Anda di halaman 1dari 25

JAPAS SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF PENANGGULANGAN

SAMPAH DI DAERAH MUARA PESISIR PANTAI MARUNDA

Diusulkan oleh
Annas Saputra - C44160092
Masagus Haidir Tamimi - F24160058
Tresia - G94160019

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


BOGOR
2016
JAPAS SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF PENANGGULANGAN
SAMPAH DI DAERAH MUARA PESISIR PANTAI MARUNDA

Disusun sebagai syarat untuk mengikuti


Lomba Karya Tulis Ilmiah Kemaritiman Tingkat Nasional
yang diselenggarakan oleh Universitas Hasanuddin

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


Jl. Raya Dramaga Kampus IPB
Kota Bogor
Provinsi Jawa Barat
2016

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Karya Tulis ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam Karya Tulis ini kami
mengangkat judul JAPAS SEBAGAI SOLUSI ALTERNATIF
PENANGGULANGAN SAMPAH DI DAERAH MUARA PESISIR PANTAI
MARUNDA.

Karya Tulis ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk menyelesaikan segala tantangan dan hambatan selama
mengerjakan Karya Tulis ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima

kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto, M.Sc selaku Rektor Institut
Pertanian Bogor
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro selaku Kepala Divisi
Teknologi Penangkapan Ikan, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB
3. Bapak Dr. M. Fedi A. Sondita selaku dosen pembimbing karya tulis ini
4. Bapak Dr. Ir. Bonny P.W. Soekarno, MS selaku Direktur PPKU-IPB
5. Kak Oktaviano Prasteyo, S.Pi, M.Si selaku asisten dosen di Departmen
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, FPIK IPB
6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang turut
membantu kelancaran dalam penyusunan karya tulis ini.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan karya tulis ini.

Bogor, 26 November 2016


Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... v
I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
1.3. Tujuan ............................................................................................... 3
1.4. Luaran yang diharapkan ..................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1. Sampah ............................................................................................ 4
2.1.1. Pengertian Sampah ......................................................................... 4
2.1.2. Sumber Sampah .............................................................................. 4
2.1.3. Jenis Bahan Sampah ....................................................................... 4
2.1.4. Komposisi Sampah ......................................................................... 5
2.2. Pesisir dan Muara Sungai ................................................................ 5
III. METODE PENULISAN ......................................................................... 7
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 7
3.2. Langkah Kerja ................................................................................ 8
3.3. Analisis........................................................................................... 8
` 3.3.1. Sumber Sampah di Daerah Pesisir Marunda .................................... 8
3.3.2. Jenis-jenis Sampah Yang Ada di Daerah Pesisir Marunda ............... 9
3.3.3. Faktor-faktor Penyebaran Sampah di Daerah Pesisir Marunda ......... 9
3.3.4. Penanganan Sampah di Daerah Pesisir Marunda.............................. 10
3.4. Formulasi Indikator Sampah ........................................................... 10
3.4.1. Volume Sampah .............................................................................. 10
3.4.2. Timbulan Sampah ........................................................................... 11
3.4.3. Sebaran Sampah.............................................................................. 12
3.5. Sintesis .......................................................................................... 13
3.5.1. Kriteria Solusi ................................................................................ 13
3.5.2. Solusi : JAPAS............................................................................... 13
iv
4. PENUTUP ................................................................................................ 16
4.1. Kesimpulan...................................................................................... 16
4.2. Saran ............................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17
BIODATA PEMBIMBING DAN PENULIS .................................................. 18
LAMPIRAN .................................................................................................... 19

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Jenis-jenis sampah yang ditemukan di Pesisir Marunda......... 9
Gambar 2. Tampilan JAPAS dari depan .................................................. 14
Gambar 3. Tampilan JAPAS dari atas ..................................................... 14
Gambar 4. Tampilan JAPAS dari samping .............................................. 14
Gambar 5. Jaring untuk pelampung ( Perangkap I) .................................. 15
Gambar 6. Pelampung ( Perangkap I) ...................................................... 15
Gambar 7. Jaring di dalam air (Perangkap II) .......................................... 15

v
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, ekonomi dan pembangunan
suatu kota, timbulan sampah akan meningkat. Jika timbulan sampah tidak
dikelola dengan baik, kualitas lingkungan perkotaan menjadi buruk. Ketidak-
pedulian masyarakat terhadap permasalahan pengelolaan sampah akan
memperburuk kualitas lingkungan sehingga timbul ketidak-nyamanan hidup,
penurunan kualitas kesehatan masyarakat dan sebagainya. Secara umum, sampah
akan menjadi beban bumi, artinya akan ada risiko-risiko yang akan
ditimbulkannya (Hadi, 2005).

Sampah secara sederhana dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak dapat
difungsikan lagi sebagaimana mestinya. Sampah adalah limbah atau buangan
yang bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari
kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-
tumbuhan (Kodoati, 2003). Undang-Undang tentang Pengelolaan Persampahan
No.18 tahun 2008 mendefinisikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah merupakan material
sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan
konsep yang dibuat manusia karena dalam proses alam tidak ada sampah namun
produk-produk yang tak bergerak (Kementerian Lingkungan Hidup, 2008).

Melihat kondisi tersebut, penanganan masalah persampahan suatu kota


harus dilaksanakan secara efektif dan efisien agar dapat dicapai hasil maksimum
sesuai dengan harapan masyarakat dan Pemerintah. Penanganan sampah yang
ideal mencakup rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan, penyimpanan dalam
wadah, pemindahan, pengangkutan dan pembuangan sementara hingga
pembuangan akhir. Dari cakupannya, terlihat bahwa pengangkutan sampah dari
sumber hingga tempat pembuangan akhir adalah sangat penting dalam
mengurangi sampah di suatu lokasi.
2

Jakarta adalah sebuah kota berpenduduk terbanyak di Indonesia yang


dilintasi 14 sungai atau kali dan memiliki pantai sepanjang 32 km. Jumlah
penduduk Jakarta pada tahun 2010 adalah 9,6 juta jiwa dan pada tahun 2020
diperkirakan menjadi 10,6 juta (www.bps.go.id, November 2016). Kegiatan yang
terjadi di kota metropolitan ini menghasilkan sampah sebanyak 6.000-7.500 ton
per hari (http://nationalgeographic.co.id; http://www.beritasatu.com). Fenomena
peningkatan sampah seiring dengan peningkatan penduduk ini pasti terjadi di
semua kota di Indonesia. Sampah-sampah tersebut dipastikan juga ada yang
berakhir di kawasan pesisir karena ada sunga yang melintasi pemukiman
penduduk.

Sebagai bagian dari Jakarta, pesisir pantai kawasan Marunda mengalami


tekanan lingkungan akibat sampah yang ditimbulkan oleh peningkatan jumlah
penduduk Jakarta. Permukiman dari penduduk sebanyak 14.421 jiwa di kawasan
pesisir Marunda meliputi daerah seluas 791 Ha . Wilayah pesisir Marunda hingga
kini tetap dimanfaatkan oleh para nelayan sebagai tempat mendaratkan ikan hasil
tangkapannya. Keberadaan kampung nelayan sangat rentan dengan pencemaran
air sungai jika sebagian dari masyarakat yang ada membuang sampahnya
langsung kedalam sungai. Mengingat kawasan Marunda tergolong sebagai
kawasan muara sungai maka sampah adalah permasalahan penting yang harus
ditangani dengan baik. Berdasarkan hal itu, kami mencoba mencari solusi untuk
mengatasinya, yaitu jaring pemberantas sampah yang kami sebut JAPAS.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam menyelesaikan karya tulis ini, permasalahan yang diangkat adalah
sampah yang berserakan di kawasan perairan (baik sungai dan pesisir). Oleh
karena itu, ada 3 hal yang perlu diketahui dalam menangani masalah sampah
tersebut, yaitu:
1. Kondisi lingkungan dan cara pengelolaan sampah yang saat ini diterapkan
di kawasan pesisir Marunda.
2. Konsep desain JAPAS yang efektif dan dapat diterapkan.
3
3. Penerapan JAPAS untuk menangani permasalahan sampah di kawasan
pesisir Marunda.

1.3 Tujuan
Karya tulis ini disusun untuk 3 tujuan, yaitu:

a. Mempelajari kondisi sampah di kawasan pesisir Marunda.

b. Mengidentifikasi cara masyarakat Marunda menangani sampah yang


ada di kawasan pesisir Marunda.

c. Menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di


kawasan pesisir Marunda.

1.4 Luaran yang diharapkan


Karya tulis ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak
khususnya dalam berupa pengetahuan tentang solusi penanganan sampah di
kawasan pesisir perkotaan. Bagi masyarakat Marunda dan Pemerintah DKI
Jakarta, karya tulis ini diharapkan dapat memberikan inspirasi tentang teknologi
inovatif yang sederhana dalam mengatasi sampah di sungai-sungai yang melewasi
Jakarta dan pesisir yang menjadi korban aliran sampah tersebut.
4

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah

2.1.1 Pengertian sampah


Menurut World Health Organization (WHO), sampah adalah sesuatu yang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang
berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,
2006). Sementara itu, menurut Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18
tahun 2008, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses
alam yang berbentuk padat. Terlihat bahwa WHO mendefinisikan sampah secara
generik dalam arti segala hal yang tidak diharapkan dalam berbagi bentuk, namun
UU tersebut mendefinisikan lebih spesifik, yaitu berbentuk padat. Dalam karya
tulis ini, definisi sampah yang berbentuk padat menjadi perhatian utama.

2.1.2 Sumber sampah

Berdasarkan lokasi asalnya atau sumbernya, sampah dapat dibedakan


menjadi 6 kelompok, yaitu: (1) sampah yang berasal dari pemukiman (domestic
wastes), (2) sampah yang berasal dari tempat-tempat umum, (3) sampah yang
berasal dari perkantoran, (4) sampah yang berasal dari jalan raya, (5) sampah
yang berasal dari industri (industrial wastes), dan (6) sampah yang berasal dari
pertanian/perkebunan. Sebenarnya, pengelompokan ini sangat tergantung pada
kemampuan mengenali atau mengidentifikasi lokasi-lokasi asal sampah sehingga
jumlah kelompok ini sesungguhnya dapat lebih banyak lagi.

2.1.3 Jenis bahan sampah


Berdasarkan jenis bahannya, Notoatmodjo (2003) menawarkan beberapa
kelompok-kelompok sampah. Berdasarkan jenis zat kimianya, ada sampah
organik dan sampah an-organik. Sampah organik adalah sampah yang
mengandung bahan-bahan yang dihasilkan dari proses kehidupan (mahluk hidup,
baik tumbuhan maupan hewan). Sampah organik ini biasanya akan mudah terurai
oleh organisma mikro sehingga disebut juga sebagai sampah biodegaradble.
5

Sampah an-organik adalah sampah yang mengandung bahan-bahan kimia


buatan manusia atau alamiah bukan dari proses kehidupan. Berdasarkan
kemampuannya terhadap api, ada sampah yang dapat mudah terbakar dan sampah
tidak terbakar. Contoh sampah yang mudah terbakar adalah kertas, karet, kayu,
plastik, kain bekas dan sebagainya.X Contoh yang tidak dapat terbakar adalah
kaleng-kaleng bekas, besi/logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.

Jenis sampah yang paling serius saat ini adalah yang berbahan plastik
karena tidak dapat dihancurkan. Jenis sangat kasat mata akibat ketergantungan
manusia pada bahan plastik semakin tinggi. Saat ini, dimana-mana plastik
semakin banyak digunakan, mulai dari yang sederhana (seperti kantong plastik,
kemasan makanan dan minuman) hingga yang paling canggih (seperti material
yang memiliki kekerasan atau kekuatan setara logam, tahan panas dan
sebagainya).

2.1.4 Komposisi Sampah

Berbagai kegiatan manusia menghasilkan berbagai macam sampah, namun


masyarakat perkotaan umumnya memiliki pola yang sama dalam hal komposisi
sampah yang dihasilkannya. Achmadi (2004) menuliskan bahwa komposisi
sampai di berbagai perkotaan umumnya didominasi oleh sampah yang berasal dari
halaman dan dapur (37%), berbahan kertas dan karton (35%), sisanya adalah
logam (7%), gelas (5%), kayu (3%), plastik, karet dan kulit (3%, gabungan), dan
lainnya (6%).

Komposisi bahan-bahan sampah perlu diketahui untuk memilah sampah


yang akan ditangani dan serta penentuan atau pemilihan peralat atau sarana yang
diperlukan untuk pengelolaan sampah

2.2 Pesisir dan Muara Sungai


Pesisir adalah wilayah yang unik, karena dalam konteks bentang alam,
wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan (Kay and Alder,
1999). Sedangkan muara sungai atau estuaria adalah perairan yang semi tertutup
6
yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi
dapat bercampur dengan air tawar (Pickard, 1967).
Menurut Bengen (2004), kombinasi pengaruh air laut dan air tawar
tersebut akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan kondisi
lingkungan yang sangat bervariasi. Muara adalah tempat bertemunya arus sungai
dengan arus pasang surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang
kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta
membawa pengaruh besar pada biotanya. Di muara terjadi pencampuran kedua
macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak
sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut. Perubahan yang terjadi di
muara akibat adanya pasang surut memaksa komunitas biota melakukan
penyesuaian fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
Dari segi sosial-ekonomi, perairan estuari biasanya dimanfaatkan untuk
sebagai lokasi untuk berbagai kepentingan, mulai dari tempat pemukiman, tempat
penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan, jalur transportasi, pelabuhan dan
kawasan industri (Bengen, 2004). Berbagai kegiatan yang bermaksud
memanfaatkan potensi yang terkandung di wilayah pesisir, seringkali saling
tumpang tindih dan bertentangan sehingga tidak jarang kegiatan manusia tersebut
justru menurunkan atau merusak potensi yang ada. Degradasi ini terjadi karena
kegiatan manusia mempengaruhi kehidupan organisme di wilayah pesisir melalui
perubahan kondisi lingkungan yang dilakukannya.
Adanya pemukiman dan pembangunan industri menyebabkan peningkatan
jumlah limbah dimana sampah adalah salah satu di antaranya. Meskipun limbah
tersebut tidak berpengaruh kepada tumbuhan atau hewan utama penyusun
ekosistem pesisir di atas, namun dapat mempengaruhi biota lainnya. Logam
berat, misalnya mungkin tidak berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan bakau
(mangrove), akan tetapi sangat berbahaya bagi kehidupan ikan dan udang
udangnya (krustasea) yang hidup di hutan tersebut (Bryan, 1976). Ikan dan
hewan-hewan besar dapat tidak sengaja menelan sampah-sampah tersebut.
Sampah-sampah yang berlebihan dapat mencemari habitat-habitat ikan sehingga
secara fisik menghalangi sinar matahari menembus air, mengurangi ruang yang
dapat dimanfaatkan biota laut dan sebagainya.
7

3 METODE PENULISAN

Karya tulis ini disusun melalui serangkaian kegiatan berupa kunjungan


lapangan ke kawasan Marunda (DKI Jakarta), studi literatur, diskusi, wawancara
terkait masalah persampahan. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis
kemudian hasilnya disintesis untuk membuat solusi terhadap permasalahan
persampahan.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan 19-25 November 2016.
Kegiatan penelitian dilaksanakan di lokasi yang tempat kunjungan lapangan (yaitu
kawasan pesisir Marunda, Kelurahan Marunda, Kecamatan Cilincing, DKI
Jakarta) dan tempat berdiskusi, analisis dan sintesis (yaitu Kampus IPB Darmaga,
Bogor).

3.2 Langkah Kerja


Setelah melakukan studi literatur, tim penulis melakukan kunjungan
lapangan untuk mengetahui kondisi permasalahan persampahan di suatu lokasi
contoh (dalam hal ini kawasan pesisir Marunda) dan analisis terhadap data dan
informasi yang ditemukan.

Adapun langkah kerja kegiatan kunjuan lapangan adalah:

a. Mengidentifikasi sumber-sumber sampah di kawasan pesisir Marunda


b. Mengidentifikasi jenis-jenis sampah yang ada di sana (biodegradable
dan non-biodegradable; sampah rumah tangga vs sampah industri;
kotoran manusia)
c. Menghitung volume sampah yang dihasilkan masyarakat dan
wisatawan di kawasan pesisir Marunda.
d. Melihat cara penanganan sampah di kawasan pesisir Merunda, baik
oleh masyarakat, wisatawan, atau pemerintah setempat.
8
Langkah berikutnya adalah menganalisis data dan temuan lapangan untuk
merumuskan masalah dan solusi atas permasalahan sampah di kawasan pesisir
Marunda, yaitu:
a. merumuskan masalah yang akan ditangani. Luasan area yang kena
sampah (di darat maupun di laut), jumlah pelaku, pola waktu
pencemaran.

b. mengidentifikasi beberapa hal yang dapat digunakan untuk


memperbaiki status masalah.

c. merumuskan tujuan kegiatan anda dalam menanngani sampah

d. merumuskan cara terbaik dan tepat untuk mengatasi masalah sampah


di pesisir.

Selanjutnya adalah: (1) merancang sebuah teknologi penanganan sampah


pesisir, (2) merancang sistem penanganan sampah pesisir dan (3) merancang
kebutuhan sumber daya manusia dan infrastruktur untuk menerapkan sistem
penanganan sampah

3.3 Analisis

3.3.1 Sumber sampah di kawasan pesisir Marunda


Kunjungan lapangan di Marunda menemukan 4 sumber sampah yang ada
di pesisir Marunda. Berdasarkan sumber tersebut, ada empat jenis sampah, yaitu:

a. Sampah dari laut, yaitu sampah yang terbawa air laut. Sampah ini terlihat
tersangkut disela-sela beton pencegah abrasi.
b. Sampah industri pabrik dan pembangunan rumah susun.
c. Sampah rumah tangga dari penduduk yang bermukim di pesisir Marunda
d. Sampah dari kegiatan wisatawan yang berkunjung ke pesisir Marunda
9

3.3.2 Jenis-jenis sampah yang ada di pesisir Marunda

Berdasarkan temuan tersebut, jenis-jenis sampah di Marunda dapat


dibedakan berdasarkan jenis bahannya (Gambar 1). Jenis sampah yang paling
mudah terlihat karena jumlahnya adalah wadah plastik, kemasan makanan dan
padding material (bahan untuk mengisi celah ruang dalam kemasan).

Gambar 1. Jenis-jenis sampah yang ditemukan di Pesisir Marunda

3.3.3 Faktor-faktor penyebaran sampah di pesisir Marunda

Ada 2 faktor utama yang menyebabkan sampah tersebar di pesisir Marunda,


yaitu faktor perilaku manusia dan faktor alam. Faktor perilaku manusia yang
paling menonjol dapat dilihat dari: (1) kebiasaan sejumlah anggota masyarakat
yang membuang sampah ke sungai atau ke pantai, (2) tidak tertanganinya sampah
di tempat pembuangan sementara (TPS) sehingga sampah menumpuk. Faktor
alam penyebab sampah ada di pesisir Marunda di antaranya dapat diduga dari: (1)
aliran air hujan yang membawa dan menghanyutkan sampah dari lahan terbuka,
pekarangan, jalan dan sebagainya masuk ke jaringan drainase, permukaan jalan
dan masuk ke sungai; (2) pasang surut air laut yang menyebabkan sampah
terbawa dan menyebar dari dan ke laut, mencemari pantai; (3) angin yang meniup
sampah ringan sehingga menyebar dan masuk ke jaringan drainase, sungai dan
laut.
10

3.3.4 Penanganan Sampah di daerah pesisir Marunda


Sistem pengelolaan sampah yang diterapkan di pesisir Marunda adalah
pewadahan sampah, pengumpulan sampah, pemindahan sampah, penangkutan
sampah, dan penyimpanan di tempat pembuangan sementara (TPS).
Pewadahan sampah merupakan langkah pertama yang harus dilakukan jika
seseorang menemukan atau memiliki sampah. Pewadahan sesungguhnya harus
dapat dilakukan oleh setiap anggota masyarakat. Sarana yang diperlukan adalah
tempat sampah. Rata-rata setiap rumah di Kawasan Marunda memilki tempat
sampahnya masing-masing.

Pengumpul sampah adalah aktifitas penanganan yang tidak hanya


mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal
(bersama) melaikan juga mengangkut ke tempat terminal sementara, baik dengan
pengangkut langsung maupun tidak langsung. Untuk pengumpulan sampah, dari
rumah ke TPS tidak tersedia pengumpul yang membantu pengangkutan sampah.

Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah dari lokasi


pemindahan atau langsung dari sumber sampah menuju ke tempat pembuangan
sementara. Tempat penampungan sementara dari hasil pewadahan individu. Di
Daerah Marunda, tersedia tempat pembuangan sementara (TPS) yang tersedia di
masing-masing RT. Kemudian TPS di RT akan dibawa oleh dinas kebersihan
ketempat pembuangan terpusat.

3.4 Formulasi Indikator Sampah


Dalam mengelola atau menangani sampah, pengelola perlu menentukan
indikator yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan pengelolaan
sampah. Untuk itu, tim penulis mengajukan 3 indikator masalah sampah, yaitu
volume sampah, timbulan sampah, dan sebaran sampah

3.4.1 Volume sampah


Volume sampah adalah ukuran banyak atau jumlah sampah Banyak dan
jumlah sampah dapat dinyatakan sebagai volume dengan satuan volume (liter atau
meter kubik) dan berat dengan satuan berat. Perkiraan volume sampah ini dapat
11

dihitung dengan mempertimbangkan jumlah penduduk dan jumlah sampah yang


dihasilkan per orang per hari. Penentuan jumlah sampel sampah yang akan
diambil dapat menggunakan formula :

P=Cd. √Ps
Keterangan:
Ps=jumlah penduduk bila ≤ 1000.000 jiwa
Cd=koefsien
Cd=1 bila kepadatan penduduk normal
Cd<1 bila kepadatan penduduk jarang
Cd>1 bila kepadatan penduduk padat.

Contoh:
Jumlah penduduk Marunda adalah 14.421 jiwa dengan kepadatan normal
Penyelesaian:
P=1x√14.421 = 120 jiwa
Setiap 1 rumah diasumsikan terdiri atas 5 jiwa
Jumlah rumah = 120 : 5 = 24 rumah

Jadi, untuk menentukan volume sampah di Daerah Marunda ialah dengan


mengambil sampel di 24 rumah secara acak.

3.4.2 Timbulan Sampah

Timbulan sampah menurut SNI 19-2454 tahun 2002 adalah banyaknya


sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan volume maupun berat per
kapita per hari, atau perluas bangunan atau perpanjang jalan. Untuk memprediksi
timbulan sampah dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
Qn=Qt(1+Cs)

Dengan Cs= {1+(Ci+Cp+Cqn): 3} : {1+p}


Keterangan :
Qn= timbulan sampah pada n tahun mendatang
Qt= timbulan sampah pada tahun awal perhitungan
Cs=peningkatan /pertumbuhan kota
12
Ci=laju pertumbuhan sektor industri
Cp=laju pertumbuhan sektor pertanian
Cqn=laju peningkatan pendapatan per kapita
P=laju pertumbuhan penduduk

Contoh :
Timbulan sampah di Daerah Marunda tahun ini adalah 2,32 I/o/hari laju
pertumbuhan sektor industri 9,37 %, laju peningkatan pendapatan per kapita
3,49%, laju pertumbuhan sektor pertanian adalah 0,82%, dan laju pertumbuhan
penduduk adalah 1,88 %. Perkiraan sampah tahun depan :
Cs=[1+(9,37%+0,82%+3,49%):3]:[1+1,88%]= 1,03%
Q(2017) =2,32.(1+0,0103 )= 2,34 I/o/hari
Perkiraan timbulan sampah tahun depan di Daerah Marunda adalah 2,34
liter/orang/hari

3.4.3 Sebaran Sampah


Sebaran sampah adalah penempatan sampah yang tersebar di beberapa lokasi.
Semakin dikit penyebaran sampah, maka akan semakin baik dan tertata
lingkungan tersebut. Untuk di Daerah Marunda, sampah banyak tersebar di
banyak titik. Seperti jalan, tempat sampah, lapangan, bahkan daerah sungai juga
termasuk daerah penyebaran sampah. Hal ini karena faktor manusia yang tidak
membuang sampah di tempat seharusnya dan faktor alam seperti hujan yang dapat
menyebabkan sampah tersebut masuk kedalam aliran drainase/sungai. Oleh
karena itu, diperlukan solusi untuk mengurangi sampah di daerah sungai dan
lokasi tempat menempatkan sampah-sampah tersebut agar tidak tersebar dan
membuat lingkungan tertata semakin baik.

3.5 Sintesis
Kawasan Marunda terletak di pesisir dan merupakan muara dari sungai
Blencong dan sungai Tiram. Marunda yang pernah dicanangkan menjadi pantai
publik gratis bagi pengunjung akan tetapi sekarang hanya tampak sampah yang
berasal dari perairan. Sungai Blencong yang berhulu di Bekasi sangat tercemar
13

oleh limbah pabrik maupun limbah rumah tangga. Hal ini sungguh
memperihatinkan karena limbah tersebut akan bermuara di Teluk Jakarta sehingga
diperlukan metode untuk mencegahnya.

Upaya memang terus dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk


memperbaiki kawasan pesisir ini. Salah satunya yaitu dengan membuat rumah
susun yang tertata rapi. Namun pengelolaan sampah di lingkungan rumah susun
ini terlihat tidak baik. Sampah yang menumpuk di TPS (tempat pembuangan
sementara) menyebabkan sampah terbawa ke wilayah sungai ketika banjir terjadi.
Hal yang paling buruk terjadi adalah masih terdapat warga yang membuang
sampahnya ke sungai. Oleh karena itu, diperlukan segera pengelolaan sampah
secara tepat. Salah satunya adalah penerapan teknologi yang dapat mengatasi
sampah di daerah pesisir ini.

3.5.1. Kriteria Solusi


Penanganan sampah di kawasan pesisir dapat difokuskan untuk
mengurangi volume sampah yang ada dan luas area yang dicemari. Mengingat
sungai dan kanal-kanal adalah salah satu pintu masuk sampah yang berasal dari
daerah hulu maka sampah di sungai dan kanal ini harus dikendalikan di kawasan
kanal at. Teknologi yang diterapkan harus memenuhi kriteria ramah terhadap
lingkungan efisien dan sesuai dengan kondisi geografis pesisir Marunda.
Teknologi yang ditawarkan untuk masalah tersebut adalah JAPAS atau Jaring
Pemberantas Sampah.

3.6. Solusi: JAPAS


JAPAS pada prinsipnya bertujuan untuk mengumpulkan sampah-sampah
yang mengapung di permukaan sungai dan menangkap sampah-sampah yang
melayang di dalam sungai. JAPAS terdiri dari alat pengumpul sampah di air, tali
temali dan tonggak-tonggak pengendali JAPAS.
14

Gambar 2.Tampilan JAPAS dari depan Gambar 3. Tampilan JAPAS dari atas

Jaring berfungsi untuk menangkap sampah yang berada di dalam air atau
melayang. Jaring yang digunakan berbahan polyethylene, dikarenakan bahan
tersebut cukup kuat untuk menahan sampah dan mata jaringnya yang bersifat
kaku memperkecil kemungkinan ikan terjerat di jaring tersebut.

Sedangkan Pelampung pada japas berfungsi untuk menangkap sampah


yang hanyut dan berada dipermukaan air atau terapung, .Pelampung yang
digunakan terbuat dari Hypalon, dikarenakan bahan tersebut tahan terhadap suhu
yang ekstrim, seperti panas, hujan, kuat terhadap air laut/asin, oli, minyak dan lain
lain, dan perkiraan tahan selama + 10 tahun.

Gambar 4. Tampilan JAPAS dari samping

Pada pelampung dengan jaring setengah berfungsi menangkap sampah yang


terapung atau memiliki masa yang lebih kecil dari air. Seperti sampah kemasan
makanan, wadah plastik, dsb. Pada jaring kedua berfungsi menangkap sampah
yang melayang atau memiliki masa yang sama dengan masa air. Seperti sampah
kantong plastic yang terisi air, botol plastik yang terisi air, dan sebagainya.
15

Gambar 5. Pelampung ( Perangkap I )

Gambar 6. Jaring Untuk (Perangkap I) Gambar 7. Jaring Di Dalam Air


(Perangkap I) (Perangkap II)

Kriteria ramah terhadap ramah lingkungan dipenuhi dengan menggunakan


bahan jaring yang kaku yang dapat mencegah ikan tertangkap secara gilled, atau
ikan tersangkut di bagian tutup insang. Kriteria efisien dapat dipenuhi karena
perangkat ini efektif untuk menangkap sampah terapung dan nelayan serta tidak
menggunakan banyak memerlukan biaya ketika dioperasikan. Kriteria cocok
untuk kondisi Marunda karena perangkat ini dirancang untuk dioperasikan sesuai
dengan kondisi kanal dan sungai.
16

4. PENUTUP

4.3 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam kegiatan ini adalah :
1. Sampah adalah masalah besar yang harus segera ditangani oleh kota-kota
besar di kawasan pesisir.
2. JAPAS adalah perangkat yang berpotensi menurunkan jumlah sampah di
kawasan pesisir.

4.4 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah
1. Pengembangan JAPAS (Jaring Pemberantas Sampah) perlu dukungan
semua pihak, yaitu masyarakat, pemerintah, maupun swasta
2. Masalah sampah memang tidak akan pernah selesai. Tujuan diciptakannya
teknologi ini ialah mengurangi sampah, bukan memusnahkannya. Karena
faktor terbesar sampah ialah prilaku masyarakat itu sendiri.
17

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Penerbit Andi, Jakarta.

Bengen, D. G. 2004. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta
Prinsip.

Bryan, G. W. 1976. Kajian Dampak Pencemaran Logam di Daerah Sekitar


Lumpur Sidoarjo Terhadap Kualitas Air dan Budaya Perikanan. Jurnal Pertanian-
Perikanan, 6(2),129-136

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Hadi, Sudharto P. (2005). Dimensi Lingkungan Perencanaan Pembangunan,


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/202/Cilincing-Kecamatan
diakses 24 November 2016 Pukul 18.00

Kay, R. and Alder, J. (1999) Coastal Management and Planning, E & FN SPON,
New York.

Kementerian Lingkungan Hidup. (2008). Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun


2008, tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta

Kodoatie, Robert J. (2003). Pengantar Manajemen Infrastruktur. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta. Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut


Pertanian Bogor.

Pickard, G. L. 1967. Descriptive Physican Oceanography Second Edition.


Massachussets : Jones and Bartelett Publisher
18

BIODATA PENULIS DAN PEMBIMBING

1. PEMBIMBING
Nama Lengkap dan Gelar : Dr. M. Fedi A. Sondita
NIP :196303151987031003
Alamat Rumah :Desa Ciherang Rt. 2 Rw. 3 No.7 Dramaga Kab. Bogor
Nomor Ponsel/HP : 0811113806
E-mail : fsondita@yahoo.com

2. PENULIS

a. Nama : Annas Saputra


NIM :C44160092
No. Hp : 085319472359
Email : annas.saputra21@gmail.com

b. Nama : Masagus Haidir Tamimi


NIM : F24160058
No. Hp : 089672416407
Email : masagushaidir@gmail.com

c. Nama : Tresia
NIM :G94160014
No. Hp :085773584930
Email : tresia.sjd@gmail.com
19

LAMPIRAN 1. Kondisi sampah di pesisir Marunda, Provinsi DKI Jakarta

Sumber : Dokumen Pribadi

Anda mungkin juga menyukai