DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
Dalam teknologi steril, kita dapat mempelajari tentang bagaimana menghasilkan atau
membuat sediaan yang steril, sediaan steril dapat dibuat secara sterilisasi kalor basah, kalor
kering, penyaringan, sterilisasi gas, radiasi ion dan teknik aseptik. Kemudian sediaan steril
tersebut dilakukan uji sterilitas, uji pirogenitas (ada atau tidaknya pirogen). Pada saat kuliah
teknologi steril akan kita dapatkan sediaan dalam bentuk larutan, emulsi, suspensi dan semi
solid yang steril (bebas dari pirogen).
Salah satu bentuk sediaan steril adalah injeksi. Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih
dahulu sebelum digunakan yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan alat
suntik.
Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair
yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal . Suspensi
untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai
untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Sediaan suspesi digunakan untuk mengatasi zat aktif yg tidak terlarut dalam pelarut,
kelarutan hidrokortison asetat praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan
dalam kloroform, sehingga sediaan yang paling efektif adalah dalam bentuk suspensi injeksi.
B.Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Suspensi farmasi adalah dispersi kasar, dimana partikel padat yang tak larut
terdispersi dalam medium cair. Partikelnya mempunyai diameter yang sebagian besar lebih
dari 0,1 mikron. Beberapa partikel terlihat dibawah mikroskop menunjukan gerakan Brown
bila dispersinya mempunyai viskositas yang rendah, (Anief, 2000).
1. Metode dispersi
2. Metode presipitasi dan ada 3 macam :
a. Presipitasi dengan pelarut organik
b. Presipitasi dengan perubahan pH dari media
c. Presipitasi dengan dekomposisi rangkap, (Voight, 1994).
Suspensi obat suntik harus steril, mudah disuntikan dan tidak menyumbat jarum
suntik. Suspensi obat mata harus steril dan zat yang terdispersi harus sangat halus, bila untuk
dosis ganda harus mengandung bakterisida. Pada etiket harus tertera kocok dahulu dan
disimpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan ditempat sejuk, (Anief, 1997).
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disespensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan dengan
cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selput lendir. Injeksi diracik
dengan melarutkan, mengelmusikan atau mensuspensikan sejumlah obat dalam sejumlah
pelarut atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah
dosis ganda. Suatu kerja optimal dan tersatukan dari larutan obat yang diberikan secara
parenteral kemudian hanya diberikan jika persyaratan berikut terpenuhi :
1. Penyesuaian dari kandungan bahan obat yang dinyatakan dan nyata-nyata terdapat, tidak
ada penurunan kerja selama penyimpanan melalui perusakan secara kimia dari obat dan
sebagainya.
2. Penggunaan wadah yang cocok, yang tidak hanya menginginkan suatu pengambilan steril,
melainkan juga menolak antaraksi antara beban obat dan materi dinding.
3. Tersatukan tanpa reaksi. Untukitu yang bertanggungjawabterutamabebaskuman,
bebaspirogen, bahanpelarut yang netralsecarafisiologis, isotoni,isohidri, bebasbahanterapung,
(Depkes,1979).
Suspensi untuk injeksi terkontitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan
pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk
suspensi.Steril setelah penambahan bahan yang sesuai, (Syamsuni,2006).
Injeksi Kortison Asetat mengandung Kortison Asetat, C23H30O6, tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Keasaman-kebasaan
nya pada pH 5 sampe 7, (Depkes,1995).
Benzyl alkohol 90 mg
Aqua p.i ad 10 mI
Perhitungan tonisitas
𝐹𝑎 𝐹𝑏 𝐹𝑐
Tonisistas = . 𝑋𝑎 + . 𝑋𝑏 + . 𝑋𝑐
𝑀𝑎 𝑀𝑏 𝑀𝑐
1 1,8 1
Tonisistas = . 2,5 + . 9+ .4
404,5 58,44 108,14
= 0,3759 gr/1L
B. Cara Kerja
Cara kerja pembuatan
CMC
dilarutkan
Air panas
disterilkan
Autovlave
ditambahkan
ditambahkan
Cortison asetat
ditambahkan
ditambahkan
dimasukkan
diamatai
UJI KEBOCORAN
Dimasukkan
Dimasukkan
Dilihat
Sediaan dalam wadah, jika berwarna biru maka
wadah tersebut bocor dan sebaliknya.
UJI PENGGOJOKA
Suspensi dalamdidiamkan
botol kaca
dilakukan
Sampai serbuk suspensi mengendap
dihitung
Vial
dipegang
lehernya
dibalikkan
Perlahan - lahan
diputar
Larutan
dipeganag
diperiksa
PEMBAHASAN
Pemerian
1. Hidrokortison Asetat
Pemerian : Serbuk hablur, putih hingga praktis putih, tidak berbau. Melebur pada suhu
lebih kurang 220˚ disertai peruraian.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam kloroform.
