Bab 47 Bag 17 94 95 Cek - 20090130075238 - 2
Bab 47 Bag 17 94 95 Cek - 20090130075238 - 2
SELATAN
I. PENDAHULUAN
Propinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan, terletak antara
1°21'-4°10' lintang selatan dan 114°19'-116°33' bujur timur,
merupakan wilayah daratan yang berbatasan di sebelah utara
dengan Propinsi Kalimantan Timur, di sebelah timur dengan Selat
Makassar, di sebelah selatan dengan Laut Jawa, dan di sebelah
barat dengan Propinsi Kalimantan Tengah.
119
kilometer persegi atau 1,6 persen serta untuk budidaya lainnya
seluas 183 kilometer persegi atau 0,5 persen dari seluruh luas
wilayah.
120
sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Kotabaru (24 jiwa
per kilometer persegi). Selebihnya kepadatan penduduk bervariasi
antara 44 sampai 150 jiwa/kilometer persegi. Penduduk yang
tinggal di kawasan perkotaan mencapai 703.781 orang atau 27,09
persen dari jumlah penduduk Propinsi Kalimantan Selatan. Jumlah
penduduk perkotaan di propinsi ini mengalami peningkatan yang
cukup berarti dengan rata-rata laju pertumbuhan antara tahun 1971
dan 1990 sebesar 2,35 persen per tahun, yang berarti lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk
perkotaan kawasan timur Indonesia yang besarnya 4,39 persen dan
di tingkat nasional sebesar 5,39 persen per tahun.
121
II. PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT I KALIMANTAN
SELATAN DALAM PJP I
122
PDRB nonmigas per kapita pada tahun 1990 berdasarkan
harga konstan tahun 1983, mencapai Rp535 ribu, yang berarti telah
meningkat dibandingkan dengan tahun 1983 yang besarnya Rp344
ribu, yang berarti telah meningkat dengan laju pertumbuhan rata-
rata sebesar 4,3 persen per tahun.
123
unit SD. Pada tahun 1972 jumlah SD baru mencapai 1.092 unit
SD. Peningkatan jumlah SD dan murid didukung oleh peningkatan
jumlah guru. Pada tahun 1992 tercatat 23.327 orang guru SD dan
setiap guru SD melayani 19 murid.
124
irigasi. Pada tahun 1993 jaringan irigasi yang ada telah mengairi
sawah seluas kurang lebih 127.000 hektare sehingga membantu
peningkatan dan menunjang produksi pertanian.
125
tahun Repelita V, yaitu 4 6 proyek penanaman modal dalam negeri
(PMDN) dengan nilai Rp 1,9 triliun dan 9 proyek baru penanaman
modal asing (PMA) dengan nilai US$480,5 juta yaitu 4 5 proyek
dengan nilai Rp 1, 8 9 triliun dan 9 proyek baru penanaman modal
asing (PMA) dengan nilai US$480,5 juta.
1. Tantangan
126
kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakatnya yang ditunjukkan
oleh berbagai indikator seperti tingkat PDRB nonmigas per kapita,
laju pertumbuhan PDRB nonmigas, dan usia harapan hidup relatif
rendah serta lebih tingginya angka kematian bayi dibandingkan
dengan rata-rata nasional. Dengan demikian, tantangan utama
pembangunan daerah Kalimantan Selatan adalah mempertahankan
laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan meningkatkan serta
memperluas landasan ekonomi daerah yang didukung oleh
peningkatan ekspor nonmigas dan perluasan kesempatan kerja
sehingga mempercepat peningkatan kesejahteraan ekonomi dan
sosial masyarakat.
127
Sehubungan dengan itu, Propinsi Kalimantan Selatan harus mampu
menarik dunia usaha agar menanamkan modal untuk
mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di
propinsi ini. Dengan demikian, Propinsi Kalimantan Selatan
dihadapkan pada masalah untuk menciptakan iklim usaha yang
menarik bagi investasi masyarakat dan dunia usaha. Dalam rangka
menciptakan iklim usaha yang menarik di daerah, tantangannya
adalah mengembangkan kawasan dan pusat pertumbuhan yang
dapat menampung kegiatan ekonomi, memperluas lapangan kerja,
dan sekaligus memenuhi fungsi sebagai pusat pelayanan usaha.
128
memperluas jangkauan pelayanan prasarana dasar, khususnya
sistem transportasi antarmoda secara terpadu dan optimal, dengan
mengikutsertakan dunia usaha, serta dilakukan secara terkoordinasi
dengan propinsi lainnya yang bertetangga.
129
merusak lingkungan hidup dan meningkatkan
efektivitas pengelolaan dan rehabilitasi sumber
daya alam sehingga menjamin pembangunan
yang berkelanjutan.
2. Kendala
131
Pudak. Batu gamping untuk bahan baku semen dan bahan kapur
terdapat di antara Sungai Barito dan daerah perbatasan dengan Propinsi
Kalimantan Timur.
132
prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta meningkatkan
pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu dalam
mengisi otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertang-
gung jawab serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam upaya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah tanah
air, pembangunan daerah dan kawasan yang kurang berkembang,
seperti di daerah terpencil, perlu ditingkatkan sebagai perwujudan
Wawasan Nusantara.
2. Sasaran
a. Sasaran PJP II
133
otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan
bertanggung jawab, serta makin meratanya
pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
134
b. Sasaran Repelita VI
135
sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) termasuk madrasah aliyah
(MA), masing-masing menjadi sekitar 60,1 persen, dan sekitar
34,8 persen; serta dimulainya pelaksanaan Wajib Belajar
Pendidikan Dasar Sembilan Tahun.
3. Kebijaksanaan
136
kemampuan pelaksanaan pemerintahan di daerah tingkat I dan
tingkat II Propinsi Kalimantan Selatan, terutama dalam
penyelenggaraan tugas desentralisasi, dekonsentrasi, dan
pembantuan ditingkatkan agar makin mewujudkan otonomi yang
nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.
137
keterkaitan industri dengan pertanian dan jasa, sehingga
meningkatkan nilai tambah dan memperkuat struktur ekonomi
daerah. Upaya pengembangan dan perluasan kegiatan industri
pengolahan termasuk agroindustri dan industri yang mengolah hasil
hutan seperti industri kerajinan lampit, ditingkatkan dan didorong
melalui penciptaan iklim yang lebih merangsang bagi penanaman
modal. Penyebaran pembangunan industri di berbagai daerah
tingkat II diupayakan sesuai dengan potensi masing-masing dan
sesuai dengan rencana tata ruang daerah agar tertata dengan baik
dan mendorong pemerataan. Untuk mendukung pengembangan
industri diupayakan peningkatan prasarana, peningkatan usaha
pemasaran, serta pelatihan tenaga kerja. Untuk meningkatkan
ketersediaan prasarana penunjang sehingga tercipta kondisi yang
menarik bagi pengembangan kegiatan industri diperlukan investasi
yang cukup besar yang tidak dapat dipenuhi oleh Pemerintah
sepenuhnya. Oleh karena itu, usaha swasta didorong untuk ikut
serta membangun prasarana dan sarana yang dibutuhkan.
138
perlindungan, penertiban, pengamanan, pengawasan, pengendalian
serta rehabilitasi dan konservasi hutan dilanjutkan dan
ditingkatkan. Pengusahaan hutan dan hasil hutan diatur melalui
pola pengusahaan hutan yang menjamin keikutsertaan masyarakat
di kawasan hutan dan sekitarnya dan peningkatan peranserta
koperasi dan usaha menengah dan kecil terutama di dalam
pengolahan dan pemasaran hasil hutan nonkayu.
139
Kemampuan dan peranan usaha menengah dan kecil, termasuk
usaha tradisional dan informal Propinsi Daerah Tingkat I
Kalimantan Selatan ditingkatkan melalui pembangunan prasarana
dan sarana usaha disertai dengan pengembangan iklim usaha yang
mendukung. Struktur dunia usaha ditata pula sehingga tercipta
lapisan usaha kecil yang banyak dan kukuh yang saling menyangga
dengan lapisan menengah yang tangguh dan saling mendukung
dengan usaha besar.
140
pengembangan kemitraan usaha. Upaya tersebut juga dilaksanakan
di daerah tertinggal dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
kesejahteraan kelompok tertinggal, seperti nelayan pada umumnya,
petani kecil, dan mereka yang berada di kantung-kantung
kemiskinan.
141
tenaga kerja di propinsi ini diarahkan pada sektor industri yang
memanfaatkan sumber daya alam yakni perikanan, kehutanan, dan
pertambangan, serta perkebunan, peternakan, dan pariwisata.
e. Kependudukan
142
daerah yang optimal, dengan memperluas lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, memperlancar proses perpindahan tenaga
kerja ke sektor yang lebih produktif, serta memadukan
perencanaan dan pelaksanaan program antarsektor dan program
regional, sehingga kegiatan pembangunan dapat terwujud secara
terpadu dan berdaya guna. Untuk itu, produktivitas khususnya di
sektor yang relatif tertinggal ditingkatkan antara lain dengan
penerapan teknologi yang tepat serta pendekatan baru dalam
produksi dan pemasaran hasil. Untuk meningkatkan nilai tukar
komoditas pertanian dan hasil sektor lainnya di perdesaan
ditingkatkan keterkaitan antarsektor, terutama antara sektor
pertanian dengan industri dan jasa.
143
pertumbuhan antardaerah diupayakan pula dengan meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat untuk mendorong kegiatan ekonomi
daerah dengan memberikan berbagai bentuk kemudahan dalam
rangka menciptakan iklim usaha yang makin baik.
g. Penanggulangan Kemiskinan
144
perdesaan termasuk koperasi sehingga upaya meningkatkan taraf
hidup dapat berlangsung secara berkelanjutan. Kebijaksanaan ini
dilaksanakan khususnya di 568 desa tertinggal menurut pedoman
yang telah ditetapkan secara nasional.
145
pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup. Upaya
pelestarian fungsi hutan dan lingkungan pesisir; rehabilitasi hutan
dan tanah kritis; konservasi sungai, danau, hutan bakau, dan hutan
lindung; pelestarian flora dan fauna langka; serta pengembangan
fungsi daerah aliran sungai (DAS) ditingkatkan.
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
146
1. Program Pokok
147
2) meningkatkan efisiensi dan pengelolaan bantuan termasuk
Inpres serta pinjaman, antara lain melalui pemanfaatan
rekening pembangunan daerah;
148
sebanyak 1.000 buah dan lampu lalu lintas, pengadaan
dan pemasangan pagar pengaman jalan 10.000 meter,
pembuatan marka jalan sepanjang 100 kilometer,
pengadaan dan pemasangan alat pengujian kendaraan
bermotor (PKB) berjalan sebanyak 3 unit, pembangunan
terminal penumpang/barang; peningkatan angkutan
sungai, danau dan penyeberangan dengan pembangunan
dermaga/terminal sungai/danau di 3 lokasi dan
penyeberangan di 2 lokasi, rehabilitasi dermaga/terminal
sungai/danau di 5 lokasi dan penyeberangan;
149
jaringan distribusi tegangan menengah (JTM) sepanjang
1.634 kilometersirkit (termasuk Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur); pembangunan jaringan distribusi
tegangan rendah (JTR) sepanjang 2.057 kilometersirkit
(termasuk Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur);
dan pembangunan gardu induk sebanyak 853 unit, dengan
kapasitas 213 megavoltampere (termasuk Kalimantan
Tengah dan Kalimantan Timur);
150
jaringan irigasi kurang lebih 265.000 hektare; perbaikan
jaringan irigasi kurang lebih 2.500 hektare; serta pembangunan
jaringan irigasi kurang lebih 8.500 hektare yang lokasinya
tersebar; rehabilitasi dan pemeliharaan saluran pembawa air
baku di Riam Kanan, perbaikan dan pengendalian sungai
seperti Sungai Martapura, Riam Kiwa, Amandit, Batang Alai,
dan Tabalong sepanjang kurang lebih 32 kilometer; serta
pengembangan daerah rawa antara lain di Pulau Laut,
Belawang, dan Tabunganen dengan luas seluruhnya kurang
lebih 89.000 hektare;
151
d. Program Pengembangan Usaha Nasional
152
koperasi bank perkreditan rakyat (KBPR), bank perkreditan
rakyat syariat (BPRS), dan lembaga modal ventura;
153
pembinaan melalui sarana media massa, dunia pendidikan,
forum masyarakat produktivitas Indonesia dan organisasi
masyarakat lainnya; penetapan standar mutu produktivitas di
perusahaan-perusahaan, melalui analisis, penelitian,
pengembangan, dan pengukuran produktivitas, serta
pengembangan unit-unit produktivitas;
154
kabupaten/kotamadya daerah tingkat II terutama tata ruang
kawasan andalan ke dalam rencana rinci dan program
pembangunan daerah;
155
mendorong kemitraan litbang terapan antar dunia usaha,
perguruan tinggi, dan pemerintah, serta meningkatkan
sarana litbang industri, termasuk milik Pemerintah;
156
d) pengembangan perikanan budi daya antara lain mas,
jelawat, belutu, udang, nila, lele, dan kepiting;
157
alam geologis, eksplorasi air tanah; selanjutnya di seluruh
daerah tingkat II dilaksanakan bimbingan usaha pertambangan
golongan C.
158
perairan, tanah, dan udara, yang mencakup pengendalian
pencemaran, akibat kegiatan industri, pertambangan, permu-
kiman, dan pengembangan energi;
159
pendidikan bidan program A dan C, serta pencegahan dan
penanggulangan penyakit a c q u i re d immuno deficiency
syndrome (AIDS);
160
g) pengadaan unit rehabilitasi sosial keliling dan
kelengkapannya (URSK) sebanyak 2 unit;
161
6) meningkatkan dan mengembangkan nilai budaya dan seni
budaya daerah Kalimantan Selatan untuk memperkaya
khazanah budaya setempat serta memelihara peninggalan
sejarah, yang kegiatannya antara lain meliputi pemugaran
rumah adat Banjar di Bubungan Tinggi Nagara dan rumah adat
Banjar di Teluk Selong;
162
3) meningkatkan pembinaan generasi muda melalui karang
taruna, pramuka dan organisasi kepemudaan, yang
kegiatannya antara lain meliputi pembinaan terhadap 835
karang taruna;
163
3) mendukung dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
program khusus seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan
program-program sektoral dan regional lainnya yang ditujukan
untuk menanggulangi masalah kemiskinan.
164
peningkatan pengelolaan administrasi dan tertib hukum
pertanahan di daerah perkotaan;
2. Program Penunjang
165
TABEL 47 – 17
WILAYAH, SATUAN PEMERINTAHAN, DAN JUMLAH PENDUDUK
DERAH TINGKAT I KALIMANTAN SELATAN
1990, 1993, DAN 1996
No.Daerah Tingkat II Luas Jumlah Jumlah Perkiraan Jumlah Penduduk (ribu jiwa) Kepadatan Laju Pertumbuhan
Wilayah Kecamatan Desa 1990 1993 1996 Penduduk Penduduk/tahun
(km2) Laki-laki Wanita Jumlah Laki-laki Wanita Jumlah Laki-laki Wanita Jumlah 1990 1990 – 1996
(jiwa/km2) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15)
Kabupaten 36.463,25 105 2.118 1.059,6 1.064,4 2.124,0 1.133,2 1.134,8 2.268,0 1.260,5 1.255,6 2.516,1 58 2,14
1. Barito Kuala 3.284,00 14 198 113,2 113,0 226,2 122,2 122,1 244,3 137,5 137,8 275,3 69 2,49
2. Banjar 6.228,00 14 295 223,8 220,3 444,1 238,7 235,4 474,1 263,4 260,3 523,7 71 2,08
3. Hulu Sungai 1.472,00 8 314 108,0 113,1 221,1 110,9 115,1 226,0 114,8 117,4 232,2 150 0,61
Tengah
1.703,00 10 225 90,4 94,7 185,1 91,8 96,2 188,0 94,1 96,7 192,8 109 0,51
4. Hulu Sungai
Selatan 2.771,00 12 375 132,9 141,6 274,5 137,4 146,3 283,7 144,0 153,0 297,0 99 0,99
5. Hulu Sungai 13.044,50 19 276 159,5 149,7 309,2 182,0 170,5 352,5 224,6 209,8 434,4 24 4,34
Utara
2.149,75 7 125 94,0 90,6 184,6 105,6 101,2 206,8 127,1 120,5 247,6 86 3,74
6. Kota Baru
2.315,00 10 130 62,6 64,3 126,9 65,3 66,8 132,1 69,2 70,5 139,7 55 1,21
7. Tanah Laut
3.496,00 11 180 75,2 77,1 152,3 79,3 81,2 160,5 85,8 87,6 173,4 44 1,64
8. Tapin
9. Tabalong
Kotamadya 72,00 4 50 241,3 241,2 482,5 256,1 257,4 513,5 280,5 284,7 565,2 6.701 2,00
10. Banjarmasin 72,00 4 50 241,3 241,2 482,5 256,1 257,4 513,5 280,5 284,7 565,2 6.701 2,00
Jumlah 36.535,25 109 2.168 1.300,9 1.305,6 2.606,5 1.389,3 1.392,2 2.781,5 1.541,0 1.540,3 3.061,3 71 2,11
167