Anda di halaman 1dari 4

Jangan dipetik kalau tak mau simpan

Lebih baik kau siram atau tinggalkan!

**

Hampir semua teman sekelasku bahkan tetangga kelasku berkata yang... kadang mengundangku muak
dan merasa akulah orang paling menyedihkan. Yaa.. aku tahu kalau mereka sepenuhnya tidak paham,
sepersen pun tidak membekas. Aku paham sekali, semua orang pasti memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Beruntung tidaknya tergantung amalan serta bagaimana mereka
menjalaninya. Hahh.. sepertinya aku buruk dalam hal menjalani kehidupanku sendiri.

“Ajarin dong! Kan kamu pintar, hehe.. ”

“Iri deh sama kamu. Pasti kamu dapet cowok yang intelejen juga kayak kamu. Aaaa...”

“Ihh, keren! Besok aku mau belajar bareng kamu ah. Pinterr banget sih...”

“Lulus SMA mau kuliah dimana? Kayaknya semua universitas nerima kamu deh!”

“Calon anak berhasil nih! Mantul deh. Bangga gue temenan sama elu,”

Dan kalimat-kalimat lainnya mengiris potongan demi potongan hatiku dihariku sekarang. Mengenang
kembali kejadian dimana aku berdiri didepan papan tulis dan memegang spidol hitam, tengah
menyelesaikan soal yang diberi Pak Nana, Guru Matematika Peminatan, yang tidak tanggung-tanggung
memberi pakan soal higher skills, serupa soal seleksi perguruan tinggi. Dilirik sebentar oleh beliau dan
disahut anggukan pelan menandakan jawaban atas soal yang diberikan bernilai benar. Huhh.. aku lega.
Gemuruh tepuk tangan mengiringiku menuju kursi milikku di kelas, tak lupa hujaman pujian yang
dilontarkan teman disekitarku saat itu.
Di akhir semester pertama dibangku kelas 3 sekolah menengah atas, tak henti-hentinya aku mengucap
syukur setelah pemberian rapor dilaksanakan bersama Ibu kala itu. Yap, peringkatku meningkat drastis
pasca pindah dari pulau seberang. Meskipun bukan peringkat teratas, setidaknya aku adalah anak
pindahan yang berhasil masuk tiga besar di sekolah provinsi Pulau Jawa!

Menegangkan. Sangat menegangkan.

Sorot mataku menangkap layar monitor komputer yang menyala terang, gerak jariku bergerak mengklik
hingga menarik rol mouse berkali-kali, menyusuri halaman disalah satu website sekolah besutan
pemeritah. Seraya berdoa tiap detiknya dan detak jantung yang sulit sekali dinormalkan. Pengumuman
kelulusan sekolah kedinasan sudah terekspos sejak 9 jam yang lalu, tetapi aku baru mencari nomor
pesertaku dilaman pengumuman pada pukul 10 pagi.

Enyahlah sudah.

Aku meneliti disetiap inchi deretan nomor peserta yang tertera dilayar monitor. Kembali mengerutkan
dahi, dan tetap fokus menghitung vertikal digit angka paling belakang. Aku...

Gagal?

Kecewa. Sedih. Tak berdaya. Derai airmataku yang tak bisa kubendung lagi. Mereka salah. Salah besar!
Walaupun bukanlah universitas, tetap saja dugaan mereka salah. Kesal. Ah, aku ini berhasil apanya?
Berhasil mengecewakan kedua orang tuaku? Lagi-lagi iya.

“Jangan nangis dong. Masih ada kesempatan tahun depan! Allah tau mana yang baik buat kita. Allah
pasti punya jalan lain. Udah ya jangan sedih.”

Aku menyesal juga telah berpaling pada cecunguk sialan itu! Disaat musibah menerpaku sangat kejam,
hanya sahabatku satu itu yang sukses menenangkanku setelah orangtuaku, pemberi nasihat yang
superrr.. akurat hasilnya. Ketika aku mengatakan belum siap membuka website pengumuman kelulusan,
yang ia katakan hanyalah..
An

Gimana pengumumannya?

Me

ntar ajalah. blm siap aku √√

An

Ah males

Isinya angka semua

Me

wkwkw emg. kan pke nmor pserta √√

Aku bergidik geli, menarik dua sudut bibir tersenyum menahan tawa setelah menerima pesan darinya.

Sesal masih menempel direlung hati. Seharusnya aku punya peka. Tidak mendua. Tidak curiga. Juga..
tidak menyatakan. Ahhh, kenapa aku selalu buruk dalam hal apapun sih?

“Untuk sekarang, aku biasa aja. Terserah mereka bakal menerimaku atau nggak. Aku ngga seambisius
tahun lalu.”

Agak sedih. Aku takut dia pun sama kecewanya dengan kedua orangtuaku. Tak terlihat ada kekuatan
besar dalam dirinya untuk masuk sekolah kedinasan yang populer saat ini. Yaah.. setidaknya dia punya
satu kali kesempatan kalau ingin mencoba ujian tulis lagi.
Dia satu-satunya sahabatku, sekaligus saingan, teman belajar, dan teman.. apa ya? hehe. Banyak banget
pengalaman yang bisa aku petik dari perilaku, perbuatan, dan yah... ucapannya. Paling seneng bikin
dirinya menderita, hahaha. Pernah sekali aku nurutin maunya, dan chatku berakhir diread aja! wkwkwk

Demen banget berpuitis ria! Jago banget bikin orang nggak ngerti sama perasaannya. Yang kukira buat
cewek lain, ternyata buat sepupu cowoknya yang sekarang kuliah teknik sipil. Wkwkwk herman deh aku.

Paling doyan nyanyi. Apalagi nyanyi perfect, itu lhoo lagunya Ed Sheeran. Siapa juga yang nggak bosen
sama lagu itu? Hehe aku. Sampe bosen aku dengerin dia kalau lagi telfonan ngga ada topik! Ehh.. tapi
sekarang lagi demen nyanyi intro-nya kartun Shinchan. Sering coverin lagu itu bareng temen sekosannya.
Bosen banget aku bosen!!!

Dan berakhirlah cerita lamaku yang isinya penderitaanku selama.. nya, wkwk ngga deng.

Cerita keasliannya terjamin, insyaa Allah. Aku lagi pengen nulis cerita kisah nyata. Jarang-jarang lho
authornya menceritakan kehidupan pribadinya yang absurd... wkwk

Terima kasih. Selamat menikmati cerita nyata yang aneh.

21/07/2019

Teman Satu

Anda mungkin juga menyukai