Anda di halaman 1dari 22

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) panca indra tanpa rangsang dari luar
(Eksternal), halusinasi dapat berupa halusinasi dengar, lihat, hidung(cium), raba, dan
kecap (Keliat, 2006).
Halusinasi adalah penerapan (persepsi) panca indra tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart&Sudden, 2001).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi dalam realitas (Purwanto,
2009).
Dari berbagai pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan, halusinasi adalah
perubahan persepsi sensori seseorang terhadap rangsangan eksternal atau nyata
sehingga seseorang tersebut lebih merasakan rangsangan internal yang muncul baik
dalam bentuk penglihatan, perabaan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan.

B. RENTANG RESPON

Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptive individu yang berada


dalam rentang respon neurobiology (Stuart dan Laraia, 2001). Ini merupakan respon
persepsi paling madalaptif. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penghidung, pengecap, dan
perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera
walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Di antara dua respon tersebut adalah
respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Klien
mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera
yang tidak akurat sesuai stimulus yang di terima.

1
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pikiran Logis Distori pikiran Gangguan pikir/ delusi


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebaran Sulit berespon emosi
pengalaman atau kurang Perilaku disorganisasi
Perilaku sesuai Perilaku aneh/tidak biasa Isolasi sosial
Berhubungan sosial Menarik diri

C. JENIS-JENIS HALUSINASI
Ada beberapa jenis halusinasi. Stuart dan Laraia, 2001 membagi halusinasi
menjadi 7 jenis meliputi: halusinasi pendengaran (auditory), halusinasi penglihatan
(visual), halusinasi penghidu (olfactory), halusinasi pengecapan (gustatory),
halusinasi peragaan (tactile), halusinasi senesthetic, dan halusinasi kinesthetic. Lebih
kurang 70% halusinasi merupakan halusinasi pendengaran, 20% halusinasi
penglihatan. Sementara halusinasi pengecapan, penghidu, perabaan, kinesthetic dan
cenesthetic meliputi 10%.
Jenis Karakteristik
Halusinasi
Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai
kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke
percakapan lengkap antara dua orang atau lebih tentang orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar di mana
klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan
bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, atau fases,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau demensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin, dan fases

2
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamaan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati,
atau orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan, atau pembentukan urin.
Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak

D. FASE-FASE HALUSINASI
Halusinasi yang dialami oleh bisa berbeda intensitas dan keparahannya.
`Stuart dan Lairia (2001) membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat
ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat
fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh
halusinasinya.

Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien


Fase 1: Comforting Klien mengalami perasaan Tersenyum atau tertawa
Ansietas sedang mendalam seperti ansietas, yang tidak sesuai.
Halusinasi menyenangkan kesepian, rasa bersalah, dan Mengerakan bibir tanpa
takut dan mencoba untuk suara Penggerakan mata
berfokus pada pikiran yang cepat
menyenangkan untuk Respon verbal yang lambat
meredakan ansietas. jika sedang asyik
Individu mengenali bahwa Diam dan asyik sendiri
pikiran-pikiran dan
pengalaman sensori berada
dalam kendali kesadaran
jika ansietas dapat di
tangani.
Nonpsikotik

Fase II: Condemning Pengalaman sensori Meningkatkan tanda-tanda


Ansietas Berat menjijikan dan menakutkan sisitem syaraf otonom
Halusinasi menjadi menjijikan Klien mulai kendali dan akibat ansietas seperti
mencoba untuk mengambil peningkatan deyut jantung,
jarak dirinya dengan pernafasan, dan tekanan
sumber yang dipersepsikan. darah. Rentang perhatian

3
Klien mungkin mengalami menyempit.
dipermalukan oleh Asyik dengan pengalaman
pengalaman sensori dan sensori dan kehilangan
menarik diri dari orang kemampuan membedakan
lain. halusinasi dan realita.
Psikotik ringan
Fase III: Controlling Klien berhenti Kemauan yang
Ansietas berat menghentikan perlawanan dikendalikan halusinasi
Pengalaman sensori menjadi terhadap halusinasi dan akan lebih diikuti
berkuasa menyerah pada halusinasi Kesukaran berhubungan
tersebut. Isi halusinasi dengan orang lain
menjadi menarik. Klien Rentang perhatian hanya
mungkin mengalami beberapa detik atau menit.
pengalaman kesepian jika Adanya tanda-tanda fisik
sensori halusinasi berhenti. ansietas berat: berkeringat,
Psikotik tremor, tidak mampu
mematuhi perintah.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori Perilaku teror akibat panik.
Panik menjadi mengancam jika Potensi kuat suicide atau
Umumnya menjadi melebur klien mengikuti perintah homicide
dalam halusinasinya halusinasi. Aktivitas fisik mereflesikan
Halusinasi berakhir dari isi halusinasi seperti
beberapa jam atau hari jika perilaku kekerasan, agitasi,
tidak ada intervensi menarik diri, atau katatonia.
terapeutik. Tidak mampu berespon
Psikotik Berat terhadap perintah yang
komplek. Tidak mampu
berespon lebih dari satu
orang.

E. TANDA DAN GEJALA


1. Bicara, tertawa dan tersenyum sendiri
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
3. Tidak dapat membedakan hal nyata dan tidak nyata.
4. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
5. Sikap curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, lingkungan, dan orang lain).
6. Ekspresi muka tegang dan mudah terseinggung.

4
F. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan gangguan orientasi realita
adalah aspek biologis, psikologis dan social:
a) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan gangguan
seperti:
- Hambatan perkembangan khususnya korteks/frontal, temporal, dan
hirobik. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam
belajar, bicara dan daya ingat.
- Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal
dan masa kanak-kanak.
b) Psikologis
Keluarga, lingkungan dan pengasuh klien sangat mempengaruhi respon
psikologis pada klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realita adalah penolakan/kekerasan dalam kehidupan
klien.
c) Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi orientasi realitas
seperti kemiskinan, konflik sosial budaya, kehidupan yang terisolasi serta
stress yang menumpuk.

2. Faktor Presipitasi
Umumnya sebelum timbul gejala, klien mengalami hubungan yang bermusuhan,
tekanan, isolasi, pengangguran, yang disertai perasaan tidak berguna, tidak
berdaya dan putus asa (Stuart&Sudden, 2001)

G. PSIKOPATOLOGI
1. Demam tinggi diantara 37,5ºC
2. Skizophrenia dan gangguan psikotik lainnya.
3. Obat dan bahan adiktif: ganja, morphin, kokain dan minuman beralkohol.
4. Resiko trauma berlebihan.
5. Stress dan kecemasan berkepanjangan menimbulkan gangguan fisik yang
mempengaruhi keseimbangan neuro transmitter/ penerimaan semua stimulus
rangsangan baik dari dalam yaitu biokimia dan emosi dari luar yaitu: penglihatan,
pendengaran, perabaan, pengecapan, penghidu serta pengorganisasian.
6. Perpisahan dengan orang penting atau berarti.
7. Diasingkan oleh kelompok atau masyarakat.
8. Kurang interaksi, isolasi dan kesepian.
9. Kurang rangsangan secara eksternal.

5
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori: halusinasi

I. FOKUS INTERVENSI
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
“HALUSINASI”
 Keluarga
SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien.
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien.
5. Mengidentifikasi situasi halusinasi klien.
6. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi.
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
8. Mengajarkan klien memasukan cara mengahardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien.
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
3. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian.
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien.
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan.
3. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian.
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien.
2. Memberikan pengetahuan tentang penggunaan obat secara teratur.
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
 Keluarga
SP I
1. Mendiskusikan maslah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
halusinasi.
2. Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi.
3. Mengajarkan pengertian, tanda dan gejala halusinasi dan jenis halusinasi
yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
SP II
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat paisen halusinasi.
2. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada klien halusinasi.
SP III
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat.
2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

6
BAB II
TINJAUAN KASUS

Nama Pengkaji : Alif Sarofa Tgl MRS: 21-02-2012


Tgl Pengkajian : 21 Mei 2012 No RM :

A. IDENTITAS
Pasien
Nama : Sdr. S
Umur : 33 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan :-
Alamat : Purworejo

B. ALASAN MASUK
Klien datang dengan diantar oleh ibunya, sejak kurang lebih 3 bulan ini sering marah
dan terkadang mengamuk dan bicara sendiri.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
 Klien mengatakan kurang lebih 6 tahun yang lalu klien pernah mengalami
gangguan jiwa, klien sudah 4 kali masuk RSJ Soeroyo Magelang. klien masuk
pertama di RSJ Soeroyo Magelang pada tahun 2006 dengan alas an mengamuk
dan marah-marah di rumah. Pada bulan januari 2012 di rumah kurang berinteraksi
dengan tetangga dan sulit untuk bergaul, selain itu klien tidak teratur minum obat
dan keluarga jarang mengajak ke RSJ untuk mengontrol keadaan klien. Keluarga
membawa klien lagi pada bulan februari 2012.
a. Tumbuh Kembang
- Lahir sampai preskul
Tidak terkaji karena pasien tidak mengingat

- Usia sekolah
Klien mengatakan saat duduk di bangku sekolah dasar,klien merupakan
sosok pendiam,tidak suka bergaul dengan teman sebayanya dan keluarga
klien sering memotivasi klien untuk bergaul dengan temanya.

- Remaja sampai saat ini


Klien sebelumnya pernah mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2006 dan
sudah 4 kali masuk RSJ soeroyo magelang dan yang terakir pada bulan
februari 2012 sampai saat ini
7
b. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
c. Faktor Presipitasi
Dukungan dari keluarga baik, klien dalam bersosialisasi kurang.

D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda vital
TD: 110/80 mmHg
N: 80 x/mnt
RR: 20 x/mnt
b. Ukur
TB: 170 cm
BB: 64 kg
c. Keluhan Fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.

E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Grs Pernikahan
: Grs Keturunan
: Tinggal Serumah
Penjelasan:
Kedua orang tuanya sudah meninggal, klien merupakan anak ke – 4 dari 5
bersaudara dan mempunyai satu anak. Di dalam keluarga bila ada masalah selalu

8
di diskusukan bersama kakak kandung dan adiknya, saudara-saudaranya selalu
member solusi.
2. Konsep diri
a. Citra Tubuh / Gambaran Diri
Klien mengatakan bersyukur mempunyai organ tubuh yang lengkap
b. Identitas
Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki yang sudah mempunyai istri
dan satu orang anak laki-laki, dia menyadari bahwa dirinya adalah seorang
ayah dan kepala keluarga
c. Peran
Klien mengatakan perannya dirumah adalah seorang ayah dan kepala
keluarga. Sekarang klien dirawat d RSJ Magelang, klien menyadari
perannya sebagai pasien di wisma basukarna. Klien mengatakan malu dan
tidak berguna dengan keadaanya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi lebih baik dari sekarang dan ingin
sembuh.

e. Harga diri
Klien mengatakan malu dengan keadaanya dirawat di RSJ Magelang.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Orang yang berarti bagai klien adalah istri dan anaknya.
b. Peran serta kegiatan kelompok
Selama klien dirawat di Wisma Basukarna klien jarang berkomunikasi
dengan teman-temanya saat ada kegitan bersama,klien mau melakukanya
dengan diberi motivasi.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien jarang berinteraksi dengan orang lain.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dia beragama Islam dan seorang muslim
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan semenjak ada di RS jarang Sholat

F. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Klien tampak rapi dan berpakaian sesuai dengan di wisma.
b. Pembicaraan
Koheren, klien kooperatif.
c. Aktivitas motorik
Motorik klien pandangan menengok kanan – kiri, kontak mata kurang,raut muka
terlihat tegang dan bingung
d. Alam perasaan
Klien tampak bingung.

9
e. Afek klien
Afek klien tumpul.
f. Interaksi secara wawancara
Klien kooperatif, kurang konsentrasi, kontak mata kurang, berbicara terbata –
bata, pandangan kosong tengok kanan – kiri.

g. Persepsi; Halusinasi
Klien mengalami hallusinasi pendengaran (fase kontroling) isi halusinasi suara –
suara teman sebaya mengajak melakukan kegiatan, frekuensi sering, waktu
sebelum tidur, bangun tidur, saat menyendiri.
h. Isi pikir
Klien tidak mengalami waham, pikirannya terlihat tidak focus dan bingung.
i. Proses pikir
Klien untuk berpikir kurang konsentrasi, untuk mulai berbicara sulit (terbata-
bata).
j. Tingkat kesadaran
Klien tampak sadar penuh compos metis, bingung
k. Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat pendek dan jangka panjang
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien terlihat kurang untuk diajak kosentrasi dan bisa untuk berhitung sederhana.
m. Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami kemampuan dalam penilaian
n. Daya tilik diri
Klien menyadari dirinya sebagai pasien RSJ

G. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


a. Makan, mandi, dan berpakaian
Klien dapat menyiapkan makanan, mandi dan berpakaian secara mandiri
b. BAB dan BAK
Klien mampu BAB dan BAK pada tempatnya serta dapat membersihkan toilet dan
membersihkan diri saat BAB dan BAK
c. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan semalem bisa tidur,
d. Penggunaan Obat
Klien minum obat secara teratur dan sesuai dosis dengan bantuan perawat
e. Pemeliharaan Kesehatan
Tidak terkaji

H. TERAPI MEDIS
1. Chlorpromazine 1x100 mg
Indikasi : Skizofrenia dengan gejala agitasi, ansietas, tegang, bingung,
insomnia, waham,halusinasi; Gangguan kepribadian, Psikosis involusional,
Psikosis pada anak
Kontra indikasi: koma, keracunan alcohol, hipersensitif (alergik)
10
Efek samping: lesu, ngantuk, hipotensi, mulut kering, amenore pada wanita.
2. Triheksipenidile 2x2mg
Indikasi : Parkinson. Ggn ekstrapiramidal yg disebabkan obat SSP.
Kontra indikasi: --
Efek samping: Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, semas, konstipasi,
retensi urin, takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala.
3. Risperidone 2x2mg
Indikasi: Skizofrenia akut & kronik & kondisi psikotik yg lain yg dg &/ tanpa
disertai gejala. Juga mengurangi afek yg berhubungan dg skizofrenia
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap risperidone
Efek samping: Insomnia, agitasi, ansietas, sakit kepala, somnolen, lesu.
Kadang, hipotensi ortostatik, refleks takikardi atau hipertensi, tanda
ekstrapiramidal, bertambah berat.
I. ANALISA DATA

Tgl Data Fokus Diagnosa ttd


21/05/12 DS: - klien mengatakan mendengar suara-suara Gangguan
09.00
seperti suara orang sebayanya dan persepsi sensori:
mengajak untuk melakukan kegiatan. Halusinasi
- Klien mengatakan pada saat men
pendengaran
dengar suara–suara, klien menikmati
suara – suaranya, suaranya sering dan
pada waktu sendiri.
- Klien mengatakan suara-suara tersebut
mengganggu dank lien tidak suka,
suara-suara muncul pada saat malam
hari sebelum tidur,bangun tidur dan saat
sendirian.
DO: - klien tampak bingung.
- Klien mengalami hallusinasi
pendengaran.
- Klien mengalami atau tampak pandang
kosong dan kontak mata kurang.
- Klien tidak mengalami disorientasi
waktu, tempat, orang selama
wawancara kooperatif.
21/05/12 DS: - klien mengatakan merasa malu dengan Gangguan konsep
keadannya di rawat di RSJ Magelang. diri: Harga Diri
- Klien mengatakan tidak berguna dengan
Rendah
keadaanya

11
DO:- klien tampak sedih.
- Klien tampak jarang berkomunikasi
dengn teman-temannya.
- Klien berbicara terbata-bata.
21/05/12 DS:- klien mengatakan dahulu mengamuk dan Resiko mencedrai
marah-marah di rumah. diri, orang lain
- Klien selama wawancara tampak tegang
dan lingkungan

J. POHON MASALAH
Resiko mencedrai diri, orang lain, dan lingkungan

Gangguan persepsi sensori : Hallusinasi

Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Hallusinasi
2. Gangguan konsep diri: Harga Diri rendah
3. Resiko mencedrai diri, orang lain, dan lingkungan
L. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tgl/ Dx/S Tujuan dan KH Intervensi Rasionalisasi


jam P
21/05 Halus Setelah dilakukan tindakan
/2012 inasi keperawatan selama
Pende 3x7jam, klien mampu
ngara mengenal halusinasi
n sebagai masalah sehingga
SP1 dapat mengontrol
halusinasi dengan kriteria
hasil :
1. Klien mampu 1. Identifikasi isi, 1. Mengetahui hal
mengenal isi, frekuensi, waktu, – hal yang
frekuensi, waktu, respon dan berkaitan dengan
respond an pemicu pemicu halusinasi klien.
halusinasi. halusinasi.

2. Klien mampu 2. Ajak klien 2. Klien mampu

12
mengungkapkan mengungkapkan mengungkapkan
perasaan yang perasaan yang perasaannya
dirasakan dirasakannya

3. Klien mampu dan 3. Ajak klien 3. Klien mampu


bersedia bercerita mengungkapkan menceritakan
tentang apa yang kesenangannya
kesenenangn klien disenangi klien

4. Ajarkan pasien
4. Klien mampu 4. Klien mampu
untuk mau
menceritakan hal- menceritakan
menceritakan hal-
hal yang hal-hal yang
hal yang
menyenangkan menyenangkan
menyenangkan

M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tgl/ Dx/ SP Implementasi Respon Ttd


Jam
21/05/ Halusinasi 1. Mengidentifikasi isi, 1. Klien mengatakan
pendengaran
2012 waktu, respon dan pemicu mendengar suara –
SP1
08.00
halusinasi suara teman
sebayanya mengajak
untuk melakukan
08.30 kegiatan

2. Klien mengatakan

13
2. Mengajak klien merasakan senang saat
mengungkapkan perasaan berbincang – bincang
09.00
yang dirasakan dan sedih saat sendiri

3. – Klien suka kegiatan


3. Mengajak klien yang menyenangkan
- Klien suka makan
mengungkapkan apa yang
ayam goreng
disenangi klien
09.15 - Klien menyukai
kegiatan
merapikan tempat
tidur

4. 4. Klien menceritakan
suka beraktivitas yang
4. Mengajak klien
berguna bagi dirinya dan
menceritakan hal-hal yang
orang lain.
menyenangkan

22/05/ Halusinasi 1. Mengidentifikasi isi, 1. Klien mengatakan


2012 Pendengaran waktu, respon dan pemicu masih mendengar
08.00 SP I
halusinasi suara – suara teman
sebayanya mengajak
untuk melakukan
08.30 kegiatan
2. Mengajak klien
mengungkapkan perasaan 2. Klien mengatakan
yang dirasakan merasakan senang
09.20 saat berbincang –
bincang dan sedih
3. Mengajak klien saat sendiri
3. Klien mengatakn suka

14
mengungkapkan apa melakukan hal yang
yang disenangi klien buat orang lain
senang dan suka
keadaan yang
nyaman, contoh suka
merapikan tempat
tidur,

23/05 Halusinasi 1. Mengidentifikasi isi, 1. Klien mengatakan


09.00
Pendengaran frekuensi, waktu, respond masih mendengarkan
SP II
an pemicu atau akliabat suara-suara saat
dari halusinasi malamam hari,bangun
tidur dan saat
menyendiri.
09.15
2. Mengajarkan klien cara 2. Klien mengatakan
09.30 menghardik halusinasi akan mencoba berlatih
dengan mengucapkan “ melakukan cara
pergi,pergi,pergi!”. menghardik
3. Memberikan kesempatan 3. Klien tampak belum
pada klien untuk tepat dalam melakukan
mendemonstrasikan cara menghardik,karena
09:50
menghardik hallusinasi konsentrasi klien
kurang dan kontak
mata terkadang
melotok foKus pada
satu obyek
4. Klien mengatakan
4.Menganjurkan klien
akan melakukan
memasukkan cara
menghardik setiap
menghardik hallusinasi ke
hallusinasi muncul
dalam kegiatan harian klien

15
N. LEMBAR KEGIATAN KLIEN

Jam Kegiatan Evaluasi


21-05-2012 22-05-2012 23-05-2012
07.00
08.00 Mengajak mengungkapkan
B
perasaan
09.00 B B
Mendemonstrasikan cara
10.00 menghardik
11.00 B B
12.00 Memantau cara menghardik
13.00 B B
14.00 Mengajarkan cara menghardik B B
Memantau cara menghardik

Keterangan:
M : mandiri
B : bantuan
T : total care (tergantung)

O. EVALUASI KEPERAWATAN

Tgl/ jam Dx Kep Evaluasi Ttd


21/05/2012 Halusinasi S : Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan
Pendengaran yang menyuruhnya untuk tidak makan, menjauh
dari orang-orang dan tidak bergaul dengan orang-
orang. Klien mengaku mendengar bisikan-bisikan
itu saat malam hari, bangun tidur dan sedang
sendirian atau sedang melamun.

O: ketika klien diajak berbincang-bincang tentang


hal yang dirasakan klien mengatakan senang,
tetapi saat menyendiri sedih.

16
A : Tujuan belum tercapai
Klien masih terlihat kontak mata kurang dan
konsentrasi kurang, pandangan mata
terkadang nengok kanan;kiri
P : Lanjutkan Intervensi
- Latih ulang mengajak bercakap-
cakap
- Atur jadwal bercakap-cakap
(08.00)
22/05/2012 Halusinasi S : Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan
Pendengaran berupa suara teman sebayanya yang mengajak
melakukan kegiatan, suara muncul pada malam
hari, bangun tidur dan saat menyendiri.
O : Ketika klien diajak mengobrol tentang
pengalamn yang menyenangkan pasein terlihat
senang, tampak aktivitas motorik klien saat
berbicara terbata-bata, kontak mata kurang, dan
konsentrasi kurang.
A : Tujuan belum tercapai,
- Klien masih tampak belum konsentrasi
- Kontak mata klien kurang
- Saat berbicara terbata-bata

P : Lanjutkan Intervensi
- Lanjutkan SP I Hallusinasi
- Ajarkan klien cara menghardik halusinasi
sesuai jadwal:
09.00: Berlatih menghardik halusinasi
11.00: Berlatih menghardik halusinasi
13.00: Berlatih menghardik halusinasi
23/05/2012 Halusinasi S : - Klien mengatakan masih mendengar suara-
Pendengaran suara yang menyuruhnya untuk melakukan
SP I
kegiatanSuara yang klien dengar seabaya
dengannya, muncul suara malam hari, bangun
tidur,dan saat menyendiri.
-Klien mengatakan akan mencoba berlatih cara
menghardik
- Klien mengatakan bila hallusinasi muncul,
mencoba untuk menghardik

17
O : Klien mencoba menhardik,tetapi kurang
optimal dan teapat karena konsentrasi dan kontak
mata klien kurang
A : Klien melakukan cara menghardik belum tepat
dan belum optimal

P : Lanjutkan intervensi
- Ulangi SP I Halusinasi
- Ajarkan klien menghardik hallusinasi
09:00: Mendemonstrasikan cara menghardik
11 :00 Memantau cara menghardik
13: 00 Mengajarkan cara menghardik

BAB III

PEMBAHASAN

A. KESESUAIAN ANTARA KASUS DENGAN TEORI


Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi juga di sesuaikan dengan
kondisi klien saat dikaji. Kasus yang dibahas dalam asuhan keperawatan berbanding lurus
dengan beberapa teori yang mengemukakan tentang halusinasi. Pengertian halusinasi
sendiri yang telah disimpulkan dari beberapa teori adalah perubahan persepsi sensori
seseorang terhadap rangsangan eksternal atau nyata sehingga seseorang tersebut lebih

18
merasakan rangsangan internal yang muncul baik dalam bentuk penglihatan, perabaan,
pendengaran, penciuman, dan pengecapan. Pada kasus ini klien mengatakan mendengar
bisikan-bisikan yang berasal dari hal tidak nyata atau tidak jelas wujudnya.
Pada saat dilakukan pengkajian klien mau menceritakan tentang halusinasinya.
Klien mengatakan halusinasinya muncul pada saat dia sedang sendirian/sedang melamun.
Suara dari halusinasi tersebut menyuruhnya untuk tidak makan,dan tidak bergaul dengan
orang-orang. Gejala-gejala yang diuraikan pada teori menunjukan hal yang signifikan
terhadap kasus nyata sehingga hal yang tercantum diteori sesuai dengan yang terdapat
dilapangan, seperti pada kasus klien menunjukan gejala-gejala seperti tatapan mata klien
kedepan melotot, kontak mata ada namun mudah beralih, klien sering terlihat tertawa dan
tersenyum sendiri, dan klien jarang berinteraksi dengan teman-temannya/sering
menyendiri.

B. KEKUATAN ATAU KEMUDAHAN YANG DITEMUKAN DALAM


PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN
Kemudahan yang ditemukan pada pemberian asuhan keperawatan adalah apabila
klien menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan dan gangguan tersebut dirasakan
sebagai masalah dalam kehidupannya. Sehingga klien menyadari perlunya bantuan dari
perawat atau petugas medis lainnya untuk membantu penyembuhannya. Dalam kasus ini,
klien mengatakan bisikan-bisikan tersebut sangat menggangu, klien menyadari dirinya
memiliki masalah dalam gangguan jiwa karena ini bukan pertama kalinya klien masuk
RSJ namun klien masih tetap saja mendengarkan bisikan-bisikan tersebut sehingga klien
merasa butuh bantuan dari tenaga medis untuk menyembuhkannya.

C. KELEMAHAN DAN KESULITAN DALAM MENGATASI DIAGNOSA


KEPERAWATAN TERUTAMA DALAM MELAKUKAN IMPLEMENTASI
Kesulitan dan kelemahan selama pemberian asuhan keperawatan adalah ketika
pemberian strategi pelaksanaan yang menyangkut halusinasi dimana konsentrasi klien
terkadang terganggu karena mendengar bisikan-bisikan yang sering muncul.

19
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN

1. KESIMPULAN DARI PROSES PEMBERIAN ASUHAN


KEPERAWATAN
Kesimpulan dari asuhan keperawatan yang dilakukan terhadap pasien
dengan gangguan jiwa harus berlandaskan hubungan saling percaya antara
perawat dan klien sehingga tercipta suasana yang memudahkan dalam
melakukan strategi pelaksaan asuhan keperawatan.

2. SASARAN DAN REKOMENDASI


Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah cenderung pada
pendekatan pasien terhadap hubungan saling percaya, karena penulis yakin

20
keterbukaan pasien terhadap masalahnya pada petugas medis atau perawat
akan mempermudah penanganan dan proses sembuhnya pasien dari gangguan
kejiwaan. Hubungan saling percaya dapat dilakukan dengan cara komunikasi
terapeutik tergantung kondisi dan situasi pada saat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. EGC. Jakarta

Fitriana, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Carpenito, L. 2008. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis (terjemahan). EGC.
Jakarta

Dalami,W. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Tiras Info Medika:
Jakarta.

FKUI dan WHO. 2006. Modul Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. (MPKP Jiwa).
FKUI&WHO

Keliat, Budi. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC

21
Mubarak, W. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik.
EGC. Jakarta

Nurjanah. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Jogjakarta: Salemba Medika

Purwanto. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Jakarta: Graha Ilmu

Stuart&Sudden. 2001. Pocket Guide To Phychiatric Nursing. Terjemahan Dalam Bahasa


Indonesia Edisi 3. Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai