Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/327392671

SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN(1)

Conference Paper · September 2018

CITATIONS READS

0 7,407

1 author:

Parlindungan Lumbanraja
Universitas HKBP Nommensen
43 PUBLICATIONS   17 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Mount SInabung E View project

Environmental Issues View project

All content following this page was uploaded by Parlindungan Lumbanraja on 03 September 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN(1)
Oleh: Parlindungan Lumbanraja(2)

I.Pendahuluan

1.1. Latarbelakang

Sistem pertanian yang memacu produksi biji-bijian dan hasil pertanian


lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan serta kebutuhan
lainnya bagi manusia menuntut masukan bahan-bahan kimia yang sangat
besar telah diketahui mengakibatkan dampak merosotnya daya dukung
lahan dengan sangat cepat dalam waktu yang relatif singkat. Selain itu
terjadinya pencemaran tanah dan air sebagai konsekwensi dari
penggunaan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida tidak dapat
dielakkan lagi.

Atas dasar kenyataan di atas muncullah suatu konsep baru dengan


menekan pemasokan bahan kimia sekecil mungkin untuk usaha pertanian
dalam upaya memproduksi bahan pangan yang cukup dan terus menjaga
produktivitas lahan serta mencegah pencemaran lingkungan untuk
penggunaan dalam waktu yang tak terbatas (O’Connell, 1990).

Richard (1990) mengutarakan konsep pertanian baru ini sebagai konsep


pertanian berkelanjutan atau yang dikenal dengan istilah sustainable
agriculture sesuai dengan istilah yang digunakan oleh Jackson (1980) dan
konsep pertanian regeneratif dari Rodale (1983) yang keduanya

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 1
merupakian suatu pola pertanian yang berkelanjutan yang memelihara
dayadukung lingkungan terhadap produksi sepanjang waktu.

1.2. Istilah

Banyak istilah yang digunakan dalam upaya memperkenalkan pola


pertanian berkelanjutan ini oleh berbagai tokoh ataupun kelompok
tertentu, Parr et al., (1990) mencoba mengutarakan berbagai istilah yang
banyak digunakan untuk maksut pertanian berkelanjutan seperti:
pertanian masukan rendah (low-input agriculture); pertanian rendah
kimia (low-chemical agriculture); pertanian konservasi sumberdaya alam
dan lingkungan; teknologi pertanian yang efisien sumberdaya. Kata-kata
seperti: biologica, ecological, regenerativ, natural, biodinamic, low
resaurce, agroecological, dan ecoagriculture juga merupakan padanan
kata yang sering digunakan untuk mengutarakan pertanian berkelanjutan.

Francille (1990) menekankan agar dalam upaya penanganan pertanian


berkelanjutan ini bukan hanya merupakan suatu nama atau istilah baru
sajah, tetapi benar-benar dapat diterapkan dan mempunyai pola dan
sasaran yang jelas. Jadi dari kenyataan di atas bahwa walaupun ada
beberapa variasi dalam istilah untuk pertanian berkelanjutan ini, namun
pada dasarnya mempunyai tujuan umum yang serupa yaitu untuk
meningkatkan pendapatan petani yang bersangkutan melalui peningkatan
produksi dengan selalu menjaga produktivitas lahan yang digunakan untuk
waktu yang takterbatas.

1.3. Karakteristik

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 2
Karakteristik utama dari suatu pola pertanian yang berkelanjutan sesuai
dengan Dankelman and Davidson (1988) yaitu:

1. Mampu mempertahankan kehilangan tanah dengan laju dibawah


laju pembentukan tanah, atau pada tingkat kehilangan tanah yang
diperbolehkan (tolerable soil loss).
2. Mampu meningkatkan pendapatan petani.
3. Dapat diterima masyarakat dan mampu untuk mengulangi
penerapan teknologi (replicable) secara terus menerus tanpa
ketergantungan.
4. Pengembangan pola tanam, metoda pengolahan bahan makanan,
dan metoda penyimpanan persediaan bahan makanan.
5. Meningkatkan tingkat diversivikasi guna menjamin keluwesan pola
tanam.
6. Merpertahankan kesuburan tanah melalui pendauran bahan
organik.
7. Pemanfaatan sumber air dan sumber energi setepat mungkin.

1.4. Tujuan

Parr et al., (1990) mengutarakan bahwa pertanian berkelanjutan


bertujuan untuk:

1. Menjaga atau dan meningkatkan keutuhan sumber daya alam lahan


dan melindungi lingkungan.
2. Menjamin penghasilan petani.
3. Mengkonservasi energi.
4. Meningkatkan produktivitas.
(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas
Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 3
5. Meningkatkan kwalitas dan keamanan bahan makanan.
6. Menciptakan keserasian antara pertanian dengan faktor sosial
ekonomi umum lainnya.

II. Tantangan dalam Pertanian Berkelanjutan

Berberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengupayakan supaya pola


pertanian berkelanjutan dapat berhasil antara lain tantangan berikut
merupakan beberapa hal utama yang perlu disikapi dengan benar:

1. Bagaimana membuat masyarakat memahami kenyataan perlunya


pertanian berkelanjutan.
2. Bagaimana membuat masyarakat mau mencoba untuk
membuktikan teknologi tertentu dapat meningkatkan hasil
pertanian, meniadakan kelaparan, dan mengkonservasi sumberdaya
alam dan lingkungan.
3. Membuat suatu sosial ekonomi penggunaan sumberdaya yang
meningkatkan taraf hidup masyarakat agar mereka mau
mengadopsi teknologi tersebut.
4. Menciptakan keterkaitan para ahli dalam bidang ini antara negara
berkembang dan negara maju untuk mendukung komunikasi dalam
tukar-menukar informasi yang berlanjut.

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 4
III. Beberapa Alternatif dalam Mensukseskan Penerapan Pertanian
Berkelanjutan

3.1. Potensi Lahan dan Keberlanjutan

Karena pada kenyataannya lahan memiliki kesuburan yang berbeda-beda,


sehingga Sediono (1992) mencoba mengutarakan pentingnya ada
kebijakan dalam menetapkan luas batas minimum pemilikan lahan. Atas
dasar perbedaan kesuburan tanah di atas tersebut juga maka perlu
penggunaan tanah untuk tujuan tertentu yang sesuai dengan kemampuan
lahan tersebut. Lal et al., (1990) mencoba mengelompokkan lahan
kedalam tiga kelompok besar, yaitu: lahan kelas A ( merupakan kelompok
lahan dengan potensi produktivitas tinggi) sehingga tidak respon terhadap
masukan yang besar; lahan kelas B (merupakan kelompok lahan dengan
potensi produktivitas sedang) sehingga besarnya input sangat
mempengaruhi outputnya, jadi sangat respon terhadap input; lahan kelas
C (merupakan kelompok lahan yang potensi produktivitasnya rendah atau
kritis) sehingga tidak respon terhadap input.

Hubungan masing-masing kelompok lahan tersebut terhadap masukan


yang diberikan dan oputput yang dihasilkan disajikan pada Gambar 1.

Jadi jelas kiranya bahwa pemilikan lahan A dengan luas yang telatif kecil
sudah akan memberikan produksi yang cukup tinggi, sedangkan lahan

B perlu luas lahan olah yang lebih besar lagi dari lahan A dan lahan B perlu
lebih luas lagi dari lahan C untuk mendapatkan produksi yang sama
dengan lahan A.

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 5
Gambar 1. Hubungan Kesuburan Lahan, Input dan Output
10
9 y = 1,3x + 4 lahan A; 9
8 lahan A; 8
7 lahan A; 7
lahan C
6
lahan B
output

5 lahan A; 5 y = 0,36x + 2,7 lahan A


4 lahan B; 4,1
lahan B; 3,8 Linear (lahan C)
lahan B; 3,5
3 lahan B; 3 Linear (lahan B)
lahan C; 2,3 lahan C; 2,4
2 lahan C; 2 lahan C; 2,1 Linear (lahan A)
y = 0,14x + 1,85
1
0
input 1 input 2 input 3 input 4

Hal ini juga menggambarkan bahwa perlu adanya penggunaan teknologi


dan pemanfaatan lahan yang berbeda untuk masing-masing lahan
tersebut guna memperoleh hasil yang optimal. Misalnya karena dari segi
input teknologi lahan C memerlukan masukan yang sangat besar jika
digunakan untuk lahan produksi tanaman pangan, maka jadikan saja untuk
penggunaan lain yang dengan pemasukan rendah tetapi masih
menguntungkan, misalnya untuk lahan penggembalaan atau penghijauan.
Begitu juga dengan lahan B penggunaannya untuk lahan produksi sangat
tergantung pada perbandingan ekonomis output terhadap input yang
diberikan, sedangkan lahan A karena pada dasarnya dengan input yang
rendah sudah akan memberikan hasil yang tinggi maka sudah barang

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 6
tentu lahan ini diprioritaskan untuk lahan produksi tanaman pangan.
Dengan cara tersebut di atas diharapkan produktivitas lahan tersebut akan
tetap terjaga sehingga dengan demikian keterlanjutan dari pemanfaatan
lahan tersebut akan dapat dipertahankan dalam waktu yang takterbatas.

Jika tidak demikian pemaksaan lahan C untuk pengusahaan tanaman


pangan misalnya hanya akan memperbesar input dengan tanpa memberi
tambahan produksi yang berarti, bahkan ini merupakan suatu kerugian
ekonomi saja.

Selain itu, dengan tidak tanggapnya lahan tersebut terhadap masukan


yang besar, disamping mubajir, masukan yang diberikan akan menjadi
sumber dampak negatif terhadap kondisi lingkungan setempat, misalnya
menjadi sumber pencemaran atau kerusakan lainnya.

3.2. Pengelolaan Terpadu dan Pertanian Berkelanjutan

Banyak faktor yang mempengaruhi produksi pertanian, maka hubungan


dari masing-masing faktor tersebut sangat menentukan efektivitasnya
suatu input terhadap perolehan dari produksi dan besar kecilnya dampak
negatif yang ditimbulkannya terhadap lingkungan.

Sehingga perlu dipahami suatu dasar dari suatu pola pertanian terpadu
(integrated agriculture) yang mengutamakan pemakaian semaksimal
mungkin bahan-bahan alamiah (natural resource) sebelum memutuskan

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 7
penggunaan masukan buatan (energi fosil) sebagaimana diutarakan oleh
El-Titi dan Landes (1990). Setelah pmilihan bahan masukan ditetapkan, hal
lain yang perlu diperhatikan adalah pengaruh interaksi dari masing-masing
faktor yang diberikan, seperti diutarakan juga olah Edwards (1990) bahwa
pemupukan walau memang banyak menambahkan pertumbuhan
tanaman usaha, namun juga akan memperlemah daya tahan tanaman
terhadap penyakit dan hama yang berarti juga akan memperbesar
pemasukan pestisida. Sedangkan disisi lain karena pada kenyataannya
pupuk yang diberikan untuk tanam juga akan memperbaiki pertumbuhan
tanaman pengganggu (gulma), serta herbisida yang digunakan
mengganggu juga tumbuhan tanaman usaha, disamping adanya pengaruh
buruk terhadap pertumbuhan makro dan mikrobia tanah yang pada
dasarnya biota tersebut sangat menguntungkan bagi kesuburan tanah.

Sehingga seluruh upaya ini perlu adanya cara penggunaan terpadu mulai
dari cara persiapan tanah (misalnya penggunaan pengolahan tanah dari
jenis traktor ringan serta mempunyai kemampuan aplikasi ganda ,
misalnya dilengkapi dengan alat pembalik tanah dan penanam biji sekali
gus dengan demikian menghemat bahan bakar dan memperkecil
pemadatan tanah).

Pemupukan, aplikasi pestisida agar semua tepat waktu dan tempat


sehingga hubungan yang saling merugiakan seperti diutarakan
sebelumnya akan dapat dihindari sedemikian rupa, sehingga input efektif,
produksi optimal dengan efek sampingan terhadap kerusakan lingkungan
oleh akumulasi bahan sisa pada tanah maupun rantai peredaran hara

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 8
lainnya seperti air bawah tanah benar-benar dapat diminimumkan hingga
tingkat yang aman (Edward, 1990).

Karena penggunaan bahan-bahan kimia tersebut di atas tidak mungkin


nol, maka penggunaannya harus diusahakan seminimum mungkin.
Sehingga cara ini dapat ditempuh melalui rotasi pertanaman untuk
memutuskan rantai pertumbuhan hama dan penyakit tanaman, mencegah
resistensi hama dan penyakit serta mencegah kerusakan terhadap
lingkungan lainnya (Vereijken, 1986; Franciella et al., 1990 dan Luna dan
House, 1990). Begitu juga halnya dengan penggunaan pupuk karena hasil
tanaman akan dijual keluar areal pertanaman (pasar) maka penambahan
pupuk dalam jumlah yang tepat sesuai dengan daya pegang tanah, agar
tidak terjadi residu atau pencucian berlebihan yang mungkin akan menjadi
sumber polusi bagi air tanah pada saat yang lain (Vereijken, 1986).

3.3. Masyarakat dan Pertanian Berkelanjutan

Keberhasilan pertanian yang berkelanjutan hanya akan tercapai jika


masyarakat yang dilibatkan didalamnya sebagai ujung tombak dalam
penerapan pola ini harus mampu menerapkan pola pertanian yang
berkelanjutan tersebut. Atas dasar kenyataan tersebut David dan Elswafy
(1988) mencoba melakukan penataan suatu pemanfaatan lahan daerah
aliran sungai di Thailand. Disini ternyata dengan melibatkan masyarakat
pengelola dalam pengambialan kebijakan serta mendemonstrasikan cara-

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 9
cara konservasi yang diterapkan dan mengikutsertakan masyarakat tani
pengusaha lahan dalam upaya penerapan cara konservasi yang digunakan,
sehingga mereka mampu menerapkan cara tersebut setelah masa
bantuan berakhir, dan ternyata cara tersebut cukup berhasil. Karena pada
akhirnya setelah masa bantuan berakhir para petani di sekitar daerah
operasional tersebut dapat melanjutkan metoda pengelolaan yang
dianjurkan tanpa bantuan pihak luar sebagaimana sebelum masa bantuan
berakhir.

Adapun yang menjadi tolok ukur yang digunakan untuk pengujian


keberhasilan yang diutarakan di atas oleh peneliti tersebut adalah:

1. Peningkatan produksi persatuan luas daerah pertanian yang


digunakan.
2. Peningkatan pendapatan petani.
3. Peningkatan dapat baca (literacy) dan kesehatan.
4. Penigkatan partisipasi masyarakat dalam pembuatan kebijakan.
5. Pertumbuhan dan stabilitas hutan.
6. Penurunan run-off dan hasil sedimen.

Jadi keberhasilan tersebut merupakan suatu contoh besarnya peranan


masyarakat pengguna lahan dalam pencapaian suatu pola pemanfaatan
laah secara berkelanjutan.

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 10
3.4. Pertumbuhan Penduduk dan Pertanian Berkelanjutan

Dimiyati (1992) dan Sediono (1992) mengutarakan adanya pengaruh


jumlah penduduk dan pertumbuhan jumlah penduduk terhadap
pengelolaan suatu daerah pertanian dalam upaya menjadikannya suatu
pola pertanian yang berkelanjutan. Mereka menjelaskan bahwa dengan
semakin besarnya jumlah populasi pada suatu daerah akan mendesak
pemanfaatan lahan secara intensif untuk memenuhi keperluan mereka.

Sehingga usaha peningkatan produksi ini akan mempersingkat waktu


istirahat pada tanah sedangkan penyerapan hara dari tanah tersebut
semakin besar.

Dsari hasil memang terbutkti bahwa penggunaan lahan yang pada saat
jumlah penduduk di wilayah Himalaya sedikit, pemanfaatan lahan secara
subsisten masih dapat berjalan secara optimal, namun setelah penduduk
bertambah hingga dua kali lipat dari semula pemanfaatan lahan tersebut
menjadi sangat intensif dan mengakibatkan lahan tersebujt sangat kritis.

Hal ini diduga adalah sebagai akibat dari tekanan penduduk yang
berlebihan terhadap lahan yang tersedia sehingga fungsi produksi lahan
tersebut menjadi terkuras dalam waktu yang sangat singkat (Dimyati,
1992). Jadi dari kenyataan tersebut perlu difikirikan bahwa penekanan
jumlah pertambahan penduduk juga sudah harus merupakan bagian dari
usaha penerapan pertanian yang berkelanjutan.

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 11
DAFTAR PUSTAKA
Dankelman, I and Davidson. 1988. Women and Environment in the Third
World. Earthscan Publication. Ltd. London. England.
David and El-Swaify. 1988, Sustainable Agricultural Development in North
Thailand: Conservation as a component of Succes in assistance
Projrct. SCS, Ankeny. Iowa. USA.
Dimyaty N. 1992. Strategies for Sustainable Mountain Agriculture in The
Hindu Kush-Himalayan Region. SCS. Ankeny. Iowa. USA.
Edwards, A.C. 1990. The Importance of Integration in Sustainable
Agricultural Systems. SCS. Ankeny. Iowa. USA.
El-Titi and Landes. 1990. Integrated Farming System of Lautenbach, a
practical contribution toward sustainable agriculture in Europe. SCS.
Ankeny. Iowa. USA.
Francille, M.F. 1990. Sustainable Agricultural System (a concluding view).
SCS. Ankeny. Iowa. USA.
Jackson, W . 1980. New Root for Agriculture, Friends of The Earth.
Sanfrancisco. California.
Lal, R.; Eckkert, D.J; Fansey, N.R and Edward, W.M. 1990. Conservation
Tillage in Sustainable Agriculture. SCS. Ankeny. Iowa. USA.
Luna, M. J. and House, G.J. 1990. Pest Management in Sustainable
Agricultural Systems. SCS. Ankeny. Iowa. USA.
O’connell, P. 1990. Policy Development for Low-Input Sustainable
Agriculture Program. SCS. AnKeny. Iowa. USA.
Parr , J.F. Papendick, R.I. Yoyngberg, I.G. and Meyer, R.E. 1990.
Sustainable Agriculture in Tne United States. SCS.Ankeny. Iowa. USA.
Richard, R.H. 1990. A History of Sustainable Agriculture . SCS.Ankeny.
Iowa. USA.

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 12
Rodale, R. 1983.Breking New Groud; The Seach for Sustainable
Agriculture. The Futurist 1 (1) : 15-20.
Sediono, M.P,T. 1992. Land Tenure and Sustainable Hillslope Farming.
SCS.Ankeny. Iowa. USA.
Vereijken, P. 1990. Research on Integrated Arable Farming and Organic
Mixed Farming in The Netherland. SCS.Ankeny. Iowa. USA.

(1)Sistem Pertanian Berkelanjutan; diseminarkan pada Seminar Periodik Fakultas


Pertanian Universitas HKBP Nommensen, 1997; (2) Parlindungan Lumbanraja; Staf
Pengajar di Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas HKBP
Nommensen-Medan.[Type text] Page 13

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai