Anda di halaman 1dari 5

Kunci kesuksesan

( Muhammad Cakrawala Tuhulele)

Kukuruyuukk!! kukuruyuuukk!! kukuruyuuukk!!

Seperti biasa ayam jantannya Putra berkokok jam 4 pagi, tidak punya jam alarm,
ayam jantan pun jadi, Putra bangun menurut kokokan ayamnya.

Huuaahh, hemmzz. Zzz, Zzz

poaaagg!!!Putra terjatuh dari tempat tidurnya .

Sialan aku jatuh, uhhh saki, uaaah, hmmmm nyam, nyam, nyam,

Teng! Teng! Teng! suara pintu seng Putra, yang diketok Ibunya.

Putra? Putra? Ada apa nak? Ibu dengar ada suara yang jatuh

Putra, gak apa ada bu, hehetersenyum sambil berdiri

apa? Ngomong yang bener nak,jelas Ibunya lagi.

ups maksudnya tidak ada apa-apa bu,jawab Putra yang menjelaskan.

Ibu apa? Buah jambu? Manamana? Ibu suka buah jambu. Nanti Ibu bikini rujak.

Putra pun meninggalkan Ibunya keluar rumah mengambil kayu bakar yang
dikumpulkan kemarin sore untuk dipakai memasak hari ini.

Sialaaaan, masa sih? dalam rumah ada jambu, udah tua, budek lagidalam hati
Putra yang kecewa memiliki Ibu yang budek, tapi Putra selalu berdoa kepada
Tuhan, walaupun Ibunya sudah tua tapi ia selalu mendoakan semoga Ibunya
selalu selamat dalam lindungan Tuhan dan diberikan umur yang panjang untuk
selalu menemani Putra.

Putra adalah anak yang miskin tinggal di bawah lereng bukit yang berbatuan,
walaupun itu sangat berbahaya, tetapi apalah, itu tempat tinggal Putra satu
satunya. Putra sebenarnya adalah anak yang sangat cerdas dalam bidang apapun,
Putra juga memiliki semangat yang sangat luar biasa untuk menjadi anak yang
sukses, dan bisa membuat keluarganya bahagia. Hanya Putralah harapan bagi
keluarganya untuk merubah nasib.
Putra lulusan anak SMP, sewaktu ia masih duduk di SMP, ia selalu mendapat
juara umum dan termasuk murid yang berprestasi di provinsi. Tetapi karena
faktor ekonomi yang tidak mendukung, akhirnya Putra tidak melanjutkan
sekolah lagi. Dan kini Putra menjadi anak petani yang meniru jejak Ayahnya.
Kini umur Putra adalah 16 tahun.

Walaupun dia hidup 1 keluarga di rumah itu dan tidak ada tetangga, tetapi Putra
tidak pernah merasa kesepian. Karena Putra anak yang pintar pastinya memiliki
banyak cara untuk menghibur dirinya, yaitu antara lain, bermain seruling di
pinggir sungai sambil memancing dan menggembala sapinya. Putra pulang sore
hari dengan membawa ikan pancingannya di sungai dan membawa kayu bakar
untuk besok.

Putra pulang ke rumah biasanya tampak kelihatan ceria, tetapi kali ini Ayahnya
melihat ada sesuatu yang disembunyikan oleh Putra.

Putra anakku? Kemarilah!suruh Ayahnya.

Ada apa yah?Jawab Putra lemas.

kemari mendekatlah nak. Ayah dan Ibu mau berbicara denganmu nak..sahut
Ibunya menjelaskan. Putra pun mendekati kedua orangtuanya dengan langkah
yang amat lesu.

ada apa denganmu hari ini nak?Tanya Ayahnya.

tidak ada apa yah, aku hanya kecapean aja yah, jadi aku butuh istirahat.

tapi Ibu lihat kamu tampak lesu yang tak mempunyai semangat. Ingat tra?
Hanya kamu anak Ibu satu-satunya, jika ada masalah sampaikan kepada Ibu
atau Ayah nak, jangan seperti ini.

Putra mengerti perkataan Ibunya yang khawatir dengan tindakan dirinya itu.
Putra sendiri tidak mengerti kenapa dia berbeda seperti hari sebelumnya. Dan
secara kebetulan pendengaran Ibunya baik.

nak?Panggil Ayahnya lagi.

iii, ii, iyaa yah. A-ak.. akuu memikirkan sesuatu yah

apa itu nak? Katakan pada Ayah


aku ingin sekolah yah,dengan berat hati dia menjawab pertanyaan Ayahnya
dengan sejujurnya dan tidak disengaja mengeluarkan perkataan seperti itu.

Ibu Putra langsung menangis dan memeluk Putra. Sebenarnya Ibunya tidak
setuju kalau Putra bersekolah. Karena tidak mempunyai biaya sekolahnya. Dan
Ayahnya pun langsung bengong dengan keinginan anaknya yang begitu
bersemangat untuk sekolah.

maafkan Ayah nak? Bukan Ayah tidak memberimu sekolah, tetapi pandanglah
Ayah dan Ibu nak? Setiap hari banting tulang mencari kerja, hanya untuk makan.
Dan itu pun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan harian kita. Tolonglah
nak? Mengerti dengan keadaan.jawab Ayahnya dengan meneteskan air mata
karena tidak mampu mendorong anaknya untuk maju.

Mana tanggung jawab Ayah menjadi kepala keluarga? Aku bosan jadi anak bukit
yah? Aku ingin jadi anak sekolahan seperti dulu yah?jawab Putra dengan lancang
dan sambil menangis menuntut Ayahnya sebagai kepala keluarga.

jika kamu ingin bersekolah silakan nak? Jual semua sapi, babi, ayam, dan burung
Ayah, jika itu akan mendukungmu untuk sekolah, Ayah tidak punya uang
sedikit pun untuk membekalimu nak.

