Anda di halaman 1dari 5

PITIRIASIS VERSICOLOR

Nomor Dokumen : 001/SOP.UKP/2018


Nomor Revisi : 00
SOP Tanggal Terbit
Halaman
:
:
06 Januari 2018
1 (jika 1 halaman) ”atau”
Dinkes Puskesmas
1/2 (jika 2 halaman) dst
Kab.Siak Bungaraya

Ditetapkan Kepala dr. Imelda Putri


Puskesmas Bungaraya NIP.197902172006042003

A. Pengertian Epistaksis adalah perdarahan yang mengalir keluar dari hidung yang
berasal dari rongga hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu
penyakit, melainkan gejala dari suatu kelainan.
B. Tujuan Sebagai pedoman dalam tatalaksana epistaksis
C. Kebijakan Dibawah tanggung jawab dan pengawasan dokter
D. Referensi Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama tahun 2017.

E. Langkah- a. Peralatan dan Bahan Medis Habis Pakai


Langkah/ Prosedur 1) Lampu kepala
2) Spekulum hidung
3) Alat penghisap (suction)
4) Pinset bayonet
5) Tampon anterior, Tampon posterior
6) Kaca rinoskopi posterior
7) Kapas dan kain kassa
8) Lidi kapas
9) Nelaton kateter
10) Benang kasur
11) Larutan Adrenalin 1/1000
12) Larutan Pantokain 2% atau Lidokain 2%
13) Larutan Nitras Argenti 15 – 25%
14) Salep vaselin, Salep antibiotik
b. Langkah – Langkah
1) Melakukan Anamnesa terhadap pasien
2) Menanyakan Keluhan Pasien
a. Keluar darah dari hidung atau riwayat keluar darah dari
hidung.
b. Harus ditanyakan secara spesifik mengenai :
a) Lokasi keluarnya darah (depan rongga hidung atau ke
tenggorok)
b) Banyaknya perdarahan
c) Frekuensi
d) Lamanya perdarahan
a. Melakukan Pemeriksaan Fisik
1) Rinoskopi anterior
Pemeriksaan harus dilakukan secara berurutan dari
anterior ke posterior. Vestibulum, mukosa hidung dan
septum nasi, dinding lateral hidung dan konka inferior
harus diperiksa dengan cermat untuk mengetahui sumber
perdarahan.
2) Rinoskopi posterior
Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior
penting pada pasien dengan epistaksis berulang untuk
menyingkirkan neoplasma.
3) Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah perlu diukur untuk menyingkirkan
diagnosis hipertensi, karena hipertensi dapat
menyebabkan epistaksis posterior yang hebat dan sering
berulang.
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu :
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah berulangnya epistaksis

Penatalaksanaan
1. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam
posisi duduk kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan syok,
pasien bisa berbaring dengan kepala dimiringkan.
2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan
dapat dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan,
kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum selama 3-5 menit
(metode Trotter).
3. Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung dibuka dan
dengan alat pengisap (suction) dibersihkan semua kotoran dalam
hidung baik cairan, sekret maupun darah yang sudah membeku.
4. Bila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas yang dibasahi ke
dalam hidung dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan
Lidokain 2% yang ditetesi 0,2 cc larutan Adrenalin 1/1000. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi
pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti sementara untuk
mencari sumber perdarahan. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas
dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
5. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat
dengan jelas, dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi
larutan Nitras Argenti 15 – 25% atau asam Trikloroasetat 10%.
Sesudahnya area tersebut diberi salep antibiotik.
6. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung,
diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kasa
yang diberi Vaselin yang dicampur betadin atau zat antibiotika. Dapat
juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai
pita dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari
dasar sampai ke puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus
menekan tempat asal perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x
24 jam. Selama 2 hari dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mencari faktor penyebab Tiga prinsip utama dalam menanggulangi
epistaksis, yaitu :
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah berulangnya epistaksis

Penatalaksanaan
1. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam
posisi duduk kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan syok,
pasien bisa berbaring dengan kepala dimiringkan.
2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan
dapat dihentikan dengan cara duduk dengan kepala ditegakkan,
kemudian cuping hidung ditekan ke arah septum selama 3-5 menit
(metode Trotter).
3. Bila perdarahan berhenti, dengan spekulum hidung dibuka dan
dengan alat pengisap (suction) dibersihkan semua kotoran dalam
hidung baik cairan, sekret maupun darah yang sudah membeku.
4. Bila perdarahan tidak berhenti, masukkan kapas yang dibasahi ke
dalam hidung dengan larutan anestesi lokal yaitu 2 cc larutan
Lidokain 2% yang ditetesi 0,2 cc larutan Adrenalin 1/1000. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan rasa sakit dan membuat vasokontriksi
pembuluh darah sehingga perdarahan dapat berhenti sementara untuk
mencari sumber perdarahan. Sesudah 10 sampai 15 menit kapas
dalam hidung dikeluarkan dan dilakukan evaluasi.
5. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat
dengan jelas, dilakukan kaustik dengan lidi kapas yang dibasahi
larutan Nitras Argenti 15 – 25% atau asam Trikloroasetat 10%.
Sesudahnya area tersebut diberi salep antibiotik.
6. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung,
diperlukan pemasangan tampon anterior dengan kapas atau kain kasa
yang diberi Vaselin yang dicampur betadin atau zat antibiotika. Dapat
juga dipakai tampon rol yang dibuat dari kasa sehingga menyerupai
pita dengan lebar kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari
dasar sampai ke puncak rongga hidung. Tampon yang dipasang harus
menekan tempat asal perdarahan dan dapat dipertahankan selama 2 x
24 jam. Selama 2 hari dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mencari faktor penyebab
Rencana Tindak Lanjut
Setelah perdarahan dapat diatasi, langkah selanjutnya adalah mencari
sumber perdarahan atau penyebab epistaksis.
Konseling dan Edukasi
Memberitahu pasien dan keluarga untuk:
1. Mengidentifikasi penyebab epistaksis, karena hal ini merupakan
gejala suatu penyakit, sehingga dapat mencegah timbulnya kembali
epistaksis.
2. Mengontrol tekanan darah pada penderita dengan hipertensi.
3. Menghindari membuang lendir melalui hidung terlalu keras.
4. Menghindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk
jari sehingga dibutuhkan pengawasan yang lebih ketat pada pasien
anak.
5. Membatasi penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan
perdarahan seperti aspirin atau ibuprofen.

Pemeriksaan penunjang lanjutan


Pemeriksaan radiologi: Foto sinus paranasal bila dicurigai sinusitis.
Kriteria Rujukan
1. Bila perlu mencari sumber perdarahan dengan modalitas yang
tidak tersedia di layanan Tingkat Pertama, misalnya nasoendoskopi.
2. Pasien dengan epistaksis yang curiga akibat tumor di rongga
hidung atau nasofaring.
3. Epistaksis yang terus berulang atau masif

F. Diagram Alir
Anamnesa

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

Diagnosa

Terapi

Konseling dan Edukasi

Semua proses ditulis dalam rekam medis

G. Unit Terkait 1. Poli umum


2. Poli KIA
H. Dokumen Terkait 1. Rekam Medis
2. Catatan tindakan.

J. Rekaman Historis Perubahan :

No Halaman Yang dirubah Perubahan DiberlakukanTgl.


( halaman ke 2 dan seterusnya tidak memakai heading )

Anda mungkin juga menyukai