Anda di halaman 1dari 146

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI


TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN
ELEKTROLIT & NONELEKTROLIT
Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Oleh :
Muthiah
NIM. 1111016200040

PROGRAM STUDI PEDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
ABSTRAK
Muthiah, NIM. 1111016200040. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa
Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan
Elektrolit & Nonelektrolit. Program Studi Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Alam. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta.
Kegiatan belajar mengajar yang selama ini terlalu fokus pada aspek
kognitif, sehingga mengakibatkan kurangnya upaya dalam memunculkan dan
mengembangkan keterampilan proses siswa dalam proses belajar mengajar.
Penelitian ini bertujuan untuk memunculkan keterampilan proses sains siswa
melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 5 SMA Negeri 6 Depok
yang berjumlah 37 orang. Instrumen yang di gunakan adalah lembar observasi,
lembar tes, LKS, dokumentasi, dan lembar wawancara. Hasil penelitian
berdasarkan semua data yang terakumulasi menunjukkan bahwa melalui model
pembelajaran inkuiri terbimbing ini dapat memunculkan ke-8 aspek KPS tersebut
dengan pencapaian yang bervariasi kualitasnya. Secara keseluruhan aspek
keterampilan proses sains dapat di munculkan dengan perolehan hasil rata-rata
65,40%. Berdasarkan analisis hasil wawancara hal ini disebabkan karena proses
pembelajaran sebelumnya di kelas lebih sering menggunakan metode ceramah
atau diskusi, sehingga keterampilan proses siswa belum terlatih dengan baik.
Aspek mengamati mencapai hasil tertinggi yaitu 87,83%, dan aspek berhipotesis
(47,29%) serta aspek merancang percobaan (52,02%) mencapai hasil terendah.
Berdasarkan analisis hasil wawancara kurangnya minat baca siswa, serta belum
terlatihnya mereka untuk mempelajari suatu materi pelajaran sebelum dipelajari di
kelas, mengakibatkan pemahaman siswa masih kosong dan menyulitkan mereka
untuk membuat hipotesis yang baik dan terliterasi secara ilmiah. Sedangkan
kemampuan merancang percobaan siswa rendah dikarenakan selama ini siswa
tidak pernah diberi kesempatan untuk mengasah kemampuan merancang
percobaan, tetapi selalu diberikan petunjuk praktikum lengkap dengan alat, bahan
serta tahapannya sebelum melakukan praktikum.

Kata Kunci : Keterampilan Proses Sains, Model Pembelajaran Inkuiri


Terbimbing, Elektrolit

iv
ABSTRACT
Muthiah, NIM. 1111016200040. Analysis of Students’ Science Process Skills
Through Guided Inquiry Learning Model in Electrolit & Nonelectrolit
Liquid Material. Chemistry Program Study, Majoring Science Teaching.
Education Faculty, Syarif Hidayatullah Islamic State University of Jakarta.
The learning process that have been so focused on cognitive aspects, resulting in a
lack of effort in bring up and develop skill process of students in learning process.
This research was purpose to find out the quality of science process skills
achieved by student through guide inquiry learning model on electrolyte &
nonelectrolyte liquid material. The method applied was descriptive research. The
sample of this research was student of SMAN 6 Depok at X-5 science grade with
consisted of 37. Data was gathered from some instrument in use are observation
sheets, essay tests, student work papers and interviews. The result based on
accumulated data showed that inquiry learning model could bring up the 8 aspects
of Science Process Skills with various achievement. It can conclude that overall
every aspect of science process skills can be raised of 65,40%. Based on anilysis
of intervies, this is because learning formerly in class more often used consevative
learning that centered on teacher, so the science process skills of students not
trained well. The aspect of observation got the highest result (87,83%). The
hypothesized aspect (47,29%) and designing experiment aspect (52,02%)
achieved the lowest result. Based on the analysis of interview results, the lack of
reading interest of students, and not yet trained them to learn a subject matter
before study in the classroom, resulted in students' understanding is still empty
and make it difficult for them to make a good hypothesis with scientifically
literation. While the ability to design student experiments is low because learning
formerly in the class, the students were never given the opportunity to hone the
ability to design experiments, but always given a complete practice manual with
tools, materials, and stages before doing practice in lab.

Key Words : Science Process Skills, Guided Inquiry Learning Model,


Electrolyte

v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya
dengan rahmat, karunia, dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul Analisis Keterampilan Proses Sains Melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan Elektrolit &
Nonelektrolit.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh
Allah SWT dengan balasan yang baik. Oleh karena itu, apresiasi dan terima kasih
yang setinggi-tingginya ingin penulis ucapkan pada kesempatan kali ini. Secara
khusus, apresiasi dan terimakasih tersebut disampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan
Biologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Tonih Feronika, M.Pd., Dosen pembimbing I dan Ibu Luki Yunita,
M.Pd., Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dalam
memberikan bimbingan, arahan, nasehat dan motivasi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Nanda Saridewi, M.Pd., Dosen pembimbing akademik pendidikan
biologi A 2011 yang telah memberikan bimbingan selama masa
perkuliahan.
6. Bapak Adi Riyadi, M.Si., dan Bapak Buchori, M.Pd., selaku dosen validator
instrumen yang telah memberikan banyak arahan dalam membuat intrumen
yang valid an layak di gunakan.

vi
7. Seluruh dosen dan staf jurusan pendidikan IPA, khususnya program studi
pendidikan kimia, yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan
di perguruan tinggi ini..
8. Bapak Abdul Fattah, S.Pd., kepala SMA Negeri 6 Depok dan Ibu Sri
Irlandarini, S.Sos., wakil bidang kurikulum SMA Negeri 6 Depok yang
telah memberikan izin sepenuhnya untuk dapat melakukan penelitian di
tempat tersebut.
9. Ibu Eny Purwaningsih, S.Pd., guru kimia di SMA Negeri 6 Depok yang
telah memberikan izin sepenuhnya untuk dapat melakukan penelitian di
kelas yang beliau ajar.
10. Seluruh guru dan staf SMA Negeri 6 Depok yang telah memberikan
dukungan, do’a dan semangat.
11. Siswa kelas X MIA 4 SMA Negeri 6 Depok yang telah membantu
terlaksananya penelitian ini dan selalu memberikan semangat kepada
penulis.
12. Teman-teman observer yang telah membantu, mendukung, dan melancarkan
jalannya penelitian.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis
khususnya.

Jakarta, 31 Mei 2017

Penulis
Muthiah

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN PEBIMBING ............................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
ABSTRACT .............................................................................................................v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Identifikasi Masalah .....................................................................................7
C. Batasan Masalah...........................................................................................7
D. Rumusan Masalah ........................................................................................8
E. Manfaat Penelitian........................................................................................8

BAB II DASAR TEORI

A. Landasan Teori .............................................................................................9


1. Model Pembelajaran Inkuiri ...................................................................9
a. Pengertian Inkuiri .............................................................................9
b. Tingkatan Inkuiri ............................................................................10
c. Langkah Pelaksanaan Inkuiri .........................................................11
d. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing .......................................14
e. Tahapan Inkuiri Terbimbing ..........................................................16
f. Karekteristik Inkuiri Terbimbing ...................................................18
g. Keunggulan dan Kelamahan Inkuiri ..............................................20

viii
2. Keterampilan Proses Sains ...................................................................21
3. Materi Larutan Elektrolit & Nonelektrolit ...........................................29
B. Penelitian yang Relevan .............................................................................30
C. Kerangka Berpikir ......................................................................................32

BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................34


B. Metode dan Desain Penelitian ....................................................................34
C. Alur Penelitian ...........................................................................................35
D. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................38
E. Instrumen Penelitian ..................................................................................38
F. Kalibrasi Instrumen Penelitian ...................................................................41
G. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................42
H. Teknik Analisis Data ..................................................................................43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Temuan Penelitian ............................................................................46


1. Data Hasil Observasi ............................................................................46
2. Data Penilaian Lembar Kerja Siswa ....................................................48
3. Data Penilaian Laporan Praktikum dan Presentasi ..............................49
4. Data Penilaian Tes Uraian ...................................................................50
5. Data Hasill Wawancara ........................................................................52
B. Pembahasan ................................................................................................54
1. Penjabaran Umum Setiap Aspek KPS yang Muncul ...........................55
a. Keterampilan Mengamati ...............................................................55
b. Keterampilan Bertanya...................................................................55
c. Keterampilan Berhipotesis .............................................................58
d. Keterampilan Merancang Percobaan .............................................60
e. Keterampilan Melakukan Percobaan .............................................62
f. Keterampilan Menalar ....................................................................64
g. Keterampilan Memprediksi ............................................................65

ix
h. Keterampilan Berkomunikasi.........................................................66
2. Keterampilan Proses Sains yang Hasilnya Rendah ..............................69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................................72
B. Saran...........................................................................................................72

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Secara Umum ...........17
Tabel 4.1 Data Hasil Lembar Observasi ...................................................47
Tabel 4.2 Data Hasil Penilaian LKS .........................................................49
Tabel 4.3 Data Penilaian Laporan Praktikum ...........................................50
Tabel 4.4 Data Hasil Tes Uraian ...............................................................50
Tabel 4.5 Kesimpulan Hasil Wawancara Siswa .......................................52
Tabel 4.6 Keterangan Distribusi Kualitas KPS Bertanya Siswa ...............58
Tabel 4.7 Keterangan Distribusi Kualitas Hipotesis Siswa ......................60
Tabel 4.8 Keterangan Distribusi Kualitas Merancang Percobaan Siswa ..62
Tabel 4.9 Keterangan Distribusi Kualitas Menalar Siswa ........................65

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alur Diagram Kerangka Berpikir .........................................31


Gambar 3.1 Alur Penelitian......................................................................35
Gambar 4.1 Skema Kelas .........................................................................51
Gambar 4.2 Grafik Hasil Penilaian KPS ..................................................54
Gambar 4.3 Contoh Tabel Data Pengamatan Siswa dalam LKS .............55
Gambar 4.4 Contoh Beberapa Pertanyaan Siswa .....................................57
Gambar 4.5 Contoh Beberapa Hipotesis Siswa .......................................59
Gambar 4.6 Contoh Rancangan Percobaan Siswa ...................................61
Gambar 4.7 Siswa Melakukan Percobaan ................................................63
Gambar 4.8 Siswa yang Melakukan Kesalahan Saat Percobaan .............64
Gambar 4.9 Contoh Laporan Praktikum Siswa........................................67
Gambar 4.10 Siswa Melakukan Presentasi Berkelompok .........................67

xii
LAMPIRAN

Lampiran 1 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ..................................77


Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ...............................................................88
Lampiran 3 Rubrik Penilaian Observasi ....................................................95
Lampiran 4 Lembar Observasi ................................................................100
Lampiran 5 Hasil Observasi KPS ............................................................105
Lampiran 6 Kisi-kisi Soal ........................................................................107
Lampiran 7 Lembar Soal .........................................................................110
Lampiran 8 Pedoman Wawancara ...........................................................111
Lampiran 9 Hasil Wawancara .................................................................113
Lampiran 9 Hasil Observasi Sekolah ......................................................115
Lampiran 10 Dokumentasi Peneitian.........................................................116
Lampiran 11 Lembar Validasi Observasi ..................................................118
Lampiran 12 Lembar Validasi Tes Uraian ................................................122
Lampiran 13 Surat Izin Penelitian .............................................................124
Lampiran 14 Surat Keterangan Penelitian .................................................125
Lampiran 15 Uji Referensi ........................................................................126

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber daya manusia adalah salah satu faktor terpenting bagi
terwujudnya kesejahteraan dan kemajuan bagi sebuah negara. Sumber daya
alam tidak akan bisa dikelola dengan baik apabila sumber daya manusianya
belum mumpuni. Oleh karena itu peningkatan dan pengembangan sumber
daya manusia sudah selayaknya dijadikan perhatian khusus, dan satu-satunya
sarana yang paling tepat untuk ini adalah melalui peningkatan mutu
pendidikan. Tilaar (2000) mengatakan bahwa “ krisis yang di alami bangsa
Indonesia saat ini merupakan pula refleksi dari krisis pendidikan nasional”
(hlm. 1). Dilihat dari tingkat pendidikan Indonesia yang masih termasuk
sangat rendah, yaitu urutan ke-69 dari 76 negara di dunia berdasarkan
OECD’S report (BBC News, 2015) merupakan hal yang sangat
memprihatinkan. Sudah seharusnya kita bertanya dan menelaah apa yang
salah dengan pendidikan di Indonesia ini, dan bagaimana cara kita
mengatasinya.
Berbicara mengenai masalah pendidikan tentu tak bisa lepas dari
proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu
permasalahan dalam dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran
(Suyanti, 2010, h. 41). Padahal, untuk mencapai taraf pendidikan yang
berkualitas maka proses pembelajarannya itu perlu ditekankan dalam
memenuhi seluruh tuntutan tujuan pembelajaran. Bagaimana proses
pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian
tujuan pendidikan (Tirtarahardja dan La Sulo, 2012, h.40).
Hasil observasi yang telah dilakukan pada beberapa sekolah di
wilayah Jawa Barat seperti: SMA Negeri 10 Tangsel, SMA Negeri 8 Tangsel,
dan SMA Negeri 6 Depok menyatakan bahwa, selama ini kegiatan belajar
mengajar masih berpusat pada guru. Metode yang paling sering digunakan
adalah ceramah, diskusi, dan penugasan berkelompok. Ada sebagian sekolah

1
2

yang sudah memiliki laboratorium terpadu (merangkap sebagai laboratorium


fisika, kimia, dan biologi). Akan tetapi ketiadaan laboran membuat guru
kerepotan untuk mempersiapkan praktikum, mengingat satu guru biasanya
mengajar dalam beberapa kelas atau rombongan belajar sekaligus. Selain itu
sekolah belum memiliki jam khusus untuk siswa melakukan praktikum,
sehingga waktu sangat terbatas dalam melakukan kegiatan praktikum. Hasil
observasi dapat dilihat pada lampiran 9.
Pada kenyataannya kegiatan belajar mengajar yang umum diterapkan
selama ini lebih menekankan kepada hasil (konten) di bandingkan prosesnya.
Siswa dijejali dengan berbagai macam teori dalam kepalanya untuk di
hapalkan. Sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna dan siswa tidak
bisa mendapatkan pengalaman dalam proses pembelajaran.. Pembelajaran
dapat menjadi lebih bermakna dan mengasah potensi siswa hanya jika
kegiatan pembelajaran merupakan pembelajaran aktif yang berpusat pada
siswa. Sedangkan, siswa belajar secara aktif ketika mereka terus menerus
terlibat, baik secara mental ataupun secara fisik (Hollingsworth & Lewis,
2008, h. viii). .Dengan kata lain, agar pembelajaran lebih bermakna siswa
perlu merasa bahwa mereka adalah bagian dari proses pembelajaran
(Hollingsworth & Lewis, 2008, h. viii). Pembelajaran yang menekankan
kepada proses, membuat siswa aktif sehingga membuat pelajaran menjadi
lebih bermakna.
Dalam kegiatan pembelajaran yang menekankan kepada proses tugas
guru bukan hanya memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi
yang menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan
eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep sendiri (Semiawan, 1985, h.
15). Sedangkan dalam kegiatan pembelajaran konvensional dimana peranan
guru masih sangat dominan, menyebabkan siswa lebih sedikit belajar, tidak
berminat, dan kehilangan motor penggerak tindakan atau motivasi.
Pembelajaran yang konvesional adalah melihat bahwa pemahaman dunia
sekitar bergantung pada pemahaman dan pengembangan konsep, padahal
perkembangan konsep bergantung pada penggunaan keterampilan proses
3

dalam menemukan konsep kosep itu sendiri. Kedua hal ini saling bergantung,
jika ingin mendapatkan pemahaman dan penguasaan konsep yang baik dan
bermakna, maka penguasaan keterampilan proses dalam menemukan konsep
juga harus dikembangkan dan diasah. Pengembangan konsep ataupun
keterampilan proses berjalan saling beriringan satu sama lain (Harlen, 1992,
h. 23).
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu tujuan pendidikan adalah
menyiapkan siswa untuk menjadi manusia yang produktif, yaitu dapat terjun
langsung dalam dunia nyata dan bekerja. Dalam dunia kerja, seseorang akan
dituntut untuk menjadi profesional dengan menggunakan keterampilan-
keterampilan yang dibutuhkan, atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah
mereka pelajari dalam kehidupan nyata yang lebih konkret. Keterampilan-
keterampilan ini hanya dapat diasah dan dikembangkan pada pembelajaran
yang menekankan kepada proses. Tentunya hal ini perlu didukung oleh guru,
atau guru berperan dalam mengembangkan keterampilan proses (Rustaman,
2005, h.81). Oleh karena itu, sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran
bagi seorang guru menggunakan pendekatan yang menekankan kepada
proses, yang dapat melatih keterampilan-keterampilan proses siswa.
Pendidikan sains yang baik merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
suatu negara. Dengan pendidikan sains yang baik akan memberikan
kontribusi yang besar untuk memberikan kemajuan IPTEK bagi suatu negara
tersebut. Namun sayangnya, pendidikan sains di Indonesia masih tergolong
rendah. Akibat dari pembelajaran yang selama ini dilakukan hanya
menekankan pada produk dan mengabaikan proses dalam mendapatkan
pengetahuan sains itu sendiri. Proses pembelajaran sains yang hanya
menekankan pada konten atau produk yang dijejali kekepala siswa untuk
dihapalkan, menyebabkan pembelajaran menjadi kurang bermakna dan hanya
sebatas pada kulit luarnya saja, padahal karekteristik utama sains adalah
adanya kegiatan yang berlangsung secara khusus untuk dapat memahami
4

alam semesta beserta fenomena yang terjadi (Toharudin, Hendrawati,


Rustaman, 2011, h. 28).
Kegiatan untuk dapat memahami fenomena merupakan suatu aktivitas
ilmiah yang dilaksanakan oleh para ahli sains memperlihatkan sains sebagai
proses. Sains sebagai proses merupakan yang paling penting guna
menanamkan sikap ilmiah dan mengasah keterampilan-keterampilan siswa
dalam menemukan pengetahuan itu sendiri. Terlebih materi pelajaran sains
umumnya bersifat abstrak, kompleks, dan sangat sulit dipahamai jika siswa
tidak dilibatkan secara langsung dalam proses penemuan pengetahuan. Tanpa
proses, mereka akan kehilangan kesempatan untuk menggali dan mengasah
setiap potensi, keterampilan dan kreatifitas yang harusnya merupakan urgensi
dari tujuan pembelajaran sains itu sendiri.
Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan dalam
pembelajaran sains dan mengembangkan keterampilan proses siswa adalah
model pembelajaran inkuiri. Menurut Alan Colburn (2000) inkuiri adalah
“mengkreasikan suatu kelas di mana siswa terlibat dalam suatu pembelajaran
terbuka, berpusat pada siswa, dan kegiatan yang aktif,” (hlm. 42).
Pembelajaran sains berbasis inkuiri memberi peluang pada peserta didik
untuk terus mengembangkan potensi diri secara optimal; baik dari sisi
kognitif, afektif, maupun psikomotor (Toharudin, dkk, 2011, h. 47).
Salah satu pelajaran sains adalah kimia, banyak konsep kimia yang
bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu relatif terbatas
menjadikan ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran sulit bagi siswa
sehingga banyak siswa gagal dalam belajar kimia (Suyanti, 2010, hlm. 42).
Selain materi seperti kimia yang bersifat abstrak, kekurang pahaman siswa
bahwa ilmu pengetahuan itu sendiri akan berguna bagi diri mereka sendiri
nantinya, akan membuat siswa jenuh dan tidak berminat untuk belajar.
Suyanti (2010) mengatakan bahwa “Guru seharusnya menjadikan materi
kimia menjadi lebih menarik, dengan cara mengambil suatu kebijakan yaitu
dengan perbaikan metode mengajar sehingga kompetensi belajar yang
diharapkan akan tercapai dengan baik, sebab dengan menggunakan metode
5

pembelajaran yang tepat akan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran


dikelas” (hlm. 42).
Materi yang terdapat didalam mata pelajaran kimia umumnya
merupakan materi-materi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, sangat
cocok untuk diterapkan dalam model pembelajaran yang menggunakan
pendekatan saintifik seperti inkuiri. Inkuiri disebutkan oleh para ahli
merupakan model pembelajaran yang mengaktifkan siswa, serta dapat
,mengembangkan potensi baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor
sehingga mampu memunculkan dan mengembangkan keterampilan proses
sains siswa. Model pembelajaran inkuiri yang ingin diterapkan menuntut
kemandirian dan keaktifan dari siswa, sehingga perlu ditinjau lagi bagaimana
caranya membiasakan siswa untuk belajar sains menggunakan model
pembelajaran inkuiri. Alan Colburn menempatkan inkuiri kedalam empat
tingkatan yaitu:

1) Inquiri terstruktur
Didalam Inkuiri terstruktur, guru menyediakan masalah untuk
diselidiki, bahan, dan juga prosedurnya, sedangkan siswa mencari
hubungan antar variabel dan membuat kesimpulan setelah mengumpulkan
dan mengolah data. Ini dianologikan seperti buku resep dalam memasak
yang memberikan informasi alat dan bahan yang dibutuhkan serta
langkah-langkahnya secara umum.

2) Inquiri Terbimbing
Pada inkuiri terbimbing, peran guru adalah memberikan masalah yang
akan diselidiki serta bahan dan materi, dan siswa menentukan sendiri
prosedur yang akan dilakukan untuk memecahkan masalahnya.

3) Inquiri Terbuka
Dalam inkuiri terbuka siswa memformulasikan sendiri masalah yang
akan diselidiki, guru hanya sebagai pendamping. Ini analog dengan
kegiatan saintis asli dimana seorang saintis biasanya dengan sifat kritis
yang mereka miliki suka memperhatikan alam sekitar dan mengamati
6

fenomena yang mereka temukan sebagai sumber masalah yang akan


diselidiki.

4) Siklus Pembelajaran
Murid dilibatkan dalam senuah aktivitas pembelajaran yang
mengajarkan konsep baru. Guru memberikan nama konsepnya, kemudian
siswa mengambil konsep tersebut untuk diaplikasikan pada konteks yang
berbeda (Alan Colburn, h. 42, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, inkuiri yang paling cocok diterapkan pada


Sekolah Menengah Atas di Indonesia adalah inkuiri terbimbing. Siswa belum
siap untuk dilepas dan menjalani proses pembelajaran inkuiri terbuka,
sedangkan inkuiri terstruktur yang bersifat sangat mendikte siswa, membuat
keterampilan proses sains siswa tidak berkembang secara maksimal. Pada
inkuiri terbimbing guru yang memberikan permasalahan kepada siswa untuk
diamati agar sesuai dengan konteks atau materi yang harus dipelajari. Selain
itu guru turut berperan dalam membimbing, mengarahkan, dan mengevaluasi
di setiap langkah pembelajaran agar siswa dapat menjalani seluruh sintaks
inkuiri dengan baik.
Maka, berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah
disebutkan, peneliti melaksanakan penelitian dengan judul: Analisis
Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing pada Materi Larutan Elektrolit & Nonelektrolit.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka
didapatkan identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Kegiatan belajar mengajar saat ini khususnya pada materi kimia masih
cenderung mementingkan aspek kognitifnya saja dan terpacu pada
keberhasilan tes ujian. Sehingga tidak menenkankan pada keterampilan
proses siswa.
7

2. Tidak banyak guru yang dapat benar-benar melaksanakan dan


mengembangkan pendekatan keterampilan proses sains pada siswa
khususnya dalam pembelajaran kimia karena dianggap sulit diterapkan.
3. Belum terbiasanya siswa melakukan pembelajaran berbasis sains yang
mandiri sehingga masih perlu dibimbing dan diarahkan oleh guru sehingga
dipilih model pembelajaran inquiri terbimbing.

C. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah, maka ruang lingkup masalah hanya akan
dibatasi sebagai berikut :
1. Keterampilan Proses Sains Siswa yang diidentifikasi, meliputi
keterampilan mengobservasi, bertanya, berhipotesis, merancang
percobaan, melakukan percobaan, menalar, memprediksi, berkomunikasi.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Inkuiri Terbimbing.
3. Konsep kimia yang digunakan adalah konsep Larutan Elektrolit &
Nonelektrolit pada materi kelas X semester 2.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat
dirumuskan masalah yanga akan diteliti yaitu “Bagaimanakah model
pembelajaran inquiri terbimbing pada materi larutan elektrolit dan
nonelektrolit dapat menimbulkan Keterampilan Proses Sains bagi siswa?”

E. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa untuk melatih melaksanakan proses pembelajaran yang
dilandaskan oleh pendekatan saintifik melalui model pembelajaran inkuiri
terbimbing, serta sekaligus mengasah dan mengembangkan keterampilan
proses sains.
2. Bagi guru sebagai bahan masukkan dan pertimbangan atau perangkat
tentang penggunaan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dalam
8

pembelajaran kimia sebagai sains yang sebenarnya karena mengacu


kepada proses, serta mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
3. Bagi peneliti untuk dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan
yang lebih dalam tentang bagaimana mengukur dan mengembangkan KPS
siswa.
9
BAB II
DASAR TEORI

A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Inkuiri
a. Pengertian Inkuiri
Pengertian inkuiri secara bahasa dijelaskan oleh Retno D. Suyanti (2010),
yaitu:

Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang dapat diartikan


sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap
pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah
pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan
terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan
melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban
atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah
dengan bertanya dan mencari tahu (hlm. 43).
Sedangkan beberapa para ahli mengartikan inkuiri sebagai:
Toharudin dkk (2011), dalam bukunya Membangun Literasi Sains
menyatakan “inkuiri artinya mencari kebenaran informasi, pengetahuan
dengan bertanya atau mencari tahu Pada dasarnya, rasa keninginan
manusia ini sudah ada sejak lahir. Sehingga rasa pengetahuan yang besar
sekali itu mendorongnya senang bertanya’’ (hlm. 53).
Alan Colburn (2000) mendefinisikan inkuiri sebagai
“mengkreasikan suatu kelas di mana siswa terlibat dalam suatu
pembelajaran terbuka, berpusat pada siswa, dan kegiatan yang aktif” (hlm.
42). Ketika siswa dihadapkan pada pembelajaran yang bersifat terbuka,
akan mengarahkan siswa untuk menjalani proses pembelajaran yang
dinamis dalam mengeksplor dirinya dengan lingkungan sekitar. Dengan
demikian, siswa akan menjadi sangat aktif dan aktivitas pembelajaran
tersebut berpusat pada diri siswa sendiri.
Sedangkan National Science Education Standard (1996),
mengatakan inkuiri adalah sebuah tahapan pembelajaran yang

9
10

berlandaskan sains sebagai proses dimana siswa mempelajari keterampilan


seperti mengamati, membuat kesimpulan, dan melakukan percobaan (hlm.
105). NSES mengaitkan inkuiri dengan sains, bahwa inkuiri adalah sebuah
proses dalam menemukan ilmu pengetahuan alam. Dengan definisi
tersebut inkuiri berarti sebuah proses ketika seseorang mengamati suatu
gejala alam, melakukan suatu eksperimen, dan mengambil kesimpulan
kemudian.
Berdasarkan kutipan-kutipan diatas maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa “Model Pembelajaran Inkuiri merupakan Model
Pembelajaran yang menekankan pada proses penemuan pengetahuan.
Dimana penggeraknya adalah pertanyaan yang muncul dalam benak
manusia akibat keingintahuan yang cukup besar setelah mengamati suatu
fenomena tertentu”. Inquiri merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh seorang ilmuwan untuk dapat memunculkan suatu ilmu
pengetahuan atau teori yang berkenaan dengan suatu objek yang ada
disekitar atau lingkungannya. Dimana kegiatan itu berawal dari sebuah
pengamatan oleh suatu peristiwa yang menimbulkan pertanyaan
dibenaknya. Kemudian membuat pernyataan dugaan atas jawaban dari
pertanyaan yang diajukannya sendiri melalui pengetahuan dan pola
pikirnya sendiri. Kemudian ilmuwan mencoba mengumpulkan informasi
dengan melakukan eksperimen untuk membuktikan apakah hipotesisnya
benar atau salah dan apa yang sebenarnya terjadi. Ilmuwan mencatat dan
mengumpulkan data-data yang dihasilkan dari percobaanya tersebut,
hingga akhirnya bisa ditarik sebuah kesimpulan. Kesimpulan yang
dibuatnya haruslah sesuai dengan data dari percobaan yang dilakukannya
dan tidaklah boleh seorang ilmuwan menyelewengkan data hanya karena
tidak sesuai dengan hipotesis atau dugaan yang sebelumnya diajukan.
11

b. Tingkatan Inkuiri
Inkuiri merupakan model pembelajaran yang sebenarnya
merupakan cara ilmiah seorang ilmuwan dalam menemukan suatu konsep
dan pengetahuan. Langkah-langkah yang secara alami terbentuk demi
menemukan pengetahuan yang teruji secara ilmiah dan absah. Namun jika
diterapkan dalam bidang pendidikan sebagain suatu model pembelajaran
maka inkuiri memiliki tingkatan tertentu, tingkatan-tingkatan tersebut
yaitu:
Nuryani (2005) dalam bukunya menyebutkan Inkuiri sebagai
sebuah pendekatan. Menurutnya Pendekatan Inkuiri dapat dibedakan
menjadi:
1. Inkuiri terpimpin (guide inquiry) Pada inkuiri terpimpin guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan
awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Inkuiri terpimpin dapat
dilakukan pada awal suatu pelajaran untuk siswa yang belum terbiasa,
untuk kemudian dapat diikuti oleh open-ended inquiry atau inkuiri
terbuka.
2. Inkuiri bebas (open inquiry) Pada inkuiri terbuka guru bertindak
sebagai fasilitator, pertanyaan diajukan oleh siswa dan pemecahannya
pun dirancang oleh siswa. Hasil dari pemecahan mungkin mengarah
pada pertanyaan baru yang merupakan pengembangan dari masalah
sebelumnya (Nuryani, 2005, h. 94).

Sedangkan ahli lainnya yaitu Alan Colburn menempatkan inkuiri


kedalam empat tingkatan yaitu:
1) Inquiri terstruktur
Didalam Inkuiri terstruktur, guru menyediakan masalah untuk
diselidiki, bahan, dan juga prosedurnya, sedangkan siswa mencari
hubungan antar variabel dan membuat kesimpulan setelah mengumpulkan
dan mengolah data. Ini dianologikan seperti buku resep dalam memasak
yang memberikan informasi alat dan bahan yang dibutuhkan serta
langkah-langkahnya secara umum.
12

2) Inquiri Terbimbing
Pada inkuiri terbimbing, peran guru adalah memberikan masalah yang
akan diselidiki serta bahan dan materi, dan siswa menentukan sendiri
prosedur yang akan dilakukan untuk memecahkan masalahnya.

3) Inquiri Terbuka
Dalam inkuiri terbuka siswa memformulasikan sendiri masalah yang
akan diselidiki, guru hanya sebagai pendamping. Ini analog dengan
kegiatan saintis asli dimana seorang saintis biasanya dengan sifat kritis
yang mereka miliki suka memperhatikan alam sekitar dan mengamati
fenomena yang mereka temukan sebagai sumber masalah yang akan
diselidiki.

4) Siklus Pembelajaran
Murid dilibatkan dalam senuah aktivitas pembelajaran yang
mengajarkan konsep baru. Guru memberikan nama konsepnya, kemudian
siswa mengambil konsep tersebut untuk diaplikasikan pada konteks yang
berbeda (Alan Colburn, h. 42, 2010).

c. Langkah Pelaksanaan Inkuiri


Sebagai model pembelajaran tentunya inkuiri memiliki sintaks atau
langkah-langkah atau tahapan dalam penerapannya. Langkah-langkah ini
sebaiknya dilaksanakan bertahap dan secara utuh agar tujuan
digunakannya model pembelajaran inkuiri dapat terwujud secara penuh,
dimana tahapan-tahapan dasar inkuiri ini disadur dari cara seorang
ilmuwan sejati dalam menemukan suatu konsep atau pengetahuan baru.

Dalam kegiatan ilmiah para saintis melakukan pengamatan,


menemukan masalah, melakukan hipotesis, bereksperimen,
mengumpulkan data berdasarkan instrumen yang dibuatnya, dan
membuat kesimpulan yang disebut disebut metode ilmiah (Zulfiani,
Feronika, Suhartini, 2009, hlm. 120).
13

Tahapan-tahapan itu menurut Retno (2009) adalah sebagai berikut:

1. Orientasi
Langkah orientasi merupakan langkah membina suasana atau iklim
pembelajaran yang responsif. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah (Suyanti, 2009, h. 46). Langkah awal dalam
pembelajaran inkuiri yang berbasis saintifik, adalah ketika siswa
menemukan gejala fenomena alam yang merupakan suatu permasalahan
yang akan dipelajarinya. Di dalam kelas pembelajaran guru harus
menyajikan permasalahan yang relevan dengan mata pelajaran yang akan
dipelajari, yang dapat menarik minat siswa sehingga siswa fokus dalam
mengamati, menemukan, dan mengidentifikasi suatu permasalahan
tersebut.

2. Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-tekidan menantang untuk berpikir
(Suyanti, 2009, h. 47). Pertanyaan ini diajukan setelah tahapan orientasi
siswa pada kontek permasalahan yang telah disajikan guru. Pertanyaan
yang dibuat oleh siswa harus sesuai dan tidak menyimpang dari konteks
dan konsep yang akan dipelajari.

3. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau
permasalahan yang dapat diuji dengan data (Trianto, 2009, h. 169).
Hipotesis tidak dapat dibuat sembarangan dengan dugaan dan pendapat
pribadi saja. Dalam membuat hipotesis yang baik siswa harus
menggunakan literasi sains dan bersandar pada teori ilmiah, Sebagai
jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya (Suyanti, 2009, h.
47). Untuk menguji kebenarannya yang diperlukan siswa adalah mencari
cara untuk mengumpulkan fakta-fakta dan bukti yang dibutuhkan

.
14

4. Mengumpulkan Data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan (Suyanti, 2009, h. 47).
Siswa harus mencari cara dalam menemukan fakta-fakta dan bukti untuk
dikumpulkan. Hal ini menuntut siswa agar dapat merancang percobaan
dengan tepat, lalu melakukan percobaannya dengan benar. Sehingga siswa
mendapatkan data yang diperlukannya. Proses pengumpulan data
membutuhkan motivasi yang kuat dalam belajar, ketekunan dan
kemampuan menggunakan potensi berpikirnya (Suyanti, 2009, h. 47).

5. Menguji Hipotesis
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah
dirumuskannya dengan menganalisis data yang diperoleh (Trianto, 2009,
169). Dalam tahap ini kemampuan berpikir rasional yang baik benar-benar
dibutuhkan, siswa harus menemukan pola dari data yang didapatkan, dan
menganalisisnya dengan cermat. Hasil analisis yang didapatkan harus
diungkapkan dengan sebenar-benarnya baik sesuai ataupun tidak dengan
hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.Artinya, kebenaran jawaban bukan
hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan
dan dapat dipertanggung jawabkan (Suyanti, 2009, h. 47).

6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis (Suyanti, 2009, h. 48).
Analisis data yang akurat akan menghasilkan kesimpulan yang tepat.
Dalam mendreskripsikan rumusan kesimpulan, harus menggunakan bahasa
yang lugas, singkat, dan padat.

d. Model Inkuiri Terbimbing


Inkuiri terbimbing adalah proses pembelajaran inkuiri yang
menempatkan seorang instruksional (guru) untuk memandu siswa dan
memungkinkan mereka mendapatkan pemahaman yang mendalam serta
perspektif pribadi melalui berbagai sumber belajar (Kuhlthau, CC, 2010, h.
15

18). Didalam inkuiri terbimbing guru terlibat dalam perencanaan dan


tujuan kegiatan pembelajaran, serta mengawasi seluruh prosesnya dan
meluruskan kesalahan yang dilakukan oleh siswa, sehingga guru lebih
berperan sebagai pemandu, mediator, dan fasilisator daripada satu-satunya
sumber belajar siswa. Dengan begitu guided inquiry memudahkan siswa
untuk membangun koneksi pengetahuan mereka sendiri selama proses
pembelajaran berbasis penyelidikan, yang memotivasi dan membangun
rasa tanggung jawab serta keterampilan siswa (Kuhlthau, CC, 2015, h. 21).

Hane and Mullen menyebutkan guided inquiry atau inkuiri tebimbing


sebagai POGIL (Process Oriented-Guided Inquiry Learning). Menurutnya
POGIL merupakan sebuah metode pembelajaran yang berpusat kepada
siswa. Selanjutnya dalam jurnalnya Hane and Mullen mengatakanbahwa
didalam metode pembelajaran POGIL, siswa belajar secara berkelompok
pada suatu aktivitas pembelajaran yang telah dirancang khusus untuk
meningkatkan penguasaan konsep sekaligus mengembangkan
keterampilan di dalam proses pembelajaran, seperti keterampilan berpikir,
memecahkan masalah, mengkomunikasikan, bekerja kelompok,
manajemen, dan mengevaluasi diri. (Hale and Mullen, 2009, h. 73).
Kelebihan utama dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah
dapat dikembangkannya berbagai pengetahuan dan keterampilan siswa
selama proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk
menetapkan variabel model pembelajaran inkuiri terbimbing didalam
penelitian, sebagai salah satu model pembelajaran terbaik yang dapat
diterapkan untuk mengasah keterampilan proses sains siswa.

e. Tahapan Inkuiri Terbimbing


Hale and Mullenmengungkapkan bahwa aktivitas inkuiri terbimbing
yang berorientasi proses didasari oleh pendekatan siklus pembelajaran,
dimana tersusun dari 3 tahapan utama yaitu: fase eksplorasi, fase
pembentukan konsep, dan terakhir adalah fase pengaplikasian (Hale and
Mullen, 2009, h. 74). Penjabarannya sebagai berikut:
16

1. Tahap Eksplorasi
Pada tahapan ini siswa menggali informasi yang bisa berupa video,
teks atau wacana, audio, atau yang lainnya yang diberikan oleh guru.
Informasi yang diberikan kepada siswa harus mengandung sebuah teka-
teki atau permasalahan yang akan mengarahkan siswa untuk membuat
sebuah pertanyaan. Oleh karena itu, guru harus dapat berhati-hati dalam
membimbing siswa melalui informasi yang diberikan untuk membuat
suatu pertanyaan yang diharapkan dapat mengarahkan siswa untuk masuk
kepada materi pembelajaran yang akan dipelajari.

2. Tahap Pembentukan Konsep


Tahapan selanjutnya, setelah siswa menggali informasi dan membuat
sebuah pertanyaan, adalah tahapan pengenalan konsep yang akan
terbangun dengan sendirinya setelah mereka mencoba mencari jawaban
dari pertanyaan yang telah dibuat dengan serangkaian kegiatan yang
mengharuskan mereka utuk mengumpulkan data, melakukan penalaran,
dan mendapatkan kesimpulan darinya. Dengan begitu konsep atau
pengetahuan tidak serta merta diberikan begitu saja oleh guru, melainkan
guru hanya sebagai pembimbing dan pengarah siswa untukmenenemukan
sendiri pengetahuan baru yang akan membuat pengetahuan yang
didapatkan terkonstruks dengan baik dan kuat dalam pola pikir mereka.

3. Tahap Aplikasi
Pada tahapan akhir, guru membimbing siswa untuk melatih siswa
menggunakan atau memanfaatkan pengetahuan yang telah dibangun untuk
memecahkan masalah dalam suatu konteks yang mirip dan terkait dengan
materi yang baru saja mereka dapatkan. Pada tingkatan yang lebih tinggi
siswa diharapkan memiliki kemampuan dalam menggunakan pengetahuan
baru mereka pada suatu konteks yang lebih kompleks, dimana siswa harus
memadukannya dengan pengetahuan lainnya untuk dapat menemukan
suatu cara baru dan berbeda ketika memecahkan masalah tersebut yang
akan mereka temukan dalam kehidupan di dunia nyata.
17

Secara garis besar tahapan inkuiri terbimbing dan inkuiri secara umum
hampir sama, hanya saja peranan guru dalam inkuiri terbimbing lebih
ditekankan sebagai pemandu dan fasilitator siswa dalam menemukan
pengetahuan dan mengkonstruks pemahaman mereka mengenai subjek
yang dipelajari. Selain itu tema atau permasalahan yang akan diuji coba
diberikan oleh guru sesuai dengan subjek yang harus siswa pelajari. Pada
akhir pelajaran guru juga diharuskan membuat tugas kepada siswa
mengenai subjek yang telah dipelajari sebagai tahapan aplikasi dimana
siswa diuji untuk meggunakan pengetahuan yang baru mereka dapatkan
kedalam suatu permasalahan terkait. Hal ini juga dapat digunakan guru
sebagai evaluasi hasil pembelajaran siswa pada ranah kognitif.

Tabel 2.1 Tahapan Inkuiri Terbimbing & Inkuiri Secara Umum


Tahapan Inkuiri Terbimbing Tahapan Inkuiri Secara Umum
Eksplorasi Orientasi
Bertanya
Pembentukan Konsep Berhipotesis
Mengumpulkan data
Menguji hipotesis
Kesimpulan
Aplikasi -
18

f. Karakteristik Inkuiri Terbimbing


Adapun karakteristik yang dimiliki oleh Inkuiri Terbimbing adalah
sebagai berikut:
1. Siswa belajar aktif dan merefleksikan pengalaman
John Dewey menjelaskan belajar sebagai proses aktivitas individual,
bukan dilakukan untuk siapa tetapi apa yang dilakukan oleh siapa. Belajar
merupakan kombinasi dari aksi dan releksi pada suatu pengalaman
(percobaan) yang disebut Dewey sebagai refleksi pengalaman atau refleksi
berpikir. Dewey sangat mengutamakan pembalajaran yang berbasis
pengalaman daripada metode pengajaran yang otoriter dan
merekomendasikan pembelajaran yang berbasis pengalaman serta inkuiri
sebagai esensi dari pembelajaran bermakna. Dia percaya bahwa proses
pendidikan harus melalui pengalaman yang dialami, keingin tahuan yang
mendasari penyelidikan langsung pada materi yang ditertariki, dan
diperkaya dengan materi yang bersifat kontekstual atau terkait dengan
kehidupan sehari-hari yang terkini sehingga dapat sebaik mungkin
mempersiapkan mereka untuk bekerja, dan terjun dalam kehidupan
berwarganegara yang bebas dan demokrasi.
2. Siswa belajar dengan membangun pengetahuan yang sudah dimiliki
sebelumnya
Pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki merupakan dasar
untuk membangun pengetahuan yang baru. Dalam penelitiannya, Todd
menunjukkan bahwa siswa membangun pengetahuan mereka dengan
selektif dan hat-hati dalam menghubungkan kerangka konsep berdasarkan
pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki, melalui hasrat
kognitif pribadi mereka.
3. Siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi selama
proses bimbingan yang merupakan poin penting dalam proses
pembelajaran
Berpikir tingkat tinggi memerlukan proses mendalam yang dapat
membawa kepada sebuah pemahaman. Proses yang mendalam
19

memerlukan waktu dan motivasi yang berkembang dari pertanyaan-


pertannyaan otentik mengenai materi, yang muncul dari pengalaman
(percobaan) dan rasa keingintahuan siswa. Selain itu, perkembangan
keterampilan intelektual yang melebihi dari penemuan dan pengumpulan
fakta juga diperlukan. Menurut Bloom, keterampilan memahami,
mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi membantu
inkuiri menstimulus pengetahuan dan pemahaman yang dalam, daripada
proses dangkal dalam merespon pertanyaan sederhana atau dangkal
dengan jawaban yang sudah tentu
4. Siswa belajar secara bertahap dan berurutan
Belajar adalah proses mengumpulkan dan mengembangkan sebuah
informasi. Kemampuan kognitif siswa berkembang secara bertahap
dengan kapasitas mereka berpikir abstrak sesuai perkembangan umurnya.
Perkembangan ini merupakan proses kompleks yang meliputi, cara
berpikir, bertindak, berefleksi, menemukan, mendapatkann ide, serta
mengkoneksikan yang akan membuat transformasi dan perkembangan dari
keterampilan, nilai, dan sikap yang sudah dimiliki sebelumnya.
5. Setiap siswa memiliki cara belajar yang berbeda
Belajar merupakan pengalaman menyeluruh dengan berbagai metode
untuk mendapatkan pengetahuan. Seorang anak belajar mengunakan
seluruh inderanya. Mereka mengerahkan seluruh kemampuan fisik,
mental, dan sosialnya untuk membangun pengetahuan yang dalam
mengenai dunia dan sebuah kehidupan. Membaca, mendengar,
memperhatikan, dan mengobservasi bersamaan dengan menulis, berbicara,
memvisualisasi, tampil, dan menciptakan untuk menghasilkan pengalaman
menyeluruh selama proses belajar. Horward Gardener misalnya,
mengemukakan kemampuan multiple intelligences sebagai berikut :
kecerdasan bahasa, kecerdasan matematika/logika, kecerdasan visual,
kecerdasan fisik/kinetetik, kecerdasan musik, dan kecerdasan natural.
20

6. Siswa belajar sambil berinteraksi sosial dengan yang lain


Seorang anak hidup sebagai makhluk sosial dan mereka senantiasa
belajar melalui berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Orang tua,
saudara, teman sebaya, guru, kenalan, bahkan orang asing yang berada
dalam lingkungan sosial ataupun lingkungan pergaulan mereka dimana
mereka secara berkesinambungan membangun pemahamnan mengenai
dunia dan maknanya bagi mereka sendiri. Vygotsky berpendapat bahwa
perkembangan proses hidup bergantung pada interaksi dan pembelajaran
sosial yang berperan penting dalam perkembangan kognitif anak
(Kuhlthau CC& Ross J Todd, tt, th).
g. Keunggulan dan Kelemahan Inkuiri
Sebagai salah satu model pembelajaran yang dipengaruhi aliran
belajar kognitif (Sanjaya, 2006, h. 195). Inkuiri memiliki kelebihan dan
kekurangannya tersendiri.
a) Kelebihan
Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang banyak
dianjurkan karena memiliki kelebihan sebagai berikut:

1. Menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan


psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran pembelajaran
dapat lebih bermakna
2. Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka
3. Dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern
yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman
4. Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas
rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus
tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar

b) Kekurangan
Disamping keunggulan-keunggulan tersebut, Inkuiri juga
memiliki kelemahan sebagai berikut :
1. Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa terutama dalam
kelas besar
2. Sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur
dengan kebiasaan siswa dalam belajar
21

3. Kadang-kadang dalam mengimpletasikannya, memerlukan waktu


yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu
yang telah ditentukan
4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa dalam menguasai mata pelajaran, maka Inkuiri akan sulit
diimplementasikan oleh setiap guru (Sanjaya, 2006, h. 208-209).

2. Keterampilan Proses Sains


a. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains adalah seluruh keterampilan
ilmiah yang digunakan untuk menemukan konsep atau prinsip
atau teori dalam rangka mengembangkan konsep yang telah ada
atau menyangkal penemuan yang sebelumnya. Keterampilan
proses sains merupakan keterampilan intelektual yang khas,
yang digunakan oleh semua ilmuwan. Keterampilan proses ini
diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan
menerapkan konsep-konsep, prinsip hukum dan teori-teori sains.
Menurut keterampilan proses sains, seseorang dapat melakukan
proses seperti yang dialami dan pernah dilakukan oleh para
ilmuwan ketika mereka berusaha memecahkan misteri-misteri
alam. Keterampilan proses dapat menjadi roda penggerak
penemuan, pengembangan fakta dan konsep, serta
penumbuhkembangan sikap, wawasan dan nilai (Toharuddin
dkk, 2011, h.35-36).
Di dalam bukunya Strategi Pembelajaran Sains Zulfiani (2009) dkk
menyatakan bahwa “keterampilan proses sains adalah sebuah keterampilan
yang dibangun dari tiga keterampilan sekaligus yaitu keterampilan manual,
intelektual dan sosial” (hlm. 52). Keterampilan manual disini lebih
dimaksudkan kedalam keterampilan yang bersifat psikomotor yaitu
keterampilan dalam melakukan, dalam pembelajaran IPA misalnya pada
kegiatan praktikum bagaimana seorang siswa seharusnya dapat
menggunakan alat-alat praktikum dengan benar, melakukan titrasi atau
membuat larutan dengan baik dan benar. Tentunya keterampilan manual
sangat penting untuk dimiliki siswa yang melakukan kegiatan percobaan
karena karena berkaitan dengan teknik dan prosedur yang sangat
dibutuhkan dalam suatu percobaan. Selanjutnya keterampilan intelektual
adalah keterampilan dasar yang wajib dimiliki oleh seorang ilmuwan.
22

Dimana keterampilan intelektual itu dimunculkan ketika seorang ilmuwan


itu mengajukan pertanyaan cerdas dan kritis terhadap gejala alam yang
diamatinya. Lalu dengan pengetahuan yang ia miliki ia mencoba
mengajukan suatu hipotesis. Saat menganalisis data dan mengasosiakan
seluruh informasi yang terkumpul untuk ditarik kesimpulan yang tepat ia
juga memerlukan kemampuan tingkat berpikir yang tinggi. Sedangkan
keterampilan sosial sangat dibutuhkan ketika seorang ilmuwan
bekerjasama dalam proyek penelitian yang ia lakukan. Serta bagaimana
cara mereka mengkomunikasikan hasil penelitian itu kepada masyarakat
umum dengan gaya bahasa dan cara yang mudah dipahami. Dalam
kegiatan sekolah biasanya kegiatan praktikum dilakukan secara
berkelompok oleh beberapa siswa dan mereka juga diharuskan
mempresentasikan kepada teman sekelasnya hasil percobaan yang telah
mereka lakukan. Dimana keterampilan sosial mereka sangat dibutuhkan
dan dilatih dalam kegiatan praktikum ini. Atas dasar ketiga keterampilan
itulah maka dapat dibangun keterapilan proses sains yang sangat baik.
Berikut gambar diagram hubungan keterampilan proses sains dengan
keterampilan intelektual, manual, dan sosial.

b. Aspek Keterampilan Proses Sains


Harlen dan Elstgeest (1992, hlm. 51-54) menerangkan 10 indikator
Keterampilan Proses Sains yang harus diasah dan dikembangkan dalam
pembelajaran Sains, kesepuluh indikator itu adalah:

1. Melakukan observasi
Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar
dalam memperoleh suatu ilmu (Toharudin, 2011, h. 36). Seorang murid
harus benar-benar mengamati menggunakan seluruh indera yang
diperlukan dan terfokus pikirannya terhadap apa yang diamati, untuk
dapat memahami dengan baik suatu materi yang sedang disampaikan
oleh guru. Seorang bayi juga selalu mengamati apa yang dilakukan oleh
orang-orang disekitarnya untuk kemudian menirukannya.
23

Jadi,keterampilan mengamati sesungguhnya telah dimiliki setiap


manusia sejak dia bayi untuk belajar dan memahami apapun yang ada
disekililingnya. Keterampilan mengamati ini tentunya sangat
memerlukan dan berhubungan dengan penggunaan secara optimal dan
proporsional seluruh alat indera untuk menggambarkan objek dan
hubungan ruang waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda
yang diamati. Alat indera yang digunakan dalam mengamati dapat
meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan peraba.
Seorang ilmuwan merupakan suatu pengamat yang sangat baik, mereka
mengamati gejala-gejala alam yang terjadi disekitarnya untuk kemudian
melalui serangkaian proses ilmiah dapat menemukan konsep yang
menjelaskan terjadinya gejala-gejala tersebut.

Pengamatan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung


(misalnya melalui perhitungan dengan menggunakan fakta fakta hasil
pengamatan). Selain itu pengamatan juga dapat dilakukan dengan alat
bantu maupun tidak (Zulfiani, 2009, h. 53). Pengamatan langsung
contohnya adalah seorang pelajar yang sedang mengamati perubahan
warna yang terjadi setelah mereaksikan dua zat kimia. Sedangkan
pengamatan tidak langsung misalnya seorang ahli statistik yang sedang
mengamati jumlah peningkatan rakyat miskin yang terjadi di Indonesia
selama sepuluh tahun terakhir dengan menggunakan seluruh data-data
statistik yang telah terkumpul dilapangan selama satu dekade tersebut.
Pengamatan dengan alat bantu contohnya seorang anak yang
mengamati gugus bintang di langit dengan teropong, atau pengamta
tanpa alat bantu contohnya seorang anak yang mengamati gugus
bintang dengan mata telanjang.
Tindakan mengamati terdiri dari dua jenis. Satu kualitatif, yaitu
dengan menggunakan pancaindra dan pengamatan. Dua kualitatif yaitu
menggunakan alat bantu yang sudah dibakukan (Toharudin, 2011, h.
36). Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaanya hanya
menggunakan panca indra untuk memperoleh informasi. Contoh
24

kegiatan mengamati yang bersifat kulitatif ialah menentukan warna


(penglihatan), mengenali suara hewan (pendengaran), membandingkan
rasa manis gula dengan sakarin (pengecap), menentukan kasar halus
permukaan suatu benda (peraba), dan membedakan aroma jahe dan
lengkuas (penciuman).

2. Bertanya
Seorang siswa yang kritis, biasanya akan mengajukan
pertanyaan yangdibenaknya mengenai gejala atau perihal yang telah
diamatinya. Keingintahuan yang besar tersebut, selanjutnya akan
mendorongnya untuk mencari tahu mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Jika seorang anak hanya berhenti dalam tahap mengamati, maka tidak
akan ada motor penggerak yang membuatnya melakukan penggalian
informasi baik secara studi literatur dan atau melakukan percobaan
secara langsung.
Seperti yang dinyatakan oleh Zulfiani dkk (2009) bahwa
“keterampilan bertanya merupakan keterampilan mendasar yang harus
dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Setiap
berhadapan suatu masalah semestinya mengajukan pertanyaan apakah
ini? mengapa begitu? dan bagaimana hal itu bisa terjadi dan bagaimana
pemecahannya?” (hlm. 55). Berdasarkan kutipan tersebut dapat
dinyatakan bahwa keterampilan mengajukan pertanyaan yang baik
dapat membantu siswa dalam mengidentifikasi permasalahan, untuk
selanjutnya mengarahkan siswa dalam merancang percobaan yang tepat
dan memecahkan masalah.
3. Berhipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau
mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi, inferensi
dan interpretasi berdasarkan pada data atau pola data dan
kecenderungan dengan metode induktif, maka hipotesis didasarkan
25

pada pemahaman suatu teori atau konsep dengan metode deduktif


(Zulfiani, 2009, h. 54).
4. Memprediksi
Prediksi merupakan keterampilan meramal tentang sesuatu
atau fenomena yang akan terjadi berdasarkan gejala yang ada
(Toharudin, 2011, h.37). Keteraturan dilingkungan kita menjadikan kita
merasa lebih mudah untuk mengenal pola dan memprediksi pola apa
saja yang mungkin dapat diamati. Memprediksi berarti memprediksi
berarti mengantipasi sains atau membuat ramalan tentang segala hal
yang akan terjadi pada waktu yang akan datang berdasarkan perkiraan
pada pola atau kecenderungan tertentu; untuk memprediksi hubungan
antara fakta, konsep, dan prinsip berdasarkan pengetahuan yang sudah
ada.

5. Menemukan pola atau hubungan (menalar)

Menurut Harlen (1992, h. 53), finding pattern and relation


berarti “mengumpulkan berbagai potongan informasi secara
terpisah untuk mendapatkan sebuah kesimpulan, menyadari adanya
suatu kecenderungan atau pola tertentu dalam informasi yang
mereka dapatkan, dan memeriksa kebenaran suatu hipotesis yang
dibuat melalui fakta-fakta empiris yang didapatkan setelah
melakukan penyelidikan”.
Dari pengertian diatas menemukan pola atau hubungan berarti
dapat mengklasifikasikan beberapa variabel data yang didapat
kemudian menginterpretasikan data tersebut dengan akurat untuk
selanjutnya digunakan sebagai pengujian hipotesis yang telah mereka
buat lalu membuat kesimpulannya berdasarkan fakta-fakta.
Dalam bukunya beberapa ahli lain seperti Toharuddin,
Nuryani, dan Zulfiani menjelaskan indikator keterampilan
mengklasifikasikan dan menginterpretasi data secara terpisah. Menurut
Toharuddin :
Sejumlah besar objek, peristiwa, dan segala yang ada dalam
kehidupan disekitar kita lebih mudah dipelajari apabila dilakukan
dengan lebih dulu menentukan berbagai jenis golongan.
26

Penggolongan dan pengamatan tentang persamaan, perbedaan, dan


suatu hubungan objek. Pengelompokan objek dilakukan
berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan. (Toharudin, 2011,
h. 37).
Kemampuan mengelompokkan ini erat hubungannya dengan
menemukan pola atau hubungan dalam menentukan persamaan pada
sejumlah objek atau peristiwa. Sehingga kemampuan mengelompokkan
siswa ini sangat membantu siswa dalam menalar dan menemukan pola
pada hasil pengamatan yang didapatkan.

Sedangkan dalam bukunya Zulfiani dkk (2009) menjelaskan,


“Interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan
dengan bentuk angka-angka, menghubung-hubungkan hasil
pengamatan, menemukan pola keteraturan dari satu seri
pengamatan hingga memperoleh suatu kesimpulan. Sedangkan
inferensi adalah kesimpulan sementara terhadap data hasil
observasi. Bahkan, merupakan penjelasan sederhana terhadap hasil
observasi” (hlm. 56 ).
Pada saat melakukan pengamatan dalam proses percobaan
seorang ilmuwan biasanya akan mencatat setiap hal-hal, reaksi, atau
perubahan apa saja yang tejadi secara rinci dan teliti selama proses
percobaan berlangsung. Mereka dapat membuat uraian terbuka atau
data pengamatan dalam bentuk angka-angka dan kemudian membuat
tabel pengamatan secara rapih, membuat grafik, dan menemukan suatu
pola keteraturan darinya sehingga pada akhirnya dapat ditark suatu
garis kesimpulan secara umum. Seluruh kemampuan ini yang
merupakan suatu keterampilan proses yang disebut menafsirkan hasil
pengamatan. Keterampilan menafsirkan hasil pengamatan sangat
penting untuk dilatih dalam diri siswa.

6. Mengkomunikasikan

Kemampuan mengkomunikasikan adalah kemampuan dasar


setiap manusia dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan
sekitar. Dengan berkomunikasi manusia dapat menyampaikan maksud,
27

dan mendapatkan hajatnya. Selain itu, manusia juga dapat


mengekspresikan perasaan dan emosinya dengan berkomunikasi.
Menurut dimyati dan Mudjiono mengkomunikasikan dapat
diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep,
dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual ataupun
suara visual. Contoh-contoh dari kegiatan daari keterampilan
mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah,
membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis
(Dimyati & Mudjiono, 2013, h. 143).
Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil
percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan
berkomunikasi. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan,
tulisan grafik, tabel, diagram atau gambar. Jenis komunikasi dapat
berupa paparan sistematik yang disebut laporan percobaan atau
transformasi parsial (Zulfiani dkk, 2009, h. 54).
7. Menentukan desain percobaaan
Menurut Harlen (1992), menentukan dan mendesain percobaan
adalah sebuah tahapan awal dimana seseorang menentukan materi awal
percobaan apa yang ingin dibuat dengan tujuan percobaan tersebut.
Membuat percobaan tersebut releastis untuk dilakukan dalam usaha
memecahkan masalah. Serta menelaah kembali rencana yang telah
dibuat (hlm. 53).
8. Merancang desain percobaan
Menurut Harlen (1992), merancang percobaan itu berarti dapat
memilih alat dan bahan yang sesuai dengan tujuan penyelidikan,
Membuat variabel tetap dan variabel bebas. Menentukan perubahan
yang akan diukur atau dibandingkan, serta menentukan tahapan yang
akan dilakukan saat percobaan (hlm 53).
Dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran, Dimyati &
Mudjiono (2013) menjelaskan contoh kegiatan yang tercakup dalam
keterampilan merancang penelitian adalah :
1) Mengenali, menentukan, dan merumuskan masalah yang akan
diteliti.
28

2) Merumuskan satu atau lebih “dugaan yang dianggap benat” dalam


rangka menjawab masalah. Merumuskan dugaan yang dianggap
benar ini disebut menyusun hipotesis didalamnya. Menyusun
hipotesis dapat dilakukan dengan mendasarkan dugaan pada
pengalaman sebelumnya atau observasi atau intuisi.
3) Memilih alat/instrumen yang tepat untuk membuktikan kebenaran
hipotesis yang dirumuskan (hlm. 150).

Dapat kita ketahui dalam kutipan diatas bahwa Dimyati dan


Mujiono menyatakan bahwa menyusun hipotesis, merencanakan
percobaan, dan menentukan alat dan bahan sebagai suatu kesatuan utuh
dalam kegiatan merancang percobaan. Membuat hipotesis merupakan
tahapan awaldari merancang percobaan yang harus dilaksanakan guna
mengetahui lebih lanjut jenis kegiatan percobaan apa yang akan
dilakukan, lalu menentukan alat dan bahan apa yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tujuan percobaan.
9. Menggunakan Alat dan Bahan
Beberapa ahli memasukkan indikator menggunakan alat dan
bahan sebagai bagian dari melakukan percobaan. Menurut Harlen
“keterampilan menggunakan alat dan bahan berarti dapat menggunakan
alat dan bahan dengan baik sambil memperhatikan keamanan dan
keselamatan” (1994, hlm. 54). Keamanan dan keselamatan kerja dalam
laboratorium adalah hal yang paling diutamakan, bagaimanapun dalam
sebuah laboraturium terutama laboraturium kimia banyak sekali
terdapat bahan-bahan kimia yang cukup bebahaya seperti bersifat
korosif, mudah meledak, karsinogenik dan lain-lainnya yang sangat
memerlukan kehati-hatian dan keamanan yang tepat dalam
penggunannya. Jika tidak maka akan sangat membahayakan kesehatan
dan keselamatan laboran. Selain itu dalam sebuah penelitian biasanya
akan ada alat atau instrumen yang digunakan oleh seorang peneliti,
misalnya mikroskop, alat destilasi, termometer dan lain-lain. Kita harus
mengetahui cara menggunakan alatnya dengan efektive dan aman
29

(1994, hlm. 54)agar berfungsi dengan baik serta tidak mudah rusak,
banyak sekali peralatan yang terbuat dari kaca dan mudah pecah,
sehingga diperlukan kehati-hatian lebih saat menggunakannya.
Selain alat dan bahan yang berupa benda mati, terdapat juga
objek penelitian yang berupa makhluk hidup yang biasanya ada dalam
penelitian cabang ilmu biologi ataupun kedokteran. Ada etika tersendiri
bagi mereka dalam memperlakukan objek yang berupa makhluk hidup
(1994, hlm. 54).. Mereka harus memperlakukan objeknya dengan baik
dan tidak semena-mena, juga meminimalkan rasa sakit sekecil mungkin
jika ada perlakuan pembedahan pada objek yang masih hidup.

10. Mengukur atau menghitung

Menurut Harlen, “mengukur dan menghitung berarti


menggunakan perhitungan yang tepat baik dengan atau standar
dalam melakukan perbandingan, menggunakan rangkaian
perhitungan yang mampu membantu mereka dalam menyelesaikan
tugas, menggunakan instrumen perhitungan yang memiliki
ketelitian, mengkomputerisasi hasil secara efektif, dan mengecek
kembali keakuratan hasil perhitungan” (Harlen, 1992, h. 54).
Mengukur dalam percobaan dapat juga berupa mengukur
volume atau massa menggunakan alat dengan benar, dapat mengukur
temperatur atau panjang suatu benda sesuai alatnya dengan ketelitian
yang baik. Namun tidak semua penyelidikan memerlukan berhitung
atau instrumen perhitungan.

3. Materi Kelarutan
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih
zat zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut, sedangkan
yang jumlahnya lebih banyak disebut pelarut. Larutan bisa
berwujud gas (seperti udara), padat (seperti alloy/paduan logam),
atau cair (misalnya air laut) (Chang, 2005, h. 90).
Menurut petrucci (1985), larutan di golongkan menjadi tiga, yaitu:
golongan elektrolit kuat, bukan elektrolit, dan elektrolit lemah (hlm. 75).
Perbedaan sifat penghantar arus listrik pada larutan ini disebabkan oleh zat
terlarutnya. Zat terlarut yang menyusun larutan dapat berupa senyawa ion
30

dan senyawa kovalen, senyawa kovalen terbagi lagi menjadi dua yatitu
kovalen polar dan kovalen nonpolar. Senyawa ion, akan mengalami
disosiasiyaitu penguraian senyawa menjadi kation dan anion (Chang,
2005, h. 91) di dalam larutan. Sedangkan senyawa kovalen polar akan
mengalami ionisasi menjadi ion-ionnya dalam larutan. Ion-ion tersebut
sebagian bersifat negatif (anion) dan sebagian bersifat positif (kation) yang
memiliki perbedaan kelektronegatifan. Karena terdapat perbedaan
kelektronegatifan tersebut maka terjadilah arus perpindahan elektron yang
membuatlarutan tersebut dapat menghantarkan arus listrik. Sedangkan
pada larutan yang zat terlarutnya adalah senyawa kovalen nonpolar, karena
bukan ion dan juga tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan maka
senyawa tersebut tidak mengalami disosiasi maupun ionisasi sehingga
larutan ini tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Derajat disosiasi dari molekul-molekul terlarut menjadi ion-ionnya
di lambangkan dengan a, yaitu derajat disosiasi (Petrucci, 1985, h. 76)
Derajat ionisasi memiliki rentan nilai antara 0 sampai dengan 1 atau 0 >a>
1. Zat elektrolit yang mempunyai a besar (mendekati 1) disebut elektrolit
kuat, sedangkan zat elektrolit yang mempuyai akecil (mendekati 0) disebut
lemah (Putri, Annisa. A., 2011, H. 127).

B. Penelitian yang Relevan


Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang mendasari
dilakukannya penelitian ini. Beberapa penelitian tersebut adalah sebagai
berikut :
Penelitian yang dilakukan oleh Amina Adams dengan judul :” Effects
of Inquiry-Based Teaching Strategy on Students’ Science Process Skills
Acquisition in Some Selected Biology Concept in Second School in Borno
State”. Hasil dalam jurnal tersebut menyatakan bahwa metode pembelajaran
yang berbasis inkuiri lebih mampu mengembangkan keterampilan proses
sains siswa dibandingkan metode ceramah, serta membantu siswa untuk
31

lebih terampil dalam memecahkan masalah, dan meningkatkan performa


belajar di materi biologi. (Adams, 2016, h. 96).
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Eyla Ayse Koksal yang
berjudul “The Acquisition of Scence Process Skills Through Guided
(Teacher-Directed) Inquiry” dalam tesisnya, menurut Eyla hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa inkuiri terbimbing secara keseluruhan membantu siswa
untuk lebih memahami konsep dan pencapaian yang lebih baik dalam bidang
sains. Inkuiri terbimbing juga berhasil mengembangkan sikap ilmiah, konsep
diri, keingintahuan yang besar, minat, karir, dan juga pembelajaran yang
bermakna bagi siswa terhadap mata pelajaran sains (Koysal, 2008, h. v).
Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim Bilgim dengan judul : ”The
effects of guided inquiry instruction incorporating a cooperative learning
approach on university students’a chievement of acid and bases concepts and
attitude toward guided inquiry instruction”. Kesimpulan yang didapat dari
penelitiannya menunjukan terdapat perbedaan hasil belajar dan sikap ilmiah
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen pada materi asam basa. Kelas
eksperimen menunjukan hasil yang lebih tinggi dalam pemahaman konsep
serta sikap ilmiah dibandingkan kelas kontrol (Bilgin, 2009, h. 18).
Selanjutnya penelitian lainnya yang senada milik Catherine Anne,
Balanay dengan judul “Assessment on Students’s Science Process Skills: A
Student-Centred Approach“, dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa
pendekatan yang berpusat pada guru seperti inquiri yang mendorong anak
untuk aktif dan bekerja sama dalam pembelajaran sains, menghasilkan
peningkatan yang signifikan terhadap keterampilan proses sains siswa
(Balanay, 2013, h.24).
Serta sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sevilay
Karamustafaogln’, dengan judul : “Improving the Science Skills Ability of
Science Student Theacher Using I Diagram” menyatakan bahwa Setelah
dilakukan observasi dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa keguruan
menggunakan metode pembelajaran diagram inkuiri, ternyata berhasil
meningkatkan integrasi kemampuan proses sains yang sebelumnya belum
32

muncul. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa diagram inkuiri


sangat penting dalam memunculkan dan mengembangkan keterampilan
proses sains (Karamustafaogln’, 2011, h. 26).

C. Kerangka Berpikir
Sains adalah inkuiri itu sendiri. Karena itu, pembelajaran sains harus
bertumpu pada pembelajaran berbasis inkuiri, namun bukan berarti
pendekatan, model, dan metode pembelajaran lainnya tidaklah
penting.Pembelajaran sains berbasis inkuiri memberi peluang kepada peserta
didik untuk terus mengembangkan potensi diri secara optimal, baik dari aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor. Melalui inkuiri, konsep-konsep sains
ditemukan sendiri oleh peserta didik. Hal ini akan menempatkan proses
pembelajaran (sains sebagai proses) menduduki posisi yang sama pentingnya
dengan hasil pembelajaran (sains sebagai produk). Melalui inkuiri, peserta
didik juga dilatih untuk mengembangkan berbagai keterampilan proses sains
yang sangat dibutuhkan bagi siswa dalam kehidupan nyata.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya inkuiri sebagai model
pembelajaran memiliki sintaks, sedangkan keterampilan proses sains
memiliki indikator khusus. Maka dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana
model pembelajaran inkuiri dalam sintaksnya dapat memunculkan
tercapainya indikator-indikator yang ada dalam keterampilan proses sains.
Oleh karena materi dibatasi oleh cakupan bab tentang Larutan elektrolit dan
Nonelektrolit kelas X yang tidak memiliki konsep mengenai perhitungan,
maka peneliti tidak memasukan keterampilan proses menghitung.
Keterampilan menentukan desain (membuat judul dan tujuan percobaan) dan
merancang desain (menentukan alat dan bahan serta langkah percobaan),
peneliti sederhanakan dan satukan menjadi merancang percobaan, maka dari
ke-10 aspek KPS oleh Harlen, dalam penelitian ini hanya akan dipakai 8
aspek seperti yang tertera pada gambar alur diagram kerangka berpikir di
gambar 2.1
33

Keterampilan Proses Sains


Inkuiri Terbimbing
oleh Harlen
Sintaks menurut Hale & Mullen :

Observasi

Eksplorasi
Bertanya

Merumuskan
Hipotesis

Merancang
Percobaan

Pembentukan
konsep Melakukan
Percobaan

Menalar (menemukan
pola dan hubungan)

Mengkomunikasikan

Aplikasi
Memprediksi

Gambar 2.1 Alur diagram kerangka berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan November tanggal 13 sampai
dengan 21 November tahun 2016. Tempat penelitian dilakukan di SMA
Negeri 6 Depok.

B. Metode & Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
(Sukmadinanta, 2005, h. 60). Metode kualitatif secara garis besar dibedakan
dalam dua macam, kualitatif dan interaktif. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode kualitatif interaktif yang merupakan studi yang
mendalam menggunakan pengumpulan data langsung dari orang dalam
lingkungan alamiahnya (Sukmadinanta, 2005, h. 61).
Menurut Sukmadinanta, penelitian kualitatif mengkaji perspektif
partisipan dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat interaktif,
seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam,
dokumen-dokumen teknik-teknik perlengkapan seperti foto, rekaman dan
lain-lain (Sukmadinanta, 2005, h. 95). Maka metode atau teknik pengumpulan
data di ambil dari beberapa instrumen dengan teknik analisisnya sesuai
kebutuhan penelitian, untuk kemudian diolah dan menghasilkan data
menyeluruh dari setiap keterampilan proses sains yang di teliti. Setelah di
lakukan analisis terhadap data-data yang terkumpul selama penelitian, akan di
uraikan bagaimana kualitas keterampilan proses sains siswa agar dapat di
ambil kesimpulannya secara general.

34
35

C. Alur Penelitian
Terdapat 6 (enam) tahapan yang dilalui oleh peneliti dalam menyusun
penelitian ini yaitu :
1. Tahap pertama ialah mencari ide dan permasalahan, serta kemudian
mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya melalui literasi serta
penelitian yang relevan. Menggali teori dasar yang cukup kuat melalui
literasi untuk menjadi acuan mengenai setiap variabel baik yang terikat
maupun yang bebas untuk kemudian ditarik suatu benang merah agar
dapat menghubungkan antar variabel dalam membangun kerangka
berpikirnya.
2. Tahap kedua adalah mengumpulkan informasi yang dibutuhkan tentang
wacana permasalahan dengan studi literasi untuk kemudian membuat
design penelitian.
3. Tahap ketiga membuat instrumen penelitian dan memvalidasi instrumen
yang telah dibuat baik dari segi rasional, isi, dan konstruksi oleh staf ahli.
Bila terdapat hal-hal yang tercatat perlu diperbaiki oleh validator maka
peneliti harus menelaah ulang dan memperbaiki rancangan instrumen
hingga sesuai dengan standar kelayakan instrumen bagi validatornya.
4. Tahap selanjutnya adalah pengumpulan data, yang dilakukan pada saat
proses pelaksanaan penelitian dengan waktu dan tempat yang telah
ditentukan sebelumnya. Oleh karena terdapat delapan keterampilan
proses yang perlu diteliti oleh peneliti dari diri siswa, maka peneliti
berusaha agar proses pengumpulan data dilakukan secara maksimal agar
semua keterampilan dapat teramati dan dimunculkan, maka proses
pengumpulan data itu dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu
pengamatan dalam proses praktikum langsung pada siswa, pengamatan
tak langsung oleh media LKS, tes, dan laporan praktikum, yang
dikumpulkan selama proses kegiatan belajar-mengajar berlangsung
terkait materi yang diambil oleh peneliti. Selanjutnya dilakukan
wawancara mendalam mengenai kesulitan siswa, dan tanggapan siswa
tentang proses pembelajaran. Selain itu, dalam melakukan observasi
36

peneliti juga dibantu oleh beberapa observer yang mengetahui dan


memahami dengan baik kegiatan praktikum, laboratorium, serta penilaian
praktikum yang sudah dirancang dalam lembar observasi oleh peneliti.
Mereka adalah teman sejawat peneliti dalam tingkat dan jurusan yang
sama.
5. Tahap berikutnya adalah tahap mengolah data, setelah semua data yang
diperlukan dikumpulkan dengan baik pada periode penelitian maka
dilakukan analisis dan pengolahan data secara seksama untuk di tuangkan
secara rinci dalam pembahasan.
6. Setelah data di olah, maka di ambil kesimpulan hasil pengolahan data
mengenai keterampilan proses sains siswa.

Gambar 3.1 berikut adalah gambar alur penelitian:


37

Tahap 1
Adanya Membuat rumusan
Merumuskan Masalah permasalahan masalah

Tahap 2

Mengumpulkan Informasi Pengumpulan Merancang desain


informasi penelitian

Tahap 3 Membuat instrumen penelitian

Membuat Instrumen
Revisi
Validasi instrumen penelitian

Tahap 4 Melaksanakan penelitian

Penelitian

Tahap 5
Mengolah data secara numerik
Mengolah Data

Wawancara

Analisis hasil olahan data dan


wawancara

Tahap 6
Pengambilan kesimpulan
Membuat Kesimpulan
Gambar 3.1 Alur Penelitian
38

D. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Menurut Arikunto Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian
(Arikunto, 2010, h. 173). Sehingga dalam penelitian ini populasi yang di
gunakan adalah seluruh siswa di SMAN 6 Depok yang keseluruhannya
berjumlah 24 kelas.
2. Sampel
Arikunto menyatakan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang di teliti(Arikunto, 2010, h. 174). Dalam penelitian ini sampel di
ambil melalui teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel
dengan mempertimbangkan hal tertentu ( Sugiyono, 2009, h. 300). Hal
yang di jadikan pertimbangan adalah keterbatasan peneliti dalam waktu,
dana, dan tenaga. Adapun sampel yang di gunakan adalah siswa kelas X
IPA 5 di SMA Negeri 6 Depok.

E. Instrumen Penelitian
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang
diamati tidak terlalu besar (Sugiono, 2012, h. 203). Oleh karena yang
diukur disini adalah keterampilan proses, maka lembar observasi sangat
diperlukan untuk mengukur beberapa indikator dalam KPS yang tidak
dapat diukur dengan tes. Observasi yang dilakukan disini adalah jenis
observasi terstruktur, artinya observasi yang telah dirancang secara
sistematis, tentang apa yang aka diamati, kapan dan dimana tempatnya.
Observasi diakukan secara langsung dan tak langsung, observasi
langsung digunakan untuk mengamati aspek KPS melakukan percobaan,
di mana aspek KPS tersebut memang harus teramati secara langsung di
tempat. Serta observasi tak langsung yang menggunakan media LKS, tes
uraian, dan laporan praktikum untuk mengamati aspek KPS yang bersifat
kognitif dan sulit untuk diamati secara langsung terutama pada kelas yang
39

cukup besar. Lembar observasi yang akan digunakan disusun indikatornya


lalu dibuat aspek-aspek penilaian yang sesuai kemudian diberikan skala
penilaian. Hal ini akan membuat apa yang diobservasi menjadi jelas dan
lebih mudah dilakukan pengamatan ataupun penilaian seberapa baik
keterampilan mereka dalam bentuk angka-angka. Angka-angka tersebut
akan diolah kedalam bentuk persentasinya seperti yang dijelasan dalam
bagian teknik analisis data. Berikut media yang digunakan dalam observasi
tak langsung :
1. Tes Tertulis
Pada beberapa aspek keterampilan yang bersifat kognitif seperti
menalar, dan memprediksi, tidak dapat diukur menggunakan
pengamatan dan instrumen lembar observasi. Aspek-aspek
keterampilan yang bersifat kognitif tersebut akan lebih mudah diukur
jika tertuang melalui jawaban dalam sebuah tes tulis yang bersifat
uraian. Melalui jawaban tersebut siswa akan menuangkan
pemahamannya dalam bentuk tulisan. Soal menalar yang diberikan juga
harus mampu menggali penalaran siswa bukan sekedar hafalan,
sedangkan soal memprediksi akan menghadapkan siswa pada suatu
contoh kondisi tertentu, dan siswa harus mampu memprediksi
menggunakan konsep yang sudah dipelajari. Dengan tes uaraian
tersebut, akan lebih mudah untuk mengukur keterampilan menalar dan
memprediksi siswa.
Kaidah penulisan soal uraian dalam depdiknas (2008, hlm.14)
sebagai berikut :
a) Materi
Soal harus sesuai dengan indikator, setiap pertanyaan harus di berikan
batasan jawaban yang di harapkan materi yang di tanyakan harus
sesuai dengan jenjang dan jenis sekolah atau tingkat kelas.
b) Konstruksi
Soal menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban
terurai, ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal, setiap
40

soal harus ada pendoman penskorannya, dan tabel, gambar, grafik,


atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas terbaca, dan berfungsi.
c) Bahasa
Rumusan kalimat soal harus komunikatif, menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar (baku), tidak menimbulkan penafsiran
ganda, tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu, dan
tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan
peserta didik.

2. Lembar Kerja Siswa


Darmodjo & Kaligismengatakan bahwa “ LKS atau lembar
kerja siswa merupakan sarana pembelajaran yang dapat digunakan guru
dalam meningkatkan keterlibatan atau aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar ( Darmodjo & Kaligis, 1992, h. 40).
Berdasarkan pengertian diatas Lembar Kerja Siswa dalam
penelitian ini dirancang untuk menjadi modul praktikum yang
membimbing siswa dalam melakukan pembelajaran dimana sintaknya
telah disesuaikan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Inkuiri adalah model pembelajarn yang dapat memberikan siswa
pengalaman seta membantu mereka menemukan konsep. Dalam setiap
tahapan pembelajaran tersebut terdapat kolom-kolom yang harus diisi
siswa sperti kolom untuk menuliskan pertanyaan dan hiotesis dan
rancangan percobaan yang mereka buat, serta tabel pengamatan yang
harus di isi saat mengumpulkan data. Lembar Kerja Siswa di buat agar
dapat digunakan untuk mengamati secara tak langsung beberapa aspek
KPS siswa.
b. Lembar Pedoman Wawancara
Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara terstruktur,
lembar pedoman wawancara sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu
sebagai panduan dalam melakukan wawancara. Pedoman wawancara ini
berisi sejumlah pertnyaan atau pernyataan yang meminta dijawab atau
direspon oleh responden. Bentuk pertanyaan atau pernyataan bisa sangat
41

terbuka, sehingga responden mempunyai keleluasaan untuk memberikan


jawaban atau penjelasan (Sukmadinanta, 2005, h. 216). Alat wawancara
yang digunakan disini berupa tape recorder yang berfungsi untuk merekam
semua pembicaraan. Namun tentunya, peneliti harus mendapatkan
ketersedian responden dahulu kalau pembicaraan mereka direkam.

F. Kalibrasi Instrumen Penelitian


Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen
penelitian yang telah teruji validitasnya. Pedoman yang digunakan sebagai
observasi adalah angket dengan dua orang validator profesional yaitu dosen.
Instrumen yang telah dibuat dilakukan pengujian validasi sebagai berikut :
1. Validitas Isi
Validitas isi berkaitan dengan isi dan format dari instrumen
(Sukmadinanta, 2005, h. 229). Sebuah tes di nyatakan memiliki validitas
isi apabila dapat mengukur tujuan tertentu sesuai materi atau bahan ajar
yang telah di berikan kepada siswa (Dimyati, 2013, h. 78-79). Apabila
seorang peneliti melakukan tes terhadap siswa pada materi larutan
elektrolit dan nonelektrolit sedangkan guru tersebut belum pernah
memberikan materi tersebut sebelumnya maka tes tersebut dinyatkan
tidak valid. Hasil isi validasi ada pada lampiran 11
2. Validitas Konstruksi
Menurut Dimyati, sebuah tes dinyatakan memiliki validitas
kontruksi apabila butir-butir soal yang di muat dalam soal tersebut
bisa mengukur aspek-aspek ingatan, perbuatan/aplikasi, pemahaman
sesuai dengan tujuan instruksionaln atau indikator-indikator yang
telah di susun dalam rencana pembelajaran, GBPP, maupun silabus
(Dimyati, 2013, h. 79).

Dalam penelitian ini instrumen yang di gunakan harus sesuai


dengan indikator dari rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah di
buat khususnya dengan seluruh indikator-indikator keterampilan proses
sains yang akan di analisis Hasil validasi konstruksi ada pada lampiran
12.
42

G. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mengumpulkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik
pengumpulan data yang dilakukan ada tiga yaitu :
1. Data Observasi
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila,
penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiono, 2012, h.
203). Observasi yang dilakukan disini adalah jenis observasi terstruktur
yaitu semua kegiatan observer telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan
kerangka kerja yang berisi faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya.
Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan di batasi dengan jelas dan
tegas (Arifin. Zaenal, 2011, h. 231). Observasi yang digunakan telah
dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan
dimana tempatnya. Berdasarakan teknis pelaksanaan, Observasi yang
dilakukan ditempuh melalui dua cara yaitu:

a) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung


tehadap objek yang diselidiki (Arifin, Zaenal, 2011, h. 231).
Observasi langsung digunakan untuk mengamati aspek KPS
melakukan percobaan, dan mengkomunikasikan (saat presentasi) di
mana aspek KPS tersebut berupa tingkah laku dan keterampilan
yang memang akan lebih efektif jika di amati secara langsung.
b) Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui
perantara (media), baik teknik maupun alat tertentu (Arifin, Zaenal,
2011, h. 231).
Sedangkan observasi tak langsung yang dilakukan
menggunakan media LKS, tes uraian, dan laporan praktikum untuk
mengamati aspek KPS yang bersifat kognitif dan sulit untuk diamati
43

secara langsung terutama pada kelas yang cukup besar. Aspek KPS
mengamati, bertanya, berhipotesis dan merancang percobaan
menggunakan media LKS. Media Tes uraian digunakan dalam
mengamati aspek KPS menalar, dan memprediksi. Sedangkan media
laporan praktikum, dan presentasi siswa digunakan dalam
mengamati aspek KPS berkomunikasi. Seperti yang telah
disampaikan Nuryani bahwa menyusun dan menyampaikan laporan
secara sistematis dan jelas, serta menjelaskan hasil percobaan
termasuk dalam keterampilan berkomunikasi (Nuryani, 2009, h.
80).
2. Data Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan tanya jawab secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta
tujuan yang ditentukan (Sudijono, 1996, h. 82). Wawancara yang diberikan
dalam bentuk pertanyaan terbuka untuk menggali lebih dalam mengenai
kesulitan mereka pada beberapa aspek keterampilan proses sains yang
hasilnya rendah. Selain itu peneliti juga menggali pendapat dan pengetahuan
mereka mengenai proses pembelajaran melalui inkuiri yang telah dipelajari
dan keterampilan proses sains itu sendiri. Hasil wawancara dipindahkan dari
lisan menjadi tulisan, dan di transkipsi untuk dianalisis. Dalam melakukan
wawancara peneliti hanya mengambil perwakilan satu orang siswa masing-
masing dari kelompok tinggi, sedang, dan rendah.

H. Teknik Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan dari hasil peneltian berupa lembar
observasi baik observasi langsung dan tak langsung, dan hasil wawancara
selanjutnya dianalisis dengan lebih lanjut.Ada dua hal penting yang perlu
dilperhatikan dalam analisis data kualitatif yaitu penafsiran dan pemaknaan
data. Ketepatan dan pemaknaan bergantung pada ketajaman anilisis, bukan
pada hitungan statistika (Arifin, 2011, h. 162). Berikut ini adalah langkah-
langkah yang dilakukan dalam menganalisis data hasil penelitian :
44

1. Data Lembar Observasi


a. Memberi angka (0-4) pada kolom penilaian sesuai hasil observasi
berdasarkan rubrik penilaian aspek keterampilan proses sains.

b. Menjumlahkan skor pada setiap aspek yang terdapat pada lembar


observasi.

c. Menghitung angka persentase ketercapaian siswa dengan rumus

sebagai berikut : Rata-rata =

Persentasi (%) = rata-rata nilai kps ×

Jumlah frekuensi dan presentasi tersebut akan menunjukkan


secara kuantitatif penilaian keterampilan proses sains yang telah dimiliki
oleh siswa dalam bentuk presentasenya.

Kemudian menentukan nilai rata-rata pada setiap kelompok siswa


a. Kelompok tinggi yaitu kelompok yang memiliki nilai diatas rata-rata
seluruh siswa
b. Kelompok sedang kelompok yang memiliki nilai mendekati rata-rata
seluruh siswa
c. Kelompok rendah yaitu kelompok yang memiliki nilai dibawah rata-
rata seluruh siswa

Pengelompokan siswa atas kelompok tinggi, sedang, dan rendah


digunakan untuk mengambil sampel siswa dari masing-masing kelompok
untuk diwawancara. Setelah mendapatkan persentase untuk masing-
masing aspek penilaian, peneliti mengiterpretasikan secara deskriptif data
persentase dengan melihat gejala-gejala yang muncul selama kegiatan
praktikum yang telah tercatat pada lembar obsservasi kegiatan praktikum.
Sehingga dapat diketahui dengan jelas bagaimana kualitas KPS yang
dimiliki oleh siswa.
45

2. Data Wawancara
Tujuan wawancara ini dilaksanakan adalah menemukan penyebab
kesulitan siswa pada aspek KPS siswa yang nilainya rendah, dan
tanggapan sisa atas proses pembelajaran yang telah dilkakukan. Maka
wawancara dilakukan setelah dilaksanakan setelah proses pembelajaran
dan dianalisis. Hasil wawancara secara lisan dipindahkan dalam bentuk
tertulis, untuk kemudian ditranskipsi dan dianalisis. Dalam penelitian ini
siswa yang diwawancara diambil dengan perwakilan dari kelompok tinggi,
sedang, dan rendah.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Temuan Penelitian


Setelah melakukan penelitian selama 2 minggu pada siswa kelas X MIA 5
SMAN 6 Depok, terhadap keterampilan proses sains mereka dalam materi
Larutan Elektrolit & Nonelektrolit, peneliti telah merampungkan hasil temuan
penelitian yang akan dipaparkan pada bab ini. Keterampilan proses sains yang
digunakan mengacu pada Harlen dengan 9 aspek sebagai berikut: aspek
mengamati, aspek bertanya, aspek berhipotesis, aspek merancang percobaan,
aspek melakukan percobaan, aspek menalar, aspek menghitung, aspek
mengkomunikasikan,dan aspek memprediksi. Oleh karena materi di batasi oleh
cakupan bab tentang Larutan elektrolit dan Nonelektrolit kelas X yang tidak
memiliki konsep mengenai perhitungan, maka dari ke-9 aspek KPS oleh Harlen,
dalam penelitian ini hanya akan di pakai 8 aspek tanpa aspek menghitung.
Siswa yang diteliti berjumlah 37 orang dengan membaginya menjadi 6
kelompok.

1. Data Hasil Observasi


Menurut Arikunto, dalam menggunakan metode obserasi cara yang
paling efektif adalah melengkapi dengan format atau blangko pengamatan
sebagai instrumen (Arikunto, 2013, h. 272). Berdasarkan hal tersebut, maka
peneliti membuat lembar observasi, yang memiliki parameter dalam setiap
aspek-aspek pengamatannya, serta memiliki skala penilaian dalam bentuk
skala likert (skala 1-5). Hal ini dilakukan agar memudahkan peneliti dalam
mengolah data dan menghitung rata-rata hasil keterampilan siswa dalam
bentuk persentasenya. Lembar observasi diisi oleh para observer yang
membantu peneliti dalam proses penelitian.
Observasi yang dilakukan ditempuh melalui dua cara yaitu:

46
47

a. Observasi langsung
Yaitu observasi yang dilakuakan secara langsung tehadap objek
yang diselidiki (Arifin, Zaenal, 2011, h. 231). Observasi langsung
digunakan untuk mengamati aspek KPS melakukan percobaan, dan
mengkomunikasikan (saat presentasi) di mana aspek KPS tersebut
berupa tingkah laku, yang memang akan lebih efektif jika di amati
secara langsung.
Hasilnya ditampilkan dalam Tabel 4.1:
Tabel 4.1 Data Hasil Lembar Observasi
No. Presentase
Aspek Pencapaian Presentase Rata-rata
Aspek Penilaian
KPS (%) (%)

1. Merancang alat uji 83,11


larutan elektrolit
dengan menggunakan
alat yang disediakan
88,51
Merapikan dan
membersihkan alat
dan bahan yang
Melakukan
digunakan setelah 66,89
percobaan
praktikum
Memakai atribut 29,05
perlengkapan
praktikum demi
keselamatan dan
bersikap tertib

2. 62,16
Mengkom- Berpresentasi di
-
unikasikan depan kelas

b. Observasi tidak langsung


Yaitu observasi yang dilakukan melalui perantara (media), baik
teknik maupun alat tertentu (Arifin, Zaenal, 2011, h. 231). Sedangkan
observasi tak langsung yang dilakukan menggunakan media LKS, tes
uraian, dan laporan praktikum untuk mengamati aspek KPS yang
48

bersifat kognitif dan sulit untuk diamati secara langsung terutama pada
kelas yang cukup besar. Aspek KPS mengamati, bertanya, berhipotesis
dan merancang percobaan menggunakan media LKS. Media Tes uraian
digunakan dalam mengamati aspek KPS menalar, dan memprediksi.
Sedangkan media Laporan praktikum digunakan dalam mengamati
aspek KPS berkomunikasi. Berikut data hasil pengamatannya setiap
media yang digunakan :

2. Data Penilaian Lembar Kerja siswa


Dalam bukunya Darmodjo dan Kaligis mengatakan bahwa “ LKS
atau lembar kerja siswa merupakan sarana pembelajaran yang dapat
digunakan guru dalam meningkatkan keterlibatan atau aktivitas siswa dalam
proses belajar mengajar (Hendro Darmodjo & Jenny R.E Kaligis, 1992, h. 40).
Lembar Kerja Siswa ini disusun secara sistematis untuk mengarahkan
proses pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing,
sekaligus dapat digunakan untuk mengasah dan menguji keterampilan proses
sains siswa. Di dalam LKS tersebut terdapat urutan langkah kegiatan
pembelajaran dari awal sampai akhir. Selain itu siswa akan diminta untuk
menuangkan pertanyaan dan hipotesis yang dibuat, mengisi data hasil
pengamatan, serta mengasosiasi hasil pengamatan dengan teori-teori yang
telah dipelajari sehingga siswa dapat membuat penalaran yang tepat, sampai
membuat kesimpulan pada kolom-kolom yang telah disediakan. Oleh karena
itu, LKS ini sangat membantu dalam mengobservasi beberapa aspek
keterampilan yang bersifat kognitif seperti bertanya, berhipotesis, menalar,
dan membuat kesimpulan yang dapat tersampaikan lewat verbal atau tertulis.
Berikut tabel penilaian aspek KPS yang terdaftar dalam Lembar Kerja Siswa
(LKS penelitian terlampir pada lampiran 2) :
49

Tabel 4.2 Data Hasil Penilaian LKS


No.
Apek KPS Penilaian %
1. Mengamati 87,83
2.
Membuat Pertanyaan 62,83
3. Berhipotesis 47,29
4.
Merancang percobaan 52,02

3. Data Penilaian Laporan Praktikum dan Presentasi


Laporan praktikum merupakan tugas yang diberikan siswa setelah
proses praktikum selesai. Melalui laporan praktikum maka siswa diharuskan
dapat mengkomunikasikan hasil percobaan yang telah mereka lakukan secara
rapih, sistematis, dan jelas sehingga mudah untuk dibaca dan di pahami. Tabel
dan grafik juga dapat membantu mereka menuangkan data hasil penelitian di
dalam laporan praktikum yang dibuat, jika diperlukan. Setelah membuat
laporan praktikum, setiap kelompok diwajibkan mempresentasikan hasil
percobaan mereka kepada guru dan seluruh teman-temannya di depan kelas.
Hal ini akan mengasah keterampilan mengkomunikasikan siswa secara verbal
di depan umum. Mereka juga harus membuat slide presentasi menggunakan
power point yang menarik, lengkap, padat, dan jelas. Maka peneliti
memfokuskan untuk mengobservasi keterampilan berkomunikasi siswa lewat
laporan praktikum dan persentasi ini. Berikut tabel penilaian lapoan praktikum
serta presentasi yang telah para siswa lakukan, masing-masing ke-6 kelompok
sebagai berikut:
50

Tabel 4.3 Data Penilaian Laporan Praktikum dan Presentasi


No. Aspek KPS Instrumen Rata-rata
(%)
1. Laporan praktikum 66,21
Mengkomunikasikan
Presentasi 62,16

2. Hasil akhir 64,18

4. Data Penilaian Tes uraian


Tes uraian berisi soal-soal yang menguji keterampilan siswa dalam
memprediksi dan juga menalar (kisi-kisi soal terlampir pada lampiran 7). Test
ini berisi 5 soal memprediksi jenis larutan berdasarkan daya hantar listrik dan
juga 3 soal menalar mengenai penyebab kemampuan larutan elektrolit. Hasil
test uraian tertulis terlampir dalam tabel dibawah ini :

Tabel 4.4 Hasil Tes Uraian


No. Aspek KPS Persentase %
1. Menalar 63,51
2. Memprediksi 78,38

Berdasarkan hasil tes uraian pada tabel 4.4, keterampilan menalar


mendapat hasil 63,51 %, sedangkan keterampilan memprediksi mendapat
hasil 78, 38%. Maka dari keseluruhan data yang didapat dalam tabel
menunjukkan bahwa aspek keterampilan proses sains terendah dalam
pengamatan observer yang dimiliki siswa adalah berhipotesis yaitu sebesar
47,29. Sedangkan keterampilan proses sains paling baik yang dimiliki siswa
adalah kemampuan mengamati yang mencapai 87,83%, .
51

Pada penelitian ini jumlah siswa yang diobservasi adalah 37 siswa.


Maka peneliti membagi mereka dengan 6 kelompok, akan tetapi karena hanya
terdapat 4 observer terdapat observer yang memegang 2 kelompok sekaligus.
Gambar 4.1 menunjukan keterangan skema kelas di laboratorium saat
praktikum sedang berlangsung :

PROYEKTOR

MEJA

GURU

Gambar 4.1 Skema Kelas


52

5. Data Hasil Wawancara


Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilakukan tanya jawab secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta
tujuan yang ditentukan ( Sudijono, 1996, h. 82). Wawancara pada peneniltan
ini dilakukan untuk menggali penyebab pada aspek-aspek KPS yang terhitung
paling rendah pada hasil analisi. Agar dapat di analisis apa saja yang menjadi
kelemahan dan kesulitan mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
Siswa juga ditanya pendapat mereka atas pengalaman pembelajaran yang
telah didapatkan, apakah berhasil dalam memotivasi dan meningkatkan minat
belajar siswa. Bagaimana proses pembelajaran yang selama ini di terapkan di
sekolah sebelumnya, dan harapan mereka terhadap proses belajarnya
kedepan.Wawancara ini dilakukan terhadap 3 siswa yang mewakili kelompok
rendah, sedang dan tinggi.

Tabel 4.5 KesimpulanHasil Wawancara Siswa


No. Indikator Kesimpulan Jawaban
Pertanyaan Rendah Sedang Tinggi
1. Tahapan Membuat Membuat
pembelajaran yang rancangan, sama hipotesis,
Merancang
paling sulit bagi membuat hipotesis membuat
percobaan
siswa juga rancangan
percobaan
Alasan mengapa Tidak tau mau Susah buat bikin Bingung, Karena
menganggap bagian merancang hipotesisnya terbiasa langsung
itu tersulit sebelum di beri prosedur
Spraktikum
Bingung
Tidak tau mau menentukan
jawab apa, karena tahapannya.
belum belajar
3. Pengetahuan siswa Belum Belum Belum tahu
tentang pembelajaran
inkuiri
4. Proses pembelajran Guru ceramah, Lebih banyak Biasanya diskusi,
yang selama ini di baca, dan diskusi ceramah sama sama ceramah
terapkan di sekolah diskusi
5. Pendapat siswa Lebih suka belajar Lebih suka pakai Seru, punya
setelah tahu model seperti ini praktikum dan pengalaman
pembeajaran Inkuiri cari tahu sendiri langsung,lebih
Terbimbing paham dan ingat
53

No. Indikator Kesimpulan Jawaban


Pertanyaan Rendah Sedang Tinggi
6. Pengetahuan siswa Tidak tau Tidak tau Tidak
tentang keterampilan
proses sains
7. Pendapat siswa Penting buat Penting buat Penting sekali
setelah tahu digunain kemampuan diri agarkamimengerti
keteampilan proses kedepannya sendiri nanti prosesnya
sains
8. Pendapat siswa Iya bisa, karena Iya proses Iya tentu bisa,
tentang keefektifan praktikum pembelajaran Karena
model inkuiri langsung seperti itu bisa prosesnyadapat
terbimbing dalam mengembangkan melatih
mengasah KPS keterampilan keterampilan
9. Harapan siswa Ingin agar lebih Mudah-mudahan Ingin kedepannya
kedepan mengenai sering lagi sering ngeaktifin lebih sering
proses pembelajaran praktikum siswa seperti ini
(hasil wawancara asli terlampir pada lampiran 9)
Dari hasil wawancara pada tabel 4.8, dapat diketahui bahwa siswa
merasa kesulitan pada saat merancang percobaan terutama pada membuat
tahapan percobaan. Siswa belum terbiasa untuk membuat rancangan
percobaan sebelum meakukan percobaan itu sendiri. Selama ini jika ada
praktikum di sekolah siswa langsung diberi rancangan dan prosedurnya
dengan detail, dan tidak diberi kesempatan untuk memikirkan dan membuat
rancangannya sendiri. Untuk membuat hipotesis masih banyak yang
melenceng dan terutama tidak ilmiah saat membuat hipotesis. Kurangnya
minat membaca dan kemampuan dalam berliterasi sains menjadi salah satu
faktor utama yang menyebabkan para siswa mempunyai tingkat pemahaman
yang rendah terutama pada mata pelajaran sains seperti kimia.

Setelah di wawancara dapat diketahui bahwa ketiga siswa belum


mengerti tentang model pembelajaran inkuiri ataupun keterampilan proses
sains. Mereka baru memahami setelah proses pembelajaran ini dan diberi
penjelasan. Menurut mereka proses pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut
mampu membuat mereka lebih bersemangat dan lebih mudah memahami
pembelajaran. Selain itu ketiga siswa juga merasa bahwa proses pembelajaran
inkuiri terbimbing yang telah dilakukan dapat mengasah keterampilan proses
54

mereka yang selama ini kurang ditekankan oleh pembelajaran disekolah.


Mereka mengatakan bahwa guru sekolah khususnya guru kimia lebih sering
hanya menerapkan metode diskusi dan ceramah saja yang membuat mereka
merasa bosan. Mereka berharap agar proses pembelajaran dapat membuat
mereka lebih aktif dan mereka dapat menikmati proses pembelajaran.

B. Pembahasan
Berdasarkan seluruh akumulasi data dari lembar observasi dan
dokumen-dokumen dalam catatan lapangan (tes uraian, lembar kerja siswa,
laporan praktikum, hasil presentasi) maka dapat dijabarkan hasil tiap-tiap aspek
keterampilan proses sains sebagai berikut :

100% 66,9 62,2


87,8 78,4
90%
80% 52,0 66,2
70% 62,8 63,5
60% 47,3
50%
40% Observasi
30%
20% Laporan Praktikum
10%
0% Tes uraian
LKS

Gambar 4.2 Grafik Hasil Penilaian KPS Siswa


55

1. Penjabaran Umum Setiap Aspek KPS yang Muncul


a. Keterampilan Mengamati
Keterampilan mengamati mendapati posisi tertinggi dengan
persentase sebesar 87,83% . Untuk keterampilan mengamati penilaian diambil
dari Lembar Observasi dan tabel data penelitian dalam LKS. Kemampuan
mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam memperoleh suatu
ilmu (Toharudin, 2011, h. 36). Aspek mengamati dalam penilitian ini terjadi
pada saat mengumpulkan data.
Pada saat mengumpulkan data mereka harus mampu menggunakan
inderanya untuk menemukan perubahan apa saja yang terjadi pada elektroda
dan lampu uji pada saat mengumpulkan data. Hal ini dapat terlihat pada tabel
pengamatan yang mereka isi pada LKS, apakah sesuai atau tidak. Sebagian
besar siswa dapat mengisi data hasil pengamatan dengan tepat.Contoh tabel
pengamatan yang diisi oleh siswa:

Gambar 4.3 Contoh Tabel Data Pengamatan Siswa dalam LKS

a) Keterampilan Bertanya
Pada keterampilan bertanya instrumen yang digunakan adalah
Lembar Kerja siswa yang memiliki kolom khusus untuk diisi siswa dengan
pertnyaan yang mereka buat berdasarkan pengamatan video. Berdasarkan
56

hasil perhitungan persentase yang mereka dapatkan dalam keterampilan


bertanya adalah 63%. Seperti yang dinyatakan oleh Zulfiani dkk (2009)
bahwa “keterampilan bertanya merupakan keterampilan mendasar yang harus
dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Setiap
berhadapan suatu masalah semestinya mengajukan pertanyaan apakah ini?
mengapa begitu? dan bagaimana hal itu bisa terjadi dan bagaimana
pemecahannya?” (hlm. 55). Keterampilan membuat pertanyaan akan
mendorong siswa menggali jawaban dengan mengumpulkan informasi dan
melakukan ekspermen. Siswa diminta membuat pertanyaan mengenai apa
yang telah mereka amati dalam video dan menuliskannya pada kolom dalam
lembar LKS yang disajikan dan berikut beberapa contoh pertanyaan yang
telah mereka buat :
57

Gambar 4.4 Contoh Beberapa Pertanyaan Siswa

Pertanyaan :
1) Seberapa kuatkah tegangan yang dapat membuat orang meninggal?
2) Apa penyebab orang tersebut terjatuh dan tidak sadarkan diri?

Dapat dilihat bahwa pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang tidak


sesuai diharapkan, karena kurang sesuai dari konteks penyelidikan mengenai
mengapa air banjir mampu menghantarkan arus listrik.
3) Bagaimana bisa orang tersebut tersengat listrik saat banjir ?
4) Bagaimana bisa air membuat orang tersengat listrik?

Adalah pertanyaan yang diharapkan karena sudah mengarahkan pada


penyelidikan yang akan dilakukan.Hampir separuh siswa sudah dapat
membuat pertanyaan yang sesuai dan mengarah pada penyelidikan atau
percobaan yang akan dilakukan. Lebih jelasnya dipaparkan pada Tabel 4.7
dibawah ini:
58

Tabel 4.6 Keterangan Distribusi Kualitas KPS Bertanya Siswa


Katagori Aspek KPS Bertanya Jumlah Siswa
Sangat baik 7 orang
Baik 10 orang
Cukup 13 orang
Buruk 5 orang
Tidak bertanya -

b. Keterampilan Berhipotesis
Keterampilan berhipotesis ini menggunakan instrumen lembar kerja
siswa, berdasarkan hasil perhitungan persentase yang didapatkan adalah 47%
dan termasuk katagori kurang. Secara sederhana keterampilan berhipotesis
berfungsi untuk mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan
penjelasan atas satu kejadian, serta menyadari bahwa suatu penjelasan perlu
diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan
cara pemecahan masalah (Nuryani, 2010, h. 87). Hipotesis yang dibuat harus
berdasarkan landasan ilmiah atau teori yang telah diketahui, siswa juga
diperbolehkan untuk berliterasi dalam mencari jawaban sementara. Berikut ini
contoh beberapa hipotesis yang telah siswa buat :
59

Gambar 4.5 Contoh Beberapa Hipotesis Siswa

Hipotesis yang telah dibuat siswa pada gambar tersebut menunjukkan seberapa
baik keteampillan para siswa dalam membuat hipotesis.
Pada gambar diatas siswa membuat hipotesis sebagai berikut :

1) Aliran listrik mengalir melalui kabel yang tercelup ke dalam air (buruk)
2) Sengatan listrik menyerambat ke air banjir yang membuat orang-orang dapat
tersengat listrik (cukup)
3) Karena air merupakan konduktor yang baik, apabila kabel terkelupas lalu
terkena air maka orang bisa tersengat ( baik)
4) Adanya listrik yang dapat mengalir karena air mendapat campuran lain yang
berupa elektrolit ( baik)
Hipotesis yang diharapkan dibuat oleh siswa adalah “bahwa air banjir
dapat menghantarkan arus listrik dengan baik, karena air banjir mendapat
bantuan dari zat-zat lain yang berupa ion-ion dari tanah yang membuat air
banjir menjadi larutan elektrolit kuat. Sedangkan air murni (air hujan) sendiri
sesungguhnya memiliki sifat elektrolit (konduktor) tetapi lemah”. Beberapa
60

siswa telah membuat hipotesis yang mendekati dengan hipotesis yang


diharapkan.
Keterampilan setiap siswa dalam berhipotesis sangat beragam dan
hanya sedikit siswa yang benar-benar dapat membuat hipotesis yang tepat.
Lebih jelasnya dipaparkan dalam tabel berikut :

Tabel 4.7 Keterangan Distribusi Kualita Hipotesis Siswa


Keterampilan Siswa Dalam Berhipotesis Jumlah Siswa
Sangat baik 3 orang
Baik 5 orang
Cukup 13 orang
Buruk 16 orang
Tidak berhipotesis -

Dari tabel diatas terlihat bahwa lebih dari 16 siswa membuat


hipotesis yang buruk, dimana mereka hanya menggunakan perkiraan saja
dalam membuat hipotesis dan tidak ilmiah sama sekali. Oleh karena itu,
keterampilan berhipotesis siswa termasuk keterampilan yang paling rendah
yang dimiliki oleh siswa. Kurangnya minat membaca dan kemampuan dalam
berliterasi sains menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan para
siswa mempunyai tingkat kognitif yang rendah terutama pada mata pelajaran
sains seperti kimia.

c. Keterampilan Merancang Percobaan


Pada aspek keterampilan merencanakan percobaan digunakan
instrumen LKS, persentase yang didapatkan adalah 52%. Pada aspek
merencanakan percobaan paramater yang digunakan adalah keterampilan
siswa dalam membuat judul, tujuan, alat dan bahan apa yang akan digunakan
sampai pada tahapan yang harus dilakukan dalam percobaan. Alat bantu yang
dipakai peneliti untuk mengukur keterampilan merencanakan percobaan siswa
kelas X MIA 4 ini adalah LKS. Di dalam LKS tersebut ada kolom khusus
61

yang harus di isi siswa dalam merencanakan percobaan mulai dari membuat
judul, tujuan, alat & bahan, sampai tahapan pecobaan.
Berdasarkan pengamatan pada LKS yang telah mereka isi terlihat
bahwa sebagian siswa hanya dapat mencapai tahapan membuat judul dan
tujuan praktikum. Meskipun ada juga siswa yang berhasil sampai pada
mencapai tahap membuat tahapan percobaan. Selain itu harus diperiksa
apakah judul, tujuan, alat & bahan, serta tahapan yang mereka buat sudah
tepat dan sesuai dengan konteks penyelidikan yang akan dilakukan. Berikut
salah satu rencana percobaan yang telah siswa buat dalamLKS:

Gambar 4.6 Contoh Rancangan Percobaan Siswa Dalam LKS

Berdasarkan hasil observasi terhadap lembar kerja siswa ditemukan


kemampuan merancang percobaan setiap kelompok seperti tabel dibawah ini.
62

kami mengambil data perkelompok karena dalam merancang percobaan siswa


diminta melakukan diskusi bersama dalam kelompoknya, dan kemudian
menetapkannya.
Tabel 4.8 Keterangan Distribusi Kualitas KPS Rancangan Percobaan Siswa
Keterampilan Siswa Dalam Merancang Jumlah Siswa
Membuat judul dengan tepat Semua kelompok
Membuat tujuan dengan benar 4 kelompok
Menentukan alat dan bahan yang dibutuhkan 2 kelompok
dengan tepat
Menentukan tahapan percobaan dengan tepat -

Meskipun diminta berdiskusi dalam membuat rancangan percobaan,


masih ada kelompok yang anggota kelompoknya memiliki jawaban yang
berbeda-beda. Dan sampai pada tahapan yang berbeda pula dalam merancang.
Hal ini dikarenakan beberapa siswa bersifat individualis atau lebih memilih
mengemukakan pendapatnya sendiri dalam membuat rancangan percobaan di
LKS yang harus diisi.

d. Keterampilan Melakukan Percobaan


Pada aspek melakukan percobaan instrumen yang digunakan adalah
Lembar Observasi, persentase yang didapatkan 67,5%. Beberapa ahli
memasukkan indikator menggunakan alat dan bahan sebagai bagian dari
melakukan percobaan. Menurut Harlen “keterampilan menggunakan alat dan
bahan berarti dapat menggunakan alat dan bahan dengan baik sambil
memperhatikan keamanan dan keselamatan” (1994, h. 54). Berdasarkan
pernyataan tersebut terdapat tiga aspek penilaian yang digunakan yaitu
:merangkai alat uji larutan elektrolit dengan alat yang disediakan,
keterampilan merapikan dan membersihkan alat dan bahan praktikum setelah
selesai percobaan, serta kelengkapan atribut serta saat praktikum demi
63

keselamatan dan ketertiban. Sebagian besar siswa dapat bekerja sama dengan
baik untuk merangkai alat uji sesuai gambar yang di berikan pada lembar
kerja siswa, tanpa memerlukan waktu yang terlalu lama.

Gambar 4.7 Siswa Melakukan Percobaan

Merangkai alat uji : Setelah mengambil semua alat dan bahan yang
dibutuhkan dalam melaksanakan praktikum. Siswa harus merangkai alat uji
sesuai dengan gambar yang diberikan pada Lembar Kerja Siswa dan
memastikan apakah alat uji dapat bekerja dengan baik. Baterai, lampu uji, dan
elektrode dihubungkan dengan kabel penghubung dan capit buaya, bila
susunannya benar maka saat kedua elektrode disentuhkan lampu harusnya
dapat menyala. Para siswa bekerja sama dan berdiskusi saat merangkai alat
uji, dan setiap kelompok berhasil melakukannya dalam waktu yang relatif
cukup cepat.
64

Gambar 4.8 Siswa yang Melakukan Kesalahan Saat Percobaan

Hampir seluruh siswa juga memiliki kesadaran dalam membersihkan


dan mengembalikan alat dan bahan yang telah digunakan ke tempat semula.
Akan tetapi, keterampilan siswa dalam menggunakan atribut kelengkapan
praktikum demi keselamatan siswa sangat rendah.
Keterampilan dan kesadaran untuk menggunakan perlengkapan
praktikum yang lengkap seperti jas laboratorium, masker, dan sarung tangan
sangat rendah.Ini dikarenakan mereka belum terbiasa dalam melaksanakan
praktikum di sekolah sebelumnya. Berdasarkan hasil wawancara para siswa
menyatakan prosespembelajaran biasanya hanya menggunakan metode
ceramah dan diskusi saja. Meskipun begitu, para siswa sangat antusias saat
melakukan proses pelajaran melalui percobaan dalam penelitian ini.

e. Keterampilan Menalar
Menurut Harlen (1992, h. 53), finding pattern and relation berarti
“mengumpulkan berbagai potongan informasi secara terpisah untuk
mendapatkan sebuah kesimpulan, menyadari adanya suatu kecenderungan
atau pola tertentu dalam informasi yang mereka dapatkan, dan memeriksa
kebenaran suatu hipotesis yang dibuat melalui fakta-fakta empiris yang
didapatkan setelah melakukan penyelidikan”.
Berdasarkan pernyataan diatas untuk mengukur keterampilan
menalar siswa dilihat dari kemampuannya dalam mengasosiasi hasil
percobaan dengan teori yang telah mereka pelajari, kemudian menemukan
65

pola dan menemukan konsep hingga membuat kesimpulan. Beberapa siswa


berhasil melakukan penalaran dengan baik hingga membuat kesimpulan yang
cukup tepat.Berdasarkan hasil perhitungan persentase menalar siswa mencapai
63,5%. yang termasuk ke dalam katagori cukup. Dengan menggunakan tes
uraian.

Tabel 4.9 Keterangan Kualitas KPS Menalar Siswa


Konsep yang dinalar Jumlah siswa
Mampu memahami bahwa aliran listrik terjadi karena adanya
perpindahan arus elektron dari atom-atom yang memiliki kelebihan
elekron (bermuatan negatif) menuju atom-atom yang memiliki -
kekurangan elektron (bermuatan positif)

Mampu menghubungkan sifat elektrolit dengan ikatan kimia dan ada


atau tidaknya proses ionisasi tiap-tiap ikatan dalam larutan 26 siswa

Mampu memahami bahwa sifat elekrolit memiliki tingkatan, yang


dapat dihubungkan dengan harga derajat ionisasinya 37 siswa

Mampu memahami bahwa larutan terdiri dari larutan elektrolit dan


nonelektrolit serta ada larutan elektrolit yang lemah dan kuat 37 siswa

f. Keterampilan Memprediksi
Berdasarkan teori keterampilan memprediksi merupakan
keterampilan meramal tentang sesuatu atau fenomena yang akan terjadi
berdasarkan gejala yang ada (Toharudin, 2011, h.37). Keterampilan ini tentu
sangat penting untuk diasah siswa karena sangat berguna dalam penerapannya
dalam kehidupan mereka. Peneliti mencoba menguji keterampilan
memprediksi siswa melalui sebuah tes uraian. Di dalam tes uraian tersebut
siswa diberikan sebuah kondisi baru yang mirip dengan pengalaman yang
telah mereka dapatkan saat percobaan. Yaitu berupa tabel data pengamatan
atau berupa gambar hasil uji beberapa larutan yang tidak diketahui, untuk
diprediksi jenis larutannya berdasarkan sifat daya hantar listriknya. Siswa
diharapkan dapat memprediksi dengan baik melalui pola-pola yang telah
66

mereka pelajari pada saat berdiskusi hasil percobaan. Hasil


menunjukkanbahwa keterampilan memprediksi siswa adalah 78%.

g. Keterampilan Berkomunikasi
Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan grafik, tabel,
diagram atau gambar (Zulfiani dkk, 2009, h. 54). Maka, untuk dapat
menganalisis keterampilan mengkomunikasikan yang dimiliki oleh siswa,
peneliti memberikan tugas untuk membuat laporan praktikum dan membuat
slide microsoft power point untuk dipresentasikan di depan kelas.
Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan
kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi..Laporan praktikum
ditulis di kertas fortofolio atau A4 dengan menulis tangan. Dengan susunan
sebagai berikut : cover, judul, tujuan, dasar teori, alat dan bahan, prossedur
praktikum, data pengamatan, pembahasan, kesimpulan, dan terakhir daftar
pustaka. Kelengkapan komponennya, kerapihan, kecakapan membuat tabel
pengamatan, serta kejelasan pembahasan yang jadi tolak ukur terhadap
penilaian laporan praktikum. Hasil yang sukup baik ditunjukkan oleh siswa
meskipun belum dapat dikatakan memuaskan. Bedasarkan data perhitungan
keterampilan mengkomunikasikan hanya mencapai 66%.
Dari hasil wawancara siswa-siswa kelas X IPA di SMAN 6 Depok ini
tenyata belum terbiasa membuat laporan praktikum sebelumnya, karena
kegiatan praktikum saat pembelajaran juga jarang dilakukan.Sehingga mereka
belum benar-benar terlatih dalam mengembangkan keterampilan membuat
laporan praktikum
67

Gambar 4.9 Contoh Laporan Praktikum Siswa

Setelah mengumpulkan laporan praktikum setiap kelompok diminta


untuk membuat slide presentasi menggunakan aplikasi microsoft power point.
Slide presentasi yang baik adalah yang padat, jelas, tetapi menarik dan mudah
di pahami saat di baca orang lain. Lalu semua anggota kelompok harus
mempresentasikannya di depan kelas. Kejelasan dan kelugasan siswa saat
berbicara merupakan point utama dalam penilaian.

Gambar 4.10 Siswa Presentasi Berkelompok

Saat presentasi sebagian siswa cukup berani bebicara di depan kelas,


tetapi kemampuan untuk menguasai perhatian audience belum cukup baik.
68

Keterampilan berkomunikasi siswa dalam berbicara di depan umum masih


perlu diasah dan ditingkatkan lagi.
Berdasarkan hasil temuan penelitian, dapat dilihat bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing yang berbasis proses, membuat siswa untuk
mau tak mau melewati setiap tahapan dalam menemukan ilmu pengetahuan
itu sendiri. Sehingga di dalam proses penemuan tersebut memaksa siswa
untuk memunculkan dan mengembangkan setiap aspek keterampilan proses
sains siswa. Delapan aspek KPS yang di sadur milik Harlen berhasil di
munculkan melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam hasil
penelitian ini. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Amina
Adams yang menyatakan bahwa metode pembelajaran yang berbasis inkuiri
lebih mampu mengembangkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan
metode pembelajaran yang berpusat pada guru (Ghumdia, Adams, 2016, h.
96).
Sebuah penelitian lainnya menyatakan hal yang sama yang di buat
oleh Eyla Eyse Koksal, yang menyatakan bahwa hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa inkuiri terbimbing secara keseluruhan membantu siswa
untuk lebih memahami konsep dan pencapaian yang lebih baik dalam bidang
sains. Inkuiri terbimbing juga berhasil mengembangkan sikap ilmiah, konsep
diri, keingintahuan yang besar, minat, karir, dan juga pembelajaran yang
bermakna bagi siswa terhadap mata pelajaran sains (Ela Eyse Koksal, 2008, h.
v).
Penelitian selanjutnya yang senada milik Catherine, menyatakan
bahwa pendekatan yang berpusat pada guru seperti inquiry yang mendorong
anak untuk aktif dan bekerja sama dalam pembelajaran sains, menghasilkan
peningkatan yang signifikan terhadap keterampilan proses sains siswa
(Catherine, 2013, h.24).
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Sevilay menyatakan
bahwa setelah dilakukannya observasi dalam meningkatkan kemampuan guru
69

menerapkan metode pembelajaran diagram inkuiri, ternyata berhasil


meningkatkan integrasi kemampuan proses sains yang sebelumnya belum
muncul. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa diagram inkuiri
sangat penting dalam memunculkan dan mengembangkan keterampilan proses
sains (Sevilay, 2011, h. 26).

2. Keterampilan proses sains yang hasilnya rendah


Berdasarkan analisis data hasil penelitian terdapat beberapa aspek KPS
yang memiliki hasil cukup rendah dibandingkan aspek lainnya yaitu aspek
berhipotesis 47% dan aspek merancang percobaan 57%. Hal senada yang
dikemukakan Febriani dalam penelitiannya bahwa keterampilan proses sains
siswa dalam aspek berhipotesis juga mendapatkan hasil yang cukup rendah
yaitu 58, 13% (Febriani, 2014, h. XV). Untuk mencari tahu penyebabnya
maka peneliti merancang sebuah pedoman wawancara khusus. Wawancara ini
bertujuan untuk mencari tahu penyebab mengapa aspek KPS tersebut
mendapatkan hasil yang rendah. Wawancara tidak dilakukan pada seluruh
siswa melainkan pada beberapa siswa saja yang dipilih dengan teknik
purposive sampling.

Ketiga siswa yang dipilih bedasarkan katagori siswa yang mendapat


nilai tinggi, sedang dan rendah. Mereka di wawancara mengenai instruksi apa
yang sulit untuk mereka lakukan. Selaras dengan data hasil perhitungan
bahwa aspek KPS yang paling rendah hasilnya dan paling sulit bagi siswa
adalah aspek KPS berhipotesis dan merancang percobaan. Pada aspek
berhipotesis beberapa siswa menjawab saat ditanya “ bingung nentuin
hipotesisnya kan belum belajar,” atau “bingung soalnya kan belum di bahas
sama gurunya,”. Dari penyataan tersebut dapat dilihat bahwa kebiasaan
belajar dan membaca sebelum materi di pelajari di kelas pada siswa masih
sangat rendah, sehingga ketika membuat hipotesis mereka hanya
memperkirakan atau menebak jawaban sementara berdasarkan akal mereka
70

tanpa di dasari oleh teori dan literasi tentang konsep yang dipelajari. Hal ini
mengakibatkan hipotesis yang mereka buat tidak tepat, atau kurang kuat
ketika gagasannya sudah tepat. Karena mereka belum memahami konsep
dengan baik.
Pada aspek KPS merancang percobaan berdasarkan jawaban dari
wawancara siswa, mereka umumnya menjawab bahwa “bingung karena
terbiasa di beri prosedur atau tahapan percobaan sebelum di adakannya
praktikum”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa
keterampilan merancang percobaan siswa tidak terbiasa di latih dan di asah
pada proses kegiatan praktikum di sekolah, karena mereka telah terbiasa
langsung di beri rancangan percobaan sebelum praktikum baik judul, tujuan,
alat & bahan, serta tahapan percobaan. Sehingga hasil keterampilan
merancang siswa yang di munculkan nilainya masih rendah, karena memang
belum terlatih.
Selain itu, pada aspek KPS menalar tidak ada siswa yang mencapai
poin tertinggi (empat poin) yaitu “Siswa mampu menemukan bahwa terdapat
larutan yang dapat menghantarkan arus listrik yang lemah dan yang kuat yang
ikatannya adalah ikatan ion dan kovalen polar, dan ada yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik yang memiliki ikatan kovalen non polar. Hal ini
karena ikatan ion dapat mengalami disosiasi dan ikatan kovalen nonpolar
mengalami ionisasi menjadi ion-ionnya, sehingga terjadi perpindahan arus
elektron yang menjadi penyebab adanya arus listrik.Sedangkan ikatan kovalen
nonpolar tidak mengalami ionisasi sehingga tak memiliki kemampuan
menghantarkan arus listrik”.Sebagian besar siswa hanya mampu sampai pada
poin ke tiga di mana siswa hanya dapat menalar sampai ” Siswa mampu
menemukan bahwa terdapat larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
yang lemah dan yang kuat yang ikatannya adalah ikatan ion dan kovalen
polar, dan ada yang tidak dapat menghantarkan arus listrik yang memiliki
ikatan kovalen non polar”. Siswa sudah memahami bahwa adanya ion-ion
71

(yang bermuatan positif ataupun negatif) pada larutan elektrolit yang di


hasilkan ikatan ion ataupun kovalen polar memberi kontribusi terhadap
kemampuan larutan tersebut dalam menghantarkan arus listrik. Tetapi mereka
belum memahami mengenai adanya arus elektron yang mengair dari anion ke
kation yang menyebabkan larutan tersebut menjadi dapat menhantarkan arus
listrik.
Pada aspek melakukan percobaan terdapat salah satu aspek penilaian
yang mendapat nilai terendah yaitu aspek: Memakai atribut lengkap
praktikum demi keselamatan dan bersikap tertib”. Saat dilaksanakan
penelitian, siswa yang masih duduk di kelas X semester ganjil ini, belum
terlaksanakan sepenuhnya perihal administrasi pakaian seperti seragam batik,
baju olahraga, ataupun jas laboratotium, sehingga hanya siswa yang telah
mendapatkan kegiatan praktikum saat sekolah menengah pertama saja yang
memiliki jas laboratorium ataupun perlengkapannya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan dalam bab IV
mengenai keterampilan proses siswa kelas X di SMAN 6 Depok, pada pelajaran
larutan elektrolit dan nonelektrolit dengan model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing, di peroleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitan, model pembelajaran inkuiri terbimbing yang
mengacu pada proses dan berpusat pada siswa, membuat siswa aktif serta
memaksa siswa untuk menggunakan keterampilan-keterampilan yang di
miliki sehingga efektif dalam memunculkan dan melatih setiap aspek
KPS siswa (mengamati, bertanya, berhipotesis, merancang percobaan,
membuat percobaan, menalar, mengkomunikasikan, dan memprediksi)
dengan hasil rata-rata yaitu cukup. Berdasarkan analisis hasil wawancara
pencapaian tersebut disebabkan karena proses pembelajaran sebelumnya
lebih sering pada metode ceramah atau diskusi, sehingga keterampilan
proses siswa belum terlatih.

B. Saran
Berdasarkan penelinitian yang telah di lakukan, maka peneliti dapat
menyarankan sebagai berikut:
Bagi guru atau tenaga pendidik:
2. Model pembelajaran yang menekankan proses seperti model pembelajaran
Inkuiri Terbimbing di sarankan lebih sering di terapkan dalam
mengembangkan Keterampilan Proses Sains siswa.
3. Penggunaan media seperti LKS, dan tes uraian yang di buat dan
dikembangkan dengaan baik, untuk mengukur aspek KPS siswa, di

72
73

sarankan di gunakan dalam proses pembelajaran dan alat evaluasi KPS


siswa.

Bagi peneliti :
1. Dalam melaksanakan proses pembelajaran inkuiri terbimbing, diperlukan
waktu khusus pada kegiatan praktikum yang lebih panjang agar proses
pembelajaran lebih maksimal.
2. Menghadirkan para observer yang kompeten dan sesuai dengan jumlah
kelompok belajar sangat diperlukan, agar kegiatan pengamatan dan
pengukuran keterampilan proses siswa lebih mudah dilakukan dengan
hasil yang maksimal, terutama untuk kelas yang cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA

Adams, Ghumdia A. (2016). Effects of Inquiry-Based Teaching Strategy on


Students’ Science Process Skills Acquisition in Some Selected Biology
Concept in Second School in Borno State. International Journal of
Scientific Research, 1(2). Nigeria: Federal College of Freshwater Fisheries
Technology

Arifin, Zaenal, M.Pdd. (2011). Penelitian Pendidikan, Metoda dan Paradigma


Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Suharsini, Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta:Rineka Cipta.

Balanay, Catherine Anne. (2013). Assessment on Students’s Science Process


Skills: A Student-Centred Approach. International Journal of Biology
Education, 3(1). Filiphine: Mindanao State University

Bilgin, Ibrahim (2009). The Effects of Guided Inquiry Instruction Incorporating a


Cooperative Learning Approach on University Students Achievement of
Acid and Bases Concepts and Attitude Toward Guided Inquiry Instruction,
Amasya Uninersity. Scientific Research and Essay, 4(1). Turkey: Amasya
Uninersity

Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar : Konsep Konsep Inti. Jakarta: Erlangga,

Colburn, Alan. (2000). An Inquiry Primer. Journal of Research in Science


Theaching, 1(1). Science Corp March: California

Darmodjo, Hendro & R.E Kaligis, Jenny. (1992). Pendidikan IPA. Jakarta :
ProyekPembinaan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas. (2008). Panduan Penulisan Butir Soal. Indonesia: Departemen


Pendidikan Nasional

74
75

Dimyati Johni. (2013) Metode Penelitian Pendidikan & Aplikasinya pada


pendidikan anak usia dini (PAUD). Jakarta: Kencana Prenamedia Group

Dimyati & Mujiyono. (2013), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka


Cipta

Hale, Dane & Mullen, Linda Greef. (2005). Designing Process-Oriented Guided-
Inquiry Activities. Marketing Education Review, 1(1). Departement of
Chemistry, Stony Brook University

Harlen, W & Elstgeest, J. (1992). UNESCO Souercebook for Science in The


Primary School. UNESCO: France

Karamustafaogln’, Sevilay. (2011). Improving the Science Skills Ability of


Science Student Theacher Using I Diagram. Eurasian Journal of Physic
and Chemistry Education, 3(1). Turkey: Amasya University

Koksal, Ela Ayse. (2008). The Acquisition of Scence Process Skills Through
Guided (Teacher-Directed) Inquiry. Publish master’s thesis, Middle East
Technical University. Turkey

Kuhltlau, CC. (2010). Guide Inquiry: School Libraries in the 21st Century. School
Libraries Wordlwide, 16(1). The State of New Jersey: USA

Petrucci, R.H. 1985. Kimia Dasar Prinsip dan terapan Modern Edisi Keempat
Jilid II. Erlangga: Jakarta

Putri, Anissa A. dan Tim.. 2011. 100% Suka Kimia. Semudah Membalikkan
Telapak Tangan. Jakarta: Mata Elang Media

Rustaman. N.Y. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan


Pendidikn Biologi FMIPA UPI.

R Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang; UM PRESS

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media


Group
76

Sugiyono. (2012).Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sukardi. (2003). Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta; Bumi Aksara

Suyanti, Retno Dwi. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Suyono & Haryanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosda Karya

Syaodih Sukmadinanta, Nana. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosda Karya

Tirtarardja & La Sulo. (2012). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Toharudin, Uus., Hendrawati, Sri., Rustaman. A.. (2011). Membangun Literasi


Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora

Wijaya Febriani. (2014). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas
XI IPA Pada Pembelajaran Biologi . Skripsi terpubikasi, FKIP
Universitas Sriwajaya. Sulawesi Selatan.

Zulfiani., Feronika, Tonih., Suhartini, Kinkin. (2009). Strategi Pembelajaran


Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.
77

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Kimia


Sekolah : SMAN 6 Depok
Kelas/ Semester : X/I (Satu)
Hari/Tanggal : Selasa/ -Januari-2015
Jumlah Pertemuan : 3 pertemuan (@ 2 jp)
Alokasi Waktu : 6 × 45 menit

A. Kompetensi Inti :

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya


KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar & Indikator Pencapaian :

2.1 Menunjukkan perilaku (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif,
terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung
jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif ) dalam
78

merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan


dalam sikap sehari-hari.

2.2 Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli
lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.

3.8 Menganalisis sifat larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit berdasarkan


daya hantar listriknya.
Berdasarkan kompetensi dasar 3.8
3.8.1 Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit
melalui percobaan
3.8.2 Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit
menghantarkan arus listrik
3.8.3 Memprediksi suatu larutan tertentu kedalam golongan larutan
nonelektrolit ataupun nonelektrolit berdasarkan daya hantaran
listriknya atau sebaliknya
4.8 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil
percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit dan larutan non-
elektrolit .
Berdasarkan Kompetensi dasar 4.8
4.8.1 Merancang percobaan mengenai sifat-sifat larutan elektrolit dan
nonelektrolit
4.8.2 Melakukan percobaan mengenai sifat larutan elektrolit dan non
elektrolit
4.8.3 Menyimpulkan sifat-sifat larutan elektrolit berdasarkan data
percobaan
4.8.4 Menyajikan hasil percobaan dalam bentuk tabel pengamatan di
laporan praktikum dan mempresentasikannya di depan kelas

C. Tujuan Pembelajaran:
Setelah melaksanakan proses pembelajaran, siswa mampu:
1. Melalui diskusi siswa mampu merancang percobaan mengenai sifat-
sifat larutan elektrolit dan elektrolit
2. Melalui percobaan siswa mampu melakukan percobaan mengenai sifat
larutan elektrolit dan nonelektrolit melalui percobaan
3. Melalui diskusi siswa mampu menyimpulkan sifat-sifat larutan
elektrolit dan nonelektrolit berdasarkan data percobaan
79

4. Melalui model pembelajaran yang berbasis eksperimen siswa mampu


menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat-sifat larutan
elektrolit dan nonelektrolit
5. Melalui percobaan siswa mampu mengidentifikasi larutan elektrolit
dan nonelektrolit melalui percobaan
6. Melalui percobaan siswa mampu menjelaskan penyebab kemampuan
larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik
7. Melalui diskusi siswa mampu memprediksi apakah suatu larutan
merupakan bersifat nonelektroli ataupun non elektrolit berdasarkan
daya hantar listriknya dan sebaliknya

D. Materi Pembelajaran
Sifat-sifat Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Para peneliti sifat listrik dari bahan sejak dulu kala mengetahui bahwa
kemampuan menghantar arus listrik tidak terbatas pada logam. Beberapa
cairan dan larutan cairan juga mengahantar aliran listrik. Cairan air murni
adalah penghantar aliran listrik yang buruk. Penambahan zat terlarut tertentu
ke dalam air menyebabkan larutan berair tersebut mengakibatkan larutan
menjadi penghantar listrik yang baik. Tetapi, ada pula zat terlarut yang tidak
menamabh daya hantar listrik dari air dan ada pula yang menyebabkan daya
hantar yang lemah. Ketiga golongan tersebut berturut-turut dimasukkan dalam
larutan adalah
1. Elektrolit kuat,
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik
karena memiliki ion-ion yang bergerak bebas. Apabila diuji dengan alat uji
elektrolit maka larutan elektrolit dapat menimbulkan gelembung-
gelembung dan juga menyalakan lampu
Contoh larutan elektrolit :
Larutan garam dapur (NaCl)
Larutan H2SO4
2. Nonelektrolit
80

Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan


listrik, apabila diuji dengan alat uji elektrolit, maka larutan ini tidak dapat
menghasilkan gelembung ataupun menyalakan lampu.
Contoh larutan nonelektrolit adalah :
Larutan Gula
Gula merupakan senyawa yang tersusun akibat ikatan kovalen nonpolar
yang apabila dilarutkan tak dapat membentuk ion sehingga larutannya
tidak dapat menghantarkan arus listrik.
3. Elektrolit lemah.
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang terionisasi sebagian ketika
dilarutkan dan dapat menghantarkan arus listrik tetapi kurang baik,
contohnya adalah CH3COOH

E. Metode dan Model Pembelajaran


Metode :Diskusi kelompok, Praktikum
Model :Guide Inquiry
F. Langkah – langkah kegiatan
Materi : Identifikasi Senyawa Hidrokarbon
ALOKASI
KEGIATAN AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA
WAKTU
(1 × 45 menit) Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2
Pendahuluan  Guru mengucapkan salam  Siswa menjawab salam dari 5 menit
pembuka guru

 Guru menginstruksikan mereka  Siswa berkumpul dalam


membuat kelompok kelompok yang telah diatur
beranggotakan 8 siswa yang oleh guru
terdiri dari laki-laki dan
perempuan

 Guru menunjukkan video  Siswa mengamati video 5 menit


tentang orang yang mati dengan seksama tentang orang
Mengamati tersengat listrik saat banjir yang mati tersengat listrik saat
banjir

 Guru memberikan kesempatan  Siswa diharapkan bertanya :


kepada siswa untuk bertanya mengapa orang bisa mati
mengenai hal yang berkaitan tersetrum listrik saat banjir dan 5 menit
Bertanya dengan video apakah semua jenis air dapat
melakukan hal yang sama?”
81

ALOKASI
KEGIATAN AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA
WAKTU

 Guru membimbing siswa  Siswa berdiskusi kelompok


untuk membuat hipotesis atas
melakukan diskusi kelompok
pertanyaan yang mereka buat 5 menit
untuk membuat hipotesis dari
Berhipotesis dengan bimbingan guru
pertanyaan yang telah mereka
buat
 Siswa berdiskusi kelompok
untuk membuat rancangan
 Guru mengarahkan dan yang dapat menguji hipotesis
membimbing siswa bediskusi
mereka dengan arahan dan
kelompok untuk membuat
bimbingan guru 10 menit
rancangan percobaan yang dapat
menguji hipotesis mereka

 Guru menginstruksi salah satu  Salah satu anggota kelompok


maju kedepan untuk
anggota kelompok untuk
membacakan hasil rancangan
membacakan rancangan
yang telah mereka buat
percobaan yang telah mereka
buat
8 menit

 Guru memberikan umpan balik  Siswa menerima umpan balik


atas rancangan yang telah dan menyimak penjelasan dari
mereka buat dan mengoreksi guru
hasilnya

5 menit
 Guru mengajak siswa membaca  Siswa membaca
lafadz hamdalah untuk
“Alhamdulilah” dan kemudian
mengakhiri pembelajaran
menjawab salam dari guru
mengucapkan salam pentup

2 menit
82

ALOKASI
KEGIATAN AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA
WAKTU

( 2 × 45 menit) Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-2

 Guru mengucap slam pembuka  Murid membalas salam dari


guru

 Guru menginstruksi siswa untuk  Siswa duduk berkelompok


5 menit
duduk kelompok sesuai dengan sesuai dengan kelompok yang
Mengumpulka
kelompok yang telah mereka telah mereka buat di
n Data
buat di pertemuan sebelumnya pertemuan sebelumnya

 Guru memberikan LKS yang


 Siswa menerima LKS yang
akan digunakan sebagai
akan digunakan sebagai 5 menit
penuntun praktikum larutan
penuntun praktikum larutan
elektrolit & non elektrolit yang
elektrolit & non elektrolit
diberikan oleh guru

 Guru menuntun dan


 Siswa melakukan percobaan
60 menit
membimbing siswa melakukan
larutan elektrolit &
percobaan larutan elektrolit &
nonelektrolit dengan
nonelktrolit
bimbingan guru

 Guru mengingatkan siswa untuk


 Siswa mengisi tabel hasil
percobaan dengan teliti dan 10 menit
mengisi tabel hasil percobaan
rapih
dengan teliti dan rapih

 Guru menuntun Siswa  Siswa mengakhiri praktikum


merapikan kembali alat dan dengan membersihkan alat dan 10 menit
bahan usai praktikum bahan yang telah mereka
gunakan

(1 × 45 menit) Pertemuan ke-3 Pertemuan ke-3

Akhir  Guru mengucapkan salam  Siswa menjawab salam dari


pembuka guru

 Guru menginstruksi agar siswa  Siswa duduk di kelompok


duduk dikelompoknya masing- yang sama yang sesuai saat 5 menit
masing sesuai dengan kelompok praktikum
praktikum

 Guru menanyakan hasil


 Salah satu anggota kelompok
memberikan penjelasan hasil
pengamatan dari percobaan yang
pengamatan yang mereka 10 menit
telah mereka lakukan di
dapat saat praktikum
pertemuan selanjutnya

 Siswa mengingat kembali


83

ALOKASI
KEGIATAN AKTIVITAS GURU AKTIVITAS SISWA
WAKTU
Menalar mengenai konsep ikatan kimia
 Guru mengingatkan kembali yang telah dipelajari
mengenai konsep ikatan kimia sebelumnya dan
yang telah dipelajari sebelumnya mengaitkannya dengan sifat 15 menit
dan mengaitkannya dengan sifat mengahantarkan arus listrik
mengahantarkan arus listrik pada larutan dengan media
pada larutan dengan media LKS LKS

 Guru meminta siswa membuat


kesimpulan
 Siswa menyimpulkan
pembelajaran
 Guru memberi tugas membuat 10 menit
Merumuskan laporan praktikum dan power
point untuk presentasi di  Siswa menenerima tugas
Kesimpulan
pertemuan selanjutnya
Mengkomun-
ikasikan  Guru mengakhiri pembelajaran
dengan mengajak siswa  Siswa mengucapkan
mengucapkan lafaz “hamdalah” ‘Alhamdulillah’

 Guru mengucapkan salam 5 menit


penutup
 Siswa menjawab salam dari
guru

(2 × 45 menit) Pertemuan ke-4 Pertemuan ke-4


5 menit
Mengkomunik  Guru memberi salam pembuka  Siswa menjawab salam
asikan
 Guru mengingatkan tugas di 10 menit
pertemuan selanjutnya  Siswa mengumpulkan tugas

 Guru meminta siswa duduk


 Siswa duduk sesuai
berkelompok
kelompoknya
 Guru memberi kesempatan setiap
 Setiap kelompok bergantian
kelompok begantian untuk
melakukan presentasi dengan 60 menit
melakukan presentasi tentang
bimbingan guru
percobaan dan apa yang telah
mereka pelajari mengenai larutan
elektrolit & nonelektrolit
 Siswa menyimak apa yang
 Guru memberikan feedback pada
dijelaskan guru
hasil presentasi siswa
5 menit
 Siswa mengucapkan hamdallah
 Guru mengajak siswa
mengucapkan hamdalah 5 menit

 Murid menjawab salam 5 menit


 Guru mengucapkan salam
penutup
84

G. Media Pembelajaran
Alat-alat praktikum, LKS, Papan tulis & spidol
H. Sumber Belajar
1. Buku Penuntun Belajar Kimia (Harris, Nicholas. Atlas Lautan. Jakarta:
Erlangga. 2007.)
2. Website (http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/kimia-sma-
ma/minyak-bumi-kimia-sma-ma/)
I. Penilaian

1. Aspek Kognitif : Penilaian penguasaan konsep dengan menggunakan


laporan praktikum
a. Individu: laporan praktikum
b. Soal tertulis essay sebagai post test
No. Indikator Soal Kunci Jawaban Skor
Maksimum
1. Memprediksikan Perhatikan tabel dibawah ini Larutan NaCl, HCl, dan 20
suatu larutan MgCl2 adalah larutan
tertentu ke dalam No. Senyawa Gelembung Nyala elektrolit kuat, Larutan
larutan elektrolit & lampu asam cuka elektrolit
nonelektrolit 1 H2O Tidak ada Tidak lemah, dan larutan gula
berdasarkan daya 2 Larutan Tidak ada Tidak adalah nonelektrolit
hantar listriknya Gula
atau sebaliknya 3 Larutan Banyak Terang
(3.8.3) NaCl
4 Larutan Sedikit Redup
Asam
Cuka
5 Larutan Banyak Terang
HCl
6 Larutan Banyak Terang
MgCl2
Berdasarkan data percobaan
golongkan keenam larutan tersebut
kedalam larutan elektrolit, elektrolit
lemah, dan nonelektrolit?
2. Mengidetifikasi Apakah yang dimaksud dengan Larutan elektroit adalah 20
sifat-sifat larutan larutan elektrolit kuat, larutan larutan yang dapat
elektrolit dan elektrolit lemah dan nonelektrolit? menghatarkan arus
nonelektrolit (3.8.1) listrik akibat terdapat
Jelaskan jawabanmu!
ion-ion yang bergerak
bebas didalam larutan.
Larutan elektrolit ada
yang kuat karena
terionisasi sempurna,
85

dan ada yang lemah


karena terionisasi
sebagian.
Larutan nonelektrolit
adalah larutan yang
tidak memiliki ion-ion
ketika dilarutkan
sehingga tidak dapat
meghantarkan arus
listrik
3. Menjelaskan Apa yang menyebabkan suatu Karena suatu zat terlarut 20
penyebab senyawa dapat menghantarkan arus yang mengalami
kemampuan larutan listrik, jelaskan! disosiasi atau ionisasi
elektrolit dapat menjadi ion-ion yang
menghantarkan arus bermuatan dan dapat
listrik (3.8.2) bergerak bebas dalam
pelarutnya

4. Menjelaskan Jelaskanlah bagaimana konsep ikatan Bila suatu senyawa 20


penyebab kimia mempengaruhi suatu senyawa yang memiliki ikatan
kemampuan larutan dalam kemampuannya ion dilarutkan kedalam
elektrolit dapat pelarutnya maka
menghantarkan arus listrik?
menghantarkan arus senyawa tersebut akan
listrik (3.8.2) mengalami disosiasi
menjadi kation dan
anion yang dapat
bergerak bebas dan
menghantarkan arus
listrk, atau bila suatu
senyawa memiliki
ikatan kovalen polar
yang memiliki
perbedaan
keelektronegatifan
dilarutkan kedalam
pelarut polar maka akan
menyebabkan senyawa
tersebut mengalami
ionisasi menjadi kation
dan anion sehingga
dapat bergerakk bebas
dan menghantarkan arus
listrik
5. Memprediksi Dua buah larutan merupakan X dan Y Larutan X adalah larutan 20
larutan tertentu ke dilakukan pengujian. setelah diujikan nonelektrolit berasal dari
dalam larutan larutan X tidak menghasilkan larutan yang zat
elektrolit & terlarutnya memiliki
gelembung dan nyala lampu,
nonelektrolit ikatan kovalen nonpolar,
berdasarkan daya sedangkan larutan Y menghasilkan sedangkan larutan Y
hantar listriknya banyak gelembung dan nyala lampu adalah larutan elektrolit
atau sebaliknya yang cukup terang. Coba ramalkan yang zat terlarutnya
(3.8.3) kira-kira kedua larutan tersebut berasal dari senyawa
berasal dari senyawa ikatan apa? yang memiliki ikatan
Jelaskan alasannya! ion, ataupun kovalen
polar
86

Skor maksimum = 100

2. Aspek Afektif : Penilaian sikap menggunakan rubrik penilaian


perilaku
SKOR
NO. ASPEK YANG DINILAI 1 2 3 KETERANGAN

1 Memperhatikan Guru
2 Mengeluarkan pendapat
3 Inisiatif saat praktikum
4 Mampu bekerja sam dengan baik

Keterangan:
ASPEK YANG
NO. RUBRIK
DINILAI
1. Memperhatikan Guru 3: memperhatikan dengan seksama
2: memperhatikan kadang-kadang
1: mengerjakan yang lain seperti mengobrol
atau yang lainnya sepanjang guru
menjelaskan
2. Bersikap kritis 3: mengacungkan tangan untuk
mengeluarkan pendapatnya, dan
memberikan pendapat yang benar
2: mengacungkan tangan untuk
mengeluarkan pendapat tetapi kurang
tepat
1: tidak mau berpendapat kalau tidak diminta
3. Inisiatif saat 3: inisiatif diri untuk bekerja tanpa diminta
praktikum 2: hanya akan bekerja kalau diminta
1: mengelak saat diminta membantu
4. Mampu bekerja sama 3: bersikap akur dan terbuka
dengan baik 2: mau bekerja sama tapi terkadang masih
egois
1: bersikap egois dan tidak bisa bekerja sama

Skor maksimum = 12

3. Aspek Psikomotor
a. Jenis / Teknik Penilaian : Penilaian Kinerja
b. Instrumen Penilaian :
Penilaian
No. Aspek yang dinilai
Ya Tidak
87

Menggunakan alat dan bahan yang di


1.
butuhkan

2. Membersihkan alat yang akan digunakan

3. Mengambil bahan sesuai kebutuhan

4. Membersihkan alat yang telah digunakan

5. Melakukan percobaan sesuai prosedur

Keterangan : Ya mendapat poin 2


Tidak mendapat poin 1
Skor maksimum = 10
Cara penilaian dari ketiga aspek sama yaitu :
𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕
Nilai = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎

Kriteria penilaian:
Rentang nilai :
A: 81-100 Sangat Baik
B : 61-80 Baik
C : 41-60 Cukup
D: ≤ 40 Kurang

Mengetahui, Tangsel, 9 Mei 2015


Guru Pamong Guru Mapel Kimia

Eny Purwaningsih Muthiah


NIK. 197612122008012004 NIM. 1111016200040
88

Lampiran 2

Lembar Kerja Siswa

Nama :

Kelas :

Kelompok :

Nama Semua Anggota Kelompok :

1. 6.

2. 7.

3. 8.

4. 9.

5. 10.

A. Wacana

1. Amatilah dengan seksama wacana yang diberikan oleh Gurumu

2. Mari membuat pertanyaan


89

Setelah kamu mengamati video yang diberikan gurumu, buatlah satu pertanyaan berkaitan
dengan apa yang kalian amati di video tersebut, diskusikan terlebih dahulu dengan temanmu
lalu tuliskan pertanyaan kalian dalam kolom dibawah ini!

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

B. Mari mencoba membuat hipotesisnya

Berdasarkan pertanyaan yang telah kamu buat tersebut coba diskusikan bersama temanmu
untuk mencari jawaban sementaranya (hipotesis). Tuliskan hipotesismu dibawah ini!

Hipotesis :

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................

C. Merancang Percobaan

Untuk dapat mengetahui bagaimana kebenaran hipotesis yang telah kamu buat kamu perlu
mengujinya bukan? Cari dan pikirkan cara untuk menguji hipotesismu dengan melakukan
suatu percobaan sederhana, lakukan diskusi dengan teman sekelompokmu dan kalian boleh
menggunakan literasi baik dari buku teks yang dimiliki ataupun dengan mencarinya di
internet. Beri judul serta tujuan dari percobaan yang akan kau lakukan! Alat dan bahan apa
saja yang akan dibutuhkan buatlah daftarnya! Kemudian urutkan langkah-langkah yang akan
dilakukan!

Tulislah daftar alat dan bahan yang akan dibutuhkan dalam percobaan yang kamu
rencanakan!

Judul percobaan :

Tujuan percobaan :
90

Alat Bahan

Langkah-langkah percobaan

Setelah menentukan alat dan bahan apa yang akan digunakan, kamu tentu harus membuat
perencanaan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk percobaan tersebut agar berhasil.
Rumuskan langkah-langkahnya dengan jelas dan spesifik pada kolom di bawah ini!
91

Mari lakukan percobaan berikut ini !

Uji Coba Daya Hantar Listrik dari Larutan

Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui bagaimana suatu larutan dapat menghantarkan arus
listrik

Bahan Alat
a. Larutan H2SO4 Kabel penghubung beserta capit buaya 3
buah

b. Larutan NaCl Gelas kimia 100 ml 3 buah

c. Larutan Gula Elektroda karbon 2 buah

d. Larutan Urea Baterai ukuran besar 2 buah

e. Larutan CH3COOH Lampu kecil 1 buah

f. Larutan Alkohol

Perhatikan gambar rangkaian berikut, rancang alat dan bahan dengan menggunakan setiap
larutan yang tersedia seperti gambar.

Keterangan :

1. Baterai

2. Kabel penghubung

3. Lampu bohlam kecil

4. Elektroda positif

5. Elektroda negatif

6. Larutan uji
Langkah-langkah

1) Rangkailah alat penguji elektrolit.

2) Periksalah apakah alat penguji elektrolit dapat bekerja dengan baik atau tidak jika
kedua elektroda dihubungkan, lampu dapat menyala.

3) Masukkan 2 buah katoda ke dalam gelas beker yang berisi NaCl, hingga
setengahnya. Perhatikan jangan sampai bersentuhan antara kedua elektroda.
92

4) Catat dan periksalah apa yang terjadi pada alat pengujinya.

5) Bersihkan kedua katoda / elektroda tersebut dengan amplas.

6) Ulangi kegiatan 3 - 5 pada larutan uji yang lainnya secara bergiliran sampai semua
larutan teruji.

Setelah berhasil merancang percobaan seperti diatas amati apa yang terjadi. Jika kamu belum
berhasil, perhatikan dimana letak kesalahan dan perbedaan rancangan yang kamu lakukan
dan yang terdapat dengan gambar dan teruslah berusaha. Kamu dapat melakukannya juga
bukan? Hal apa yang dapat kamu amati dari percobaan tersebut? Catat setiap reaksi yang
terjadi dan masukkan kedalam tabel hasil pengamatan berikut:

E. Isilah Tabel Data Pengamatan di bawah ini

No Larutan Nyala Lampu Gelembung


1.
2.
3.
4.
5.
6.
93

F. Mengasosiasi dengan ber-Diskusi Kelompok

Setelah melakukan percobaan kalian dapat melihat bahwa tidak semua larutan yang diuji
coba dapat menghasilkan nyala lampu ataupun menimbulkan gelembung. Nyala lampu dan
gelembung yang dihasilkanpun berbeda bukan ? Sebelum mengetahui bagaimana hal tersebut
dapat terjadi jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!

Masih ingatkah kamu mengenai jenis-jenis ikatan kimia yang kamu pelajari disemester I
dahulu? Coba kelompokkan larutan-larutan yang telah kamu gunakan saat uji coba kedalam
jenis ikatannya.

Hasil Percobaan
Jenis Ikatan Larutan
Gelembung Nyala Lampu

Apakah ada kencenderungan yang dapat kalian temukan pada hasil pengamatan dalam
larutan-larutan yang memiliki jenis ikatan yang sama? Mengapa hal tersebut dapat terjadi cari
tahu dan jelaskan dalam kolom dibawah ini!

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
...............................................................................................................................................

Akan tetapi apakah semua larutan yang dapat menyalakan lampu menghasilkan terang yang
sama? Mengapa juga gelembung yang dihasilkan tidak sama banyak meskipun sama-sama
menghasilkan gelembung? Cari tahu dengan berdiskusi melalui literasi buku teks dan internet
dan jelaskan jawabannya!
94

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Mari membuat kesimpulan

Buatlah kesimpulan atas apa yang telah kalian pelajari !

......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................

Tugas Membuat Laporan Praktikum

1) Tugas! Buatlah Laporan Praktikum atas Percobaan Larutan Elektrolit dan nonlektrolit
yang telah kalian lakukan diatas dengan susunan sebagai berikut:

1. Cover

2. Tujuan percobaan

3. Landasan teori

4. Alat dan bahan

5. Prosedur percobaan

6. Data hasil pengamatan

7. Pembahasan

8. Kesimpulan

9. Daftar Pustaka

2) Buatlah slide presentasi mengenai praktikum yang telah kalian lakukan untuk pertemuan
selanjutnya
Lampiran 3

Rubrik Penilaian Observasi

No Indikator Aspek-aspek Skala Penilaian Jenis Media


KPS penilaian Observasi
1) Mengamati Mampu mengamati 0. Siswa lengah dan tidak melihat perubahan reaksi sama sekali dan tidak menulis Tidak Lembar
perubahan dan apapun di tabel hasil pengamatan Langsung Kerja Siswa
perbedaan reaksi yang 1. Siswa berusaha mengamati namun tidak teliti sehinggaada >4 data sampel yang
terjadi salah dalam menulis di tabel hasil pengamatan
2. Siswa kurang teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi sehingga ada 3-4
data sampel yang salah saat menulis di tabel hasil pengamatan
3. Siswa kurang teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi, sehingga ada 1-2
data sampel percobaan yang salah di tabel hasil pengamatan
4. Siswa teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi dan menuliskannya secara
tepat ke-6 data sampel di tabel hasil pengamatan
2) Bertanya Membuat pertanyaan 0. Siswa tidak bertanya sama sekali Tidak Lembar
mengenai wacana yang 1. Siswa bertanya namun belum mengarah pada konteks penyelidikan dan juga Langsung Kerja Siswa
diberikan bahasa yang kurang baik
2. Siswa bertanya namun belum mengarah pada penyelidikan tapi menggunakan
bahasa yang tepat dan mudah dipahami
3. Siswa bertanya mengenai hal yang dapat mengarahkan pada penyelidikan namun
bahasanya kurang baik
4. Siswa bertanya mengenai hal yang mengarah pada konteks penyelidikan dengan
bahasa yang tepat dan mudah dipahami

95
No Indikator Aspek-aspek Skala Penilaian Jenis Media
KPS penilaian Observasi
3) Menyusun Menyusun dugaan 0. Siswa tidak menyusun hipotesis Tidak Lembar
Hipotesis sementara mengenai 1. Siswa menyusun hipotesis tapi tidak nyambung dengan pertanyaan yang telah Langsung Kerja Siswa
pertanyaan yang dibuat dan bahasa yang kurang baik
diajukan berdasarkan 2. Siswa menyusun hipotesis tapi tidak nyambung dengan pertanyaan yang dibuat
wacana tapi bahasanya baik
3. Siswa dapat menyusun hipotesis berdasarkan yang dibuat dengan tepat tapi
dengan bahasa yang kurang baik
4. Siswa dapat menyusun hipotesis berdasarkan pertanyaan yang dibuat dengan
tepat dan bahasa yang baik

4) Merancang Menentukan judul, 0. Siswa tidak dapat merancang percobaan sama sekali Tidak Lembar
Percobaan tujuan,alat & bahan 1. Siswa hanya dapat membuat judul dengan benar tetapi tidak dapat membuat Langsung Kerja Siswa
yang digunakan, serta tujuan, menentukan alat & bahan yang digunakan,serta tahapan percobaan
tahapan percobaan 2. Siswa hanya dapat membuat judul dan tujuan tetapi tidak dapat menentukan alat
dengan tepat & bahan, dan tahapannya dengan tepat
3. Siswa sudah dapat membuat judul, tujuan, dan menentukan alat & bahan, tetapi
tidak dapat membuaat tahapannya dengan tepat
4. Siswa dapat menentukan semua judul, tujuan, alat & bahan, dan tahapannya
dengan tepat

5) Melakukan a. Merangkai 0. Siswa tidak terlibat (pasif) dalam kegiatan praktikum sehingga tidak melakukan Langsung -
percobaan rangkaian uji coba kegiatan
larutan elektrolit 1. Siswa merangkai alat uji tetapi salah dan menyerah
dengan 2. Siswa mampu merangkai alat uji setelah beberapa kali salah dan meminta
menggunakan alat bantuan atau bertanya peneliti atau observer
yang disediakan 3. Siswa mampu merangkai alat uji setelah hanya satu atau dua kali kesalahan
dengan mandiri
4. Siswa mampu merangkai alat uji dengan tepat dan cepat secara mandiri

96
No Indikator Aspek-aspek Skala Penilaian Jenis Media
KPS penilaian Observasi
b. Membersihkan alat 0. Siswa tidak mau membersihkan alat dan bahan bahkan walau diperintahkan Langsung -
dan bahan setelah 1. Siswa hanya mau membersihkan alat atau mengembalikan bahan saja ke tempat
praktik semula hanya setelah diperintahkan dengan asal sehingga tidak rapih dan bersih
2. Siswa mau membersihkan alat sekaligus mengembalikan bahan ketempat semula
hanya setelah diperintah dengan asal sehingga kurang rapih dan bersih
3. Siswa dengan kemauan sendiri membersihkan alat dengan bersih tapi tidak
mengembalikan bahan yang digunakan ketempat semula, atau sebaliknya
4. Siswa dengan kemauan sendiri membersihkan alat dengan bersih dan
mengembalikan bahan dengan rapih yang digunakan ketempat semula

c. Memakai atribut 0. Tidak memakai jas laboratorium, tidak menggunakan peralatan praktikum Langsung -
lengkap praktikum (masker, sarung tangan, kacamata praktikum), tidak berperilaku tidak tertib
demi keselamatan 1. Melakukan satu hal saja dari memakai jas laboratorium,peralatan praktikum
dan bersikap tertib (masker, sarung tangan, kacamata praktikum), bersikap tertib
2. Memakai jas laboratorium, tidak menggunakan peralatan praktikum (masker,
sarung tangan, kacamata praktikum), dan bersikapkurang tertib
3. Memakai jas laboratorium, menggunakanperalatan praktikum yang kurang
lengkap (masker, sarung tangan, kacamata praktikum),dan bersikap tertib
4. Memakai jas laboratorium, menggunakan semua peralatan praktikum lengkap
(masker, sarung tangan, kacamata praktikum),dan bersikap tertib

6) Menalar Menemukan pola dari 0. Siswa tidak mampu menemukan hubungan atau menalar sama sekali Tidak Tes Uraian
(menemukan data menemukan 1. Siswa hanya mampu menemukan bahwa ada larutan yang dapat menghantarkan Langsung
pola dan penyebab dari arus listrik dan ada yang tidak tanpa tahu penyebabnya
hubungan) kemampuan larutan 2. Siswa hanya mampu memukan bahwa ada larutan yag tidak dapat
elektrolit dapat menghantarkan arus listrik dan ada yang dapat menghantarkan tetapi ada yang
menghantarkan arus kuat dan lemah
listrik 3. Siswa mampu menemukan bahwa terdapat larutan yang dapat menghantarkan

97
No Indikator Aspek-aspek Skala Penilaian Jenis Media
KPS penilaian Observasi
arus listrik yang lemah dan yang kuat yang ikatannya adalah ikatan ion dan
kovalen polar, dan ada yang tidak dapat menghantarkan arus listrik yang
memiliki ikatan kovalen non polar
4. Siswa mampu menemukan bahwa terdapat larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik yang lemah dan yang kuat yang ikatannya adalah ikatan ion dan
kovalen polar, dan ada yang tidak dapat menghantarkan arus listrik yang
memiliki ikatan kovalen non polar. Hal ini karena ikatan ion dapat mengalami
disosiasi dan ikatan kovalen nonpolar mengalami ionisasi menjadi ion-ionnya,
sehingga terjadi perpindahan arus elektron yang menjadi penyebab adanya arus
listrik.Sedangkan ikatan kovalen nonpolar tidak mengalami ionisasi sehingga tak
memiliki kemampuan menghantarkan arus listrik.

7) Mengkomuni- Membuat laporan 0. Siswa tidak membuat laporan praktikum (beserta tabel pengamatannya) sama Tidak Laporan
kasikan praktikum (beserta sekali Langsung Praktikum
tabel pengamatan) 1. Siswa membuat laporan praktikum (beserta tabel pengamatannya ) tapi tidak
sistematis, tidak jelas, dan tidak lengkap
2. Siswa membuat laporan praktikum (beserta tabel pengamatannya) secara
sistematis tetapi tidak jelas dan tidak lengkap
3. Siswa membuat laporan praktikum (beserta tabel pengamatannya) secara
sistematis dan jelas tetapi tidak lengkap
4. Siswa membuat laporan praktikum (beserta tabel pengamatannya) secara
sistematis, jelas, dan lengkap
Membuat dan 0. Siswa tidak membuat bahan presentasi dan juga tidak maju untuk presentasi Langsung -
mempresentasi hasil 1. Siswa menyajikan materi yang kurang lengkap, tampilan slide kurang bagus, dan
percobaan kurang lugas dan percaya diri saat membawakan presentasi
2. Siswa dapat menyajikan materi dengan baik, tetapi tampilan slide kurang bagus,
dan kurang lugas dan percaya diri saat membawakan presentasi
3. Siswa dapat menyajikan materi dengan baik, tampilan slide yang baik, tetapi

98
No Indikator Aspek-aspek Skala Penilaian Jenis Media
KPS penilaian Observasi
kurang lugas dan percaya diri saat membawakan presentasi
4. Siswa dapat menyajikan materi dengan baik, tampilan slide yang baik, serta
membawakan presentasi dengan lugas dan percaya diri
8) Memprediksi Memprediksi apakah 1. Siswa tidak mampu memprediksi sama sekali Tidak Tes Uraian
suatu larutan tertentu 2. Siswa memprediksi hanya sedikit yang benar dan tak memberi penjelasan Langsung
kedalam golongan 3. Siswa mampu memprediksi sebagian besar benar dan tak memberi penjelasan
larutan nonelektrolit 4. Siswa mampu memprediksi sebagian besar benar dan memberi penjelasan yang
ataupun nonelektrolit baik
berdasarkan daya 5. Siswa mampu memprediksi semua soal dan memberi penjelasan dengan baik
hantaran listriknya atau
sebaliknya

99
Lampiran 4

Lembar Observasi

Nama Kelompok :

No Indikator KPS Aspek-aspek Skala Penilaian Siswa ke-


penilaian 1 2 3 4 5 6 7
1) Mengamati Mampu mengamati 0. Siswa lengah dan tidak melihat perubahan reaksi sama sekali dan tidak
perubahan dan menulis apapun di tabel hasil pengamatan
perbedaan reaksi 1. Siswa berusaha mengamati namun tidak teliti sehinggaada >4 data
yang terjadi sampel yang salah dalam menulis di tabel hasil pengamatan
2. Siswa kurang teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi sehingga
ada 3-4 data sampel yang salah saat menulis di tabel hasil pengamatan
3. Siswa kurang teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi, sehingga
ada 1-2 data sampel percobaan yang salah di tabel hasil pengamatan
4. Siswa teliti dalam mengamati perubahan yang terjadi dan menuliskannya
secara tepat ke-6 data sampel di tabel hasil pengamatan
2) Bertanya Membuat 0. Siswa tidak bertanya sama sekali
pertanyaan 1. Siswa bertanya namun belum mengarah pada konteks penyelidikan dan
mengenai wacana juga bahasa yang kurang baik
yang diberikan 2. Siswa bertanya namun belum mengarah pada penyelidikan tapi
menggunakan bahasa yang tepat dan mudah dipahami
3. Siswa bertanya mengenai hal yang dapat mengarahkan pada
penyelidikan namun bahasanya kurang baik
4. Siswa bertanya mengenai hal yang mengarah pada konteks penyelidikan
dengan bahasa yang tepat dan mudah dipahami

100
3) Menyusun Menyusun dugaan 0. Siswa tidak menyusun hipotesis
Hipotesis sementara mengenai 1. Siswa menyusun hipotesis tapi tidak nyambung dengan pertanyaan yang
pertanyaan yang telah dibuat dan bahasa yang kurang baik
diajukan 2. Siswa menyusun hipotesis tapi tidak nyambung dengan pertanyaan yang
berdasarkan wacana dibuat tapi bahasanya baik
3. Siswa dapat menyusun hipotesis berdasarkan yang dibuat dengan tepat
tapi dengan bahasa yang kurang baik
4. Siswa dapat menyusun hipotesis berdasarkan peranyaan yang dibuat
dengan tepat dan bahasa yang baik
4) Merancang Menentukan judul, 0. Siswa tidak dapat merancang percobaan sama sekali -
Percobaan tujuan,alat & bahan 1. Siswa hanya dapat membuat judul dengan benar tetapi tidak dapat
yang digunakan, membuat tujuan, menentukan alat & bahan yang digunakan,serta
serta tahapan tahapan percobaan
percobaan dengan 2. Siswa hanya dapat membuat judul dan tujuan tetapi tidak dapat
tepat menentukan alat & bahan, dan tahapannya dengan tepat
3. Siswa sudah dapat membuat judul, tujuan, dan menentukan alat &
bahan, tetapi tidak dapat membuaat tahapannya dengan tepat
4. Siswa dapat menentukan semua judul, tujuan, alat & bahan, dan
tahapannya dengan tepat

5) Menggunakan a. Merangkai 0. Siswa tidak terlibat (pasif) dalam kegiatan praktikum sehingga tidak
Alat & Bahan rangkaian uji melakukan kegiatan
coba larutan 1. Siswa merangkai alat uji tetapi salah dan menyerah
elektrolit dengan 2. Siswa mampu merangkai alat uji setelah beberapa kali salah dan
menggunakan meminta bantuan atau bertanya peneliti atau observer
alat yang 3. Siswa mampu merangkai alat uji setelah hanya satu atau dua kali
disediakan kesalahan dengan mandiri
0. Siswa mampu merangkai alat uji dengan tepat dan cepat secara mandiri
b. Membersihkan 0. Siswa tidak mau membersihkan alat dan bahan bahkan walau
alat dan bahan diperintahkan
setelah praktik 1. Siswa hanya mau membersihkan alat atau mengembalikan bahan saja ke
tempat semula hanya setelah diperintahkan dengan asal sehingga tidak

101
rapih dan bersih
2. Siswa mau membersihkan alat sekaligus mengembalikan bahan
ketempat semula hanya setelah diperintah dengan asal sehingga kurang
rapih dan bersih
3. Siswa dengan kemauan sendiri membersihkan alat dengan bersih tapi
tidak mengembalikan bahan yang digunakan ketempat semula, atau
sebaliknya
4. Siswa dengan kemauan sendiri membersihkan alat dengan bersih dan
mengembalikan bahan dengan rapih yang digunakan ketempat semula
c. Memakai atribut 0. Tidak memakai jas laboratorium, tidak menggunakan peralatan
lengkap praktikum (masker, sarung tangan, kacamata praktikum), tidak
praktikum demi berperilaku tidak tertib
keselamatan dan 1. Melakukan satu hal saja dari memakai jas laboratorium,peralatan
bersikap tertib praktikum (masker, sarung tangan, kacamata praktikum), atau bersikap
tertib
2. Memakai jas laboratorium, tidak menggunakan peralatan praktikum
(masker, sarung tangan, kacamata praktikum), dan bersikap kurang
tertib
3. Memakai jas laboratorium, menggunakanperalatan praktikum yang
kurang lengkap (masker, sarung tangan, kacamata praktikum), dan
bersikap tertib
4. Memakai jas laboratorium, menggunakan semua peralatan praktikum
lengkap (masker, sarung tangan, kacamata praktikum),dan bersikap
tertib

102
6) Menalar Menemukan pola 0. Siswa tidak mampu menemukan hubungan atau menalar sama sekali
(menemukan dari data 1. Siswa hanya mampu menemukan bahwa ada larutan yang dapat
pola dan menemukan menghantarkan arus listrik dan ada yang tidak tanpa tahu penyebabnya
hubungan) penyebab dari 2. Siswa hanya mampu memukan bahwa ada larutan yag tidak dapat
kemampuan larutan menghantarkan arus listrik dan ada yang dapat menghantarkan tetapi
elektrolit dapat ada yang kuat dan lemah
menghantarkan arus 3. Siswa mampu menemukan bahwa terdapat larutan yang dapat
listrik menghantarkan arus listrik yang lemah dan yang kuat yang ikatannya
adalah ikatan ion dan kovalen polar, dan ada yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik yang memiliki ikatan kovalen non polar
4. Siswa mampu menemukan bahwa terdapat larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik yang lemah dan yang kuat yang ikatannya
adalah ikatan ion dan kovalen polar, dan ada yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik yang memiliki ikatan kovalen non polar. Hal
ini karena ikatan ion dapat mengalami disosiasi dan ikatan kovalen
nonpolar mengalami ionisasi menjadi ion-ionnya, dimana ion-ion ini
dapat bergerak bebas dalam air dan menjadi penyebab kemampuannya
dalam menghantarkan arus listrik. Sedangkan ikatan kovalen nonpolar
tidak mengalami ionisasi sehingga tak memiliki kemampuan
menghantarkan arus listrik.

7) Mengkomuni- a. Membuat 0. Siswa tidak membuat laporan praktikum (beserta tabel pengamatannya)
kasikan laporan sama sekali
praktikum 1. Siswa membuat laporan praktikum (beserta tabel pengamatannya ) tapi
(beserta tabel tidak sistematis, tidak jelas, dan tidak lengkap
pengamatan) 2. Siswa membuat laporan praktikum (beserta tabel pengamatannya)
secara sistematis tetapi tidak jelas dan tidak lengkap
3. Siswa membuat laporan praktikum (beserta tabel pengamatannya)
secara sistematis dan jelas tetapi tidak lengkap
4. Siswa membuat laporan praktikum (beserta tabel pengamatannya)
secara sistematis, jelas, dan lengkap

103
b. Membuat dan 0. Siswa tidak membuat bahan presentasi dan juga tidak maju untuk
mempresentasi presentasi
hasil percobaan 1. Siswa menyajikan materi yang kurang lengkap, tampilan slide kurang
bagus, dan kurang lugas dan percaya diri saat membawakan presentasi
2. Siswa dapat menyajikan materi dengan baik, tetapi tampilan slide kurang
bagus, dan kurang lugas dan percaya diri saat membawakan presentasi
3. Siswa dapat menyajikan materi dengan baik, tampilan slide yang baik,
tetapi kurang lugas dan percaya diri saat membawakan presentasi
4. Siswa dapat menyajikan materi dengan baik, tampilan slide yang baik,
serta membawakan presentasi dengan lugas dan percaya diri
8) Memprediksi Memprediksi apakah 1. Siswa tidak mampu memprediksi sama sekali
suatu larutan 2. Siswa memprediksi hanya sedikit yang benar dan tak memberi penjelasan
tertentu kedalam 3. Siswa mampu memprediksi setengahnya benar dan tak memberi
golongan larutan penjelasan atau memberi penjelasan tapi kurang baik
nonelektrolit 4. Siswa mampu memprediksi sebagian besar benar dan memberi
ataupun penjelasan yang kurang lengkap
nonelektrolit 5. Siswa mampu memprediksi semua soal dan memberi penjelasan dengan
berdasarkan daya baik
hantaran listriknya
atau sebaliknya

Mengetahui, Observer
Depok, November 2016

( )

104
Lampiran 5

Hasil observasi KPS

No. Nama Aspek Keterampilan Proses Sains


Mengamati Bertanya Berhipotesis Merancang Melakukan percobaan Rata- Menalar Mengkomuni- Rata- Mempre-
rata kasikan rata diksi
1 2 3 1 2
1 Annida 4 4 3 2 3 4 1 2,5 2 2 2 2,5 3
2 Aisyah 4 4 3 2 3 4 1 2,5 3 3 2 2,5 3
3 Raudhah 4 3 3 2 3 3 1 2,5 2 2 2 2,5 3
4 Abdullah 4 3 2 2 3 4 1 2,5 2 3 2 2,5 3
5 Alfian 4 3 2 2 3 3 1 2,5 3 2 2 2 3
6 Aditya 4 2 2 2 3 4 1 2,5 3 3 2 2,5 3
7 Wahyu 4 2 2 2 3 4 1 2,5 3 3 2 2,5 3
(kuning)
8 Annisa 3 3 1 2 3 3 2 2,5 3 3 2 2,5 3
9 Dara 3 1 1 2 3 4 1 2,5 2 3 2 2,5 3
10 Azuhra 3 1 1 2 3 3 1 2,5 2 2 2 2 3
11 Fatiha 3 3 1 2 3 4 1 2,5 3 3 2 2,5 3
12 Nur 3 1 1 1 3 4 1 2,5 3 3 2 2,5 4
13 Budi (orange) 4 4 4 3 3 4 1 2,5 3 3 2 2,5 3
14 Laila 3 1 1 2 3 4 2 2,5 3 3 2 3 3
15 Luthfia 3 2 1 2 3 4 1 2,5 3 3 2 3 3
16 Khalid 3 2 2 2 3 3 1 2,5 2 2 2 2,5 4
17 M Dwi 3 1 1 2 3 3 1 2,5 2 3 2 3 4
18 M Ikhwan 4 2 1 3 3 3 1 2,5 3 2 2 2,5 4
19 Iham 4 4 1 2 3 4 1 2,5 3 2 2 2,5 3
Ramadhan
(biru)
20 Intan 4 3 2 3 3 3 1 2,5 2 2 3 3 3
21 Roza 4 3 2 3 3 4 1 2,3 3 3 3 3 3

105
No. Nama Aspek Keterampilan Proses Sains
Mengamati Bertanya Berhipotesis Merancang Melakukan percobaan Rata- Menalar Mengkomuni- Rata- Mempre-
rata kasikan rata diksi
22 Shopie 4 3 2 2 3 3 1 2,3 3 3 3 3 3
23 Khairani 4 3 2 2 3 3 1 2,7 3 3 3 2,5 3
24 Rosita 4 2 2 2 3 4 1 2,3 2 3 3 2,5 3
25 Fikri A (ungu) 4 3 2 3 3 3 1 2 3 3 3 2,5 3
26 Jofan 4 2 1 2 4 4 1 2,3 3 3 3 3 3
27 Dinda 4 2 3 2 4 3 1 2,3 2 3 3 3 3
28 Faras 4 3 4 2 4 4 1 2,3 3 2 3 2,5 3
29 Haura 4 4 2 2 4 4 1 2,7 3 2 3 2,5 2
30 Dicky 4 3 1 2 4 3 1 2,3 3 3 3 3 3
31 Ilham Dwi 4 2 4 2 4 4 2 2,7 3 2 3 2,5 4
(hijau)
32 M Randy 4 2 2 2 4 3 2 2,3 3 3 3 3 3
33 Oscar 4 2 1 1 4 3 1 1,7 2 3 3 3 3
34 Rizma 4 4 2 2 4 4 1 3 3 3 3 3 4
35 Puti 4 2 2 2 4 3 1 2 3 2 3 2,5 3
36 Pipih 4 4 2 2 4 4 2 3 3 2 3 2,5 3
37 Nafisa (merah) 4 2 2 2 4 4 2 2,7 3 3 3 3 3
Jumlah 130 93 70 77 123 131 43 99 94 98 92 95 116
Persentasi 87,837% 62,837% 47,297% 52,027% 83,108% 88,513% 29,054% 66,891% 63,513% 66,216 62,162 64,184 78,378%
% % %

106
Lampiran 6

Instrumen Soal

No. Indikator Soal Kunci Jawaban Skor Aspek KPS


Maksimum
1. Memprediksikan Perhatikan tabel dibawah ini Larutan NaOH adalah larutan 20 poin Memprediksi
suatu larutan elektrolit kuat (5 poin)
tertentu ke dalam No. Senyawa Gelembung Nyala Larutan H2SO4 adalah larutan
lampu elektrolit kuat (5 poin)
larutan elektrolit
1 Larutan Tidak ada Tidak Larutan ammonia lemah (5 poin)
& nonelektrolit Sirup Larutan sirup adalah
berdasarkan daya 2 Larutan Banyak Terang nonelektrolit (5 poin)
hantar listriknya NaOH
atau sebaliknya 3 Larutan Sedikit Redup
(3.8.3) Ammonia
4 Larutan Banyak Terang
H2SO4
Berdasarkan data percobaan
tersebut,ramalkan keempat larutan
tersebut kedalam larutan elektrolit,
elektrolit lemah, dan nonelektrolit?
2. Mengidetifikasi Pada saat melakukan percobaan dengan Larutan elektrolit kuat adalah 15 poin Menalar
sifat-sifat larutan rangkaian elektrolit dan beberapa sampel larutan yang dapat menghatarkan
elektrolit dan larutan yang belum diketahui, bagaimana arus listrik dengan baik maka
saat diuji akan menghasilkan
nonelektrolit cara kamu mengidentifikasi mana larutan
nyala lampu yang cukup terang
(3.8.1) yangtermasuk dalam larutan elektrolit dengan banyak gelembung pada
kuat, larutan elektrolit lemah dan

107
No. Indikator Soal Kunci Jawaban Skor Aspek KPS
Maksimum
nonelektrolit? elektroda (5 poin).
Larutan elektrolit lemah adalah
larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik
dengan buruk maka saat diuji
akan menghasilkan nyala lampu
yang redup atau bahkan mati
dengan sedikit
gelembungelektroda (5 poin).
Larutan nonelektrolit
adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik maka
pada saat diuji lampu tidak akan
nyala dan tidak ada gelembung
(5 poin).
3. Menjelaskan Apa yang menyebabkan suatu senyawa Karena suatu zat terlarut yang 10 poin Menalar
penyebab dapat menghantarkan arus listrik, mengalami disosiasi atau ionisasi
kemampuan jelaskan! menjadi ion-ion yang bermuatan
dan menyebabkan terjadinya
larutan elektrolit
perpindahan arus elektron dan
dapat berperan dalam membuat suatu
menghantarkan larutan dapat menghantarkan
arus listrik arus listrik
(3.8.2)
4. Memprediksikan Perhatikan gambar dibawah ini! 1 = elektrolit kuat (4 poin) 20 poin Menalar
suatu larutan 2 = elektrolit kuat (4 poin)
tertentu ke dalam 3 = nonelektrolit (4 poin)
4 = elektrolit lemah (4 poin)
larutan elektrolit
5 = elektrolit lemah (4 poin)

108
No. Indikator Soal Kunci Jawaban Skor Aspek KPS
Maksimum
& nonelektrolit
berdasarkan daya
hantar listriknya
atau sebaliknya
(3.8.3)

Golongkan ke 5 larutan tersebut kedalam


larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit
lemah, dan larutan elektrolit!
5. Menjelaskan Air laut merupakan larutan elektrolit kuat Air laut mengandung banyak 10 poin Menalar
penyebab yang berasal dari alam. Menurutmu apa mineral yang cukup tinggi. Salah
kemampuan penyebabnya? Jelaskan! satunya adalah NaCl, karena
diketahui garam dapur diproduksi
larutan elektrolit
dengan melakukan penguapan
dapat terhadap air laut. Maka mineral
menghantarkan tersebutlah yang berfungsi sebagi
arus listrik ion-ion yang dapat
(3.8.2) menghantarkan arus listrik dalam
air laut.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑜𝑖𝑛
Penilaian :𝑃𝑜𝑖𝑛 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100 =

109
110

Lampiran 7

Soal-soal

Kerjakan soal di bawah ini!

1. Perhatikan tabel dibawah ini

No. Senyawa Gelembung Nyala lampu


1 Larutan Sirup Tidak ada Tidak
2 Larutan NaOH Banyak Terang
3 Larutan Ammonia Sedikit Redup
4 Larutan H2SO4 Banyak Terang
Berdasarkan data percobaan golongkan keenam larutan tersebut kedalam
larutan elektrolit, elektrolit lemah, dan nonelektrolit?

2. Pada saat melakukan percobaan dengan rangkaian elektrolit dan beberapa


sampel larutan yang belum diketahui, bagaimana cara kamu
mengidentifikasi mana larutan yang termasuk dalam larutan elektrolit kuat,
larutan elektrolit lemah dan nonelektrolit?

3. Apa yang menyebabkan suatu larutan dapat menghantarkan arus listrik,


jelaskan!

Perhatikan gambar dibawah ini!

4. Golongkan ke 5 larutan tersebut kedalam larutan elektrolit kuat, larutan


elektrolit lemah, dan larutan elektrolit!

5. Air laut merupakan larutan elektrolit kuat yang berasal dari alam.
Menurutmu apa penyebabnya? Jelaskan!
111

Lampiran 8

Pedoman wawancara
Judul Penelitian : Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Melalui
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi
Larutan Elektrolit & Nonelektrolit

Hari/Tanggal : Senin/ 21 November 2016

Alat Bantu ; Tape recorder

No. Indikator Pertanyaan


. Analisis kesulitan siswa pada aspek Pada saat proses pembelajaran
KPS yang mendapat nilai rendah tahapan apa yang paling sulit
untuk kamu lakukan?
Jelaskan alasannya kenapa kamu
merasa bahwa itu sulit?
2. Respon siswa terhadap model Apakah kamu tahu tentang model
pembelajaran inkuiri terbimbing pembelajaran inkuiri terbimbing?
Model pembelajaran seperti apa
yang paling guru terapkan di
kelas?
Setelah mengetahui dan
merasakan belajar menggunakan
model pembelajaran inkuiri
terbimbing kemarin, berilah
pendapat kamu?
3. Respon siswa terhadap Apa yang kamu ketahui tentang
pengembangan keterampilan proses keterampilan proses sains
sains
Proses yang kamu lewati saat
bertanya, membuat hipotesis,
merancang dan melakukan
percobaan, menalar, membuat
laporan praktkum, serta
mengerjakan soal memprediksi
adalah keterampilan proses sains,
berikan pendapatmu apakah itu
semua penting untuk
dikembangkan siswa?
112

No. Indikator Pertanyaan


4. Respon siswa terhadap model Menerutmu apakah model
pembelajaran inkuiri terbimbing pembelajaran inkuiri terbimbing
dalam mengembangkan keterampilan tersebut dapat mengembangkan
proses sains keterampilan proses sains?
Apa harapanmu kedepan dalam
proses kegiatatan belajar
mengajar di kelas?
115

Lampiran 9

Hasil Observasi Sekolah

No. Sekolah Hasil Pengamatan


1. SMAN 10 Tangsel Kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh
guru. Guru belum memiliki perhatian khusus
dalam mengembangkan dan memunculkan KPS
siswa. Masih memakai kurikulum KTSP. Mereka
belum memiliki laboratorium (pada saat itu)
dikarenakan adanya renovasi sekolah, sehingga
kegiatan praktikum sangat minim.
2. SMAN 8 Tangsel Kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh
guru. Guru belum memiliki perhatian khusus
dalam mengembangkan dan memunculkan KPS
siswa. Tetapi kurikulum yang digunakan K13,
jadi guru mengamati aspek psikomotor secara
umum. . Laboratorium ada, tapi tidak memiliki
laboran. Guru merasa kerepotan, sehingga
kegiatan praktikum kurang maksimal.
3. SMAN 6 Depok Kegiatan belajar mengajar masih didominasi oleh
guru. Guru belum memiliki perhatian khusus
dalam mengembangkan dan memunculkan KPS
siswa. Tetapi kurikulum yang digunakan K13,
jadi guru mengamati aspek psikomotor secara
umum. Laboratorium ada, tapi tidak memiliki
laboran. Guru merasa kerepotan, sehingga
kegiatan praktikum kurang maksimal.
116

Lampiran 10

DOKUMENTASI PENELITIAN

Orientasi Siswa membacakan pertanyaannya

Siswa menentukan alat dan bahan yang Siswa mengukur volume larutan pada
akan digunakan gelas kimia

Siswa merangkai alat uji bersama Siswa mengamati reaksi yang terjadi
117

Merangkai baterai Merangkai lampu uji

Menyiapkan larutan Siswa yang membuat kesalahan saat


pengujian

Siswa presentasi hasil percobaan Siswa presentasi hasil percobaan


118

Lampiran 11
119
120
121
122

Lampiran 12
123
124

Lampiran 13
125

Lampiran 14
126

Lampiran 15
127
128
129
130
131
132
133

Anda mungkin juga menyukai