Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam sebagai agama yang sempurna, agama yang diridhai oleh Allah Swt
yang memiliki suatu landasan Al-Qur’an dan hadist sebagai pedoman hidup
manusia. Maka sesungguhnya kehidupan manusia telah digarisi oleh Allah
Swt, dalam Al-Quran tentang aturan kehidupan-Nya. Oleh karenanya islam
memiliki sejarah tentang masa kemajuan dan masa kemundurannya. Dikatakan
sebagai era kemajuan islam tersebut, yaitu disaat umat islam telah berhasil
menegakkan hak-hak Allah diatas muka bumi dalam menerapkan hukum-hukum
syariat Allah Swt sebagai hukum yang berlaku dalam kehidupan manusia, baik
dalam aturan kepemerintahan, undang-undang, maupun dalam kemasyarakatan.
Pada masa ini Islam mampu mempertahankan kekuasaannya dan berjaya.
Sementara di era kemunduran Islam ditandai dengan diambil alih oleh pihak luar
islam dengan serangan, serbuan dan penghancuran kepada kerajaan islam yang
telah berkuasa. Dan mengambil alih kekuasaan dari kerajaan islam sebelumnya.
Sejarah Islam dapat dibagi ke dalam periode klasik, pertengahan, dan
Modern. Pada periode klasik (650-1250 M) dibagi menjadi masa kemajuan islam
dan masa didintegrasi. Menurut Harun Nasution pada abad pertengahan adalah era
kemunduran Islam. Sejarah mengenai kemunduran Islam ini banyak masyarakat
yang tidak mengetahuinya. Kemunduran islam pada saat itu, yang mambuat umat
islam semakin terpuruk. Dengan runtuhnya sistem Khilafah, salah satu yang
sangat mengharukan bagi umat islam seakan mereka adalah ayam kehilangan
induknya. Umat Islam telah kocar kacir tidak ada yang mengurus, lain dengan
sebelum mundurnya dunia Islam. Ketika Islam berjaya umat Islam telah diatur
sedemikian rupa.
Masyarakat harus mengetahui tentang sejarah kemunduran islam tersebut,
sebagai pelajaran bahwa yang membuat Islam runtuh dan mundur disebabkan oleh
beberapa faktor yang dijelaskan dalam sejarah islam. Seperti krisisnya politik,
krisis intelektual, dan krisis bidang keagamaan menjadi faktor kemunduran dunia
Islam pada saat abad pertengahan. Dengan melihat kondisi islam hari ini semakin
terpuruk maka menjadi suatu rujukan untuk mempelajari hal-hal yang

1
mempengaruhi kemunduran islam. Maka, umat islam harus menengoknya pada
sejarah agar bisa memajukan dan menjaga islam ini.
Dan dalam evolusi bahwa segala sesuatu memiliki siklus yang selalu
berputar ada hidup dan ada mati seperti dunnia yang selalu berputar terkadang
diatas dan terkadang dibawah. Begitu dalam sejarah nnegeri-negeri dan kerajaan-
kerajaan selalu berputar ada masanya pembentukan dan pembanngunan, masa
kemasa dan pada akhirnya massa keruntuhan dan kehancurann. Seperti kerajaan
Babilonia, Gupta, Firaunn, Bani Umayyah, bahkan kerajaan yang pernnah berjaya
di Indonesia yaitu Majapahit.
Bani Abbasiyah merupakan Daulah Islamiyah yang paling besar dan
mengalami masa keemasan dari perluasan wilayahnya, tata kota dan bangunan
yang indah, pemerintahan, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan atau keilmuan.
Penjelasan tersebut akan mengejutkan otak kita dan mengerutkan alis kita yang
lantaran Bani Abbasyiyah merupakan Daulah yang hebat, luas, dan berjaya tetapi
mengalami masa keruntuhan dan bahkan Bani Abbasyiyah dari muka bumi. Maka
dari itu, kami akan membahas terjadinya keruntuhan Bani Abbasyiyah, faktor apa
saja yang menjadikan Bani Abbasyiyah masuk kedalam kehancuran dan
keruntuhan baik dari faktor dalam atau luar.

B. Rumusan Masalah
A. Apa yang menyebabkan Jatuhnya Bagdad dan Cordova, kemunduran
Pendidikan Islam Setelah Itu ?
B. Apa yang menyebabkan kehancuran Dinasti Abbasiyah dan
Pengaruhnya Terhadap Pendidikan di Dunia Islam ?

A. Tujuan
A. Untuk mengetahi menyebabkan Jatuhnya Bagdad dan Cordova,
kemunduran Pendidikan Islam Setelah Itu.
B. Untuk mengetahi kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Pengaruhnya
Terhadap Pendidikan di Dunia Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jatuhnya Bagdad dan Cordova, kemunduran Pendidikan Islam


