Anda di halaman 1dari 23

BAB 4

Jung : Psikologi Analitik

Biografi Carl Jung

Carl Gustav Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswill, sebuah kota di Danau
Constance, Swiss. Kakeknya dari pihak ayah, Carl Gustav Jung tua, adalah seorang fisikawan
terkenal di Basel dan seorang yang dikenal baik di kota itu. Rumor yang berkembang di daerah itu
mengatakan bahwa kakek Carl juga adalah anak tidak sah dari sastrawan jerman yang terkenal,
Goethe. Walaupun ayah Jung tidak pernah mengakui rumor tersebut, kadang-kadang juga
mempercayai bahwa ia adalah cicit dari Goethe (Ellenberger,1970).
Orang tua Jung mempunyai tiga orang anak. Seorang putra, lahir sebelum Carl, hanya
bertahan hidup selama tiga hari dan seorang putrid yang usianya lebih muda Sembilan tahun dari
Jung. Pada tahun-tahun awal kehidupannya, Jung merupakan anak satu-satunya.
Jung menggambarkan ayahnya sebagai seorang yang idealis sentimental dengan karagu-
raguan mengenai keyakinan agamanya. Terhadap ibunya, Jung melihatnya sebagai orang yang
mempunyai dua sisi. Sisi yang pertama, ibunya adalah orang yang realistis, praktis, dan berhati
hangat, namun di sisi lainnya, ibunya tidak stabil, prrcaya padahal-hal mistis, spiritual,kuno, san
keji.
Jung, sebagai anak yang emosional dan sensitive, lebih mengidentifikasi ibunya pada sisi yang
kedua, yang disebutnya dengan kepribadian nomor dua, atau kepribadian malam.
Ketika Jung berusia 16-19 tahun, teori kepribadian yang dikemukakannya mengenai
kepribadian No.1 tampil lebih dominan dan secara bertahap “menekankan dunia perasaan
intuitif”. Ia mampu berkonsentrasi terhadap sekolahdan kariernya karena setiap hari didukung
oleh kesadaran akan keberhasilan kepribadiannya. Pada teori ini Jung mengenai sikap, teori
kepribadian No.1 adalah orang dengan kepribadian ekstrover dan bias menerima dunainya secara
objektif, sedangkan No.2 adalah orang yang intorver dan melihat dunianya secara subjektif.
Meskipun demikian, selama masa sekolahnya, Jung berkepribadian inervor. Jung menjadi lebih
ektrovet pada waktu menjadi professional dan mulai menemukan tujuan tanggung jawab
hidupnya.
Setelah memperoleh gelar kedoktorannya dari Universitas Basel pada tahun 1990, Jung
menjadi asisten psikiater Eugane Bleuer di Rumah Sakit Jiwa Burgholtzi di Zurich. Pada masa itu
mungkin rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit tempat magang bidang psikiatri yang
paling bergengsi di dunia. Pada tahun 1902-1903, Jung belajar Selama enam bulan di Paris
bersama Pierre Janet, yang merupakan penerus Charcot.

Ketika ia kembali ke Swiss di tahun 1903, Jung menikahi Emma Rauschenbach, wanita
muda dari keluarga Swiss yang terpandang. Dua tahun kemudian, Jung mulai mengajar di
Universitas Zurich dan menerima pasien pada praktik kepribadiannya, sekaligus bertugas di
rumah sakit.

Tingkatan -Tingkatan Psike

Seperti Freud , Jung juga mendasarkan teori kepribadiannya pada asusmi bahwa pikiran
mempunyai level kesadaran dan ketidaksadaran. Namun tidak seperti Freud, Jung sangat
menekankan bahwa bagian yang paling penting dari labirin ketidaksadaran seseorang bukan
berasal dari pengalaman personal, melainkan dari keberadaan manusia di masa lalu. Konsep ini
yang disebut Jung sebagai ketidaksadaran kolektif. Poin penting dari teori Jung adalah
ketidaksadaran personal.
Alam Sadar

Menurut Jung, bayangan mengenai alam sadar (consius) merupakan hal yang dapat dirasakan
oleh ego, sementara elemen ketidaksadaran tidak ada kaitannya dengan ego. Keyakinan Jung
mengenai ego lebih ketat daripada pandangan Freud. Jung melihat ego sebagai pusat dari
kesadaran, tetapi bukan merupakan inti (core) dari kesadaran itu sendiri. Ego bukan keseluruhan
dari kepribadian dan harus dipenuhi dengan diri (self). Diri inilah yang merupakan pusat dari
kepribadian yang kebanyakam diantaranya berupa ketidaksadaran. Pada orang yang sehat secara
psikologis, ego merupakan aspek kedua dari ketidaksadaran diri. Jadi, kesadaran memainkan
peranan yang relative kecil dalam psikologi analitis. Individu yang sehat adalah individu yang
dapat berhubungan dengan dunia kesadarannya dan dapat mengalami ketidaksadaran diri
kemudian mencapai individuasi.

Alam Bawah Sadar personal

Alam bawah sadar personal mencakup seluruh pengalaman yang terlupakan, ditekan, atau
dipersepsikan secara sublimasi pada seseorang. Alam bawah sadar personal tersebut mengandung
ingatan dan impuls masa silam, kejadian yang terlupakan, serta berbagai pengalaman yng
disimpan dalam alam bawah sadar. Alam bawah sadar personal kita dibentuk oleh pengalaman
individual. Dengan demikian, hal tersebut akan menjadi sangat unik bagi kita. Gambaran alam
bawah sadar personal ada yang dapat diingat secara mudah atau sulit, namun ada juga beberapa
bagian yang jauh dari jangkauan kesadaran manusia. Konsep Jung ini sedikit berbeda dengan
pandangan Freud mengenai ketidaksadaran dan kombinasi bawah sadar.

Isi alam bawah sadar personal ini disebut dengan Kompleks. Sebuah kompleks merupakan
akumulasi dari kumpulan gagasan yang diwarnai oleh parasaan. Kompleks secara umum dapat
dikategorikan sebagai sesuatu yang personal, namun kompleks dapat pula diturunkan dari
pengalaman kolektif kemanusiaan seseorang.
Alam Bawah Sadar Kolektif

Berdasarkan konsep Jung isi fisik yang menyertai kesadaran kolektif diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah kondisi psikis yang potensial. Orang berada dalam
suatu kondisi dan waktu yang dipengaruhi oleh pengalaman primordial primitif nenek moyangnya
(Jung, 1937/1959). Dengan demikian, isi dari alam bawah sadar kolektif adalah kurang lebih
sama pada seluruh budaya di dunia ini (Jung, 1934/1959).

alam bawah sadar kolektif tidak merujuk pada ide yang diturunkan, tetapi lebih kepada
kecenderungan kuat manusia untuk bereaksi dengan cara tertentu pada saat pengalaman mereka
menstimulasikan kecenderungan turunan secara biologis. Manusia, seperti halnya hewan, datang
ke dunia ini dengan sifat turunan yang telah ditentukan sebelumnya untuk dapat bereaksi dan
bereaksi dengan cara tertentu jika pengalamannya menyentuh sisi biologisnya. Jung mengatakan
bahwa ketidaksadaran kolektif pria yang mengandung impresi-impresi biologis pada seorang
wanita kemudian berperan ketika pria melihat wanita yang dicintainya.

Jung mengatakan bahwa manusia mempunyai kecenderungan yang diturunkan dan


jumlahnya sama dengan situasi tipikal dalam kehidupan manusia. Pengulangan situasi tipikal
yang jumlahnya tidak terhingga akan menjadikannya sebagai bagian dari konstitusi biologis
manusia.

Arketipe - Arketipe

Isi alam bawah sadar kolektif disebut arketipe. Arketipe sifatnya lebih umum. Arketipe
harus dibedakan dari insting. Jung mendefinisikan insting sebagai impuls fisik bawah sadar bagi
tindakan, sedangkan dia melihat arketipe sebagai tandingan insting karena bersifat psikis. Baik
arketipe maupun insting bersifat bawah sadar dan keduanya dapat membantu pembentukan
kepribadian.

Arketipe memang memiliki sebuah basis biologis namun dia berakar melalui pengalaman-
pengalaman nenek moyang manusia yang terus diulang-ulang seluruh keturunannya.

Arketipe sendiri tidak dapat direprentasikan secara langsung namun ketika diaktifkan dia
menyatakan diri lewat beberapa mode, utamanya lewat mimpi, fantasi, dan delusi. Selama
pergulatan paruh bayanya dengan alam bawah sadarnya ,Jung memiliki banyak mimpi dan
fantasi arketipal ini. Dia sering kali mengawali fantasi-fantasi dengan membayangkanbahwa dia
sedang diturunkan ke jurang kosmik yang dalam.

Hanya mampu sedikit saja memahami penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpinya


waktu itu namun, berikutnya ketika dia mulai memahami bahwa imaji-imaji mimpi dan figur-
figur fantasi pada dasarnya adalah arketipe-arketipe,maka pengalaman-pengalaman tersebut
menghasilkan sebuah pemaknaan yang sama sekali baru. Mimpi adalah sumber utama material
arketipe, dan mimpi tertentu menawarkan apa yang dianggap Jung bukti bagi keberadaan arketipe.
Jung percaya bahwa halusinasi pasien-pasien psikotik juga menawarkan bukti-bukti bagi arketipe
universal ini.

Konsep mengenai bawaan filogenetik agak berbeda dari rumusan Freud. Salah satu
bedanya adalah Freud lebih focus kepada alam bawah sadar personal,dan meletakkan bawaan
filogenetik itu hanya jika penjelasan personal ini gagal. Sebaliknya,Jung lebih menekankan alam
bawah sadar kolektif dan menggunakan pengalaman-pengalaman personal untuk memperkuat
kepribadian total.

Namun perbedaan utama diantara keduanya adalah Jung meletakkan alam bawah sadar
kolektif sebagai daya-daya otonom yang disebutnya arketipe-arketipe,yang masing-masing
memiliki kehidupan dan kepribadiannya sendiri-sendiri. Arketipe yang paling biasa dikenal ini
meliputi persona,shadow,anima,animus,great mother,wise old man,hero,dan self.

Persona

Sisi kepribadian yang ingin ditunjukkan manusia kepada dunia didesain sebagai persona.
Konsep Jung mengenai persona mungkin sudah berakar dari pengalaman dengan pribadi No.1
dirinya,yang harus membuat sejumlah akomodasibagi dunia luar.

Meskipun persona merupakan sisi yang dibutuhkan oleh kepribadian kita namun,kita tidak boleh
mencampuradukkan wajah public kita dengan self kita sebenarnya. Jika kita mengidentifikasikan
diri terlalu dekat dengan persona,maka kita akan tetap tidak menyadari individualitas kita,dan
terhalang untuk meraih realisasi-diri
Shadow

Shadow,arketipe kegelapan dan represi,mereprentasikan kualitas-kualitas yang tidak ingin kita


akui namun berusaha kita sembunyikan dari orang lain,bahkan dirinya sendiri.Shadow terdiri
konstruktif dan kreatif lain yang takut kita hadapi (Jung,1951/1959a). Jung berpendapat bahwa
kita semua harus terus bergumul untuk mengetahui shadow kita,dan bahwa tugas ini adalah tes
pertama bagi keberanian kita.Manusia tidak pernah lepas memahami shadow-nya akan jatuh
didalam kekuasaan kegelapan dan menghasilkan hidup-hidup yang tragis,terus menerus
mengalami “kesialan” yang membuahkan kekalahan dan kepengecutan dalam dirinya
sendiri(Jung,1954/1959a).

Dalam Memories,Dreams,reflections,Jung(1961) mengisahkan salah satu mimpinya yang


terjadi ketika hubungannya dengan Freud terputus.Dalam mimpi ini shadow-nya,seorang budak
berkulit cokelat,membunuh seorang pahlawan bernama Siegfried yang melindungi masyarakat
Jerman.Jung menginterprestasikan mimpi itu dengan kesimpulan bahwa dia tidak lahi
memerlukan Sig Freud(Siegfried),sehingga shadow-nya melakukan tugas kontruktif dengan
menghilangkan kenangan terhadap pahlawannya ini.

Anima

Seperti Freud,Jung percaya semua manusia secara psikologis bersifat biseksual dan memiliki sisi
maskulin dan feminine.Sisi feminine laki-laki berakar dari alam bawah sadar kolektif sebagai
sebuah arketipe dan terus menerus melawan alam sadar secara ekstrem.Untuk menguasai
proyeksi-proyeksi anima,laki-laki harus menaklukkan penghalang-penghalang intelektual
mereka,turun jauh ke alam sadar dan bergulat dengan sisi feminine kepribadian mereka.

