaan tanaman ini dikerjakan memangkas habis daun dan
batangnya, lantas dari sisa tunggul batang ini dapat nampak tunas-tunas baru atau
anakan. berupa pita dengan helaian yang memanjang. daunnya berdaging tidak
tipis, tak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifaat sukulen ( banyak
memiliki kandungan air ) dan banyak memiliki kandungan getah atau lendir ( gel )
sbg bahan baku obat. tanaman lidah buaya tahan pada kekeringan di karenakan
didalam daun banyak tersimpan cadangan air yang bisa digunakan pada saat
kekurangan air. wujud daunnya mirip pedang dengan ujungnya meruncing,
permukaan daunnya dilapisi oleh lilin, dengan duri lemas dipinggirnya. panjang
daun bisa meraih 50 – 75 cm, dengan berat 0, 5 kg – 1 kg, daun melingkar rapat di
sekitar batang bersaf-saf.

menurut wahyono e dan kusnandar ( 2002 ), lidah buaya bermanfaat


sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti bakteri dan menolong sistem pergantian
sel. di samping turunkan kandungan gula dlm darah untuk pasien diabetes,
mengontrol tekanan darah, merangsang kekebalan tubuh pada serangan penyakit
kanker, dan bisa dipakai sebagai nutrisi pendukung penyakit kanker, pasien
hiv/aids.

2.7. Dendrobium sp

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Orchidales

Famili : Orchidaceae

Genus : Dendrobium

Spesies : Dendrobium sp.

Deskripsi:

Tanaman anggrek Dendrobium bersifat kospolitan (dapat dijumpai dari


daerah tropik sampai sub tropik). Penyebaran anggrek ini mulai dari daerah pantai
hingga daerah pegunungan dan bersalju, yang tersebar mulai dari India, Srilangka,
China Selatan, Jepang ke Selatan sampai Asia Tenggara hingga kawasan Pasifik.
Australia, New Zealand serta Papua.

Sebagian besar anggrek yang tergolong epifit memiliki batang yang


berbentuk bulb, oleh karena itu batang anggrek disebut pseudobulb (batang semu).
Berdasarkanjumlah ruas (internode), batang semu anggrek dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu yang mempunyai banyak ruas (tipe homoblastik) dan yang
hanya mempunyai satu ruas (tipe heteroblastik). Anggrek Dendrobium termasuk
kedalam anggrek yang memiliki batang semu homoblastik (Hew dan Yong,
2004).

Daun anggrek sangat beragam dilihat dari bentuk, ukuran, dan


ketebalannya. Kebanyakan anggrek mempunyai bentuk daun yang mirip dengan
daun tanaman monokotil lainnya, yaitu memanjang dengan tulang daun sejajar
dan tepi daun yang rata. Ketebalan daun anggrek digolongkan menjadi dua yaitu
tebal berdaging dan tipis. Daun yang tebal dijumpai pada jenis anggrek
Dendrobium (Yusnita, 2010).

Bentuk akar jenis anggrek sangat dipengaruhi oleh habitatnya. Akar


anggrek epifit sering kali merupakan akar udara atau akar nafas yang
menggantung bebas atau menempel pada tempat anggrek menempel. Akar
anggrek umumnya lunak dan mudah patah. Ujungnya meruncing, licin, dan
sedikit lengket. Akar anggrek mempunyai lapisan filamen yang bersifat berongga
(spongy) dan pada bagian bawahnya terdapat lapisan yang mengandung klorofil.

2.8. Anthurium sp.


Klasifikasi:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arales

Famili : Araceae

Genus : Anthurium

Spesies : Anthurium sp.

