TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) panca indra tanpa rangsang dari luar
(Eksternal), halusinasi dapat berupa halusinasi dengar, lihat, hidung(cium), raba, dan
kecap (Keliat, 2006).
Halusinasi adalah penerapan (persepsi) panca indra tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh/baik (Stuart&Sudden, 2001).
Halusinasi merupakan gangguan persepsi sensori dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi dalam realitas (Purwanto,
2009).
Dari berbagai pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan, halusinasi adalah
perubahan persepsi sensori seseorang terhadap rangsangan eksternal atau nyata
sehingga seseorang tersebut lebih merasakan rangsangan internal yang muncul baik
dalam bentuk penglihatan, perabaan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan.
B. RENTANG RESPON
1
Respon Adaptif Respon Maladaptif
C. JENIS-JENIS HALUSINASI
Ada beberapa jenis halusinasi. Stuart dan Laraia, 2001 membagi halusinasi
menjadi 7 jenis meliputi: halusinasi pendengaran (auditory), halusinasi penglihatan
(visual), halusinasi penghidu (olfactory), halusinasi pengecapan (gustatory),
halusinasi peragaan (tactile), halusinasi senesthetic, dan halusinasi kinesthetic. Lebih
kurang 70% halusinasi merupakan halusinasi pendengaran, 20% halusinasi
penglihatan. Sementara halusinasi pengecapan, penghidu, perabaan, kinesthetic dan
cenesthetic meliputi 10%.
Jenis Karakteristik
Halusinasi
Pendengaran Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai
kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke
percakapan lengkap antara dua orang atau lebih tentang orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar di mana
klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan
bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, atau fases,
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau demensia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin, dan fases
2
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamaan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati,
atau orang lain.
Cenesthetic Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan, atau pembentukan urin.
Kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak
D. FASE-FASE HALUSINASI
Halusinasi yang dialami oleh bisa berbeda intensitas dan keparahannya.
`Stuart dan Lairia (2001) membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat
ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat
fase halusinasi, klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh
halusinasinya.
3
Klien mungkin mengalami menyempit.
dipermalukan oleh Asyik dengan pengalaman
pengalaman sensori dan sensori dan kehilangan
menarik diri dari orang kemampuan membedakan
lain. halusinasi dan realita.
Psikotik ringan
Fase III: Controlling Klien berhenti Kemauan yang
Ansietas berat menghentikan perlawanan dikendalikan halusinasi
Pengalaman sensori menjadi terhadap halusinasi dan akan lebih diikuti
berkuasa menyerah pada halusinasi Kesukaran berhubungan
tersebut. Isi halusinasi dengan orang lain
menjadi menarik. Klien Rentang perhatian hanya
mungkin mengalami beberapa detik atau menit.
pengalaman kesepian jika Adanya tanda-tanda fisik
sensori halusinasi berhenti. ansietas berat: berkeringat,
Psikotik tremor, tidak mampu
mematuhi perintah.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori Perilaku teror akibat panik.
Panik menjadi mengancam jika Potensi kuat suicide atau
Umumnya menjadi melebur klien mengikuti perintah homicide
dalam halusinasinya halusinasi. Aktivitas fisik mereflesikan
Halusinasi berakhir dari isi halusinasi seperti
beberapa jam atau hari jika perilaku kekerasan, agitasi,
tidak ada intervensi menarik diri, atau katatonia.
terapeutik. Tidak mampu berespon
Psikotik Berat terhadap perintah yang
komplek. Tidak mampu
berespon lebih dari satu
orang.
4
F. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan gangguan orientasi realita
adalah aspek biologis, psikologis dan social:
a) Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak dapat menimbulkan gangguan
seperti:
- Hambatan perkembangan khususnya korteks/frontal, temporal, dan
hirobik. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan dalam
belajar, bicara dan daya ingat.
- Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, perinatal
dan masa kanak-kanak.
b) Psikologis
Keluarga, lingkungan dan pengasuh klien sangat mempengaruhi respon
psikologis pada klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realita adalah penolakan/kekerasan dalam kehidupan
klien.
c) Sosial Budaya
Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi orientasi realitas
seperti kemiskinan, konflik sosial budaya, kehidupan yang terisolasi serta
stress yang menumpuk.
2. Faktor Presipitasi
Umumnya sebelum timbul gejala, klien mengalami hubungan yang bermusuhan,
tekanan, isolasi, pengangguran, yang disertai perasaan tidak berguna, tidak
berdaya dan putus asa (Stuart&Sudden, 2001)
G. PSIKOPATOLOGI
1. Demam tinggi diantara 37,5ºC
2. Skizophrenia dan gangguan psikotik lainnya.
3. Obat dan bahan adiktif: ganja, morphin, kokain dan minuman beralkohol.
4. Resiko trauma berlebihan.
5. Stress dan kecemasan berkepanjangan menimbulkan gangguan fisik yang
mempengaruhi keseimbangan neuro transmitter/ penerimaan semua stimulus
rangsangan baik dari dalam yaitu biokimia dan emosi dari luar yaitu: penglihatan,
pendengaran, perabaan, pengecapan, penghidu serta pengorganisasian.
6. Perpisahan dengan orang penting atau berarti.
7. Diasingkan oleh kelompok atau masyarakat.
8. Kurang interaksi, isolasi dan kesepian.
9. Kurang rangsangan secara eksternal.
5
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
I. FOKUS INTERVENSI
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) UNTUK PASIEN DAN KELUARGA
“HALUSINASI”
Keluarga
SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien.
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien.
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien.
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien.
5. Mengidentifikasi situasi halusinasi klien.
6. Mengidentifikasi respon klien terhadap halusinasi.
7. Mengajarkan klien menghardik halusinasi.
8. Mengajarkan klien memasukan cara mengahardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian.
SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien.
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
3. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian.
SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien.
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan.
3. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan harian.
SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien.
2. Memberikan pengetahuan tentang penggunaan obat secara teratur.
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian.
Keluarga
SP I
1. Mendiskusikan maslah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
halusinasi.
2. Menjelaskan cara merawat pasien halusinasi.
3. Mengajarkan pengertian, tanda dan gejala halusinasi dan jenis halusinasi
yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
SP II
1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat paisen halusinasi.
2. Melatih keluarga cara merawat langsung kepada klien halusinasi.
SP III
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum
obat.
2. Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
6
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS
Pasien
Nama : Sdr. S
Umur : 33 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan :-
Alamat : Purworejo
B. ALASAN MASUK
Klien datang dengan diantar oleh ibunya, sejak kurang lebih 3 bulan ini sering marah
dan terkadang mengamuk dan bicara sendiri.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien mengatakan kurang lebih 6 tahun yang lalu klien pernah mengalami
gangguan jiwa, klien sudah 4 kali masuk RSJ Soeroyo Magelang. klien masuk
pertama di RSJ Soeroyo Magelang pada tahun 2006 dengan alas an mengamuk
dan marah-marah di rumah. Pada bulan januari 2012 di rumah kurang berinteraksi
dengan tetangga dan sulit untuk bergaul, selain itu klien tidak teratur minum obat
dan keluarga jarang mengajak ke RSJ untuk mengontrol keadaan klien. Keluarga
membawa klien lagi pada bulan februari 2012.
a. Tumbuh Kembang
- Lahir sampai preskul
Tidak terkaji karena pasien tidak mengingat
- Usia sekolah
Klien mengatakan saat duduk di bangku sekolah dasar,klien merupakan
sosok pendiam,tidak suka bergaul dengan teman sebayanya dan keluarga
klien sering memotivasi klien untuk bergaul dengan temanya.
D. PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda vital
TD: 110/80 mmHg
N: 80 x/mnt
RR: 20 x/mnt
b. Ukur
TB: 170 cm
BB: 64 kg
c. Keluhan Fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Grs Pernikahan
: Grs Keturunan
: Tinggal Serumah
Penjelasan:
Kedua orang tuanya sudah meninggal, klien merupakan anak ke – 4 dari 5
bersaudara dan mempunyai satu anak. Di dalam keluarga bila ada masalah selalu
8
di diskusukan bersama kakak kandung dan adiknya, saudara-saudaranya selalu
member solusi.
2. Konsep diri
a. Citra Tubuh / Gambaran Diri
Klien mengatakan bersyukur mempunyai organ tubuh yang lengkap
b. Identitas
Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki yang sudah mempunyai istri
dan satu orang anak laki-laki, dia menyadari bahwa dirinya adalah seorang
ayah dan kepala keluarga
c. Peran
Klien mengatakan perannya dirumah adalah seorang ayah dan kepala
keluarga. Sekarang klien dirawat d RSJ Magelang, klien menyadari
perannya sebagai pasien di wisma basukarna. Klien mengatakan malu dan
tidak berguna dengan keadaanya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi lebih baik dari sekarang dan ingin
sembuh.
e. Harga diri
Klien mengatakan malu dengan keadaanya dirawat di RSJ Magelang.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Orang yang berarti bagai klien adalah istri dan anaknya.
b. Peran serta kegiatan kelompok
Selama klien dirawat di Wisma Basukarna klien jarang berkomunikasi
dengan teman-temanya saat ada kegitan bersama,klien mau melakukanya
dengan diberi motivasi.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien jarang berinteraksi dengan orang lain.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dia beragama Islam dan seorang muslim
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan semenjak ada di RS jarang Sholat
F. STATUS MENTAL
a. Penampilan
Klien tampak rapi dan berpakaian sesuai dengan di wisma.
b. Pembicaraan
Koheren, klien kooperatif.
c. Aktivitas motorik
Motorik klien pandangan menengok kanan – kiri, kontak mata kurang,raut muka
terlihat tegang dan bingung
d. Alam perasaan
Klien tampak bingung.
9
e. Afek klien
Afek klien tumpul.
f. Interaksi secara wawancara
Klien kooperatif, kurang konsentrasi, kontak mata kurang, berbicara terbata –
bata, pandangan kosong tengok kanan – kiri.
g. Persepsi; Halusinasi
Klien mengalami hallusinasi pendengaran (fase kontroling) isi halusinasi suara –
suara teman sebaya mengajak melakukan kegiatan, frekuensi sering, waktu
sebelum tidur, bangun tidur, saat menyendiri.
h. Isi pikir
Klien tidak mengalami waham, pikirannya terlihat tidak focus dan bingung.
i. Proses pikir
Klien untuk berpikir kurang konsentrasi, untuk mulai berbicara sulit (terbata-
bata).
j. Tingkat kesadaran
Klien tampak sadar penuh compos metis, bingung
k. Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat pendek dan jangka panjang
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien terlihat kurang untuk diajak kosentrasi dan bisa untuk berhitung sederhana.
m. Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami kemampuan dalam penilaian
n. Daya tilik diri
Klien menyadari dirinya sebagai pasien RSJ
H. TERAPI MEDIS
1. Chlorpromazine 1x100 mg
Indikasi : Skizofrenia dengan gejala agitasi, ansietas, tegang, bingung,
insomnia, waham,halusinasi; Gangguan kepribadian, Psikosis involusional,
Psikosis pada anak
Kontra indikasi: koma, keracunan alcohol, hipersensitif (alergik)
10
Efek samping: lesu, ngantuk, hipotensi, mulut kering, amenore pada wanita.
2. Triheksipenidile 2x2mg
Indikasi : Parkinson. Ggn ekstrapiramidal yg disebabkan obat SSP.
Kontra indikasi: --
Efek samping: Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, semas, konstipasi,
retensi urin, takikardi, dilatasi pupil, TIO meningkat, sakit kepala.
3. Risperidone 2x2mg
Indikasi: Skizofrenia akut & kronik & kondisi psikotik yg lain yg dg &/ tanpa
disertai gejala. Juga mengurangi afek yg berhubungan dg skizofrenia
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap risperidone
Efek samping: Insomnia, agitasi, ansietas, sakit kepala, somnolen, lesu.
Kadang, hipotensi ortostatik, refleks takikardi atau hipertensi, tanda
ekstrapiramidal, bertambah berat.
I. ANALISA DATA
11
DO:- klien tampak sedih.
- Klien tampak jarang berkomunikasi
dengn teman-temannya.
- Klien berbicara terbata-bata.
21/05/12 DS:- klien mengatakan dahulu mengamuk dan Resiko mencedrai
marah-marah di rumah. diri, orang lain
- Klien selama wawancara tampak tegang
dan lingkungan
J. POHON MASALAH
Resiko mencedrai diri, orang lain, dan lingkungan
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori : Hallusinasi
2. Gangguan konsep diri: Harga Diri rendah
3. Resiko mencedrai diri, orang lain, dan lingkungan
L. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
12
mengungkapkan mengungkapkan mengungkapkan
perasaan yang perasaan yang perasaannya
dirasakan dirasakannya
4. Ajarkan pasien
4. Klien mampu 4. Klien mampu
untuk mau
menceritakan hal- menceritakan
menceritakan hal-
hal yang hal-hal yang
hal yang
menyenangkan menyenangkan
menyenangkan
M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
2. Klien mengatakan
13
2. Mengajak klien merasakan senang saat
mengungkapkan perasaan berbincang – bincang
09.00
yang dirasakan dan sedih saat sendiri
4. 4. Klien menceritakan
suka beraktivitas yang
4. Mengajak klien
berguna bagi dirinya dan
menceritakan hal-hal yang
orang lain.
menyenangkan
14
mengungkapkan apa melakukan hal yang
yang disenangi klien buat orang lain
senang dan suka
keadaan yang
nyaman, contoh suka
merapikan tempat
tidur,
15
N. LEMBAR KEGIATAN KLIEN
Keterangan:
M : mandiri
B : bantuan
T : total care (tergantung)
O. EVALUASI KEPERAWATAN
16
A : Tujuan belum tercapai
Klien masih terlihat kontak mata kurang dan
konsentrasi kurang, pandangan mata
terkadang nengok kanan;kiri
P : Lanjutkan Intervensi
- Latih ulang mengajak bercakap-
cakap
- Atur jadwal bercakap-cakap
(08.00)
22/05/2012 Halusinasi S : Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan
Pendengaran berupa suara teman sebayanya yang mengajak
melakukan kegiatan, suara muncul pada malam
hari, bangun tidur dan saat menyendiri.
O : Ketika klien diajak mengobrol tentang
pengalamn yang menyenangkan pasein terlihat
senang, tampak aktivitas motorik klien saat
berbicara terbata-bata, kontak mata kurang, dan
konsentrasi kurang.
A : Tujuan belum tercapai,
- Klien masih tampak belum konsentrasi
- Kontak mata klien kurang
- Saat berbicara terbata-bata
P : Lanjutkan Intervensi
- Lanjutkan SP I Hallusinasi
- Ajarkan klien cara menghardik halusinasi
sesuai jadwal:
09.00: Berlatih menghardik halusinasi
11.00: Berlatih menghardik halusinasi
13.00: Berlatih menghardik halusinasi
23/05/2012 Halusinasi S : - Klien mengatakan masih mendengar suara-
Pendengaran suara yang menyuruhnya untuk melakukan
SP I
kegiatanSuara yang klien dengar seabaya
dengannya, muncul suara malam hari, bangun
tidur,dan saat menyendiri.
-Klien mengatakan akan mencoba berlatih cara
menghardik
- Klien mengatakan bila hallusinasi muncul,
mencoba untuk menghardik
17
O : Klien mencoba menhardik,tetapi kurang
optimal dan teapat karena konsentrasi dan kontak
mata klien kurang
A : Klien melakukan cara menghardik belum tepat
dan belum optimal
P : Lanjutkan intervensi
- Ulangi SP I Halusinasi
- Ajarkan klien menghardik hallusinasi
09:00: Mendemonstrasikan cara menghardik
11 :00 Memantau cara menghardik
13: 00 Mengajarkan cara menghardik
BAB III
PEMBAHASAN
18
merasakan rangsangan internal yang muncul baik dalam bentuk penglihatan, perabaan,
pendengaran, penciuman, dan pengecapan. Pada kasus ini klien mengatakan mendengar
bisikan-bisikan yang berasal dari hal tidak nyata atau tidak jelas wujudnya.
Pada saat dilakukan pengkajian klien mau menceritakan tentang halusinasinya.
Klien mengatakan halusinasinya muncul pada saat dia sedang sendirian/sedang melamun.
Suara dari halusinasi tersebut menyuruhnya untuk tidak makan,dan tidak bergaul dengan
orang-orang. Gejala-gejala yang diuraikan pada teori menunjukan hal yang signifikan
terhadap kasus nyata sehingga hal yang tercantum diteori sesuai dengan yang terdapat
dilapangan, seperti pada kasus klien menunjukan gejala-gejala seperti tatapan mata klien
kedepan melotot, kontak mata ada namun mudah beralih, klien sering terlihat tertawa dan
tersenyum sendiri, dan klien jarang berinteraksi dengan teman-temannya/sering
menyendiri.
19
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN
20
keterbukaan pasien terhadap masalahnya pada petugas medis atau perawat
akan mempermudah penanganan dan proses sembuhnya pasien dari gangguan
kejiwaan. Hubungan saling percaya dapat dilakukan dengan cara komunikasi
terapeutik tergantung kondisi dan situasi pada saat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriana, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Carpenito, L. 2008. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis (terjemahan). EGC.
Jakarta
Dalami,W. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Tiras Info Medika:
Jakarta.
FKUI dan WHO. 2006. Modul Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. (MPKP Jiwa).
FKUI&WHO
21
Mubarak, W. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan Aplikasi Dalam Praktik.
EGC. Jakarta
Nurjanah. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Jogjakarta: Salemba Medika
22