Jung pertama-tama memasuki animanya sendiri selama perjalanannya melalui psike


bawah sadar segera setelah dia putus dari Freud.Proses meraih pengenalan animanya ini adalah
tes keberanian kedua bagi Jung.Seperti semua laki-laki,Jung juga dapat mengenali animanya
hanya merasa nyaman dengan shadow-nya (Jung,1954/1959a,1954/1959b).
Jung percaya anima berakar dari pengalaman-pengalaman laki-lakisebelumnya dengan
perempuan-ibu,saudara perempuan,dan kekasih-yang berpadu membentuk gambar umum
perempuan.Anima tidak selalu tampak dalam mimpi sebagai sosok perempuaan,melainkan bias di
presentasikan oleh suatu perasan atau suasana hati (Jung,1945/1953)

Kualitas anima yang bersifat menipu ini dijelaskan Jung(1961) dalam deskripsinya tentang
“perempuan dari dalam dirinya” yang berbicara padanya selama perjalanannya ke alam bawah
sadar,dan ketika dia sedang merenungkan apakah pekerjaan itu adalah semua ilmu

Animus

Arketipe maskulin pada perempuan disebut animus.Jika anima mereprentasikan suasana hati dan
perasaan yang irasional,maka animus adalah pemikiran dan penalaran simbolis.Di setiap
hubungan perempuan laki-laki,perempuan harus mengambil resiko memproyeksikan pengalaman-
pengalaman nenek moyangnya masa laluyang jauh dengan para ayah,saudara laki-
laki,kekasih,dan anak laki-laki yang menjadi laki-laki yang tidak berdosa.

Jung juga yakin bahwa animus bertanggung jawab terhadap pola piker dan opini pada
perempuan sama seperti anima menghasilkan perasaan dan suasana hati pada laki-laki.Apabila
seprang perempuan di dominasi oleh animusya,tak satupu tuntutan logis atau emosional dapat
mengguncangkannya dari keyakinan-keyakinan yang sudah terjalin dalam
dirinya(Jung,1951/1959a)

Great Mother

Dua arketipe lainnya,great mothe(ibu agung) dan wise old man (laki-laki tua bijak),adalah
kelanjutan darin anima dan animus.Setiap orang,laki-laki atau perempuan,memilki arketipe great
mother.

Jung (1954/1959c) yakin bahwa pandangan kita mengenai ibu yang penuh kasih kepada pribadi
kita namun sekaligus menakutkan,sebagian besar dibesar-besarkan.Kepuasan besar yang sering
kali tidak dilandasi oleh hubungan personal yang dekat,dijadikan Jung sebagai bukti bagi arketipe
great mother.
Dimensi fertilitas dan pemeliharaan dari akretipe-great mother disimbolkan sebagai
pohon,taman,tanah yang sudah dibajak,laut,surge,rumah,negeri,gereja,dan objek-objek
hampa,seperti oven dan panic masak.Karena great mother juga merepresentasikan kekuatan dan
destruksi,dia kadang-kadang disimbolkan sebagai Dewi,Ibu Tuhan,Ibu Alam,Ibu Bumi,ibu tiri
atau penyihir.Salah satu contoh mengenai kekuatan fertilitas dan destruksi yang berlawanan ini
adalah kisah Cinderella.Fertilitas dan kekuatan berkombinasi membentuk konsep kelahiran
kembali,sebuah arketipe yang sama sekali berbeda tetapi hubungannya great mother masih
tampak sangat jelas.Kelahiran-kembali (rebirth) direprentasikan oleh proses-proses,seperti
reinkarnasi,baptisme,kebangkitan,dan individuasi atau realisasi-diri.Manusia di seluruh dunia
dibentuk oleh sebuah hasrat untuk dilahirkan lagi yaitu untuk mencapai realisasi-
diri,nirvana,surga atau kesempurnaan (Jung, 1954/1959c)

Wise Old Man

Orang tua yang bijak merupakan sebuah arkeotipe dari kebijaksanaan dan keberartian yang
menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan. Di dalam mimpi, arketipe wise old
man muncul dalam bentuk ayah, kakek, guru, filsuf, pembimbing spiritual, dokter, atau pendeta.

Hero

Arketipe pahlawan (hero) direpresentasikan dalam mitologi dan legenda sebagai seseorang yang
sangat kuat, bahkan terkadang merupakan bagian dari Tuhan, yang memerangi kejahatan dalam
bentuk naga, monster, atau iblis. Asal muasal pahlawan bermula dari masa awal sejarah manusia
hingga timbul kesadaran. Ketika mengalahkan seorang karakter jahat, seorang pahlawan secara
simbolis mengatasi masalah ketidaksadaran pramanusia. Pencapaian dari kesadaran merupakan
satu dari sekian asal-usul pencapaian yang besar dan arketipe mengenai seorang pahlawan yang
memenangi pertempuran merepresentasikan kemenangan dalam mengatasi kegelapan atau
masalah (Jung, 1951, 1959b).

Self

Jung mempercayai bahwa setiap orang memiliki kecenderungan, untuk bergerak menuju
perubahan, kesempurnaan, dan kelengkapan, yang diwarisi. Ia menyebut disposisi bawaan ini
sebagai diri (self). Sebuah arketipe yang paling komprehensif dibandingkan arketipe lainnya. Diri
bersifat menarik arketipe jenis lain dan menyatukan kesemuanya dalam sebuah realisasi diri. Diri
disimbolkan sebagai ide seseorang akan kesempurnaan, keutuhaan, dan kelengkapan.

Diri meliputi gambaran ketidaksadaran personal dan kolektif. Antara ketidaksadaran dan
diri secara keseluruhan tampak sangat idealistis. Banyak orang dengan ketidaksadaran yang
berlimpah dan kekurangan kepribadian “soul sparck”, gagal menyadari kekayaan dan vitalitas
dari ketidaksadaran personal dan terutama ketidaksadaran kolektif mereka. Di lain pihak, orang-
orang dengan kesadaran yang terlalu tinggi kerap kali patologis, dengan satu sisi kepribadian
(Jung, 1951/1959a).

Jung menemukan sebuah bukti adanya arketipe diri dalam symbol di mandala ynag
muncul dalam mimpi dan fantasi orang-orang kontemporer yang tidak pernah menyadari
keberdaan dan artinya. Jung (1951/1959) percaya bahwa pasien psikotik mengalami kenaikan
jumlah motif mandala dalam mimpi-mimpinya pada waktu tertentu, yang mereka alami dalam
kurun waktu gangguan kejiwaan.

Ringkasnya, diri tersdiri atas kesadaran dan ketidaksadaran pikiraan., dan bahwa hal
tersebut menyatukan elemen-elemen yang saling bertentangan dari psike kekuatan pria dan
wanita, kebaikan dan kejahatan, serta gelap dan terang. Elemen-elemen yang saling
bertentangan tersebut kerap kali direpresentasikan dengan sebuah symbol yin dan yang
dimana diri diri disimbolkan dengan mandala. Motif ini berarti kesatuan, totalitas, dan
keteraturan yang merujuk pada realisasi diri.
DINAMIKA KEPRIBADIAN

Dibagian dinamika kepribadian ini, kita akan melihat gagasan Jung tentang kausalitas dan
teleology dan tentang progresi dan regresi.

Kausalitas dan Teleologi

Kausalitas meyakini bahwa peristiwa-peristiwa masa kini , memiliki asal-usul di dalam


pengalaman-pengalaman sebelumnya. Freud sangat meyakini sudut pandang kausal dalam
penjelasannya dalam perilaku orang dewasa berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Freud sangat meyakini sudut pandang kausal dalam penjelasannya mengenai perilaku orang
dewasa berdasarkan pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak awal mereka.

Sebaliknya, teleologi meyakini bahwa peristiwa-peristiwa masa kini dimotivasikan oleh


tujuan dan aspirasi-aspirasi kedepan yang mengarahkan tujuan seseorang. Adler memegang
pandangan ini , menegaskan bahwa manusia dimotivasikan oleh persepsi-persepsi sadar dan tidak
sadar mengenai tujuan-tujuan akhir fiksional. Penekanan Jung terhadap keseimbangan bisa dilihat
dalam konsepnya tentang mimpi.
Progresi dan Regresi

Adaptasi pada dunia luar melibatkan aliran maju energy psikis yang disebut progresi,
sedangkan adaptasi dengan dunia batin mengandalkan arus mundur energy psikis yang disebut
regresi. Keduanya progresi dan regresi sangat esensial , jika manusia ingin mencapai
pertumbuhan individual atau realisasi-diri. Progresi mencakup seseorang yang bereaksi secara
konsisten berdasarkan seperangkat kondisi lingkungan, sedangkan regresi adalah langkah mundur
yang dibutuhkan demi tercapainya suatu tujuan sampai berhasil.

Regeresi dicontohkan dalam krisis paruh baya Jung, dimana selama periode-periode itu
hidup psikisnya bergerak kedalam menuju alam bawah sadar dan menjauh dari pencapaian keluar
apa pun yang signifikan. Jung yakin bahwa langkah regeresif dibutuhkan untuk menciptakan
sebuah kepribadian yang seimbang dan untuk tumbuh menuju perealisasian-diri.

TIPE-TIPE PSIKOLOGIS

Sikap-Sikap
Jung (1921/1971) mendefenisikan sikap sebagai kecenderungan untuk beraksi atau bereaksi
kearah yang khas. Dia melihat setiap orang memilki sikap yang terintroversi sekaligus
terekstraversi , meskipun yang satu berada di alam sadar sementara yang lain bawah sadar.

Introversi
Menurut Jung, introversi adalah membalikkan energy psikis kedalam sebuah orientasi terhadap
subjektivitas. Orang-orang yang introver selalu mendengarkan dunia batin mereka dengan semua
bias, fantasi, mimpi, dan persepsi yang terindividualisasikan.

Ekstraversi
Ekstraversi adalah sikap yang mengarahkan energy psikis keluar sehingga seseorang
diorientasikan menuju sesuatu yang objektif dan menjauh dari yang subjektif. Orang-orang yang
ekstrover lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar mereka dari pada dunia batin mereka
sendiri.
Fungsi – fungsi

Terdiri dari mengindra, berpikir, merasa, dan mengintuisi

Berpikir (thinking)

Adalah aktifitas intelektual logis yang menghasilkan rantai ide – ide. Orang yang ektrover sangat
mengandalkan pikiran – pikiran konkret, namun mereka juga menggunakan ide abstrak jika ide di
keluarkan oleh orang lain. Orang yang introvert akan bereaksi terhadap stimuli eksternal namun
interpretasi mengenai suatu peristiwa akan lebih berwarna oleh makna internal yang mereka
berikan pada stimuli tersebut daripada fakta – faktaobjektif itu sendiri

Perasaan (feeling)

Untuk menggambarkan proses evaluasi suatu idea tau peristiwa. Orang yang ekstrover akan
menggunakan data objektif untuk melakukan evaluasi. Mereka akan di tuntun oleh nilai – nilai
eksternal dan standar penilaian yang di terima luas. Mereka akan lebih mudah diterima secara
social namun dalam mengikuti standar social yang ada mereka terlihat seperti dibuat – bat atau
pura – pura. Orang yang introvert akan melandaskan penetapan nilai utama pada persepsi
subjektif lebih daripada fakta objektif. Orang ini memiliki suara hati yang terindividualkan, cara
bersikap yang diam – diam, dan sebuah psike yang tidak mudah dipahami. Orang akan menjauhi
karena tidak nyaman.

Pengindraan (sensing)

Adalah fungsi yang menerima stimuli fisik dan mentransmisikan ke sadar perceptual. Persepsi ini
tidak tergantung pada pemikiran logis atau perasaan, melainkan hadir sebagai fakta dasar yang
absolute pada diri setiap orang. Orang yang ektrover akan memahami secara objektif terhadap
stimuli eksternal,yang sama dengan stimuli eksis dalam realitas. Orang yang introvert sebagian
besar terpengaruh oleh sensasi – sensasi subjektif penglihatan, bunyai, citarasa, sentuhan, dan
sebagainya. Mereka akan dituntun oleh interpretasi tentang stimuli indra lebih daripada stimuli itu
sendiri.
Pengintuisian (intituiting)

Adalah persepsi yang melampauikerja kesadaran. Intuisi berbeda dengan merasa karena lebih
kreatif bahkan sering kali menmbahkan elemen – elemen dari pengindraan alam sadar. Orang
yang ektrover akan berorientasi kea rah fakta – fakta di dunia eksternal, mereka akan memahami
secara subliminal. Orang yang introvert akan berorientasi oleh persepsi bawah sadar fakta – fakta
yang dasarnya subjektif dan memiliki sedikit kemiripan dengan realitas eksternal.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Jung menekankan paruh kedua hidup manusia,adalah pada usia 35 atau 40 ketika seseorang
memiliki kesempatan untuk menyatukan beragam aspek kepribadian untuk mencapai individuasi.

Tahap – Tahap Perkembangan

Jung mengelompokkan tahap-tahap hidup menjadi empat periode umum :

 Masa kanak-kanak
 Masa muda
 Paruh baya
 Usia senja

Masa kanak – kanak

Jung membagi masa ini kedalam tiga subtahapan : anarkis; monarkis; dan dualistis.

 Fase anarkis dicirikan oleh kesadaran yang khaos dan sporadis.