Deskripsi:

Tanaman ini termasuk jenis tanaman evergreen atau tidak mengenal masa
dormansi. Dialam, biasanya tanaman ini hidup secara epifit dengan menempel di
batang pohon. Dapat juga hidup secara terestrial di dasar hutan. Daya tarik utama
dari anthurium adalah bentuk daunnya yang indah, unik, dan bervariasi. Daun
umumnya berwarna hijau tua dengan urat dan tulang daun besar dan menonjol.
Anthurium yang sehat biasanya mempunyai jumlah akar yang banyak, berwana
putih dan menyebar kesegala arah. Batang anthurium tidak kelihatan karena
tertutup oleh media tanam. Setelah tanaman dewasa batang ini akan membesar
menjadi bonggol. Daun anthurium pada umumnya tebal dan kaku, bentuknya
bervariasi seperti bentuk hati, meanjang, dan lancip. Anthurium mempunyai
berumah satu artinya di dalam satu bunga terdapat satu sel kelamin. Bunga terdiri
tangkai, mahkota, dan tongkol. Semua bagian bunga menjadi satu mem bentuk
seperti ekor.

Buah berbentuk bulat dan menempel pada tongkol, buah yang muda
berwarna hijau dan buah yang telah masak berwarna merah. Biji yang telah masak
akan jatuh dari tongkolnya, biji inilah yang baik untuk disemai. Bibit yang berasal
dari biji mempunyai sifat yang berbeda dari induknya (Bety, Yayuk Aneka. 2010)
2.9. Aglaonema sp.

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae

Divisi : Tracheophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Alismatales

Famili : Araceae

Genus : Aglaonema

Spesies : Aglaonema sp.

Deskripsi:

Batang aglaonema biasanya mempunyai diameter yang kecil yakni sekitar


1-3 cm atau bergantung dari lingkungan dan kemampuan tumbuh tanaman
tersebut. Bentuk daunnya juga bervariasi dari bentuk lanset, bulat telur sampai
bentuk elips. Bunga pada tanaman aglaonema memiliki bentuk seperti bunga talas
dan keladi yang muncul dari ketiak daun. Buah tanaman ini biasanya muncul pada
pangkal bunga, berbentuk tonjolan kecil. Buah tanaman ini akan matang dalam
waktu 8 bulan setelah terjadi pembuahan. Bentuk buah seperti bentuk buah kopi
dengan besar diameter mencapai 1 cm. Sifat tanaman aglaonema beragam
berdasarkan jenisnya. Ada aglaonema yang dapat terkena sinar matahari dan ada
juga yang harus ternaungi. Sebagian aglaonema dapat hidup di tempat lembab,
dan sebagian lagi di tempat sedikit kering. Sifat tanaman ini tergolong bandel.
Aglaonema mudah dirawat dan cocok untuk dijadikan tanaman indoor, apalagi
dengan motif daunnya yang indah. Beberapa jenis tanaman ini tahan disimpan di
dalam ruang sampai satu minggu tanpa dikeluarkan

2.10. Cosymbotus platyurus

Klasifikasi:

Kingdom: Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Reptilia

Ordo : Squamata

Famili : Gekkonidae

Genus : Cosymbotus

Spesies : Cosymbotus platyurus

Deskripsi:

Cecak rumah yang berukuran sedang. Panjang total hingga 135 mm,
sekitar separuhnya adalah ekor. Ciri yang khas adalah adanya jumbai kulit sempit
di sepanjang sisi tubuh, di tepi belakang tangan dan kaki, serta di sisi ekor; yang
membedakannya dari jenis-jenis cecak yang lain. Jumbai di ekor berupa tonjolan
lunak serupa duri berderet-deret hingga ke ujung. Jari-jari dengan pelebaran kulit
serupa selaput yang tampak jelas.

Sisi dorsal (punggung) tanpa bintil-bintil sisik yang membesar, berwarna


abu-abu keputihan (apabila sedang berada di tembok), atau dengan pola-pola
gelap serupa batik atau bunga kehitaman simetris di atas punggungnya (apabila di
atas kayu atau di pohon). Sebuah garis kehitaman tipis berjalan mulai dari depan
mata, melewati timpanum, bahu, sisi perut (berbentuk serupa renda) hingga ke
pinggul. Ventral (sisi perut) keputihan atau kuning. Ekor memipih lebar,
meruncing di ujung. Cecak yang kerap ditemui di rumah dan bangunan lainnya.
Di dinding, tembok, langit-langit, terutama dekat lampu. Aktif di siang dan malam
hari, cecak ini memangsa berbagai jenis serangga kecil yang tersesat ke lampu
(Kastawi. Dkk., 1992)

Cecak tembok menyebar luas, mulai dari Nepal dan Bhutan, India utara
(Darjeeling, Sikkim), India timur, termasuk Andaman dan Nikobar, Sri Lanka,
lewat Myanmar, Vietnam Thailand, Semenanjung Malaya sampai ke Sumatra,
Borneo dan Jawa, ke timur sampai Filipina, dan Tiongkok. Di introduksi ke
Florida, Amerika Serikat.

2.11. Culex sp.


Klasifikasi:
kingdom : Animalia,
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Genus : Culex
Spesies : Culex sp.

Deskripsi:

Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vector penyakit
yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis
encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci), dalam
morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum yaitu kepala, dada, dan
perut. Telur lonjong seperti peluru. Larva sifon panjang dan bulunya lebih dari
satu pasang, fase dewasa abdomen bagian ujung tumpul, warna cokelat muda
tanpa tanda khas, Sayap sisik sempit panjang dengan ujung runcing. Perilaku
mengisap darah pada malam hari, habitat air jernih dan air keruh.

Seekor nyamuk betina mampu meletakan 100-400 butir telur. Setiap


spesies nyamuk mempunyai kebiasaan yang berbeda-beda. Nyamuk Culex sp
meletakan telurnya diatas permukaan air secara bergelombolan dan bersatu
membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung (MTI, 2011)
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Biodiversitas (keanekaragaman hayati) yang ada disekitar kita cukup banyak


yaitu 9 spesies dari kingdom plantae dan 2 spesies dari kingdom mamalia.
Kingdom plantae berasal dari famili Apocynacea, Euphorbiaceae, Malvaceae,
Acanthaceae, Araceae, Orchidaceae, Xanthorrhoeaceae, dan Polypodiaceae,
sedangkan dari kingdom mamalia berasal dari ordo Squamata dan Diptera.
Sebagian besar tumbuhan yang didapatkan di jadikan tanaman hias dan juga dapat
dijadikan bahan obat-obatan.

3.2. Saran

Saran yang dapat diberikan penulis untuk para pembaca kedepannya agar
sumber yang dijadikan referensi dalam pembuatan makalah ini nantinya lebih
banyak lagi sehingga dapat menjadikan makalah yang lebih lengkap.
DAFTAR PUSTAKA

Bety, Yayuk Aneka. 2010. Pertumbuhan Anthurium Gelombang Cinta (A.


halmorei Croat) dan Anthurium Bunga (A. adreanum) pada Beberapa Formula
Pupuk. Ungaran: Balai Penelitian Tanaman Hias. J. Agroland 17 (2): 91 –100.

Campbell, N.A., dkk. 2010. Biologi Jilid 3. Edisi 8. Terjemahan D.T Wulandari.
Jakarta: Erlangga.

Camloh, M. 1993. Spore germination and early gametophyte development of


Platycerium bifurcatum. Am. Fern J. 83: 79- 85.

Cintari Lely. 2009. Swamedikasi Diabetes Mellitus (DM) dengan Daun


Ceplikan(Ruelllia tuberosa L.). Jurnal Skala Husada Volume 6 No. 1 2009: 65.

Hew, C. S. and Yong, J. W. H. 2004. The Phisiology of Tropical Orchids


Inrelation To The Industry. USA: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
Kastawi. Dkk. 1992. Macam-macam dan Jenis Cicak. Jakarta: Laporan Tahunan.

MTI, 2011. Culex Linnaeus, 1758. http://mosquito-taxonomic-


inventory.info/genus-emculexem-linnaeus-1758. Diakses pada tanggal 1 Desember
2018

Tjitrosoepomo,G. 1994. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Tjitrosoepomo, G. 2000. Morfologi Tumbuhan, cetakan ke 12. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Wahyono, Edi. Dan koesnandar. 2004. Membudidayakan Tanaman Lidah Buaya.


Jakarta: Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai