Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
1 Muharram 1441 Hijriyah merupakan awal tahun baru bagi umat Islam di
seluruh dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia, peringatan tahun baru islam selalu
diperingati secara meriah dengan diisi berbagai acara baik berkumpul dengan keluarga
ataupun berkeliling kota. Selain itu, ada juga beberapa tradisi yang dilakukan
bertepatan awal tahun islam berlangsung seperti Grebeg sura, tradisi mandi di tempat
keramat, dan tausyiah di masjid.
Lebih lanjut, awal tahun baru islam juga memiliki makna yang mendalam bagi
setiap muslim karena Makna tersebut lahir dari menegaskan kembali pentingnya
menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan yang bersumber dari Al-Quran. Meskipun
demikian, Pemaknaan awal ialah peristiwa hijrah Rasulullah dan para sahabatnya dari
Mekah ke Madinah merupakan tonggak sejarah yang monumental dan memiliki makna
yang sangat berarti bagi setiap Muslim. Pasalnya, hijrah merupakan tonggak
kebangkitan Islam yang semula diliputi suasana dan situasi yang tidak kondusif di
Mekkah.
Hijrah itu bisa berarti kita berubah atau berpindah. Dalam konteks ini hijrah yang
dimaksud adalah perubahan semangat etos kerja yang harus kita tingkatkan dari tahun
ke tahun. Karena Etos kerja adalah dasar dari suatu keberhasilan yang akan kita capai
intinya. Tiada keberhasilan tanpa semangat dan perjuangan.
Selanjutnya, Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam
pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat
tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat
bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan amal. Dengan kata lain, kerja
yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman seseorang.
Idealnya, semakin tinggi iman itu maka semangat kerjanya juga tidak rendah.
Ungkapan iman sendiri berkaitan tidak hanya dengan hal-hal spiritual tetapi juga
program aksi.
Dengan datangnya tahun baru Hijriyah ini kita harus menyikapi dengan
melakukan perintah -perintah-Nya. Seperti berpuasa dan melakukan hal baik, Karena
pada bulan ini pahala kita dilipat gandakan jika kita berbuat baik dan juga sebaliknya.
Disamping itu kita juga harus mulai memperbaiki diri dan selalu berusaha untuk terus
maju. Salah satunya seperti kita meningkatkan etos kerja kita.
Rumusan Masalah
1. Apakah pentingnya etos kerja untuk kita sebagai seorang muslim ?
2. Bagaimama cara menumbuhkan etos kerja kita ?
3. Hubungan antara tahun baru Hijriyah dengan etos kerja kita ?

Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pentingnya etos kerja dalam kehidupan kira
2. Mengetahui cara menumbuhkan etos kerja kita
3. Mengetahui hubungan antara tahun baru Hijriyah dan etos kerja kita

Manfaat Penulisan
Menambah wawasan kita tentang pentingnya etos kerja untuk kita sebagai
seorang muslim, bagaimana cara menumbuhkanya dan juga kaitanya dengan tahun
baru Hijriyah.
BAB II
PEMBAHASAN

Etos Kerja merupakan totalitas kepribadian diri serta cara mengekspresikan,


memandang, meyakini, dan memberikan sesuatu yang bermakna, yang mendorong
dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal (high performance).
Etos Kerja Muslim didefenisikan sebagai sikap kepribadian yang melahirkan
keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu bukan saja untuk memuliakan
dirinya, menampakkan kemanusiaannya, melainkan juga sebagai suatu manifestasi dari
amal sholeh. Sehingga bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman bukan saja
menunjukkan fitrah seorang muslim, melainkan sekaligus meninggikan martabat dirinya
sebagai hamba Allah yang didera kerinduan untuk menjadikan dirinya sebagai sosok
yang dapat dipercaya, menampilkan dirinya sebagai manusia yang amanah,
menunjukkan sikap pengabdian sebagaimana firman Allah, “Dan tidak Aku menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”, (QS. adz-Dzaariyat : 56).
Bekerja adalah fitrah dan merupakan salah satu identitas manusia, sehingga
bekerja yang didasarkan pada prinsip-prinsip iman tauhid, bukan saja menunjukkan
fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus meninggikan martabat dirinya sebagai hamba
Allah SWT.
Apabila bekerja itu adalah fitrah manusia, maka jelaslah bahwa manusia yang
enggan bekerja, malas dan tidak mau mendayagunakan seluruh potensi diri untuk
menyatakan keimanan dalam bentuk amal kreatif, sesungguhnya dia itu melawan fitrah
dirinya sendiri, dan menurunkan derajat identitas dirinya sebagai manusia.
Setiap muslim selayaknya tidak asal bekerja, mendapat gaji, atau sekedar
menjaga gengsi agar tidak dianggap sebagai pengangguran. Karena, kesadaran
bekerja secara produktif serta dilandasi semangat tauhid dan tanggung jawab
merupakan salah satu ciri yang khas dari karakter atau kepribadian seorang muslim.
Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menjadi pengangguran, apalagi
menjadi manusia yang kehilangan semangat inovatif. Karena sikap hidup yang tak
memberikan makna, apalagi menjadi beban dan peminta-minta, pada hakekatnya
merupakan tindakan yang tercela.
Seorang muslim yang memiliki etos kerja adalah mereka yang selalu obsesif
atau ingin berbuat sesuatu yang penuh manfaat yang merupakan bagian amanah dari
Allah. Dan cara pandang untuk melaksanakan sesuatu harus didasarkan kepada tiga
dimensi kesadaran, yaitu : dimensi ma’rifat (aku tahu), dimensi hakikat (aku berharap),
dan dimensi syariat (aku berbuat).
Etos Kerja: Dimensi Ma’rifat (Aku Tahu)
Tahu siapa aku, apa kekuatan dan kelemahanku,
Tahu apa pekerjaanku,
Tahu siapa pesaingku dan kawanku,
Tahu produk yang akan dihasilkan,
Tahu apa bidang usahaku dan tujuanku,
Tahu siapa relasiku,
Tahu pesan-pesan yang akan kusampaikan

Etos Kerja: Dimensi Hakikat (Aku berharap)


Sikap diri untuk menetapkan sebuah tujuan kemana arah tindakan dilangkahkan.
Setiap pribadi muslim meyakini bahwa niat atau dorongan untuk menetapkan cita-cita
merupakan ciri bahwa dirinya hidup.
Etos Kerja: Dimensi Syariat (Aku Berbuat)
Pengetahuan tentang peran dan potensi diri, tujuan serta harapan-harapan
hendaklah mempunyai arti kecuali bila dipraktikkan dalam bentuk tindakan nyata yang
telah diyakini kebenarannya.
Yang membedakan semangat kerja dalam Islam adalah kaitannya dengan nilai
serta cara meraih tujuannya. Bagi seorang muslim bekerja merupakan kewajiban yang
hakiki dalam rangka menggapai ridha Allah. Sedangkan orang kafir bermujahadah
untuk kesenangan duniawi dan untuk memuaskan hawa nafsu. belum banyak yang
memahami bahwa Islam juga mendorong umatnya untuk memiliki etos kerja yang
andal.
Dewasa ini Masih belum banyak yang memahami bahwa Islam juga mendorong
umatnya untuk memiliki etos kerja yang andal.
Dr. Thohir Luth dalam bukunya versi bahasa Indonesia yang berjudul “Antara
Perut dan Etos Kerja dalam Perspektif Islam” menyatakan bahwa setiap Muslim, harus
dapat menumbuhkan etos kerja secara Islami karena pekerjaan yang ditekuninya
bernilai ibadah. Kemudian, hasil dari pendapatan dari pekerjaannya juga bisa
digunakan untuk kepentingan ibadah, termasuk di dalamnya menghidupi ekonomi
keluarga.
Nilai spiritual berupa “berkah” amat penting untuk diutamakan dalam bekerja,
bahkan lebih penting dari segala-galanya. Pertimbangannya sederhana saja,
penghasilan yang diperoleh dengan cara tidak halal, cepat atau lambat akan menjadi
sumber malapetaka keluarga, masyarakat, negara dan agama.

Betapa kini bisa kita lihat, tidak sedikit orang yang nampaknya sudah sangat
sukses dalam raihan ekonomi dan memiliki jabatan, namun keluarga mereka hancur
berantakan. Anak-anaknya terlibat narkoba, pergaulan bebas dan sering berurusan
dengan penegak hukum.
Oleh karena itu, Thohir Luth mengingatkan umat Islam agar menjauhi cara-cara
mendapat rizki dengan mengambil hak orang lain, terutama hak orang miskin.
Kemudian jangan curang dalam memperoleh rizki dengan merugikan pihak lain.
Oleh karena itu, agar seorang Muslim memiliki etos kerja yang andal, beberapa
hal berikut sangat penting untuk diperhatikan secara serius dan terus menerus.
Pertama, niat ikhlas karena Allah Ta’ala semata. Niat memiliki posisi yang sangat
penting dalam setiap aktivitas. Bahkan nilai pekerjaan sebagai ibadah atau tidak,
bergantung pada niat untuk apa seeseorang melakukan sesuatu.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya segala perbuatan bergantung pada
niatnya. Dan sesungguhnya seseorang akan memperoleh (pahala) sesuai dengan apa
yang ia niatkan…” (HR. Bukhari).
Niat ikhlas menurut Thohir Luth akan membantu kita a) sadar diri bahwa apapun
yang kita lakukan senantiasa dalam pantauan Allah Ta’ala, b) kita semakin lebih ringan
dalam bekerja karena memang hannya ingin mendapat ridha-Nya, c) senantiasa
bersyukur atas apapun yang kita peroleh, d) kemudian menjadikan hasil bekerja untuk
dibelanjakan pada jalan yang benar, e) menyadari apa saja yang diperoleh semua pasti
ada pertanggungjawabannya kepada Allah Ta’ala.
Kedua, bekerja keras (Al-Jiddu fi al-‘amal). Dalam bekerja, lakulanlah dengna
penuh kesungguhan, sepenuh hati, jujur dan mencari rizki yang halal dengna cara-cara
yang halal pula. Dan, orang yang bisa bekerja keras seperti itu termasuk orang yang
beribadah di jalan-Nya.
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya yang bekerja dan terampil. Barang
siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa
dengan seorang mujahid di jalan Allah.” (HR. Ahmad). Dengan kata lain, Islam
mengutuk perbuatan bekerja dengan cara malas dan asal-asalan.
Ketiga, milikilah cita-cita yang tinggi (Al-Himmah Al-‘Aliyah). Seorang Muslim
tidak boleh puas menjadi bawahan seumur hidup. Biarlah hari ini kita bekerja sebagai
buruh kasar, tetapi suatu saat kita akan menjadi majikan. Kali ini biarlah kita ke sana-
kemari mencari pekerjaan, tetapi di suatu masa nanti kita akan membuka dan memberi
peluang orang lain bekerja di tempat kita.
Semua itu tidak mustahil, asalakan kita memiliki kinerja yang baik, terus bersikap
jujur, disiplin, dan senantiasa memperbaiki mutu diri. Kemudian menjauhi gaya hidup
hura-hura, dan tidak lupa mensedekahkan sebagian dari penghasilan yang diperoleh
untuk membantu anak yatim, fakir miskin, kaum dhuafa dan kepentingan sosial lainnya.
Keempat, tumbuhkanlah profesionalisme bekerja. Seorang Muslim dalam
melakukan pekerjaan mesti sesuai dengan prinsip-prinsip keahlian. Sungguh tidaklah
cukup bekerja hanya dengan memegang teguh sifat amanah, kuat, kreatif dan
bertaqwa, tetapi juga mesti benar-benar menguasai bidang pekerjaan yang digelutinya.
Kelima, jangan pernah bosan memberikan masukan berupa pendapat kepada
rekan, atasan atau pun bawahan yang benar-benar diyakini dapat memajukan kinerja
dan capaian institusi dimana kita bekerja, termasuk sifat kooperatif untuk saling
meneguhkan dan meningkatkan kapasitas diri dalam bekerja.
Lima hal di atas adalah dasar dalam kita menumbuhkan etos kerja, dimana
setiap Muslim mesti benar-benar melakukannya. Sebab Muslim yang bekerja dengan
sungguh-sungguh untuk menghidupi keluarga dan mencegah diri dari meminta-minta
benar-benar mulia di sisi-Nya.
Rasulullah bersabda, “Demi Tuhan yang menguasai diriku, sesungguhnya orang
(yang mencari nafkah) dengan encari kayu bakar, kemudian ia ikat, lalu dipikul dan
terus dibawanya ke pasar untuk dijual, jauh lebih baik baginya daripada meminta-minta
kepada orang lain sebab meminta itu ada kalanya diberi dan ada kalanya tidak.” (HR.
Bukhari).
Sebaliknya, Allah membenci Muslim yang malas bekerja. “Ada tiga perkara yang
membuat Allah benci kepadamu, yaitu suka ribut (qila wa qala, maksudnya banyak
ngomong yang katanya, katanya dan katanya) menyia-nyiakan harta, dan suka
meminta-minta (tidak mau bekerja).” (HR. Bukhari).
Dengan menumbuhkan etos kerja, secara tidak langsung setiap Muslim telah ikut
serta mengurngi antka kemiskinan dan pengangguran serta bertambahnya kebodohan.
Sebab, kemiskinan individual terjadi karena sikap tidak mau bekerja alias malas.

Oleh karena itu, selepas sholat, Allah memerintahkan umat Islam untuk
bertebaran mencari karunia-Nya, tentu di antaranya adalah dengan bekerja secar ikhlas
dan profesional.

(١٠) ‫ضلل ٱللل نوُٱفذحِكحِروُااً۬ ٱللن نكلثيِررراً۬ للنعللحِك فم حِتففللحِحوُنن‬ ‫صلنووُةحِ نفٱَننتلشحِروُااً۬ لفىِ ٱفلنفر ل‬
‫ض نوُٱفبنتحِغوُااً۬ لمن نف ف‬ ‫ت ٱل ل‬ ‫نفإلنذاً۬ قحِ ل‬
‫ضنيِ ل‬

“Apabila telah ditunaikan sholat, bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah
karunia Allah, dan ingatlah Allah selalu, supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu’ah [62]:
10).
Maka, marilah belajar pada sosok Nabi Muhammad, yang sejak kecil telah
terbiasa bekerja keras; menggembala kambing, berdagang, kemudian menjadi seorang
kepala negara, panglima perang dan hakim atas apa segala macam bentuk persoalan
umatnya. Insya Allah dengan demikian, jalan kta bahagia dunia-akhirat benar-benar
akan Allah limpahkan dalam kehidupan kita. Aamiin. Wallahu a’lam.
Lalu kaitannya dengan Tahun Baru Hijriyah kita harus mengetahui pentingnya
dan makna dari Tahun Baru Hijriyah. Tahun Baru Hijriyah harus kita tandai dengan
Melakukan hal-hal baik dan juga meningkat iman kita kepada Allah SWT. Tak lupa kita
juga berusaha untuk menjadi yang baik dan lebih baik lagi. Karena Tahun Baru Hijriyah
memiliki makna yang dalam bagi kita sebagai umat muslim.
Tahun Baru Hijriyah bukan hanya sekadar tahun baru tetapi kita mengingat
tentang peristiwa Hijrah Rasulullah dan para sahabat dari Mekah menuju ke Madinah.
Hijrah sebagai tonggak kebangkitan Islam di dunia ini. Kita bisa mengambil hikmah dari
peristiwa tersebut. Yang berarti kita tidak boleh hanya diam dan selalu melangkah
kedepan.
Dengan datangnya Tahun Baru Hijriyah kita bisa meningkatkan kualitas hidup
kita dengan meningkatkan dan menumbuhkan etos kerja kita. Etos kerja itu sangat
penting bagi kita karena hal ini sangat mempengaruhi kinerja kita dalam bekerja. Agar
kita bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dengan Begitu kita Bisa melangkah kedepan dan berusaha meninggalkan
kemungkaran. Karena kita melakukannya dijalan Allah. Kita harus selalu mendasari
sesuatu hal dengan apa yang telah diperintahkan Allah. Karena nantinya yang kita
jalani pasti akan menghasilkan keberkahan tersendiri.
Tetapi kita tidak boleh menandai Tahun Baru Hijriyah hanya dengan
meningkatkan etos kerja saja. Kita harus meningkatkan segala ospek kehidupan kita
yang baik dan tidak melanggar perintah Allah. Seperti kita meningkat kejujuran kita,
Sikap tabah, Rela menolong dan sikap positif lainya. Karena kita harus terus berubah
agar kita menjadi insan yang lebih baik dan lebih baik lagi.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Bahwa kita harus menandai Tahun Baru Hijriyah dengan kegiatan yang positif
dan dengan tahun baru ini kita harus meningkatkan sikap positif kita yang berguna bagi
kehidupan kita. Kita patut dan harus meneladani sikap Rasulullah SAW yang memiliki
manfaat bagi kita dan kehidupan kita. Sebagai manusia kita harus memiliki visi kedepan
dan selalu berpikir untuk maju dan selalu mencoba menjadi lebih baik dan lebih baik.
Kita ini masih bisa berkembang dan masih bisa menemukan hal baru dan inovasi baru
karena dunia ini luas.
Tetapi kita juga harus tetap menaati dan melaksanakan Perintah Allah dan
menjauhi larangannya. Kita harus yakin jika kita melakukanya dijalan Allah maka suatu
keberkahan akan menunggu kita nantinya. Datangnya tidak cepat atau langsung datang
tetapi sampai kita faham apa itu arti kehidupan bagi kita dan juga sesama. Karena jika
kita menaati dan melaksanakan perintah-Nya kita bisa menjadi orang-orang yang
dicintai Allah.

Saran
Bahwa menjadi manusia yang baik itu susah dan tidak mudah. Sejatinya kita ini
bukan Manusia yang Sempurna. Tetapi apa salahnya kita mencoba untuk berubah.
Karena tidak ada yang tahu apa yang terjadi di masa depan.
Kita tahu bahwa awalnya untuk melaksanakannya itu sulit. Dan banyak rintangan
atau masalah yang datang kepada kita. Tetapi kita harus terus mencoba untuk menjadi
lebih baik. Karena suatu saat kerja keras kita pasti membuahkan hasilnya.
Daftar Pustaka

Musa, Alwi (2012), "Etos Kerja Dalam Islam.",http://ekonomiislamindonesia.


blogspot.com/2012/08/etos-kerja-dalam-islam.html?m=1,(Diakses tanggal 08,bulan 9
,tahun 2019 )
Adzim, Syukron (2019), ''Makna Tahun Baru Islam 1441 H Sebagai Moment Pemersatu
Bangsa."https://www.kompasiana.com/syukronadzim/5d6a7ff10d82300ea202a412/mak
na-tahun-baru-islam-untuk-indonesia,(Diakses tanggal 08,bulan 9 ,tahun 2019 )
Nawawi, Imam (2016), "Tumbuhkan Etos Kerja Islami untuk Bahagia Dunia-Akhirat.''
https://m.hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/read/2016/03/09/90767/
tumbuhkan-etos-kerja-islami-untuk-bahagia-dunia-akhirat.html,(Diakses tanggal
08,bulan 9 ,tahun 2019 )
Abidin, Zaenal (2013), "Pengertian dan Maksud Etos Kerja Islam (Muslim),
"http://ikumpul.blogspot.com/2013/05/pengertian-maksud-etos-kerja-islam-muslim.html?
m=1,(Diakses tanggal 08,bulan 9 ,tahun 2019 )
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula kami kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah
hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Pendidikan Agama Islam berjudul Memahami Islam Sebagai Rahmatan Lil’Aalamiin.
Dalam makalah ini kami menguraikan mengenai pengertian islam dari asal
katanya dan tinjauan para ulama tentang pemahaman islam secara komprehensif dan
uraian sejumlah fatwa-fatwa kontemporter.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami haturkan terima kasih
kepada,
1. Bapak Makhin, S.Ag, M.Sc., selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
2. Orang tua saya yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3. Semua pihak yang tidak dapat kami rinci satu per satu yang telah membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu kami mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah di
masa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi
harapan berbagai pihak. Amiin.

Yogyakarta, 09 September 2019

Penyusun
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN BARU HIJRIAH DAN KAITANNYA DENGAN ETOS KERJA

DOSEN PENGAMPU :
Makhin, S.Ag, M.Sc.

OLEH :
Gagas Candra Pranata (134190138)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL


VETERAN YOGYAKARTA
2019

Anda mungkin juga menyukai