Setelah Itu

1. Kejatuhan Bagdad
Baghdad yang terkenal sebagai pusat kebudayaan dan ilmu
pengetahuan Islam, pada tahun 1258 mendapat serbuan Mongol.
Tentara mongol menyembelih seluruh penduduk dan menyapu
baghdad bersih dari permukaan bumi. Dihancurkanlah segala macam
peradaban dan pusaka yang telah dibuat beratus-ratus lamanya.
Diangkut kitab-kitab yang telah dikarang oelh ahli ilmu pengetahuan
bertahun-tahun lalu dihanyutkan kedalam sungai Dajlah sehingga
berubah warna airnya lantaran tinta yang larut. Khalifah sendiri beserta
keluarganya dimusnakan sehingga putuslah bani Abbas dan hancurlah
kerajaan yang telah bertahta dengan kebesarannya selama 500 tahun
itu.1
Sejak tahun 132 H/750 M daulah Abbassiyah dinyatakan
berdirinya dengan khalifah pertama Abu Abbas as-Saffah. Daulah ini
berlangsung sampai tahun 656 H/ 125 M. Masa yang panjang itu
dilaluinya dengan pola pemerintahan yang berubah-ubah sesuai
dengan perubahan politik, sosial, budaya, dan penguasa. Walaupun
Abu Abbas adalah pendiri daulah ini, namun pembina sebenarnya
adalah Abu Ja’far al-Mansur. Dia dengan keras menghadapi lawan-
lawannya dari bani Ummayah, Khawarij, dan juga Syiah yang merasa
mulai dikucilkan dari kekuasaan.
Untuk itu menetapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru
berdiri itu, pada tahun 767 M Abu Ja’far kemudian memindahkan ibu
kota dari Al-Hasyimiyah, dekat kuffah ke kota yang baru dibangunnya,

1
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Islam, (Jakarta : Prenada Media
Grup, 2007), hlm 179

3
baghdad, merupakan kota yang indah permai, istana, dan bangunan
dibentuk menurut seni bangunan Arab Persia dan termasyhur pada
masa khalifah Harun ar-Rasyid dan Al-Ma’mun. Kesejahteraan sosial,
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta
kesusastran berada pada zaman keemasannya. Al-ma’mun menonjol
dalam hal gerakan intelektual dan ilmu pengetahuan dengan
menerjemahkan buku-buku dari Yunani dan mengembangkan ilmu-
ilmu dengan mendapatkan temuan-temuan ilmiah yang baru. Filsafat
Yunani yang rasional menjadikan khalifah terpengaruh dan mengambil
teologi rasional mu’tazilah menjadi teologi negara. Pada masa inilah
negara Islam menepatkan dirinya sebagai negara terkuat tak tertandingi
dan letak sumbangan Islam terhadap ilmu dan peradaban Barat atau
dunia.
Masa imperium Abbasiyah dikenal sebagai kurun keemasan.
Namun selanjutnya juga mengalami kemunduran dan pada umumnya
para sejarawan menetapkan bahwa kejatuhan baghda di Timur (1258
M) dan Cordova di Barat (1236 M) sebagai awal periode kemunduran
pendidikan yang ditandai kemunduran intelektual. Tepat juga
dikatakan periode ini merupakan awal kejatuhan dan keruntuhan
baghdad sebagai pusat ibu kota dan kebanggaan umat Islam di dunia
akan kemajuan peradabannya.
Sepanjang imperium abbasiyah yang sebagian dibangun
berdasarkan upaya identifikasi Islam dan sebagian berdasarkan
identifikasi khalifah, maka hilangnya para pendukung merupakan
sebuah bencana politik yang sangat besar. Meskipun khalifah tetap
sebagai pemimpin umat dan simbol bagi kesatuan muslim, tetaplah
terbuka sebuah jurang pemisah antara negara dan pemerintahan Islam,
sementara para ulama dan sufi merumuskan prinsip-prinsip keyakinan
Islam.
Pergolakan akibat doktrin “kemakhlukan al-Quran” mempertegah
terpisahnya dua sisidari kultur dan komunitas Islam masa awal,
pemisahan antara negara dan institusi keagamaan, pemisahan kalangan

4
istana dan ulama, antara peradaban kosmopolitan dan bentuk
peradaban muslim. Selanjutnya, evolusi institusi kenegaraan dan
bentuk-bentuk kultur kosmopolitan, dan evolusi keagamaan, berbagai
nilai, dan amalan umat muslim pastilah akan terus berlangsung dalam
jalur yang terpisah.
Faktor-fakto yang membuat baghdad menjadi lemah dan kemudian
hancur dapat dikelompokan menjadi faktor intren dan faktor ekstern.2
a. Faktor Internal
1) Perpecahan, perebutan kekuasaan dan pengaruh dalam
keluarga Abbasiyah sendiri. Walaupun hal tersebut terjadi
di dalam lingkungan keluarga sendiri, namun mempunyai
pengaruh yang dalam dan luas, termasuk pengaruhnya
terhadap pendidikan Islam.
2) Gaya hidup yang berlebih-lebihan
Gaya hidup berlebih-lebihan, oleh sebagian khalifah
bahkan diikuti oleh keluarga, mereka dapat mendatangakan
malapetaka. Sebagaimana yang terjadi pada diri khalifah al-
Mu’taz. Al-Mu’taz adalah khalifah pertama yang
mengadakan kendaraan dengan memakai hiasan emas.
Adapun para khalifah sebelumnya, mereka mengendarai
kendaraan dengan hiasan ringan dan perak. Bukan hanya
khalifah memiliki gaya hidup yang demikian, tetapi para
pengawalnya demikian pula sehingga mereka
menghabiskan uang di Bait al-Mal.
3) Kelemahan sebagai khalifah
Khalifah merupakan pusat dari struktur kekuasaan
pemerintah, seharusnya dipegang oleh orang-orang yang
kuat dipandang dari berbagai segi. Nampaknya hal ini
hanya terdapat pada para khalifah Daulah Abbasiyah pada
masa kejayaannya. Namun pada masa kemunduran