Stabilitas : Hindari dari cahaya.
Kegunaan : untuk mengobati proses peradangan (Anonim, 1995).
2. NaCl (FI IV)
Pemerian : Kristal tidak berbau tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tiap 1g setara
dengan 17,1 mmol NaCl.
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol
Stabilitas : Stabil dalam bentuk larutan. Larutan stabil dapat menyebabkan pengguratan
partikel dari tipe gelas
Khasiat/kegunaan : Pengganti ion Na+, Cl- dalam tubuh (Anonim, 1995).
3. Aqua Pro Injeksi
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Sterilisasi : Kalor basah (autoklaf)
Kegunaan : Pembawa dan melarutkan (Anonim, 1995).
4. Tween 80
Pemerian : Cairan seperti minyak, jernih berwarna kuning mudahingga coklat muda, bau
khas lemah, rasa pahit dan hangat.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, larutan tidak berbau dan praktis tidak
berwarna, larut dalam etanol, dalam etil asetat, tidak larut dalam minyak mineral.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, lindungi dari cahaya, ditempat sejuk dan kering
(Anonim, 1995).
5. CMC Na.
Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis.
Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloida, tidak larut dalam
etanol, eter, dan pelarut organik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Suspending agent, bahan penolong tablet, peningkat viskositas (Anonim,
1995).
6. Benzil alkohol
Pemerian : Cairan tidak berwarna, bau aromatik lemah; rasa membakar tajam. Mendidih
pada suhu 206 oC tanpa peruraian . netral terhadap lakmus.
Kelarutan : agak sukar larut dengan air, mudah larut dalam etanol 50% bercampur
dengan etanol, dengan eter dan dengan kloroform.
Kegunaan : pengawet
Wadah : wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya dan disimpan di tempat sejuk dan
kering (Anonim, 1995).
Pada percobaan kali ini dilakukan agar dapat memahami dan membuat steril cortisone
acetat suspensi. Zat aktif yang digunakan dalam percobaan ini yaitu hidrocortison acetat,
dimana kelarutan dari bahan ini praktis tidak larut dalam air, sehingga untuk dijadikan
sediaan parenteral maka perlu dibuat sediaan berupa suspensi steril. Karena berupa sediaan
suspensi, maka obat ini tidak boleh digunakan secara intravena karena mengandung partikel
yang dapat menyebabkan emboli pada pembuluh darah, sehingga dapat diberikan secara
intramuscular atau subcutan. Hasil dari perhitungan tonisitas bahan menunjukkan bahwa
sediaan bersifat hipertonis, keadaan ini dapat diterima untuk sediaan suspensi injeksi untuk
tujuan intramuscular atau subcutan.
1. Uji kebocoran
Uji kebocoran ini bertujuan untuk menjamin suatu sediaan steril tidak terjadi kebocoran.
Cara kerja uji ini adalah membuat larutan metilen blue kemudian ampul di rendamkan ke
dalam larutan tersebut, setelah itu dimasukkan kedalam bejana vakum autoclave smapai 70
mmHg dan dijaga selama tidak kurang dari 15 menit. Kemudiaan setelah diamati hasilnya
bahwa sediaan steril suspensi kortison tidak terjadi kebocoran.
2. Uji penggojokan
Uji penggojokan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa cepat suatu sediaan larutan
suspensi terdispersi semua. Cara kerja uji ini adalah sediaan suspensi steril dimasukkan
kedalam botol kaca, kemudian didiamkan sampai mengendap sempurna. Setelah
mengendap sempurna suspensi dilakukan penggojokan atau di kocok sampai tidak terdapat
sisa endapan pada dasar botol. Kemudian dicatat waktu redespersi nya dari sediaan suspensi
dan dihasilkan waktu redespersi nya 19,10 detik. Sehingga sediaan terdispersi secara
sempurna
3. Uji tonisitas
Uji tonisitas ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan suatu larutan dalam ukuran dan
bentuk sel dengan mengubah jumlah air dalam sel tersebut. Dari hasil uji tonisitas
didapatkan 0.3759.
4. Uji pemeriksaan warna
Uji pemeriksaan warna didapatkan hasil bahwa sediaan steril berwarna jernih keruh terdapat
endapan.
Kesimpulan
Hasil yang didapatkan dari uji penggojogan, larotan dapat terdispersi sempurna dan
tidak ada kebocoran dari hasil uji kebocoran yang dilakukan.
Daftar Pustaka
Jay et al. 2000. Lubricin is A Product of Megakaryocyte Stimulating Factor Gene Expression
by Human Synovial Fibroblasts.J Rheumatol. 27 (3): 594–600.