 Fase monarkis, anak-anak dicirikan oleh perkembangan ego dan oleh permulaan
pemikiran logis dan verbal.
 Fase dualistik , masa kanak-kanak saat ego terbagi menjadi subjektif dan objektif
Masa Muda

Periode dari pubertas sampai paruh baya disebut masa muda. Anak muda berjuang meraih
kemandirian psikis dan fisik dari orang tua mereka, menemukan belahan jiwanya, membentuk
keluarga dan merebut sebuah tempat dipanggung dunia ini. Kesulitan utamma yang dihadapi
orang muda adalah menaklukkan kecenderungan alamiah untuk mengandalkan kesadaran sempit
kanak-kanak, agar terhindar dari masalah-masalah yang terus mengganggu seumur hidup.

Paruh Baya

Jung percaya bahwa hidup paruh baya dimulai pada kira-kira usia 35 sampai 40 tahun, seperti
ilustrasi matahari yang melewati titik zenith dan mulai bergerak turun ke cakrawala. Jika orang
paruh baya mempertahankan nilai-nilai social dan moral dari hidup mereka sebelumnya, maka
mereka menjadi sangat kolot dan fanatik dalam upayanya mempertahankan daya tarik fisik dan
ketangkasan mereka.

Usia senja

Jung melukiskan bahwa pada masa ini orang akan mengalami penyusutan kesadaran dan mereka
mengalami rasa takut terhadap kematian. Kebanyakan pasien Jung adalah orang-orang yang paruh
baya dan berusia senja, dan banyak dari mereka menderita kenangan masa lalu, bergantung
dengan putus asa kepada tujuan dan gaya hidup masa sebelumnya, dan berjalan mengikuti gerak
hidup tanpa tujuan.

REALISASI DIRI

Adalah puncak dari proses – proses psike yang di ungkapkan Jung. Dan dapat melihat
kepribadian secara utuh. Orang yang te;lah mencapai tahap ini adalah orang yang mampu
meminimkan persona, mengenalai anima dan animus, mencapai keseimbangan introversi dan
ekstraversi dan sudah mengembangkan empat fungsi psikologi sampai ke tingkat superior.

Kecenderungan merespons adalah bagian dari potensi bawaan perempuan atau cetak biru
yang diwariskan namun,potensi bawaan semacam itu mensyaratkan pengalaman individual
sebelum dia menjadi aktif.
Jung juga yakin bahwa alam sadar kolektif si laki-laki mengandung impresi-impresi biologis
terhadap perempuan semacam itu dan bahwa impresi-impresi itu diaktifkan ketika si laki-laki
bertemu dengannya pertama kali.

Lalu berapa banyak kecenderungan biologis yang dimilki manusia ? sebanyak mereka
mengalami situasi-situasi tipikal dalam hidup mereka.Awalnya mereka adalah “bentuk bentuk
tanpa isi ,hanya mereprentasikan kemungkinan bagi tipe tertentu persepsi dan
tindakan”.(Jung,1937/1959,hlm 48).Dengan semakin banyaknya repetisi,bentuk-bentuk ini mulai
mengembangkan sejumlah isi dan muncul sebagai arketipe-arketipe yang relative otonom.

METODE INVESTIGASI JUNG

Jung menatap jauh melampaui psikologi dalam usahanya memperoleh data untuk membangun
konsepsi tentang kemanusiaan. Ia tidak menyesali perjalanannya dalam berbagai bidang mulai
dari sosiolog, sejarah, antropologi, biologi, fisika, filologi, agama, mitologi, hingga filosofi. Ia
sangat percaya bahwa pembelajaran tentang kepribadian bukan hanya hak progresif sebuah ilmu
tertentu dan bahwa untuk memahami seorang secara utuh, kitaharus mengejar pengetahuan di
manapun ia berada, sama seperti freud, jung secra konsisten menganggap dirinya sebagai peneliti
sains, menghilangkan label mistis dan filosofis.

Dalam suratnya kepada calvin Hall, tertanggal 6 oktober 1945, ia mengatakan bahwa “jika anda
mengatakan pada saya bahwa saya dengan serius mempelajari kekuatan gaib,magis,atau
sihir(accultist) karena saya dengan serius mempelajari agama, mitologi, cerita rakyat, serta fantasi
filosofis pada individu modern dan naskah kuno, maka sama saja kamu mengatakan bahwa freud
adalah seseorang yg melakukan pelecehan seksual karena ia melakukan hal yg sama melalui
fantasi seksual(jung,1975,hlm186).

Tes Asosiasi Kata

Jung bukanlah orang pertama yang menggunakan tes asosiasi kata, tetapi ia dianggap telah
membantu mengembangkan dan mendefinisikan ulang tes tersebut.

Ide awal penggunaan tes ini adalah untuk mendemonstrasikan validitas totonomi.
Bagaimanapun, kegunaan utama tes ini dalam psikologi jung adalah untuk membuka feeling-
toned complexes.
Seperti yg telah dibahas pada bagian tingkatan psike, kompleks adalah berbagai hal individualis
dan bersifat emosional yang bergabung dan membentuk sekumpulan gambaran di sekitar pusat
inti kepribadian.

Beberapa jenis reaksi mengindikasikan bahwa kata-kata yang menstimulus dapat menyentuh
kompleks. Respons kritis meiputi pernafasan yanga terbatas, perubahan dalam konduktivitas
listrik kulit, reaksi penundaaa, beragam respons, pengabaian intrusksi, dan ketidakkonsistenan
anatar hasil tes dan pengulangan tes. Respons signifikan lainnya meliputi pipi yang bersemu
mersh, gagap, tertawa, batuk, menghela nafas, mendehem, menangis, gerakan badan yang
berlebihan, dan pengulangan kata stimulus.

Analisis Mimpi

Jung setuju dengan freud bahwa mimpi memiliki makna dan makna itu harus disikapi dengan
serius. Ia juga setuju dengan freud bahwa mimpi berangkat dari timbulnya kedalaman kondisi
ketidaksadaran dan maknanya kemudian akan diwujudkan dalam bentuk-bentuk yg simbolis.

Maksud dari interpretasi mimpi jung ini adalah untuk membuka elemen dari
ketidaksadaran personal dan kolektif serta mengintegrasikannya dalam sebuah kesadaran untuk
memfasilitasi proses realisasi diri. Terapis jungian harus dapat memhami bahwa mimpi kerap kali
merupakan kompensasi atau pengalihan, yaitu peraaan dan sikap yang tidak diwujudkan dalam
perjalanan hidup akan menemukan jalan nya melalui mimpi. Dengan demikian, jika kesadran
sesorang mendapatkan dirinya tidak sempurna, maka ketidaksadaran orang itu akan mencoba
jalan untuk memnuhi bagian yang tidak sempurna lewat proses mimpi. Sebagai contoh, jika
sebuah anima seseorang menerima perkembangan kesadaran, maka ia akan menngekspresikan
dirinya lewat proses mimpi yang penuh dengan motif realisasi diri, yang nantinya akan
menyeimbangkan sisi maskulin dan orang tersebut(jung, 1916/1960).