2
Samsul Nizar, Sejarah Pendidkan Islam : Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah
Sampai Indonesia, (Jakarta : Prenada Media Group, 2009), hlm 172-174

5
kelemahan-kelemahan khalifah merupakan sebab diantara
sekian banyak sebab-sebab yang membawa kemunduran
dan kehancuran di bidang pemerintahan.
4) Pada masa tertentu khalifah hanya sebagai lambang
Apabila khalifah hanya sebagai lambang saja, maka
ketika itu khalifah yang bersangkutan tidak mempunya
peran sebagaimana khalifah yang sesungguhnya. Hal
seperti ini terdapat pada diri sekian banyak khalifah. Para
sultan atau para wazir memegang kekuasaan pemerintahan.
Khalifah tunduk dibawah kekuasaan orang-orangyang
berkuasa dibawahnya. Khalifah sewaktu-waktu dapat
diturunkan bahkan kalau perlu dapat dibunuh.
5) Persaingan dan pertentangan antara unsur Arab, Persia dan
Turki
Persaingan dan pertentangan antar unsur Arab,
Persia, dan Turki pada masa Daulah Abbasiyah itu erat
sekali kaitannyadengan perpecahan dan perebutan
kekuasaan serta pengaruh dalam keluarga khalifah. Masig-
masing unsur itu berusaha sedemikian rupa melakukan
dominasi terhadap pemerintahan bahkan terhadap khalifah
itu sendiri.
6) Perpecahan yang disebabkan perbedaan mazhab
Perbedaan mazhab, menyebabkan terjadi
pertentangan dan perpecaha, karena masing-masing mazhab
mengaku bahwa mazhabnya yang benar dan mazhabnya
yang lain adalah salah.
b. Faktor Eksternal
1) Berkembangnya ajaran theologi Asy’ari dan tasawwuf al-
Ghazali, yang mengajarkan tawakkal dan fatalisme.
Aliran Asy’ariyah berlainan dengan Mu’utazilah
samarkand, memberikan kedudukan lemah pada akal.
Aliran Asy’ariyah inilah yang dikembangkan oleh

6
Madrasah an-Nizamiyah. Sebagaimana diketahui Al-
Ghazali banyak menulis tulisan-tulisan mengenai tasawwuf,
di antaranya adalah kitab ihya ‘Illim al-Din yang sangat
besar pengaruhnya di dunia Islam.
2) Dominannya pengaruh turki di dunia Islam
Bangsa Turki tidak memiliki intelektual yang tinggi,
walaupun bangsa Turki merupakan basis umat Islam
terbesar, akan tetapi karena keterputusan rangkaian
kegiatan intelektual berlanjut terus di masa-masa mereka
berkuasa akibat dari kebutaan mereka terhadap bahasa
Arab. Padahal bahasa Arab merupakan bahasa ilmiah yang
menjadi kunci kemajuan intelektual. Sementara itu,
penguasa Turki Usmani menjadi kota kostatinopel
(sekarang Istanbul) menjadi pusat pemerintahan, suatu
negri yang jauh dari pusat peradaban Islam.
3) Serangan Mongol ke Baghdad
Tatkala tentara Mongol di bawah pimpinan Hulagu
Khan menyerbu Baghdad maka pusat-pusat ilmu
pengetahuan, baik yang berupa perpustakaan maupun
lembaga-lembaga pendidikan mereka porak-porandak dan
mereka bakar sampai punah tak berbekas. Dalam konteks
seperti ini sudah tentu dunia pendidikan tidak mendapatkan
ruang gerak yang memadai, segala aspek yang menunjang
perkembangan lembaga-lembaga pendidikan serba terbatas.
Kebebasan mimbar dan akademik yang menjadi roh atau
jantung pengembangan Islam satu persatu surut dan sirna.
4) Perang Salib
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dinasti
Buwaihi yang telah menguasai ibu kota Daulah Abbasiyah,
Baghdad. Dikalahkan oleh Dinasti Saljuk dinasti ini
memperluas kekuasaannya. Degan dikuasai Asia Kecil oleh
Dinasti Saljuk itu maka orang-orang kristen merasa

7
terhalang untuk melaksanakan ziarah ke Palestina. Untuk
membuka jalan kembali Paus Urbanus II berseru kepada
umat Umat Kristen Eropa di tahun 1205 M supayaa
mengadakan perang suci terhadap Islam.3
2. Kejatuhan Cordova (Spayol)
Penaklukan Spanyol tidak terlepas dari jasa tiga orang pemimpin
satuan-satuan pasukan, mereka adalah Tharif bin Malik, dan Musa bun
Nushair. Tharif dapat dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
dengan satu pasukan perang lima ratus orang diantaranya adalah
pasukan berkuda., mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan
oleh julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan perang yang tidak sedikit jumlahnya.
Dengan dikuasainya daerah Pegunungan Jabal Thariq, maka
terbukalah pintu secara luas memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di
suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan.
Dengan hasil pertempuran tersebut, maka Islam masuk ke Spanyol
pada tahun 711 dengan kekuasaan Golt Barat, yakni kekaisaran
Visigoth (419-711). Ketika itu Tariq bi Ziyad melakukan ekspansi ke
Spanyol atas perintah Musa bin Nursai, Gubernur Afrika Utara ketika
itu, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik atau Al-Wakid I
(705-715) dari dinasti Umayyah yang bekedudukan di Damaskus.4
Setelah mencapai kemajuan dan kesuksesan kurang lebih selama
delapan Andalusia (Spanyol) menjadi kiblat ilmu pengetahuan.
Keberadaan peradaban Andalusia (Spanyol) dengan Cordova sebagai
pusat ibu kota negaranya yang yang begitu besar, tak mampu bertahan
lebih lama. Jika baghdad mengalami masa kemunduran dan
kehancuran setelah mencapai puncak kejayaannya, maka Cordova di
Andalusia mengalami hal yang sama.
Faktor penyebab kemunduran Islam di Andalusia dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

3
Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam : Perubahan Konsep, Filsafat dan Metodologi dan Era Nabi
SAW Sampai Ulama Nusantara, (Jakarta : Radar Jaya Ofset, 2012), hlm 151-154
4
Samsul Nizar, Op. Cit., hlm 174

8
a. Faktor Internal
1) Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan yang
menyebabkan munculnya perebutan kekuasaan di antara
ahli waris kerajaan. Konflik dalam keluarga inilah yang
menyebabkan mudahnya ditaklukannya sebuah dinasti oleh
dinasti lain.
2) Lemahnya figur dan kharismatik yang dimiliki khalifah,
khususnya sesudah khalifah Al-Hakam II. Khalifah tidak
lebih sebagai simbol saja, sedangkan yang menjalankan
pemerintahan sepenuhnya di tangan Wazir.
3) Terjadinya perselisihan di kalangan umat Islam itu sendiri
yang disebabkan perbedaan kepentingan, atau karena
perbedaan suka dan kelompok yang justru menjadi peluang
bagi pihak Kristen untuk memecah belah umat Islam.
4) Tatkala umat Islam menguasai Andalusia, kebijakan para
penguasa muslim tidak melakukan Islamisasi secara
sempurna, tetapi membiarkan orang-orang kristen
mempertahankan hukum dan tradisi mereka asalkan tetap
membayar upeti dan tidak mengadakan perlawanan
bersenjata. Padahal kehadiran Arab-Islam itu telah
memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen.
5) Munculnya Muluk al-Thawaif (kerajaan-kerajaan kecil)
yang masing-masing saling berebut kekuasaan. Bahkan
antara dinasti yang satu tidak segan menyatu dengan sebuah
kerajaan Kristen untuk menghancurkan dinasti yang lain.
Akibatnya rasa persaudaraan (ukhuwah islamiyah) menjadi
sirna, dan rasa persatuan menjadi berantakan.
b. Faktor Eksternal
Daulah Umayyah yang berada dalam posisi yang lemah
karena faktor-faktor tersebut di atas, muncul seragam dari
Kristen yang sudah menyatu. Kondisi ini lebih diperburuk
dengan keterpencilan Islam di Andalusia dari dunia Islam yang

9
lain, sehingga ia selalu berjuang sendirian, tanpa bantuan
kecuali dari Afrika Utara. Dengan kondisi yang demikian, tidak
ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kekuatan
Kristen. Akibatnya Cordova jatuh dibawah kekuasaan Kristen.
Dengan jatuhnya Cordova, maka daerah kekuasaan Daulah
Umayyah yang lainnya dapat pula dikuasai oleh orang Kristen
dengan Mudah.5
3. Kemunduran Pendidikan Islam Pasca Kejatuhan Baghdad dan Cordova
Kehancuran total yang dialami oleh Baghdad dan Cordova sebagai
pusat-pusat pendidikan dan kebudayaan Islam, menandai runtuhnya
sendi-sendi pendidikan dan kebudayaan Islam. Dunia Islam benar-
benar mengalami suasana kegelapan. Daya intelktual umat Islam tidak
mampu untuk mengatasi persoalan-persoalan baru yang dihadapi
sebagai akibat perubahan dan perkembangan Zaman. Sebagian besar
kaum muslimin tenggelam dengan ajaran tasawwuf yang sudah jauh
menyimpang dari roh Islam. Sebaliknya, bangsa Eropa yang saat itu
sedang sibuk melepaskan armada-armadanya untuk mengarungi
berbagai lautan untuk menjarah kekayaan negri-negri Islam sambil
menyebarluaskan ajaran Kristen ke negri-negri Islam yang mereka
kuasai.
Kalau pada masa kejayaan Islam semboyan : “al-Islam ya’lu wa-la
yulaalaih” benar-benar terelealisasi, sedangkan pada masa
kemunduran umat Islam berada pada anak tangga terbawa. Sebagian
besar negri islam dijajah oleh bangsa Barat.
Corak kemunduran pendidikan Islam dapat dilihat dari berbagai aspek
a. Dalam Bidang Itelektual
Kemunduran dalam bidang intelektual ditandai dengan
ketidakmampuan umat Islam untuk mempergunakan akalnya dalam
mengembangkan ilmu-ilmu keIslaman.Ketidakmampuan intelektual
tersebut, terlihat dari pernyataan, bahwa “pintu ijtihad telah tertutup”,
dan muncul semboyan dari ajaran thariqat yang menyatakan sebagai

5
Ramayulis, Op. Cit., hlm 155-156

10
berikut : al-dunya syijr li-al-mukmmin wa al-jannah li-al kafirin; yang
artinya dunia adalah penjara bagi kaum muslimin dan surga bagi kaum
kafir” semboyan tersebut sangat populer di tengah-tengah masyarakat
Islam. Akibatnya terjadilah kebekuan intelektual secara total.
Menurut Fazlal Rahman gejala kemunduran intelektual ditandai
dengan penutupan pintu ijtihad (yakni, pemikiran yang original dan
bebas) selama abad ke-4 H/10 M dan 5 H/11 M telah membawa
kepada kemacetan umum dalam ilmu hukum, ilmu intelektual, theologi
dan pemikiran Keagamaan.
b. Dalam Bidang Akidah Ibadah
Dalam bidang akidah, perbuatan syirik dan khurofat sudah
membudaya, sedangkan dalam bidang ibadah adalah dengan masuknya
hal-hal yang bersifat bid’ah ke dalam pengalaman ibadah.
Menurut M. Natsir, akibat perbuatan syirik, bid’ah dan khurofat,
maka kemurnian tauhid terancam. Guru-guru, pemimpin-pemimpin
rohani,di kultuskan dan dijadikan perantara antara hamba dengan
Allah. Dengan rusaknya kemurnian tauhid, hubungan antara hamba
dengan Tuhan menjadi kabur, hubungan manusia dengan sesama
manusia dan alam sekitarnya menjadi tidak karuan. Amalan yang
tadinya muri, dimasuki oleh bid’ah dan khurafat. Ruh ijtihad,
kemerdekaan berfikir, semangat untuk mengembangakan dan
memperluas daerah Islam dan mencari kebenaran kebenaran menjadi
merosot, yang tumbuh bahkan jiwa serba turut (taqkid), daya cipta men
jadi lumpuh.
c. Dalam Bidang Hukum
Kemunduran dalam bidang hukum disebabkan tertutupnya ijtihad,
maka dalam bidang hukum (fiqh), yang terjadi adalah berkembangnya
taklid buta di kalangan umat Islam. Dengan sikap yang fatalitis
tersebut, kehidupan mereka sangat statis, tidak ada problem-problem
baru dalam bidang Fiqh yang menyelesaikan. Apa yang sudah ada
dalam kitab-kitab Fiqh lama dianggapnya sebagai suatu ajaran yang
benar dan harus diikuti serta dilaksanakan sebagaimana adanya.

11
d. Dalam Bidang Kurikulum
Kemunduran dalam bidang kurukulum terlihat dari setidaknya
mata pelajaran di lembaga pendidikan Islam di seluruh dunia Islam.
Mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan islam lebih
banyak mata pelajaran agama yang berorientasi kepada kehidupan
akhirat seperti fiqh, akhlak, tasawuf.
Fazl al-Rahman melukiskan kondisi umat Islam, sebagai berikut :
Di madrasah-madrasah yang tergabung dalam khalaqah-khalaqah
dan ziwiyah-ziwiyah sufi, karya-karya sufi dimasukan kedalam
kurukulum yang formal, khususnya di India di mana sejak abad ke 8
H/14 M karya-karya al-Suhrawardi (pendiri suhrawardiyah), dan Ibn
al-Arabi, diajarkan dimadrasah. Di turki waktu itu terdapat beberapa
tempat khusus, yang disebut, yang disebut methnevikhana, di mana
Masnawiyah Jalaluddin al-Rumi merupakan satu-satunya buku yang
diajarkan.
Selanjutnya ilmu-ilmu yang berorientasi kepada kehidupan dunia,
seperti filsafat, ilmu fisika, matematika, biologi, dihilngkan dari
kurikulum lembaga pendidikan Islam. Bahkan ada lembaga pendidikan
Islam yang mengharamkan mempelajari mata pelajaran filsafat.
e. Dalam Bidang Karya Ilmiah
Pada masa kejayaan Islam, umat Islam mempelopori
perkembangan ilmu dalam bergai bidang ilmu keislaman, bahkan
kemajuan Eropa yang terus berkembang hingga saat ini banyak
berutang kepada khazanah ilmu pengetahuan Islam yang berkembang
di periode Klasik, yang masuk ke Eropa melalui tiga saluran
(transmisi) yaitu : (1) Andalusia (Spanyol), (2) Sisilia (Asia Kecil),dan
(3) Perang Slaib.
Namun pada masa kemunduran tidak ada lagi buku-buku ilmu
keIslaman yang dihasilakn oleh para sarjana muslim. Pembelajaran
tidak menghasilkan ilmu yang baru tetapi hanya menghasilkan syarah
(komntar) bahkan sayrah dari syarah (komentar dari komentar).

12
Fazl al-Rahman menjelaskan sebagai berikut :
Kebiasaan menulis komentar yang sistematis, pada mulanya, selalu
disertai dengan penulisan karya-karya asli. Pada abad ke 6 H/12 M,
misalnya Fakhrudin al-Razi menulis sebuah komentar atas Ibnu Sina,
tetapi juga mengarang beberapa karya yang independen. Tetapi
berkembanglah kebiasaan untuk menulis komentar atas komentar,
hingga karya yang asli menjadi subjek komentar tersebut hampir sama
sekali terlupakan.
f. Dalam Bidang Kehidupan dan Tradisi Kelembagaan
Pada masa kemunduran ini kehidupan di lembaga pendidikan dan
di tengah-tengah masyarakat adalah kehidupan zuhd.
Akibat dari kehancuran dan kemunduran yang dialami oleh umat
Islam, terutama dalam bidang kehidupan intelektual dan materi, adalah
berahlinya secara drastis pusat-pusat budayadari dunia Islam ke Eropa.
Dalam kondisi seperti ini menyebabkan umat Islam mencari pegangan
dan sandaran hidup hidup yang bisa mengarahkan kehidupan mereka.6

B. Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Pengaruhnya Terhadap


Pendidikan di Dunia Islam

1. Kehancuran Dinasti Abbasiyah


Dalam sejarah Islam, jatuhnya Daulah Abbasiyah pada tahun 1256
M dianggap berakhirnya zaman keemasan Islam. Serangan militer
Hulagu Khan, penguasa Kerajaan Mongol dan Asia Tengah, menjadi
peristiwa sejarah yang dianggap sebagai sebagai berakhirnya masa
kejayaan kaum muslim. Pada fase kehancuran Daulah Abbasiyah
tidaklah semata-mata disebabkan oleh serangan bangsa Mongol saja,
akan tetapi terdapat beberapa faktor yang menjadi akar kemunduran
dinasti ini. Dan di antara faktor tersebut adalah :

6
Ibid., hlm 156-160

13
a. Faktor Intenal
1) Konflik Internal Keluarga Istana
Perebutan kekuasaan di kalangan anak-anak khalifah sering
membawa kemunduran dan kehancuran pemerintah mereka
sendiri, bahkan menjurus pada persaingan bangsa. Ketika Harun al
Rasyid wafat, sebetulnya sudah ada konflik antara anaknya yaitu
Al Amin yang didukung oleh orang Arab dan Al Makmun yang
didukung oleh orang Persia, yang menjurus pada perang saudara,
akan tetapi konflik itu bisa diatasi dan Al Makmun mampu
membawa kemajuan bagi Islam, akan tetapi konflik keluarga yang
terjadi antar anak khalifah pada masa bani Buwaih membawa
kehancuran dan kemunduran mereka.
2) Tampilnya Dominasi Militer
Pada masa khalifah Al Mu’tasim banyak direktur jajaran
militer dari budak-budak Turki. Hal ini menjadikan dominasi
militer semakin kuat sehingga khalifah Al Mu’tasam memindahkan
pusat pemerintahan dari baghdad ke sammar 80 mil sebelah utara
kota baghdad.
Dalam perkembangannya kemudian, militer ini secara
perlahan membangun kekuatan dalam daulah. Usaha mereka
berhasil sehingga kekuasaan sesungguhnya berada ditangan
mereka, sementara kekuasaan bani Abbasiyah mulai pudar dan
menyebabkan kemunduran. Sekitar tahun 935 khalifah Abbasiyah
kehilangan kekuasaan atas seluruh wilayah provinsi, kecuali
beberapa daerah di sekitar baghdad.
3) Permasalahan Keuangan
Dalam bidang keuangan dinasti Abbasiyah juga mengalami
kemunduran yang bersamaan dengan bidang politik. Dana yang
diperoleh dari al kharaj (pajak hasil bumi). Perkembangan
peradaban dan kebudayaan yang besar dari periode pertama yang
yang mendorong penguasa untuk bermewah-mewah. Sampai pada
tahun 919 uang dalam jumlah yang besar masih dikirim ke

14
pemerintahan pusat di baghdad. Ketika militer tidak lagi mau
membantu khalifah dalam pemungutan pajak, maka akan
menyebabkan pajak yang masuk ke pemerintahan akan berkurang
dan akan menyebabkan kesulitan ekonomi bagi khalifah.
Banyaknya pajak yang macet, makin menyempitnya wilayah
kekuasaan dan terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang
sangat mengganggu perokonomian.
4) Berdirinya Dinasti-dinasti Kecil
Berbagai hal yang terjadi di pusat pemerintahan bani
Abbasiyah memberikan pengaruh yang besar terhadap daerah-
daerah kekuasaan daulah ini. Ketika munculnya dinasti Tahiriyah
di Khurasam yang didirikan oleh Tahir bin Husain yang daulahnya
merupakan gubernur yang ditunjuk Al Ma’mun yang ingin
memerdekaan diri, kemudian sesudah itu muncul dinasti Safariyah
di wilayah Persia dengan pusat kekuasaan di Sijistan, dan muncul
dinasti Idrisiyah di Afrika Utara, sampai kepasa dinasti Tulun,
Ikhsid, dan Hamdaniyah yang semua ingin memerdekakan diri dari
Daulah Abbasiyah.
5) Luasnya Wilayah
Luasnya wilayah yang harus dikendalikan, merupakan
suatu penyebab lambatnya pemerintah menyampaikan informasi
dan komunikasi. Kekuasaan dinasti Abbasiyah tidak pernah diakui
di Spayol dan seluruh Afrika Utara, kecuali militer yang bersifat
sebentar-sebentar dan kebanyakan nominal. Secara rill daerah-
daerah itu berada dalam kekuasaan gubernur-gubernur profinsi
yang bersangkutan, hubungan dengan khalifah ditandai dengan
pembayaran upeti.
6) Fanatisme Keagamaan
Fanastisme keagamaan berkaitan persoalan kebangsaan.
Konflik yang dilatar belakangi agama tidak terbatas antar muslim
dan Zindig atau Ahlusunnah dengan Syi’ah tetapi juga aliran-aliran
dalam Islam, sehingga mu;tazilah yang cenderung rasional dituduk

15
sebagai pembuat bid’ah oleh golongan salaf. Perselisihan ini
dipertajam oleh Al Makmun khalifah yang ketujuh dari dinasti
Abbasiyah.7
Aliran Mu’tazilah bengkit kembali pada masa dinasti
Buwaih. Namun, pada masa dinasti Saljuk yang menganut aliran
Asy’ariyah, penyingkiran golongan Mu’tazilah mulai dilakukan
secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy’ariyah
tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran Al-Ghazali yang
mendukung aliran ini menjadi ciri utama Ahlusunnah. Pemikiran-
pemikiran terseut memiliki efek yang tidak menguntungkan bagi
perkembangan Islam keaktivitas intelektual Islam, konon sampai
sekarang.8
b. Faktor Eksternal
1) Perang Salib
Terjadinya perang salib yang berlangsung beberapa gelombang
atau periode yang menelan banyak korban. Perang salib merupakan
simbol perang agama yang timbul atas ketidak senangan komunitas
Kristen terhadap perkembangan Islam di Eropa. Orang-orang
Kriste Eropa terpanggil untuk berperang setelah Paus Urbanus II
(1088-1099 M) mengeluarkan fatwahnya.
2) Serangan Tentara Mongol
Serangan tentara Mongol ke wilayah Kekuasaan Islam adalah
peristiwa yang banyak menelan waktu dan pengorbanan. Setelah
Perang Salib, tentara mongol juga melakukan penyerangan ke
wilayah kekuasaan Islam, gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan
orang Mongol yang sangat anti dengan orang Islam sehigga
Mongol memporak-porandakan kota-kota yang menjadi pusat
pendidikan Islam. Al mu;tashim (640-666 H) adalah khalifah
Abbasiyah yang terakhir dan telah dibunuh oleh kaum mongol.
Serangan inilah yang mengakhiri zaman keemasan Islam.

7
Samsul Nizar, Op. Cit., hlm 184-188
8
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Perseda, 2008), hlm 84

16
Dari berbagai permasalahan internal yang dihadapi Daulah
Abbasiyah yang diiringi dengan serangan dari luar, mengakibatkan
kehancuran-kehancuran yang berdampak pada terhentinya kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan Islam. 9

2. Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan


Dunia Islam
Pada umumnya para sajarawan menetapkan bahwa kejatuhan
baghdad di Timur (1258 M) dan Cordova di Barat (1236 M) sebagai
awal periode kemunduran itu. Dengan kehancuran dinasti Abbasiyah
yang disebabkan oleh berbagai faktor, telah menunjukan bahwa dalam
dunia Islam telah terjadi zaman kemunduran. Dari pola pikir yang
bersifat tradisional yang selalu mendasarkan dari pada wahyu yang
kemudian berkembang menjadi pola pemikiran sufistik dan
mengembangkat pola pendidikan sufi. Pola pendidikan ini sangat
memperhatikan aspek-aspek batiniah dan ahlak atau budi pekerti
manusia. Sedangkan pola pemikiran rasional mementingkan akal
pikiran yang menimbulkan pola pendidikan empiris rasional. Pola
pemikiran yang kedua ini sangat memperhatikan intelektual dan
materi.
Dalam sejarah kehancuran total yang dihadapi kota-kota
pendidikan dan kebudayaan islam yang mengakibatkan runtuhnya
sendi-sendi pendidikan Islam dan melemahnya pemikiran Islam yang
disebabkan antara lain :
a. Telah Berlebihannya Filsafat Islam (yang bersifat sufistik)
Kehidupan sufi berkembang dengan cepat. Keadaan frustasi
yang merata dikalangan umat Islam yang menyebabkan
manusia yang kembali pada Tuhan (bukan sekedar dalam hidup
yang fatalistik) dalam arti yang sebenarnya, bersatu dengan
Tuhan, sebagaimana yang diajarkan para sufi. Berkembanglah
berbagai sistem riabel dan jalan-jalan atau cara-cara tertentu

9
Samsul Nizar, Op. Cit., hlm 188-189

17
yang dikembangkan untuk menuntut para murid yang dikenal
dengan istilah tarekat.
b. Sedikitnya Kurikulum Islam
Kemunduran dan kemerosotan mutu pendidikan dan
pengajaran pada masa ini tampak jelas dengan sedikitnya
materi kurikulum dan mata pelajaran umumnya pada
madrasah-madrasah yang ada dengan menyempitnya bidang
pengetahuan umum, dengan tiada perhatiankepada ilmu-ilmu
kealaman, maka kurikulum madrasah-madrasah pada umumnya
terbatas pada ilmu-ilmu keagamaan, ditambah dengan sedikit
gramatika dan bahasa sebagai alat yang diperlukan. Ilmu-ilmu
keagamaan yang murni (tafsir, hadis, fikih, dan ushul fikih,
ilmu kalam, dan teologi Islam) sudah mulai tertinggal karena
penyempitan kurikulum pada masa itu.
c. Tertutupnya Pintu Ijtihad
Pada masa kemunduran ini, pintu ijtihad sudah mulai
dianggap tertutup yang disebabkan keruntuhan kota-kota
pendidikan Islam yang banyak dilaksanakan di rumah-rumah
para ulama yang berakibatkan madrasah-madrasah kurang
berfungsi. Kehancuran di bidang pendidikan berdampak
semakin ditinggalkannya pendidikan intelektual, maka semakin
statis kebudayaan Islam karena daya intelektual generasi
penerus tidak mampu mengadakan kreasi-kreasi budaya baru,
bahkan ketidak mampuan untuk mengatasi persoalan-persoalan
baru yang dihadapi sebagai akibat perubahan dan
perkembangan zaman.
Kehancuran imperium Abbasiyah pada satu sisi merupak
sebuah perubahan politik, sosial, dan ekonomi. Kemerosotan
ekonomi secara total juaga turut andil dalam memperlemah
imperium bahkan kondisi itu memupus harapan untuk
menciptakan kembali sebuah rezim imperial Timur Tengah
yang tunggal. Perubahan ini sejalan dengan berbagai kebijakan-

18
kebijakan kultural yang menyediakan jalan bagi kehancuran
imperium Abbasiyah sendiri, dan pada akhirnya menyediakan
jalan bagi terbentuknya sebuah model negara dan masyarakat
Timur Tengah yang baru. 10

10
Ibid., hlm 190-192

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab
utama dari mundurnya dunia pendidikan Islam ditandai dengan runtuhnya
Baghdad selaku ibukota Daulah Abbasyiah ke tangan bangsa Mongol.Hal
itu pun menyebabkan seluruh dunia Islam juga mengalami kemunduran.
Kemudian disebabkan oleh kondisi itu, banyak umat Islam yang
frustasi akibatnya mereka memilih menjalani kehidupan sebagai seorang
sufi, dan berusaha meninggalkan kehidupan intelektual.Mereka yang
semula bersifat kritis dan dinamis, kontras berubah menjadi statis.Dan dari
sikap itu, berkembang menjadi taklid buta kepada ulama, karena bagi
mereka pintu ijtihad telah tertutup.
Namun di belahan bumi yang lain ternyata bangsa Eropa justru
sedang mengalami kemajuan yang pesat diakibatkan oleh berkembangnya
paham Renaissance.Mereka telah berhasil keluar dari dominasi doktrin
gereja yang terjadi pada masa Scholastik (Abad Pertengahan). Oleh karena
itu, jika umat Islam ingin maju maka umat Islam harus kembali kepada
ajaran al-Quran dan Sunnah.Umat Islam juga harus bersikap kritis dan
merdeka.
B. Saran
Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam yang menjalani ajaran Allah SWT
dan meneladani sunnah Rasul-Nya hendaknya kita semua sebagai umat
Islam wajib untuk melaksanakan kewajiban dan menjauhi segala larangan-
Nya. Sebab, para pendahulu kita telah berjuang untuk kemajuan agama
Islam walaupun pada saat itu pula Islam mengalami kemunduran dan
pada akhirnya Islam mengalami kebangkitan.

C. Manfaat Pembuatan Makalah


Dapat kita simpulkan bahwa masuknya serangan dari luar
merupakan salah satu yang menyebabkan kemunduran Islam pada saat

20
itu. Serangan yang dilakukan oleh Hulagu Khan diberbagai daerah yang
bisa melemahkan daripada kerajaan Islam hingga mengalami keruntuhan.
Kemunduran Islam itupun terjadi karena adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya, seperti dibidang Ekonomi yaitu dengan melemahnya
ekonomi hingga melemahkan daripada khilafah pada saat itu, terjadinya
desintegritas umat Islam yang membuat perpecahan diinternal umat
Islam, krisis politik ditandai dengan pemimpin yang tidak mengamalkan
ajaran agama, krisis pengetahuan seperti yang terjadi pada kerajaan Turki
Utsmani dengan minimnya pengetahuan yang menyebabkan
kemunduran kerajaan Turki Utsmani pada saat itu, dan krisis keagamaan.
Maka, secara keseluruhan yang membuat Islam runtuh dikarenakan
runtuhnya khilafah yang telah diambil alih oleh pihak lain.
Dinasti Abbasiyah merupakan salah satu dinasti yang mengalami
kemajuan sangat luar biasa dalam sejarah umat Islam. Terutama saat
kekhalifahan Harun al-Rasyid dan puteranya al-Makmun, kekhalifahan
Abbasiyah berhasil menjadi pusat peradaban dunia pada saat itu dan
berpusat di ibu kotanya Baghdad. Banyak sekali buku-buku keilmuan hasil
karya para ilmuan yang terdapat di lembaga-lembaga ilmu pengetahuan
di kota Baghdad. Selain itu juga terdapat berbagai bangunan pendidikan
di Baghdad. Akan tetapi masa keemasan tersebut tidak berlangsung
selamanya, karena akibat konflik internal di dalam kekhalifahan. Konflik
internal yang sangat mempengaruhi pemerintahan, adalah konflik yang
ditimbulkan oleh banyakanya pertikaian dan perselisihan akibat
perbedaan mazhab. Hal ini membuat kekhalifahan menjadi melemah.
Sebab-sebab kehancuran dinasti Abbasiyah semoga bisa
menjadikan pembelajaran penting bagi generasi Islam selanjutnya, agar
selalu menjunjung tinggi solidaritas dan menghargai perbedaan
pandangan mazhab di dalam agama Islam.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nizar Samsul, Sejarah Pendidkan Islam : Menelusuri Jejak Sejarah


Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta : Prenada Media
Group, 2009

Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam : Perubahan Konsep, Filsafat dan


Metodologi dan Era Nabi SAW Sampai Ulama Nusantara, Jakarta :
Radar Jaya Ofset, 2012

Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Islam,


Jakarta : Prenada Media Grup, 2007

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo


Perseda, 2008

22

Anda mungkin juga menyukai