Anda di halaman 1dari 19

ASKEP ATRESIA BILIER

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan anak II


Dosen Pengampu :Natalia Devi Oktarina, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.

Disusun Oleh:
1. Qurrota ayun (010117A078)
2. Ma’lufatul fuadiyah (010117A120)
3. Sindy mila melinda (010117A122)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ATRESIA DUCTUS HEPATIKUS” tepat pada
waktunya. Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan - kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah
berikutnya.

Sekian penulis sampaikan, Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Aamiin.

Ungaran, 21 September 2019

Kelompok 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia Bilier adalah penyakit serius yang mana ini terjadi pada satu dari 10.000
anak-anak dan lebih sering terjadi pada anak perempuan dari pada anak laki-laki dan
pada bayi baru lahir. Penyebab atresia bilier tidak diketahui, dan perawatan hanya
sebagian berhasil. Atresia bilier sebagian besar dunia barat (Santoso, Agus 2010).
Kerusakan hati yang timbul dari atresia bilier disebabkan oleh atresia dari saluran-
saluran empedu yang bertanggung jawab untuk mengalirkan empedu dari hati. Empedu
dibuat oleh hati dan melewati saluran empedu dan masuk ke usus di mana ia membantu
mencerna makanan, lemak dan kolesterol. Hilangnya saluran empedu menyebabkan
empedu untuk tetap di hati. Ketika empedu mulai merusak hati, menyebabkan jaringan
parut dan hilangnya jaringan hati. Akhirnya hati tidak akan dapat bekerja dengan baik
dan sirosis akan terjadi. Setelah gagal hati, pencngkokan hati menjadi perlu. Atresia bilier
dapat menyebabkan kegagalan hati dan kebutuhan untuk transplantasi hati dalam 1
samapi 2 tahun pertama kehidupan (Santoso, Agus. 2010).
Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan
kerusakan progresif pada ductus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan
aliran empedu.jadi, atresia bilier adalah tidak adanya atau kecilnya Iumen pada sebagian
atau keseluruhan traktus bilier ekstrahepatik yang menyebabkan hambatan aliran empedu.
Akibatnya didalam hati dan darah terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan
bilirubin direk. Hanya tindakan bedah yang dapat megatasi atresia bilier. Jakarta: Imu
Kesehatan Anak FK UI).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Atresia bilier ?
2. Apa sajakah etiologi dari Atresi bilier?
3. Apakah manifestasi klinis Atresia bilier ?
4. Bagaimana patofisiologi Atresia bilier?
5. Bagaimana patway Atresia bilier?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada Atresia bilier ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada Atresia bilier?
8. Apa sajakah komplikasi dari Atresi bilier?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada Atresi bilier ?
10. Bagaimana pengkajian Atresia bilier ?
11. Apa diagnosa Atresia bilier?
12. Apa intervensi Atresia bilier?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
atresia bilier.

2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Atresia bilier
2. Mengetahui apa sajakah etiologi dari Atresi bilier
3. Mengetahui manifestasi klinis Atresia bilier
4. Mengetahui patofisiologi Atresia bilier
5. Mengetahui patway Atresia bilier
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada Atresia bilier
7. Mengetahui penatalaksanaan pada Atresia bilier
8. Mengetahui komplikasi dari Atresi bilier
9. Mengetahui pengkajian Atresia bilier
10. Mengetahui asuhan keperawatan Atresia bilier
11. Mengetahui diagnosa Atresia bilier
12. Mengetahui intervensi Atresia bilier
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Atresia Bilier suatu defek kongenital, yang terjadi akibat tidak adanya atau
obstruksi satu atahitingu lebih kandung empedu ekstrahepatik atau intrahepatik, yang
menyebabkan penyimpanan drainase kandung empedu (Morgan Speer, 2008) Atresia
Bilier adalah suatu keadaan dimana tidak adanya lumen pada traktus ekstrahepatik
yang menyebabkan hambatan aliran empedu atau karena adanya proses inflamasi
yang berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada duktus bilier
ekstrahepartik sehingga terjadi hambatan aliran empedu (kolestasis) yang
mengakibatkan terjadinya penumpukan garam empedu dan peningkatan bilirubin
direk dalam hati dan darah (Julinar, dkk, 2009). Atresia Bilier adalah suatu
penghambatan didalam pipa/ saluran-saluran yang membawa cairan empedu (bile)
dari liver menuju ke kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan kondisi
kongenital, yang berarti terjadi saat kelahiran. Atresia bilier merupakan proses
inflamasi progresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun
ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut (Donna
L. Wong, 2008).
Atresia bilier , atau atresia biliaris ekstrahepatik ,merupakah proses inflamasi
progresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatic maupun
ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut.
Insidensi aresia bilier berkisar antara 1 dalam 10.000 kelahiran hidup dan 1 dalam
25.000 kelahiran hidup. Tampaknya tidak terdapat predileksi rasial atau genetik
kendati ditemukan predominasi wanita sebesar 1,4 : 1 (McEvoy dan Suchy, 1996:
Whitington , 1996).Malformasi yang menyertai meliputi polisplenia, atresia intestinal
, dan malrotasi usus. Jika tidak ditangani, biasanya atresia bilier berlanjut menjadi
sirosis hepatis ,kegagalan hati, dan kematian anak dalam usia 2 tahun pertama.
B. Etiologi
Penyebab sebenarnya atresia bilier tidak diketahui sekalipun mekanisme imun
atau viral injury bertanggung jawab atas proses progresif yang menimbulkan
obliterasi total saluran empedu. Berbagai laporan menunjukkan atrsia bilier tidak
terlihat pada janin, bayi yang lahir mati (stillbirth) atau bayi baru lahir (Halamek dan
Stevenson, 1997), keadaan ini menunjukkan bahwa atresia bilier terjadi pada akhir
kehamilan atau dalam periode perinatal dan bermanifestasi dalam waktu beberapa
minggu sesudah dilahirkan.inflamasi terjadi secara progresif dengan menimbulkan
obstruksi dan fibrosis pada saluran empedu intrahepatic maupun ekstrahepatik. Akan
terjadi berbagai derajat kolestasis yang mengakibatkan retensi zat-zat iritatif dan
toksin yang menimbulkan pruritus berat pembedahan untuk menghasilkan drainase
getah empedu yang efektif harus dilaksanakan dikurangi.
Kemungkinan yang memicu dapat mencakup satu atau kombinasi dari factor
predisposisi berikut:
 Inveksi virus atau bakteri
 Masalah dengan sistem kekebalan tubuh
 Komponen yang abnormal empedu
 Kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan empedu
 Hepatocelluler dysfunction

C. Manifestasi Klinis
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala
penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup. Gejala-gejala
termasuk:
 Icterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangat
tinggi (pigmen empedu) dalam aliran darah.
Jaundice disebabkan hati yang belum dewasa dalam umum pada bayi yang baru
lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari kehidupan.
Seorang bayi dengan atresia bilier biasanya tampak normal saat lahir, tapi icterus
berkembang pada dua atau tiga minggu setelah lahir.
 Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecahan dari
hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan ddibuang
dalam urine.
 Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang
masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjadi bengkak
akbat pembesaran hati.
 Penuruan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus meningkat.
 Degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, icterus, dan hepato
megali, saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan lemak yang larut dalam
air sehingga menyebabkan kondisi malnurisi, defisiensi lemak larut dalam air
serta gagal tumbuh.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
 Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan malnutrisi.
 Gatal gatal.
 Rewel.

D. Patofisiologi
Atresia bilier terjadi pada akhir kehamilan atau dalam periode perinatal dan
bermanifestasi dalam waktu beberapa minggu sesudah dilahirkan.inflamasi terjadi
secara progresif dengan menimbulkan obstruksi dan fibrosis pada saluran empedu
intrahepatic maupun ekstrahepatik. Sehingga menyebabkan hambatan aliran empedu,
dan tidak adanya atau kecilnya Iumen pada sebagian atau keseluruhan traktus bilier
ekstrahepatik. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial.
Obstruksi total dapat disertai tinja yang alkoholik. Penyebabnya adalah adanya
sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus koledokus, karsinoma kaput
pancreas, karsinoma ampula vateri, striktura pasca peradangan atau operasi. Obstruksi
pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran dari hati ke kantong
emoedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan dan menyebabkan cairan empedu
balik ke hati ini akan menyebabkan peradangan,edema, degenerasi hati. Dan apabila
asam empedu tertumpuk dapat merusak hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan sirosis,
kemudian terjadi pembesaran hati yang menekan vena portal sehingga mengalami
hipertensi portal yang akan mengakibatkan gagal hati.
Jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa
gatal. Bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan dikluarkan ke dalam aliran darah
yang dapat mewarnai kulit dan bagian putih mata sehingga berwarna kuning.
Degenerasi secara gradual pada hati menyebabkan jaundice ikterik, dan
hepatomegaly.
Karena tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus, lemak dan vitamin larut
lemak tidak dapat diabsorbsi, kekurangan vitamin A, D, E, K larut dalam lemak
sehingga memerlukan lemak agar dapat diserap oleh tumbuh.

E. Pathway

Gangguan metabolism lemak, Pembesara Detensi


Atresia Bilier
eiAtAAa
kabohidrat dan protein n hepar abdomen

Cairan asam empedu Kekurangan Perut terasa


Glukoneogene balik ke hati sel ekskresi penuh
Glikoginesis
sis
Retensi Mual
Proses peradangan sel muntah
Bilirubin
ke hati
Glikogen dalam hepar Output cairan
Bilirubin yg berlebihan
Glukosa dalam darah
bertahan
Gangguan suplay
dalam hati MK:
darah pada sel hepar Kekurangan
Volume
Kelemahan Dikeluarkan
Cairan
ked lm aliran
Kerusakan sel Menekan
darah
perkemihan, sel hati, diafragma
dan duktus empedu
ekstra hepatik Mewarnai kulit
Mk:
dan bagian
Gangguan
putih mata
pola nafas
sehingga
tidak efektif
berwarna
kuning
Ikteri
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sodikin (2011), Secara garis besar pemeriksaanyang dilakukan untuk
mendeteksi atresia bilier dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pemeriksaan :
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan serum darah Pada setiap kasus kolestasis harus dilakukan
pemeriksaan kadar komponen bilirubin untuk membedakannya dari
hiperbilirubinemia fisiologis. Selain itu dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap,
uji fungsi hati, dan gamma-GT. Kadar bilirubin direk < 4 mg/dl tidak sesuaidengan
obstruksi total. Peningkatan kadar SGOT/SGPT > 10 kali dengan pcningkatan
gamma-GT < 5 kali, lebih mengarah ke suatu kelainan hepatoseluler. Sebaliknya,
peningkatan SGOT < 5kali dengan peningkatan gamma-GT > 5 kali, lebih
mengarah ke kolestasis ekstrahepatik. Pemeriksaan urine
2) Pemeriksaan Urine urobilinogen penting artinya pada pasien yang mengalami
ikterus, tetapi urobilin dalam urine negatif, hal ini menunjukkan adanya bendungan
saluran empedu total.
3) Pemeriksaan feces Warna tinja pucat karena yang memberi warna pada
tinja/stercobilin dalam tinja berkurang karena adanya sumbatan.
4) Pemeriksaan fungsi hati bilirubin, aminotransferase dan dan factor pembekuan
,protombin time, partial thromboplastin time.
5) Biopsi hati Biopsi hati dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sumbatan dari
hati yang dilakukan dengan pengambilan jaringan hati.
6) Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan aspirasi duodenum (DAT). Merupakan upaya diagnostic yang cukup
sensitive.
b. Pencitraan
1) Pemeriksaan ultrasonografi
Theoni mengemukakan bahwa akurasi diagnostik USG 77% dan dapat
ditingkatkan bila pemeriksaan dilaksanakan dalam 3 fase, yaitu pada keadaan
puasa, saat minum dan sesudah minum. Bila pada saat dan sesudah minum
kandung empedu berkontraksi, maka atresia bilier kemungkinan besar (90%) dapat
disingkirkan.
2) Liver scan
Dengan menggunakan metode HIDA (hepatobiliary iminodiacetic Acid). Hida
melakukan pemotretan pada jalur dari empedu dalam tubuh, sehingga dapat
menunjukkan bilamana ada blokade pada aliran empedu.
3) Pemeriksaan kolangiografi
Pemeriksaan ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreaticography),
merupakan upaya diagnostic dini yang berguna untuk membedakan antara atresia
bilier dengan kolestasinintrahepatik.

G. Penatalaksanaan
1) Terapi medikamentosa
a) Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama asam
empedu (asamlitokolat), dengan memberikan :
 Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, per oral.
 Fenobarbital akan merangsang enzim glukuronil transferase (untuk
mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk); enzimsitokrom p-450
(untuk oksigenisasi toksin ), enzim Na+ k+ ATPase (menginduksi aliran
empedu). Kolestiramin 1 gram/kgBB/hari dibagi 6 dosis atau sesuai
jadwal pemberian susu.
2) Pencangkokan atau transplantasi hati memiliki tingkat keberhasilan yang
tinggi untuk atresia bilier dan kemampuan hidup setelah operasi meningkat
secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir.karena hati satu satunya yang
bisa bergenerasi secara alami tanpa perlu obat dan fungsinya akan kembali
normal dalam waktu dua bulan.

Berdasarkan treatment yang diberikan :

Palliative treatment
Dilakukan homecare untuk meningkatkan drainase empedu dengan
mempertahankan fungsi hati dan mencegah komplikasi kegagalan hati
Supportive treatment
- Managing the bleeding
dengan memberikan vit K yang berperan dalam pembekuan darah dan
apabila kekurangan vit K dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan
kesulitan dalam penyembuhan.
- Nutrisi support ,terapi ini diberikan karena dengan klien atresia bilier
mengalami obstruksi aliran dari hati ke dalam usus sehingga menyebabkan
lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi.
- Perlindungan kulit bayi secara teratur akibat dari akumulasi toksik yang
menyebar ke dalam darah dan kulit yang mengakibatkan gatal
(pruiritis)pada kulit.
- Pemberian health edukasi dan emosional support, keluarga juga turut
membantu dalam memberikan stimulasi perkembangan dan pertumbuhan
klien.

H. Komplikasi
a. Kolangitis
Komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatic ke usus, dengan aliran
empedu yang tidak baik, dapat menyebabkan ascending cholangitis. Hal ini terjadi
terutama dalam minggu-minggu pertama atau bulan setelah prosedur kasai
sebanyak 30-60% kasus. Infeksi ini bisa berat dan kadang-kadang fulminan. Ada
tanda-tanda sepsis (demam, hipotermia, status hemodinamik terganggu), ikterus
yang berulang, fases acholic dan mungkin timbul sakit perut. Diagnosis dapat
dipastikan dengan kultur darah dan atau biopsi hati.

b. Hipertensi portal
Portal hipertensi terjadi setidaknya pada dua pertiga dari anak-anak setelah
portoenerostomy. Hal paling umum terjadi adalah varises esophagus.
c. Hepatopulmonary syndrome dan Hipertensi pulmonal
Seperti pada pasien dengan penyebab lain secara spontan (sirosis atau prehepatic)
atau diperoleh (bedah) portosystemic shunts, shunts pada arterivenosus pulmo
mungkin terjadi. Biasanya hal ini menyebabkan hipoksia, sianosis, dan dispneu.
Diagnosis dapat digunakan dengan scintigraphyparu. Selain itu, hipertensi
pulmonal dapat terjadi pada anak-anak dengan sirosis yang menjadi penyebab
kelesuan dan bahkan kematian mendadak. Diagnosis dalam kasus ini dapat
ditegakan oleh echocardiography. Transplatasi liver dapat membalikan shunts,
dan dapat membalikkan hipertensi pulmonal ke tahap semula.
d. Keganasan
Hepatocarcinomas, hepatoblastomas, dan cholangiocarcinomas dapat timbul pada
pasien dengan atresia bilier yang telah mengalami sirosis. Skrining untuk
keganasan harus dilakukan secara teratur dalam tindak lanjut pasien dengan
operasi kasai yang berhasil.
Hasil setelah gagal operasi kasai :
Sirosis bilier bersifat progresif jika operasi Kasai gagal untuk memulihkan aliran
empedu, dan pada keadaan ini harus dilakukan transplatasi hati. Hal ini biasanya
dilakukan di tahun kedua kehidupan, namun dapat dilakukan lebih awal (dari 6
bulan hidup) untuk mengurangi kerusakan dari hati. Atresia bilier mewakili lebih
dari setengah dari indikasi untuk transplatasi hati di masa kanak-kanak. Hal ini
juga mungkin diperlukan dalam kasus-kasus dimana pada awalnya sukses setelah
operasi Kasai tetapi timbul ikterus yang rekuran (kegagalan sekunder operasi
Kasai), atau untuk berbagai komplikasi dari sirosis (hepatopulmonary sindrom).

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
- Biodata : Nama, Alamat, Tanggal lahir, Agama, usia, jenis kelamin
- Keluhan utama : penyakit yang diderita saat ini
- Riwayat penyakit dahulu : Penyakit yang pernah dialami sebelumnya
- Riwayat penyakit sekarang : Keluhan yang dialami saat ini
- Pemeriksaan Fisik :
a) B1 : sesak nafas, RR meningkat
b) B2 : Takikardi, berkeringat, kecenderungan perdarahan
(kekurangan vitamin K)
c) B3 : Gelisah atau rewel
d) B4 : Urine warna gelap dan pekat
e) B5 : distensi abdomen, kaku pada kuadran kanan, ansietas, feses
warna pucat, anoreksia, mual, muntah, regurgitasi berulang, bera
badan menurun, lingkar perut 52cm
f) B6 : Ikterik pada sclera kulit dan membrane mukosa, kulit
berkeringat dan gatal (pruritus), oedem perifer, kerusakan kulit,
otot lemah
- Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium
a) Bilirubin direk dalam serum meninggi
b) Nilai normal bilirubin total <12mg/dl
c) Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati
akibat bendungan empedu yang luas
d) Tidak ada urobilinogen dalam urine
e) Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase
alkalifosfatase (5-20 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid
(kolesterol fosfolipid trigiliserol)

2. Diagnose
- Defisien volume cairan berhubungan dengan hambatan mengakses cairan
- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu
dalam jaringan ditandai dengan adanya pruitus
- Risiko ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen
3. Intervensi
Dx Tujuan Tindakan Rasional
I Bayi akan 1. Memantau asupan 1. Memungkinkan
mempertahankan dan cairan bayi evaluai
keseimbangan cairan perjam (cairan keseimbangan
dan elektrolit yang infuse, susu per cairan bayi dan
ditandai dengan NGT, atau jumlah tindakan lebih lanjut
pengisian kembali ASI yang diberikan, 2. Mengetahui kadar
dengan kapiler (timbang popok). PH feces untuk
kurang dari 3 detik, 2. Periksa feses tiap menentukan absorbs
turgor kulit baik, hari. lemak dan
produksi urin 1- 3. Memantau lingkar karbohifrat bayi.
2ml/kg BB/jam perut bayi setiap hari (PH normal 7-7,5)
4. Observasi tanda- 3. Untuk mendeteksi
tanda dehidrasi asites.
(oliguria, kulit 4. Tanda dehidrasi
kering, turgor kulit mengindikasikan
buruk, ubun-ubun intervesi segera
dan mata cekung dalam mengatasi
5. Kolaborasi untuk kekurangan cairan
pemeriksaan pada bayi.
elektrolit, kadar 5. Mengevaluasi
protein total, keseimbangan dan
albumin, nitrogen elektrolit.
urea, darah dan
kreatinin serta darah
lengkap.
II Bayi akan 1. Pertahankan 1. Kelembapan
mempertahankan sprei kering dan meningkatkan
kelembapan kulit bersih pruitus dan
yang ditandai dengan 2. Rubah posisi resiko kerusaka
kulit tidak kering, tidur sesuai kulit
tidak ada pruitus, jadwal 2. Pengubahan
jaringan kulit utuh 3. Gunting kuku jari posisi
dan bebas lecet hingga pendek, menurunkan
berikan sarung tekanan pada
tangan bila jaringan untuk
memungkinkan memperbaiki
4. Berikan obat sirkulasi
sesuai indikasi 3. Mencegah dari
(antihistamin) cidera tambahan
pada kulit
khusunya bila
tidur
4. Antihistamin
dapat
mengurangi rasa
gatal
3. Bayi akan 1. Awasi frekuaensi 1. Pernafasan
mempertahankan pola kedalaman, dan dangkal, cepat /
nafas efektif, bebas upaya pernafasan despnea mungkin
dispnea dan sianosis, 2. Auskultasi bunyi ada hubungan
dengan nilai GDA nafas krekles, hippoksia /
dan kapasitas vital mengi dan ronchi akumulasi cairan
dalam rentang normal 3. Observasi dalam abdomen
perubahan 2. Menunjukkan
tingkat kesadaran terjadinya
4. Berikan posisi komplikasi
kepala bayi lebih (contoh adanya
tinggi, berikan bunyi tambahan
tambahan O2 menunjukkan
sesuai indikasi akumulasi cairan
5. Kolaborasi untuk / sekresi)
pemeriksaan meningkatkan
GDA resiko infeksi
3. Perubahan
mental dapat
menunjukan
hipoksia dan
gagal nafas
4. Memudahkan
pernafasan
dengan
menurunkan
tekanan pada
diafragma
5. Untuk mencegah
hipoksia
mengetahui
perubahan status
pernafasan dan
terjadinya
komplikasi paru
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia bilier (biliary atreisa) adalah suatu penghambatan di dalam
pipa/saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke
kantung empedu (gallbladder). Ini merupakan kondisi congenital, yang berarti
terjadi saat kelahiran.
Etiologi atreisa bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli
menyatakan bahwa faktor genetic ikut berperan, yang dikaitkan dengan
adanya kelainan kromosom trisomi 17, 18 dan 21 serta terdapatnya anomaly
organ pada 30% kasus atresia Bilier. Namun, sebagian besar penulis
berpendapat bahwa atresia bilier adalah akibat proses inflamasi yang merusak
duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi.
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir.
Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah
hidup. Gejala-gejala seperti ikterus, Jaundice Urin gelap tinja berwarna pucat,
penurutnan berat badan dan ini berkembang ketika tingkat ikterus meningkat.

B. Saran
Perlu deteksi dini kasus atresia bilier dan pemberian penatalaksanaan yang
tepat demi tercapainya pertumbuhan fisik dan perkembangan mental yang
optimal bagi penderita atersia bilier.
DAFTAR PUSTAKA

Oldham, Keith T.et all (eds); Billiary Atresia at Principles and Practice of Pediatric Surgery, 4 th
Edition.
Carpenito, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.
Parlin Ringoringo. 1991. Atresia Bilier. Jakarta : Ilmu Kesehatan Anak, FK UI, RSCM.
Mark Davenport. Biliary Atresia. London: 2010.
North American Society For Pediatric Gastroenterlogy, Hepatology, and Nutrition.Biliary
Atresia.
Steven M. Biliary Atresia. Emedicine 2009.
Kolestasis Neonatal. Divisi Hepatologi Ilmu Kesehatan Anak FK UNAIR.Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai