Anda di halaman 1dari 11

Tugas Metodologi Penelitian

Proposal Penelitian dibutuhkan atau tidak nya lahan parkir di sekitar


stasiun MRT Senayan

Dosen: Dr. Ir Dermawati Ds


Muhammad Elang Nugraha
(052001700088)

Jurusan arsitektur
Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaa
Universitas trisakti
2017
DAFTAR ISI
Daftar isi...................................................................................................................
Bab I Pendahuluan.................................................................................................
1.1 Latar belakang........................................................................................
1.2 Rumusan masalah...................................................................................
1.3 Pertanyaan Peneliti / Hipotesis...............................................................
1.4 Tujuan Penelitian....................................................................................
1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................

Bab II Kajian Pustaka............................................................................................

Bab III Metodologi Penelitian................................................................................


3.1 Paradigma / pendekatan penelitian..........................................................
3.2 Tempat dan waktu penelitian...................................................................
3.3 Objek penelitian.......................................................................................
3.4 Metode/Cara melakukan penelitian.........................................................
3.6 Populasi dan sampel................................................................................

Bab IV Hasil dan Pembahasan...............................................................................


4.1 Gagasan umum lokasi penelitian............................................................
4.2 Analisa……............................................................................................
4.3 Temuan penelitian……..........................................................................
Bab V Kesimpulan………......................................................................................
Daftar pustaka...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


PT.MRT (MASS RAPID TRANSIT) adalah sebuah sistem transportasi transit
cepat menggunakan kereta rel listrik di Jakarta. PT. MRT berdiri pada tanggal 17 juni 2008
Dasar hukum pembentukan PT MRT Jakarta adalah Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan
Terbatas (PT) MRT Jakarta (sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta) dan Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perseroan Terbatas (PT)
MRT Jakarta (sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Penyertaan Modal Daerah
Pada Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta).
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) sangat
bermanfaat dalam menyediakan landasan penyusunan kerangka kerja dan strategi bisnis
korporasi, termasuk bagi MRT Jakarta, misalnya dalam aspek menjaga konsistensi dalam
mendorong inovasi perusahaan atau konsistensi perbaikan kebijakan perusahaan. SDGs juga
sesuai dengan rencana jangka panjang perusahaan meskipun terjadi perubahan situasi politik
di negera tersebut. Lebih spesifik lagi, proyek pembangunan MRT Jakarta sesuai dengan
sejumlah tujuan yang tercantum dalam 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB tersebut,
seperti Tujuan Sembilan tentang Industri, Inovasi, dan Infrastruktur; Tujuan Sebelas tentang
Kota dan Masyarakat yang Berkelanjutan; dan Tujuan Tiga Belas tentang Penanganan
Perubahan Iklim, MRT Jakarta akan berdampak kepada sedikitnya tiga aspek, yaitu sosial,
ekonomi, dan lingkungan di Jakarta. “Kehadiran konsep kawasan berorientasi
transit/transit oriented development (TOD) akan memberikan kesempatan akses yang lebih
baik terhadap hunian di sekitar stasiun MRT perti contoh di daerah Senayan di pusat kota
Jakarta.
Salah satu stasiun MRT yang di bangun di daerah senayan di Jakarta memberikan dapak
positif selagi menunjang transportasi masyarakat MRT ini juga sebagai salah satu kemajuan
indonesia dalam jenjang infrastruktur sehingga orang asing yang berdatangan pun dapat meihat
nya , stasiun yang terletak dekat dengan istora senayan ini ada beberapa aspek yang belum
terpenuhi khsus nya lahan parkir untuk si pengguna MRT.

1.2. Rumusan masalah

 Tidak adanya fasiitas nya lahan parkir untuk pengguna MRT yang membawa
kendaraan
 Ada nya lahan parkir hanya di dalam istora senayan
1.3. Pertanyaan penelitian
 Di butuh kan atau tidak lahan parkir di sekitaran stasiun MRT?
 Keberatan atau tidak parkir kendaraan di dalam istora senayan?

1.4. Tujuan penelitian


Untuk memudahka pengguna MRT yang membawa kendaraan agar tidak parkir terlalu
atau memarkirkan kendaraan nya di sembarang tempat
1.5. Maksud penelitian
Memberitahukan bahwa ada nya lahan parkir dapat lebih menunjang kenyamanan
pengguna MRT supaya jika fasilitas sudah menunjang kenyamanan pengguna maka
dapat menarik kesadaran masyarakat untuk menggunakan trasnportasi umum

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.Teori Transit Oriented Development
Transit oriented development atau disingkat menjadi TOD merupakan salah satu
pendekatan pengembangan kota yang mengadopsi tata ruang campuran dan
maksimalisasi penggunaan angkutan massal seperti Busway/BRT, Kereta api kota
(MRT), Kereta api ringan (LRT), serta dilengkapi jaringan pejalan kaki/sepeda.
Transit Oriented Development muncul pertama kali pada tahun 1990-an yang di
pelopori oleh Peter Calthorpe. TOD muncul dikarenakan fenomena urban sprawl
yang mengakibatan tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan mengakibatkan
kemacetan (Yuniasih, 2007).

2.2.Konsep Transit Oriented Development


Konsep Transit Oriented Development (TOD) di awali dengan konsep aktivitas
pergerakan manusia, baik dengan kendaraan ataupun saat berjalan kaki. Pergerakan
(sirkulasi) sebagai salah satu aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh manusia dan
memiliki penempatan-penempatan pusat aktivitas yang berhubungan dengan titik-titik
transit, sehingga diharapkan dapat mendorong penggunaan transportasi publik. Pusat-
pusat aktivitas dihubungkan antara satu dengan yang lain dalam jarak tempuh
berjalan yang nyaman dan aman sebagai upaya untuk mengurangi pergantian antar moda
(Wijaya, 2009)
Pengembangan TOD sangat maju dan telah menjadi trend dikota-kota besar khususnya di
kawasan kota baru yang besar seperti Tokyo di Jepang, Seoul di Korea, Hongkong,
Singapura, yang memanfaatkan kereta api kota serta beberapa kota di Amerika Serikat
dan Eropa.

2.3.Struktur Transit Oriented Development


Menurut Calthorpe dalam Yuniasih (2007) struktur TOD dan daerah disekitarnya
terbagi menjadi area-area sebagai berikut :
 Fungsi publik (public uses). Area fungsi publik dibutuhkan untuk memberi
layanan bagi lingkungan kerja dan permukiman di dalam TOD dan kawasan
disekitarnya. Lokasinya berada pada jarak yang terdekat dengan titik transit pada
jangkauan 5 menit berjalan kaki.
 Pusat area komersial (core commercial area). Adanya pusat area komersial sangat
penting dalam TOD, area ini berada pada lokasi yang berada pada jangkauan 5
menit berjalan kaki. Ukuran dan lokasi sesuai dengan kondisi pasar, keterdekatan
dengan titik transit dan tahap pengembangan. Fasilitas yang ada umumnya
berupa retail, perkantoran, supermarket,restoran, servis dan hiburan.
 Area permukiman ( residential area). Area permukiman termasuk permukiman
yang berada pada jarak perjalanan kaki dari area pusat komersial dan titik transit.
Kepadatan area permukiman harus sejalan dengan variasi tipe permukiman,
termasuk single-family housing, town house, condominium dan apartement.
 Area sekunder (secondary area). Setiap TOD memiliki area sekunder yang
berdekatan dengannya, termasuk area diseberang kawasan yang dipisahkan oleh
jalan arteri. Area ini berjarak lebih dari 1 mil dari pusat area komersial. jaringan area
sekunder harus menyediakan beberapa jalan/akses langsung dan jalur sepeda
menuju titik transit dan area komersil dengan seminimal mungkin terbelah oleh
jalan arteri. Area ini memiliki densitas yang lebih rendah dengan fungsi single-
family housing, sekolah umum, taman komunitas yang besar, fungsi pembangkit
perkantoran dengan intensitas rendah, dan area parkir.
 Fungsi-fungsi lain , yakni fungsi-fungsi yang secara ekstensi bergantung pada
kendaraan bermotor, truk atau intensitas perkantoran yang sangat rendah yang
berada di luar kawasan TOD dan area sekunder.

2.4. Pendekatan terhadap parkir


Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara karena
ditinggalkan oleh pengemudinya. Secara hukum dilarang untuk parkir di tengah jalan
raya; namun parkir di sisi jalan umumnya diperbolehkan. Fasilitas parkir dibangun
bersama-sama dengan kebanyakan gedung, untuk memfasilitasi kendaraan pemakai
gedung.Termasuk dalam pengertian parkir adalah setiap kendaraan yang berhenti pada
tempat-tempat tertentu baik yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas ataupun tidak, serta
tidak semata-mata untuk kepentingan menaikkan dan/atau menurunkan orang dan/atau
barang
Fasilitas parkir untuk umum di luar badan jalan dapat berupa taman parkir dan/atau
gedung parkir. Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum,
dilakukan dengan memperhatikan rencana umum tata ruang daerah, keselamatan dan
kelancaran lalu lintas, kelestarian lingkungan, dan kemudahan bagi pengguna jasa.
Penyelenggaraan fasilitas parkir untuk umum dilakukan oleh pemerintah, badan hukum
negara atau warga negara. Penyelenggara fasilitas parkir untuk umum dapat memungut
biaya terhadap penggunaan fasilitas yang diusahakan
2.5. Kebijakan lahan parkir
Kebijakan tarif parkir yang ditetapkan berdasarkan lokasi dan waktu, semakin dekat
dengan pusat kegiatan/kota tarip lebih tinggi, demikian juga semakin lama semakin
tinggi. Kebijakan ini diarahkan untuk mengendalikan jumlah pemarkir di pusat kota/pusat
kegiatan dan mendorong penggunaan angkutan umum.
Kebijakan pembatasan ruang parkir, terutama didaerah pusat kota ataupun pusat kegiatan.
Kebijakan ini biasanya dilakukan pada parkir dipinggir jalan yang tujuan utamanya untuk
melancarkan arus lalu lintas, serta pembatasan ruang parkir di luar jalan yang dilakukan
melalui IMB/Ijin Mendirikan Bangunan.
Kebijakan penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggar ketentuan dilarang parkir dan
dilarang berhenti serta pemarkir di luar tempat yang ditentukan untuk itu. Bentuk
penegakan hukum dapat dilakukan melalui penilangan ataupun dengan gembok roda
seperti yang dilakukan di

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma/Pendekatan penelitian


Ditinjau dari jenis datanya, pendekatan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
menitikberatkan pada aspek numerik sebagai datanya, baik dalam proses
pengumpulan maupun hasil analisisnya.

Pendekatan penelitian kuantitatif diterapkan untuk menjawab pertanyaan penelitian


yang bisa dikuantifikasi atau diukur dengan angka.
Pendekatan kuantitatif umumnya menerapkan proses deduksi dalam hubungan antara
data dan teori. Deduksi artinya, penarikan kesumpulan dimulai dari adanya teori yang
berada di kepala peneliti untuk kemudian diuji dengan data di lapangan.

3.2 Tempat dan waktu penelitian


Kegiatan penelitian ini dilakukan di tempat pemberhentian (stasiun) MRT
yang terletak di daerah Senayan Dimulai sejak diberikannya tugas mata kuliah
Metode Penelitian Arsitektur oleh para dosen dari Universitas Trisakti, jurusan
Arsitektur, yaitu bulan Mei 2019.

3.3 Objek penelitian


Objek penelitian adalah sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai
penelitian yang akan diteliti. Pada objek penelitian ini, yang di amati adalah
penunjang fasilitas pada sekitaran stasiun MRT lebih menjuru pada fasilitas lahan
parkir

3.4 Metode/Cara melakukan penelitian


Metode penelitian ini menggunakan teknik pengambilan data secara
kuantitatif. Sebelum melakukan pengambilan data, dibuat terlebih dahulu hipotesa
yang didapat dari teori – teori dan literature yang ada. Setelah merumuskan hipotesa,
dibuatlah pengumpulan data berupa pertanyaan – pertanyaan (questioner) yang
disesuaikan dengan hipotesa, agar didapatkan pembuktian atau teori baru dari
penelitian ini.
Questioner berupa pertanyaan – pertanyaan yang dijawab menggunakan angka. Dari
hasil pengumpulan data itu lah, dapat disimpulkan apakah penelitian ini sesuai dengan
teori yang sudah ada, atau mungkin ditemukannya teori baru.
3.5 Populasi dan sampel
Populasi dan sampel yang diambil adalah pengguna dari MRT di Jakarta.
Sampel yang diambil berumur antara 15 – 45 tahun, berjenis kelamin laki – laki dan
perempuan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. gagasan umum tentang lokasi
Lokasi untuk mengumpulkan data penelitian berada di stasiun MRT senayan di Jl. Jend.
Sudirman, Senayan, Kebayoran Baru; Jakarta Selatan, Jakarta, 12190; Indonesia
4.2. Analisa
Analisa ini di dapatkan dari data yang di lakukan dengan mengajukan questioner secara
acak terhadap pengguna MRT yang terdapat di daerah senayan, dengan kisaran umur 18 – 35
tahun, jumlah yang didapatkan untuk di jadikan data sebanyak 30 orang dengan persentase :

Dari gender :

SALES

laki laki
33%

prempuan
67%

Persentase umur :

SALES

umur 18-20

umur 30-35

umur 20-30

Persentase kenyamananan di stasiun MRT :


tingkat kenyamanan
35

30

25

20

15

10

0
sangat nyaman nyaman tidak nyaman sangat tidak nyaman

Series 1 Column1 Column2

Persentase tentang questioner :


 Di butuh kan atau tidak lahan parkir di sekitaran stasiun MRT

Series 1 Series 2

30

25

20

15

10

0
butuh lahan parkir tidak butuh lahan parkir

 Keberatan atau tidak parkir kendaraan di dalam istora senayan?


Chart Title
30

25

20

15

10

0
tidak keberatan keberatan

Series 1 Series 2

4.3. temuan penelitian


dari data yang sudah di dapatkan maka hasil dari temuan penelitian dari data tersebut adalah
tidak di perlukan nya lahan parkir di sekitaran stasiun karena 90% menjawab tidak dengan
alasan yaitu :
 Karena senayan terdapat di pusat kota dan banyak gedung dan kantor yang ada dan
juga tingkat kemacetan di daerah tersebut tinggi makan jika di adakan ya lahan parkir
otomatis volume kendaraan di tempat tersebut meningkat dan tingkat kemacetan jadi
semakin tinggi
 Dan penjawab yang menjawab harus diadakan lahan parkir karena mereka tinggal di
daerah senayan supaya tidak naik angkutan umum atu ojol dari rumah mereka maka
di adakan lahan parkir untuk kendaraan mereka

BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah lahan parkir tidak perlu karena masih banyak
dampak buruk yang akan di hasilkan oleh pembuatan lahan parkir ini dan karena senayan
terletak di daerah perkantoran dan tingkat kemacetan tinggi maka akan berdampak kepada
meningkatnya volume kendaraan dan jika tidak ada lahan parkir maka harus di adakan nya
drop off penumpang supaya tidak mengganggu pengguna jalan .
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Transportasi_umum
2. http://sosiologis.com/metodologi-penelitian
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/49544/Chapter%20II.pdf;jsess
ionid=0EF04AE3747AE4A36C405330C4CE4C96?sequence=4
4. http://dayhu.blogspot.com/2012/01/transit-oriented-development-tod.html
5. http://www.itdp-indonesia.org/tod/transit-oriented-development-tod/
6. https://id.wikibooks.org/wiki/Manajemen_Lalu_Lintas/Transit_Oriented_Developme
nt
7. https://id.wikipedia.org/wiki/MRT_Jakarta
8. https://www.jakartamrt.co.id/mrt-jakarta/sejarah-mrt-jakarta/
9. https://id.wikipedia.org/wiki/Parkir

Anda mungkin juga menyukai