Jung merasa yakin bahwa mimpi menawarkan bukti keberadaan ketidaksadaran kolelektif,
mimpi ini termasuk mimpi besar (big dreams), yang memiliki arti khusu bagi semua orang; dan
mimpi paling awal yang diingat (earliest dreams remembered).

Jung kemudian menerima mimpi tersebut sebagai sebuah bukti dari adanya tingkatan kesadaran
psiko. Lantai atas yang ia huni dalam mimpinya merupakan lapisan psike paling atas.
Lantai bawah merupakan lapisan pertama,kemudian lantai bawah tanah yang ditemukan menjadi
simbol bagi lapisan kesadaran psike yang terdalam. Pada bagian gua, dimana jung menemukan
dua tengkorak manusia, freud bersikeras bahwa itu merupakan pertanda bahwa jung memiliki
keinginan untuk mati. Akan tetapi,jung melihat ini sebagai pertanda kedalaman dari
ketidaksadaran kolektifnya.

Jenis yang kedua dari mimpi kolektif adalah mimpi biasa, yaitu mimpi yang biasa dialami oleh
kebanyakan orang. Mimpi ini meliputi gambaran arketipe, seperti ibu,ayah,tuhan,iblis,atau orang
tua bijak. Mimpi itu juga bisa berarti kejadian arketipe, seperti kelahiran,kematian,perpisahan,
dari orang tua,baptis,pernikahan,terbang,atau menjelajahi gua. Mimpi-mimpi ini termasuk juga
objek araktipe,seperti matahari,air,ikan,ular atau binatang predator lainnya.

Kategori ketiga dari mimpi adalah mimpi paling awal yg diingat. Mimpi-mimpi ini dialami saat
kita berusia tiga atau empat tahun dan mengandung banyak unsur mitologis,gambaran,dan motif
simbol yang tidak dapat dijelaskan oleh anak-anak. Mimpi ini bisa saja meliputi simbol, seperti
pahlawan, orang tua bijak, pohon, iklan, dan mandala. Jung (1948/1960b) menulis mengenai
gambaran dan motif tersebut, yaitu “kemunculan mimpi ini dalam material individu sama seperti
distribusi universalnya, membuktikan bahwa psike manusia itu unik,subjektuif,dan personal
hanya pada beberapa bagian,sedangkan selebihnya adalah kolektif dan objektif”hlm.291).

Jung (1961) menunjukkan tentang gambaran samar dari mimpi awalnya, yang terjadi sebelum ia
berusaha empat tahun. Ia bermimpi sedang berada di sebuah padang rumput ketika tiba-tiba ia
melihat sebuah lubang sebuah lubang berbentuk persegi empat yang gelap di tanah. Dengan takut,
ia menghampiri dan masuk ke dalam lubang itu yang ternayata adalah sebuah tangga. Sampai di
bawah, ia menemukan sebuah pintu yang dinaungi sebuah patung melengkung dihiasi tirai
bewarna hijau. Di balik tirai itu terlihat adanya cahaya redup dengan karpet merah yang mengarah
ke dalam pintu. Di atas panggungnya terdapat sebuah mahkota dan di mahkota tersebut tampak
sebuah objek panjang yang tampak oleh jung seperti sebuah batang pohon besar yang panjang.
“Benda itu sangat besar dan hampir menyentuh langit –langit. Bentuknya cukup aneh, terbuat
dari kulit an daging. Di atasnya terdapat, seperti sebuah kepala tanpa rambut dan muka. Di bagian
paling atas, ada sebuah mata yang terus menerus menatap ke atas tanpa bergerak” (hlm.12).penuh
dengan ketakutan, si anak kecil mendengar ibunya berteriak “ya,terus saja tatap dia. Ia adalah
pemakan manusia!”. Komentar ini sangat menakutkan jung dan membuatnya terbangun dari tidur.
Jung kerap berpikir tentang mimpinya, tetapi baru setelah tiga puluh tahun ia menyadari
gambaran mengenai falus yang sangat jelas. Bebrapa tahun lagi dibutuhkan,sebelum ia menerima
mimpi itu sebagai ekpresi dari ketidaksadaran kolektifnya, bukan sebagai produk dari jejak
memorinya. Dalam interpretasinya sendiri, lubang berbentuk persegi empat itu dipresentasikan
sebagai simbol darah;pohon yang berdiri di atas sebuah mahkota sebagai simbol penis yang
digambarkan sangat detil.setelah menginterpretasikan mimpinya, jung dipaksa untuk
menyimpulkan bahwa tidak ada anak berusia 3,5 tahun yang dapat menghasilkan sebuah simbol
yang universal seperti itu hanya dari pengalaman pribadinya sendiri. Sebuah ketidaksadaran
kolektif, yang umum dialami spesies ini, merupakan penjelasan terbaik yang bisa diberikan oleh
Jung (Jung,1961).

Imajinasi Aktif

Sebuah teknik yang digunakan Jung dalam melakukan analisis terhadap dirinya sendiri, sama
seperti yang dilakukannya terhadap pasiennya, adalah dengan menggunakan imajinasi aktif.
Metode ini dimulai dengan impresi berupa gambaran mimpi, visi, tampilan, atau fantasi milik
seseorang. Orang ini kemudian berkonsentrasi hingga impresinya “bergerak”. Orang ini juga
harus mengikuti gambaran tersebut kemananpun gambaran itu bergerak hingga akhirnya
berkomunikasi dengannya.

Tujuan dari imajinasi aktif adalah untuk membuka gambaran arketipe yang bermula dari
ketidaksadaran. Hal ini akan sangat berguna bagi orang-orang yang ingin mengenal lebih
ketidaksadaran personal dan kolektifnya juga bagi mereka yang ingin mengatasi resistensi dari
komunikasi dengan ketidaksadarannya. Jung percaya bahwa gambaran ini diproduksi pada fase
sadar, yang membuatnya lebih jelas dan bisa diperbanyak. Perasaannya lebih spesifik dan
biasanya orang jarang memiliki kesulitan saat mereka harus mereproduksi visi atau mengingat
mood (Jung, 1937-1959).

Sebagai variasi dari imajinasi aktif kerap bertanya kepada pasiennya apakah mereka suka
menggambar, melukis, atau mengekspresikan fantasinya dalam bentuk nonverbal lainnya. Jung
mengandalkan teknikini selama ia menganalisis dirinya sendiri dan banyak dari hasilnnya yang
kaya akan symbol dan kerap menampilkan mandala, tergambar dalam buku-bukunya.
Man and His Symbols (1964), Word and Image (1979), Psychology and Alchemy (1952-1968),
dan ilustrasi Claire Dunne’s (2000) tentang biografi Carl Jung: Wounded Healer of the Soul
merupakan beberapa buku yang dapat dijadikan sumber untuk melihat gambar-gambar dan
fotonya.

Pada tahun 1961, selama masa pertengahan (paruh baya) Jung menulis tentang
pengalaman-pengalamannya dengan imajinasi aktif selama konfrontasi dengan ketidaksadaran:
Ketika aku menoleh ke belakang pada hari ini dan mempertimbangkan apa yang terjadi pada saya
selama periode bekerja di khayalan-khayalan, kelihatannya seolah-olah suatu pesan telah dating
kepada saya dengan kekuatan besar. Ada banyak hal di dalam gambaran-gambaran itu yang
terkait tidak hanya dengan diri saya, tetapi juga dengan hal lainnya. Pada saat itulah, saya berhenti
menjadi diri saya sendiri, berhenti untuk memiliki hak untuk melakukannya. Sejak saat itu, hidup
saya menjadi milik umum. … kemudian, saya mendedikasikan diri saya untuk melayani psike:
Saya mencintainya dan juga membencinya. Akan tetapi, itu adalah kekayaan terbesar saya.
Kembalinya diri saya menjadi diri saya sebelumnya, merupakan satu-satunya cara agar saya dapat
mempertahankan keberadaan saya dan menjalani kehidupan saya sepenuh dan semampu saya.

Psikoterapi

Jung (1931-1954) mengidentifikasi empat pendekatan dasar dalam terapi, mewakili empat
langkah pengembangan di dalam sejarah psikoterapi. Pertama adalah pengakuan rahasia
patogenik. Ini adalah metode menghilangkan emosi atau metode katarsis (chathartic method)
yang dipraktikkan oleh Josef Breuer pada pasiennya, Anna O. terhadap pasien yang memiliki
kebutuhan untuk berbagi rahasia-rahasia merek, katarsis adalah suatu langkah yang efektif.
Langkah kedua melibatkan penafsiran, penjelasan, dan teknik menerangkan. Pendekatan ini
digunakan oleh Freud, untuk memberi kesempatan pada pasien untuk mencari sendiri pengertian
mengenai penyebab neurosis mereka, tetapi pasien masih memilik perasaan tidak mampu untuk
mengatasi permasalahan sosialnya. Langkah yagng ketiga adalah pendekatan yang diadopsi oleh
Adler, dengan memasukkan factor pendidikan pasien-pasiennya sebagai makhluk sosial. Tetapi,
menurut Jung, pendekatan ini sering kali meninggalkan pasien-pasiennya hanya dalam keadaan
mampu menyesuaikan diri secara sosial dengan baik.
Untuk melampaui ketiga pendekatan ini, Jung mengusulkan suatu tahap keempat, yaitu
transformasi. Transformasi adalah terapis harus menjadi orang pertama yang diubah atau
ditransformasi menjadi manusia yang sehat, terutama dengan melakukan proses psikoterapi.
Seorang terapis hanya mampu membantu pasien-pasien setelah melakukan trasformasi dengan
membangun falsafah hidup yang mapan melalui individuasi, keseluruhan, atau realisasi diri.
Tahap keempat ini terutama dilakukan pada pasien-pasien yang sedang dalam tahap kedua
hidupnya dan mempunyai perhatian terhadap kesadaran dari dalam diri sendiri, dengan
permasalah moral dan religius serta dalam menemukan filosofi hidup (Jung, 1931-1954).

Jung tampak berwawasan luas di dalam teori dan praktik psikoterapinya. Perawatannya
memberikan variasi menurut usia, tahap perkembangan, dan permasalahan khusus dari pasiennya.
Sekitar dua pertiga dari pasien-pasien Jung berusia paruh baya dan banyak sekali dari mereka
menderita kehilangan arti, tujuan umum, dan takut akan kematian. Jung mencoba untuk
membantu pasien-pasiennya tersebut menemukan oreantasi filosofis mereka sendiri.

Tujuan utama dari terapi Jungian adalah untuk membantu pasien-pasien penderita neurotic
menjadi sehat dan mendorong orang yang sehat untuk bekerja dengan mandiri melalui teknik
realisasi diri. Jung melihat kesempatan untuk mencapai tujuan ini melalui teknik-teknik, seperti
analisis mimpi dan imajinasi aktif untuk membantu pasien menemukan ketidaksadaran kolektif
dan pribadi serta menyeimbangkan gambaran ketidaksadarab dengan sikap kesadaran mereka
(Jung, 1931-1954).

Psikoterapi Jungian mempunyai pendekatan dengan sasaran-sasaran kecil melalui


bemacam teknik. Oleh karena itu, tidak ada uraian universal yang menggambarkan orang yang
berhasil menggunakan pendekatan anlitis. Untuk orang dewasa, bisa jadi tujuannya adalah untuk
menemukan makna kehidupannya dan berupa untuk meraih keseimbangan serta keutuhan. Orang
yang memiliki kesadaran diri mampu berasimilasi ke dalam kesadaran dirinya dengan sebagian
besar ketidaksadaran dirinya. Akan tetapi, pada waktu yang sama, tetap menyadari sepenuhnya
akan bahaya potensial yang tersembunyi di dalam ruang psikenya. Jung memperingatikan supaya
berhati-hati saat menggali terlalu dalam di tempat yang belum dikenal. Ia membandingakan
proses ini dengan proses orang yang menggali satu sumur dengan adanya resiko mengaktifkan
suatu lahar api dalam bumi.
RISET-RISET TERKAIT

Pendekatan Jung mengenai kepribadian ini sangat berpengaruh pada pengembangan psikologi
kepribadian. Akhir-akhir ini pengaruhnya memang sudah menurun, meskipun masih ada beberapa
institusi di seluruh dunia yang berkiprah dalam psiokolgi analitis. Dewasa ini, kebanyakan riset
yang berhubungan dengan Jung lebih berfokus pada uraiannya mengenai tipe kepribadian. Myers-
Bringgs type indicator (MBTI; Myers, 1962) adalah pengukuran yang saling sering digunakan
untuk mengukur tipe kepribadian Jung.

Minat kepada Teknik dan DO – nya Mahasiswa Teknik

Bidang gesekan di jurusan teknik ini sepertinya merupakan suatu masalah utama yang akut karena
hampir 50% siswanya tidak lulus di bidang ini. Penjelasan yang paling umum adalah karena
performa mereka lemah di bidang tersebut dan persepsi diri yang salah mengenai tipkal insyinyur.
Suatu studi di dalam Jurnal Psychological Type mengujiapakah tipe kepribadian dan kesuaiannya
terhadap bidang gesekan pada jurusan teknik dapat meramalkan minat akan bidang ini. Kajian ini
dilakukan dengan sampel mahasiswa jurusan Teknik di Georgia Tech (Thomas, Benne, Marr,
Thomas, & Hume, 2000). Peneliti melihat 195 mahasiswa (72% pria) mendaftar pada jurusan
teknik (listirk dan megnetisme) yang dikenal sebagai kelasa “wedding out” di mana 30% dari
mahasiswa biasanya menerima nilai di bawah C. para siswa menyelesaikan (MBTI) pada suatu
sesi laboratorium.

Hasil kajian ini menunjukkan bahwa sebagian kelompok, sampel diwakili oleh tipe
kepribadian pemikir (75%), introversi (57%), dan penilai atau judging (56%). Dari sampel itu,
hasilnya terbagi dua hampir sam rat untuk intuitive sensing (51% sensing). Lebih pentinglagi,
para siswa yang mengundurkan diri dari kuliah mempunyai skor tinggi pada skala Extraversi dan
perasa, dengan skor tinggi sebesar 96% pada setidaknya satu skala. Hal yang menarik adalah
ternyata tipe kepribadian tidak ada hubungannya dengan nilai pelajaran.
KRITIK TERHADAP JUNG

Carl Jung melanjutkan tulisan-tulisannya untuk menarik perhatian mahasiswa-mahasiswa


humaniora. Meskipun kualitas tulisannya subjektif dan filosofis, psikologi Jungian telah menarik
perhatian banyak orang, baik orang awam maupun para profesioanal. Bagaimanapun Jung
mengaggap dirinya sebagai seorang ilmuwan dan merasa yakin bahwa kajian ilmiah mengenai
agama, mitologi, dongeng, dan khayalan filodofi, tidak membuatnya menjadi sesuatu yang mistis
dibandingkan dengan kajian Freud mengenai seks yang membuat Freud menjadi seseorang
dengan kelainan seksual (Jung, 1975).

Meskipun demikian, seperti teori-teori pada umunya, psikologi analitis juga harus dapat
memnuhi enam criteria teori yang bermanfaat. Pertama, suatu teori yang bermanfaat harus
menghasilkan hipotesis yang bias diuji dan kajian yang deskriptif. Kedua, sebuah teori harus
mempunyai kapasitas untuk diverifikasi atau diulang. Tetapi, sam seperti teori Freud, hampir
mustahil untuk melakukan verifikasi pada teori Jung. Teori utama Jung mengenai ketidaksadaran
kolektif merupakan konsep yang sangat sulit untuk diuji secara empiris.

Sebagian besar bukti mengenai konsep dari arketipe dan ketidaksadaran kolektif berasal
dari pengalaman mendalam yang dialami oleh Jung. Hal ini diakuinya, bahwa sulit berkomunikasi
dengan orang lain sehingga penerimaan orang mengenai konsep ini lebih berdasarkan keyakinan
daripada bukti empiris. Jung (1961) mengklaim bahwa “pernyataan-pernyataan arketipe itu
berdasarkan prasyarat yang instingtif dan tidak ada hubngannya dengan suatu alas an tertentu,
tidak berdasarkan rasional dan tidak juga bias dibuang dalm argumentasi yang masuk akal”.
Pernyataan seperti itu bisa diterima oleh seniman atau ahli teologi, tetapi tidak mungkin diterima
oleh peneliti ilmiah yang mengedepankan rancangan penelitian dan rumusan hipotesis.

Sebaliknya, ada bagian dari teori Jung yang terkait dengan penggolongan dan ilmu bentuk
tubuh (tipologi), yaitu mengenai fungsi dan sikap, yang bisa dikaji serta diuji dan sudah
menghasilkan sejumlah penelitian. Myers-Briggs Type Indicator sudah menghasilkan banyak
peneliti. Oleh karena itu, kami member nilai rata-rata untuk teori Jung atas kemampuannya
menghasilkan penelitian terkait.
Ketiga, suatu teori yang bermanfaat perlu mengorganisir pengamatan ke dalam suatu kerangka
yang bermakna. Psikologi analitis merupakan teori yang unik karena menambahkan suatu dimensi
yang baru dalam teori kepribadian, yaitu ketidaksadaran kolektif. Aspek dari kepribadian manusia
yang berhadapan dengan hal-hal mistis, misterius, dan parapsikologis itu tidak disinggung oleh
hampir semua teori-teori kepribadian. Meskipun ketidaksadaran kolektif bukan satu-satunya
penjelasan bagi suatu fenomena dan konsep lain dapat dirumuskan untuk menjelaskan semuanya.
Jung adalah satu-satunya ahli teori kepribadian modern yang membuat suatu usaha serius untuk
cakupan yang luas mengenai aktivitas manusia di dalam suatu kerangka teoretis. Karena
kemampuannya yang baik untuk mengorganisir pengetahuan inilah yang membuat Jung diberi
penilain rata-rata.

Kriteria yang keempat untuk teori yang bermanfaat adalah kemampuan teori tersebut
untuk diterapkan. Apakah teori dapat membantu terapis, guru, orang tua, atau yang lain dalam
memecahkan permasalahan sehari-hari? Teori mengenai tipe atau sikap psikologis dan MBTI
digunakan oleh banyak praktisi klinis, tetapi kegunaan dari sebagian besar psikologi analitis
terbebas untuk terapis yang menggunakan jajaran dasar secara berkelanjutan. Konsep
ketidaksadaran kolektif tidak mudah diteliti secara empiris, tetapi mungkin berguna dalam
membantu orang memahami mitos, budaya dan melakukan penyesuaian terhadap trauma-trauma
hidup. Secara keseluruhan, teori Jung dinilai rendah untuk kemampuan penerapan.

Psikologi Jung bukanlah teori sederhana, tetapi kepribadian manusia juga tidak sederhana.
Bagaimanapun juga, oleh karena teorinya lebih mengarah pada ketidakefektifan daripada
kegunaanya, maka nilai kesederhanaan pada teori ini rendah. Teori Jung bersifat kompleks
dengan ruang lingkup yang luas. Hal ini disebabkan kecenderungan Jung untuk mencari-cari data
dari bermacam disiplin ilmu dan kesediaannya untuk menjelajah sendiri ketidaksadarannya,
bahkan sampai bawah level pribadi. Hukum parsimony menyatakan, “ketika terdapat dua teori
yang manfaatnya setara, teori yang lebih sukain adalah teori yang sederhana”. Sebenarnya, tentu
saja tidak pernah ada teori yang selalu sama, namun teori Jung menambah suatu dimensi
kepribadian manusia, tidak terlalu banyak berurusan dengan yang lain sehingga menjadi lebih
rumit daripada yang diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai