Anda di halaman 1dari 13

Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan

Latar Belakang

Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi, pembangunan merupakan


hal yang tidak mungkin dihindari oleh setiap negara. Dan sekarang ini pemerintah
Indonesia sedang giat melakukan pembangunan infrastruktur antara lain melaksanakan
pembangunan jalan tol atau jalan bebas hambatan yang merupakan bagian dari upaya
penyediaan infrastruktur untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
memperbaiki daya saing ekonomi nasional.

Disamping itu dalam melaksanakan pembangunan harus juga berwawasan


berkelanjutan sebagai cara agar sumber daya alam tetap terjaga. Dalam pelaksanaan
pembangunan Jalan Tol Cimanngis-Cibitung seksi IA sendiri juga menggunakan
system drainase, yang sudah menuju kepada Eco-drainase. Dimana disebutkan bahwa
eco-drainase didefinisikan sebagai upaya mengelola air kelebihan dengan cara sebesar-
besarnya diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan
tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya. Dalam drainase ramah lingkungan,
justru air kelebihan pada musim hujan harus dikelola sedemikian sehingga tidak
mengalir secepatnya ke sungai. Namun diusahakan meresap ke dalam tanah, guna
meningkatkan kandungan air tanah untuk cadangan pada musim kemarau. Konsep ini
sifatnya mutlak di daerah beriklim tropis dengan perbedaan musim hujan dan kemarau
yang ekstrem seperti di Indonesia.. Sehingga dalam ini, penulis bermaksud untuk
melakukan pemantauan system drainase yang di bangun pada Jalan Tol Cimanggis-
Cibitung Seksi IA sebagai eco-drainase sebagai salah satu langkah untuk melakukan
konservasi air tanah.

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana cara menentukan system drainase pada Jalan Tol Cimanggis –


Cibitung Seksi IA?
2. Bagaimana cara perencanaan system eco-drainase pada Jalan Tol
Cimanggis-Cibitung Seksi 1A?

3. Bagaimana cara konstruksi system eco-drainase pada Jalan Tol Cimanggis


– Cibitung Seksi IA?

Manfaat :

1. Untuk mengetahui bagaimana penetuan lokasi perencanaan embung yang


tepat.

2. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan system drainase yang


berwawasan lingkungan.

3. Untuk mengetahui cara konstruksi system drainase pada Jalan Tol


Cimanggis-Cibitung Seksi IA.

Metodologi :

1. Pengambilan data curah hujan dan intensitas hujan.

2. Pengambilan data kemringan lahan.

3. Penentuan lokasi perencanaan

4. Melakukan pengambilan data debit-debit air kususnya pada jam puncak atau
saat hujan

5. Melakukan wawancara kepada pegawai atau petugas yang bersangkutan secara


langsung dengan system drainasenya

6. Pendapatan informasi awal dari data mengenai drainase tersebut kepada


pengelola

7. Dengan pengukuran input dan output system drainase


Dasar Teori

Drainase

Drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan, baik secara


gravitasi maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan,
menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga genangan air dapat dihindarkan.
Drainase perkotaan berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak
merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah
industri. Oleh karena itu drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi, sampah,
pengendali banjir kota dan lainnya.

Drainase Konvensional

Drainase konvensional adalah upaya membuang atau mengalirkan air


berlebihan secepat-cepatnya ke sungai terdekat. Drainase konvensional untuk
permukiman atau perkotaan dibuat dengan cara membuat saluran-saluran lurus
terpendek menuju sungai guna mengatuskan kawasan tersebut secepatnya.Seluruh air
hujan diupayakan sesegera mungkin mengalir langsung ke sungai terdekat. Pada areal
pertanian dan perkebunan biasanya dibangun saluran drainase air hujan menyusuri
lembah memotong garis kontur dengan kemiringan terjal. Pada saat hujan, saluran
drainase ini berfungsi mengatuskan kawasan pertanian dan perkebunan dan langsung
dialirkan ke sungai.

Demikian juga di areal wisata dan olahraga, semua saluran drainase didesain
sedemikian rupa sehingga air mengalir secepatnya ke sungai terdekat. tanpa
diupayakan agar air mempunyai waktu cukup untuk meresap ke dalam tanah.
Eco-Drainase

Eco-Drainase adalah drainase yang berwawasan lingkungan dengan prinsip


dasar mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara
terkendali dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal
ini dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung dengan baik dan dimensi
struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien.

Menurut Dr. Ing. Ir. Agus Maryono dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,
pengelolaan drainase secara terpadu berwawasan lingkungan merupakan rangkaian
usaha dari sumber (hulu) sampai muara (hilir) untuk membuang/mengalirkan hujan
kelebihan melalui saluran drainase dan atau sungai ke badan air (pantai/laut, danau,
situ, waduk, dan bozem) dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak
menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di dataran banjir yang dilalui
oleh saluran dan atau sungai tersebut (akibat kenaikan debit puncak dan pemendekan
waktu mencapai debit puncak).

Berbeda dengan prinsip lama, yaitu mengalirkan limpasan air hujan ke badan
air penerima secepatnya, drainase berwawasan lingkungan bekerja dengan berupaya
memperlambat aliran limpasan air hujan. Prinsipnya, air hujan yang jatuh ditahan dulu
agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan resapan, baik buatan
maupun alamiah seperti kolam tandon, sumur-sumur resapan, biopori, dan lain-lain.
Hal ini dilakukan mengingat semakin minimnya persediaan air tanah dan tingginya
tingkat pengambilan air. Pengembangan prasarana dan sarana drainase berwawasan
lingkungan ditujukan untuk mengelola limpasan permukaan dengan cara
mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan sesuai dengan kaidah konservasi
dan keseimbangan lingkungan. Konsep inilah yang ingin mengubah paradigma lama
dalam pembangunan drainase khususnya di perkotaan. Pelestarian prasarana dan
sarana drainase mandiri berbasis masyarakat sangat bergantung pada kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam mengoperasikan, memanfaatkan, dan memelihara
prasarana dan sarana yang ada. Secara umum aspek yang perlu diperhatikan dalam
pelestarian adalah pengelolaan prasarana dan sarana serta penyuluhan dan pedoman
pemeliharaan yang mengedepankan partisipasi masyarakat.

Menurut Dr. Ir. Suripin M.Eng dari Universitas Diponegoro, berdasarkan


fungsinya, terdapat dua pola yang dipakai untuk menahan air hujan, yaitu:

• Pola detensi (menampung air sementara), yaitu menampung dan menahan air
limpasan permukaan sementara untuk kemudian mengalirkannya ke badan
air misalnya dengan membuat kolam penampungan sementara untuk
menjaga keseimbangan tata air.

• Pola retensi (meresapkan), yaitu menampung dan menahan air limpasan


permukaan sementara sembari memberikan kesempatan air tersebut untuk
dapat meresap ke dalam tanah secara alami antara lain dengan membuat
bidang resapan (lahan resapan) untuk menunjang kegiatan konservasi air.

Pengembangan permukiman di perkotaan yang demikian pesatnya justru makin


mengurangi daerah resapan air hujan karena luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan
semakin meningkat dan waktu berkumpulnya air (time of concentration) pun menjadi
jauh lebih pendek sehingga pada akhirnya akumulasi air hujan yang terkumpul
melampaui kapasitas drainase yang ada. Banyak kawasan rendah yang semula
berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai kini menjadi
tempat hunian. Kondisi ini akhirnya akan meningkatkan volume air permukaan yang
masuk ke saluran drainase dan sungai.

Air

Air merupakan sumber daya dan faktor terpenting dalam kehidupan, dimana
setiap makluk memerlukan air sebagai pemenuhan hidupnya. Air juga berpengaruh
terhadap kinerja sektor pertanian, industry, domestic dan lain sebagainya.

Meskipun peran dan keberadaannya sangat strategis, namun pengelolaan air masih jauh
dari yang diharapkan, sehingga air yang semestinya merupakan sahabat petani,pelaku
industry, dan masyarakat dengan kuantitas yang tinggi dan pengelolaannya yang
kurang baik akan berubah menjadi penyebab bencana bagi petani.

Indikatornya, di musim kemarau, ladang dan sawah sering kali kekeringan dan
sebaliknya dimusim penghujan, lading dan sawah banyak yang terendam air. Secara
kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama di lahan kering adalah persoalan
ketidak sesuaian distribusi air antara kebutuhan dan pasokan menurut waktu (temporal)
dan tempat (spatial).
Teknologi Rain Warter Harvesting

Jumlah air di bumi sangat banyak, namun jumlah air bersih yang tersedia belum
dapat memenuhi permintaan sehingga banyak orang menderita kekurangan air.
Menurut Chiras (2009) menyebutkan bahwa kekurangan air dipicu naiknya permintaan
seiring peningkatan populasi, tidak meratanya distribusi air, meningkatnya polusi air
dan pemakaian air yang tidak efisien. Beberapa penelitian mengindetifikasi bahwa
pada aras rumah tangga kekurangan air diperburuk kebocoran air akibat
kerusakan home appliances yang tidak segera diperbaiki, pemakaian home
appliances yang boros air, perilaku buruk dalam pemakaian air, dan minimnya
pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternatif. Pemakaian air yang tidak
terkontrol akan mengancam keberlanjutan air, sehingga perlu dilakukan konservasi air.
Salah satu metode konservasi air dalam rumah tangga adalah memanen air hujan, yaitu
mengumpulkan, menampung dan menyimpan air hujan.

Ada tiga komponen dasar yang harus ada dalam sistem pemanenan air hujan
yaitu: 1) catchment, yaitu penangkap air hujan berupa permukaan atap; 2) delivery
system, yaitu sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan melalui
talang; dan 3) storage reservoir, yaitu tempat penyimpan air hujan berupa tong, bak
atau kolam. Selain ketiga komponen dasar tersebut, dapat dilengkapi dengan
komponen pendukung seperti pompa air untuk memompa air dari bak atau kolam
penampung. (Worm, Janette & van Hattum, Tim 2006; Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung
Tsai 2004).

Embung

Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian
( small farmreservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim
hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi
suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi ( high added
value crops) di musim kemarau atau disaat curah hujan makin jarang. Embung
merupakan salah satu teknik pemanenan air ( water harvesting) yang sangat sesuai di
segala jenis agroekosistem. Di lahan rawa namanya pond yang berfungsi sebagai
tempat penampungan air drainase saat kelebihan air di musim hujan dan sebagai
sumber air irigasi pada musim kemarau. Sementara pada ekosistem tadah hujan atau
lahan kering dengan intensitas dan distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat
digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi sumber air irigasi pada musim
kemarau. Secara operasional sebenarnya embung berfungsi untuk mendistribusikan
dan menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman atau pun
ternak di musim kemarau dan penghujan.

Tujuan
Pembuatan embung untuk pertanian bertujuan antara lain untuk :

1.Menampung air hujan dan aliran permukaan ( run off) pada wilayah sekitarnya serta
sumberair lainnya yang memungkinkan seperti mata air, parit, sungai-sungai kecil
dan sebagainya.

2.Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi di musim kemarau untuk tanaman
palawija,hortikultura semusim, tanaman perkebunan semusim dan peternakan.

Sasaran pembangunan embung untuk pertanian antara lain:

1.Tertampungnya air hujan dan aliran permukaan ( run off) pada wilayah sekitarnya
sertasumber air lainnya yang memungkinkan.

2.Tersedianya air untuk suplesi irigasi di musim kemarau untuk tanaman


palawija,hortikultura semusim, tanaman perkebunan semusim dan peternakan.

Persyaratan Lokasi

Beberapa syarat yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan pembuatan embung


yaitu:

Tekstur tanah :
- Agar fungsinya sebagai penampung air dapat terpenuhi, embung sebaiknya dibuat
pada lahandengan tanah liat berlempung.

- Pada tanah berpasir yang porous (mudah meresapkan air) tidak dianjurkan pembuatan
embung karena air cepat hilang. Kalau terpaksa, dianjurkan memakai alas plastik
atau ditembok sekeliling embung.

Kemiringan Lahan

- Embung sebaiknya dibuat pada areal pertanaman yang bergelombang dengan


kemiringanantara 8 - 30%. Agar limpahan air permukaan dapat dengan mudah
mengalir kedalam embung dan air embung mudah disalurkan ke petak-petak
tanaman, maka harus ada perbedaan ketinggian antara embung dan petak tanaman.

- Pada lahan yang datar akan sulit untuk mengisi air limpasan ke dalam embung

- Pada lahan yang terlalu miring (> 30%), embung akan cepat penuh dengan endapan
tanah karena erosi.

Lokasi

- Penempatan embung sebaiknya dekat dengan saluran air yang ada disekitarnya,
supaya pada saat hujan, air di permukaan tanah mudah dialirkan kedalam embung.

- Lebih baik lagi kalau dibuat di dekat areal tanaman yang akan diairi

.- Lokasinya memiliki daerah tangkapan hujan.

Ukuran Embung

Embung bisa dibangun secara individu atau berkelompok, tergantung


keperluan dan luas areal tanaman yang akan diairi. Untuk keperluan individu dengan
luas tanaman (palawija) 0,5 hektar,misalnya, embung yang diperlukan adalah panjang
10 m, lebar 5 m dan kedalaman 2,5 m - 3 m.
Jenis tanaman dan cara pengairan

Umumnya embung digunakan untuk mengairi padi musim kemarau, palawija


seperti jagung,kacang tanah, kedelai, kacang hijau, kuaci dan sayuran. Mengingat air
dari embung sangat terbatas, maka pemakaiannya harus seefisien mungkin. Sebaiknya
teknik pengairan dilakukan dengan cara irigasi tetesan terutama untuk palawija dan
irigasi pada sela-seta larikan. Apabila air embung akan digunakan untuk mengairi padi
dianjurkan untuk mengairi hanya pada saat-saat tertentu, seperti pada stadia primordia,
pembungaan dan pengisian bulir padi. Sedangkan setiap kali mengairi tanah, cukup
sampai pada kondisi jenuh air.

Bentuk Embung

Bentuk embung sebaiknya dibuat bujur sangkar atau mendekati bujur sangkar,
hal tersebut dimaksudkan agar diperoleh Wiling yang paling pendek, sehingga resapan
air melalui tanggul lebih sedikit.

Demikian sekilas mengenai Embung sebagai salah satu upaya mengatasi


kekurangan air dimusimkemarau bagi para petani.
Sumur Resapan

Sumur resapan merupakan sumur atau lubang pada permukaan tanah yang
dibuat untuk menampung air hujan agar dapat meresap ke dalam tanah. Sumur resapan
ini kebalikan dari sumur air minum. Sumur resapan merupakan lubang untuk
memasukkan air ke dalam tanah, sedangkan sumur air minum berfungsi untuk
menaikkan air tanah ke permukaan. Dengan demikian, konstruksi dan kedalamannya
berbeda. Sumur resapan digali dengan kedalaman di atas muka air tanah, sedangkan
sumur air minum digali lebih dalam lagi atau di bawah muka air tanah.

Penerapan sumur resapan sangat dianjurkan dalam kehidupan sehari-hari.


Beberapa fungsi sumur resapan bagi kehidupan manusia adalah sebacial pengendali
banjir, melindungi dan memperbaiki (konservasi) air tanah, serta menekan laju erosi.

Sumur resapan dapat dikatakan sebagai suatu rekayasa teknik konservasi air,
berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur
galian dengan kedalaman tertentu. Fungsi utama dari sumur resapan ini adalah sebagai
tempat menampung air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah.
Biopori

Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dan
didalamnya terbentuk lubang-lubang kecil yang terbentuk karena aktivitas organisme.
Lubang-lubang itu akan terisi udara dan menjadi tempat serapan air di dalam tanah
yang bisa memperlancar jalur air yang meresap. Dalam proses alami, biopori adalah
tempat lewatan aktivitas fauna di tanah seperti akar yang akan membentuk lubang di
dalam tanah. biopori adalah merupakan salah satu dari cara-cara lain yang juga efektif
dalam mengurangi pembuangan sampah. Fauna di dalam tanah akan mencari makanan
dan merubah sampah organik yang dibuang ke dalam lubang itu menjadi kompos.

Sampah-sampah organik dimasukkan kedalamnya untuk memancing binatang-


binatang, semut, cacing atau rayap masuk dan membuat biopori berupa terowongan-
terowongan kecil sehingga air cepat meresap.Dengan cara itu sampah organik yang
sering menimbulkan bau tak sedap akan habis dimakan “penghuni” lubang biopori.
Yang kemudian bermanfaat untuk menggemburkan tanah sekitarnya. Bisa juga diambil
dan dijadikan pupuk kompos untuk tanaman sekitar jika diperlukan.
SumberBerita:

http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-731-drainase-berwawasan
lingkungan.html#ixzz5xojanBMg

https://id.wikipedia.org/wiki/Biopori

https://www.academia.edu/33937012/DRAINASE_KONVENSIONAL_DAN_DRAI
NASE_RAMAH_LINGKUNGAN

http://www.sanitasi.net/ecodrain.html

http://journals.itb.ac.id/index.php/jts/article/view/4526

Anda mungkin juga menyukai