Keesokan harinya. Putra seperti biasa bangun lebih pagi, dan mempersiapkan
alat-alat yang akan dibawa ke tempat umum. Namun Putra tidak memiliki rasa
kasihan kepada kedua orangtuanya yang sudah bekerja keras, dan kini hasilnya
ia bawa semua demi bisa sekolah.

Matahari pun mulai terbit. Ayah dan Ibu Putra telah menyiapkan saran pagi, dan
sebelum Putra berangkat mereka sekeluarga makan bareng dan saling tersenyum
bahagaia walaupun semua miliknya akan habis terjual demi anaknya. Selesai
sarapan Ayah dan Ibu mengantarkan Putra ke luar daerah bukit itu yang jauh
dari tempat umum.

tra? 1 pesan Ibu padamu, jangan kau jadikan uang foya-foya dari hasil
penjualanmu nanti,

iya bu saya janjisahut Putra.


Sesampai di pasar. Sapi dan yang lainnya laku terjual. Dan kini uangnya
seperempat diberikan untuk Ibu dan Ayahnya untuk membeli makanan. Namun
kedua orangtuanya menolak itu dan diberikan sepenuhnya kepada anaknya agar
tidak kekurangan uang di perjalanan nanti. Mereka bertiga berpelukan sambil
bersedih akan berpisah.

yah? Jaga Ibu baik-baik! aku akan kembali setelah aku sudah menjadi orang
sukses,

jangan nak! jika kamu sudah gagal, kembalilah ke rumah, Ayah tak kan marah
padamu. Pintu rumah selalu terbuka untukmu.

Mereka pun berpisah, dan Putra menaiki bus untuk menuju ke kota. Di
perjalanan Putra berpikir, dengan uang sedikit itu, tidak akan mampu
mencukupi kehidupannya di kota. Putra meneteskan air mata dan mengingat
Ayah dan Ibunya di rumah yang tak bisa berpisah. Putra menyesal telah menjual
semua punya orangtuanya. Dia merenung sambil menangis dengan perpisahan
ini. Ayah dan Ibunya pun merasakan hal yang sama seperti Putra. Biasanya setiap
hari mendengar alunan seruling yang dimainkan oleh Putra. Dan kini sepi dan
sunyi di dalam rumah itu, Ayah dan Ibu Putra berdoa agar Putra berada dalam
lindungan tuhan.

Belum sampai di kota Putra berhenti di tengah perjalanan, dan menyetop bus
untuk kembali pulang. Dia sadar bahwa dirinya tak akan mampu sendiri di
tengah kota. Sampai di desanya ia segera kembali ke rumah. Sampai di rumah
Putra melihat kedua orangtuanya bersedih karena berpisah dengan anak
kesayangannya.

Bu? Yah? aku kembali..suara dari pintu, Ayah dan Ibu Putra pun menoleh ke arah
pintu itu, dan dilihatnya Putra yang berdiri dengan raut wajah yang bersedih dan
air matanya yang berlinang. Mereka pun kembali berpelukan.

Ayah? Ibu? Aku kembali karena aku tak akan sanggup menanggung hidup
sendirian di tengah kota. Aku mau menjadi pengusaha di sini saja yah? Bu? aku
ingin selalu di dekat Ayah dan Ibukata Putra.

Putra mulai membangun pondok dekat sungai yang di kelilingi pohon yang sejuk
dan hijau. Selesai membuat pondok itu, Putra meniup serulingnya yang sangat
merdu dan ditemani suara air yang mengalir. Kemudian selanjutnya Putra dan
Ayahnya membuat kandang yang sangat besar karena akan melakukan jual beli
sapi.

Satu minggu. Kandang sudah penuh dengan sapi, Putra pergi ke pasar untuk
menawarkan sapi yang gemuk dan bersih. Semakin hari semakin banyak yang
membeli sapi dan ayam di rumah Putra, kemudian salah satu saudagar sapi ke
rumah Putra untuk melihat suasana di perbukitan, ternyata saudagar itu
memiliki kesan yang sangat bagus di daerah itu dan mencari suara seruling yang
merdu, dan itu adalah Putra. Saudagar itu tertarik dengan pemandangan dan
suasana daerah itu, sehingga dia memberikan sumbangan kepada Putra untuk
mendirikan sebuah kost kecil.

Bukan hanya ternak saja yang dijual oleh keluarga Putra, tetapi juga menjual
berbagai tanaman obat, makanan, atau tanaman hias lainnya. Dengan
penghasilan yang sedikit demi sedikit. Putra mampu mendirikan sebuah hotel di
tepi sungai dan dikerumbuni banyak pepohonan. Setelah hotel itu jadi banyak
turis yang berdatangan ke sana, karena sejuk dan tenang.

Semua turis meraskan kenyamanan di sana, dan Putra kembali membangun


rumah makan dan memperbanyak ruangan tidur untuk para turis, dan pada
akhirnya mereka sekeluarga menjadi pengusaha yang sangat kaya. Kini nama
Putra sudah tersebar ke seluruh desa dan wilayah.

Jadikan kelemahan sebuah kunci utama meraih kesuksesan dan menggapai


semua impian atau cita-cita yang diinginkan. Belajar adalah awal meraih impian,
dan impian adalah sebuah keyakinan diri sendiri untuk bisa maju dengan
sempurna.

The End

Anda mungkin juga menyukai