Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017: 103-118

DOI: 10.22435/kespro.v8i1.6879.103-118  

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN BAYI


DI INDONESIA: PENDEKATAN ANALISIS MULTILEVEL

Factors Related with Infant Health Services: Multilevel Analyses Approach

Ingan Ukur Tarigan1, Tin Afifah2, Demsa Simbolon3


1
Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan
2
Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan
3
Politeknik Kesehatan Bengkulu

Naskah masuk 6 Juni 2017; review 8 Juni 2017; disetujui terbit 30 Juni 2017

Abstract
Background: Improving maternal and child health is one of the national development priorities of 2015-
2019. Efforts to reduce infant mortality require information on appropriate infant health intervention model
in Indonesia.
Objective: The study aimed to identify factors related to infant health services in order to reduce infant
mortality rate in Indonesia.
Method: This study used multilevel analysis of data from 2010 Riskesdas, 2010 PODES and 2011 Rifaskes,
with dependent variable of child survival, and independent variables were infant, maternal, household and
area factor (Puskesmas).
Results: Factors that contribute to the survival of infants were ANC, history of complications and preterm
status, as the factor of preterm birth is twice as high as infant mortality compared to other factors.
Conclusion: Factors that contribute to improving infant health services are the handling of premature
infants, well handled complication cases and ANC services and postpartum contacts that meet the standards.

Keywords: infant mortality, health care, premature, child survival, complications

Abstrak
Latar belakang: Peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional
2015-2019. Upaya penurunan kematian bayi memerlukan informasi tentang model intervensi pelayanan
kesehatan bayi yang sesuai di Indonesia.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan bayi dalam rangka
menurunkan angka kematian bayi di Indonesia.
Metode: Studi ini menggunakan analisis multilevel dari data Riskesdas 2010, PODES 2010 dan Rifaskes
2011, dengan variabel dependen kelangsungan hidup anak, variabel independen faktor bayi, faktor ibu, faktor
rumah tangga dan faktor wilayah (Puskesmas).
Hasil: Faktor yang berperan dalam kelangsungan hidup bayi adalah ANC, riwayat komplikasi dan status
prematur, dimana faktor kelahiran dengan prematur dua kali lebih tinggi menyebabkan kematian bayi
dibandingkan faktor lainnya.
Kesimpulan: Faktor yang berperan terhadap peningkatan pelayanan kesehatan bayi adalah penanganan bayi
lahir prematur, kasus komplikasi yang ditangani dengan baik dan pelayanan ANC dan kontak ibu nifas yang
sesuai standar.

Kata kunci: kematian bayi, pelayanan kesehatan, prematur, kelangsungan hidup anak, komplikasi

 
 

PENDAHULUAN
Kematian bayi adalah kejadian kematian
Peningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan yang terjadi pada periode sejak bayi lahir
anak adalah satu dari enam sasaran pokok sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kematian bayi dipengaruhi oleh jumlah
Nasional (RPJMN) 2015-2019. Rencana kematian neonatal. Hasil Riset Kesehatan
Strategis (RENSTRA) Kementerian Dasar (Riskesdas) 2007 melaporkan masalah
Kesehatan 2015-2019 menyatakan bahwa neonatal mempunyai kontribusi yang tinggi
Program Indonesia Sehat dilaksanakan terhadap kematian bayi.4 Sementara
dengan 3 pilar utama meliputi paradigma penyebab kematian neonatal antara lain
sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan adalah akibat infeksi (pneumonia, tetanus,
jaminan kesehatan nasional.1 Pada pilar diare) 36 persen, prematur atau BBLR 27
penguatan pelayanan kesehatan persen, dan kelainan congenital sebesar tujuh
menggunakan pendekatan continuum of care persen.5
dan intervensi berbasis risiko. Ibu dan anak
Status kesehatan bayi tersebut sangat terkait
merupakan kelompok rentan karena berisiko
dengan beberapa faktor ibu selama hamil dan
tinggi terhadap kesakitan dan kematian.
ibu melahirkan, seperti rendahnya persalinan
Status kesehatan ibu dan anak yang yang di tolong oleh tenaga kesehatan, rendah
dinyatakan dalam angka kematian ibu (AKI) pemeriksaan selama hamil, dan juga status
dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesa gizi ibu hamil yang masih rendah.6 Hasil
saat ini tinggi dan termasuk tinggi bila survei melaporkan bahwa persalinan yang
dibandingkan dengan negara Association of ditolong oleh tenaga kesehatan semakin
Southeast Asian Nations (ASEAN) lainnya. meningkat, dimana pada tahun 2000 hanya
Hasil Human Development Index (HDI) 2010 66,9 persen, namun pada tahun 2007
menunjukkan AKB sebesar 31 per 1000 meningkat menjadi 75,4 persen, dan tahun
kelahiran, lebih tinggi dibandingkan dengan 2010 menjadi 82,2 persen.7 Peningkatan
Filipina, Thailand dan Malaysia.2 tersebut tidak berkorelasi kuat terhadap
penurunan angka kematian bayi dan neonatal.
Tren AKB di Indonesia menurut hasil Survei Persalinan berdasarkan tempat, 55,4 persen
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) ibu melahirkan di fasilitas kesehatan,
1991 hingga 2012 menunjukkan penurunan, polindes/poskesdes hanya 1,4 persen, dan
namun penurunan makin melambat dan rumah/lainnya sebesar 43,2 persen. Ibu yang
masih belum mencapai target Milenium melahirkan di rumah 51,9 persen ditolong
Development Goals (MDG’s).3 Angka oleh bidan dan 40,2 persen ditolong oleh
kematian bayi merupakan indikator yang dukun. Hasil ini mengindikasikan masih
digunakan untuk melihat status kesehatan banyak ibu yang melahirkan dengan
anak, status kesehatan dan kondisi ekonomi pertolongan dukun.7
penduduk secara keseluruhan.

_________________________________________________________

*
Corresponding author
(Email: ingantr@yahoo.com)
© National Institute of Health Research and Development
ISSN: 2354-8762 (electronic); ISSN: 2087-703X (print)

104 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017


 

Kematian dan kesehatan pada bayi juga kesehatan (BOK), jaminan kesehatan
sangat terkait dengan imunisasi, status gizi, masyarakat (Jamkesmas), jaminan persalinan
penyakit menular, kemiskinan dan juga semesta (Jampersal) dan program rutin
fasilitas yang tersedia.8 Disparitas cakupan lainnya. Program tersebut dilaksanakan sama
pelayanan karena kendala geografis, sosial di seluruh Indonesia dengan indikator-
ekonomi, klasifikasi tempat tinggal masih indikator pencapaian yang juga sama.
merupakan masalah di Indonesia. Masyarakat Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerintah
Indonesia yang bertempat tinggal di geografis belum mencermati masalah disparitas.
yang sulit terkendala untuk mendapatkan Intervensi yang merata, tanpa pertimbangan
akses ke pelayanan kesehatan. Cakupan disparitas, seperti geografis, sosial ekonomi,
pelayanan selama persalinan dan pasca masalah tenaga kesehatan di daerah, dan
persalinan dan kelahiran seharusnya dapat fasilitas kesehatan yang belum merata, akan
menjangkau masyarakat miskin dan yang sangat mempengaruhi pencapaian target yang
sulit mendapatkan akses pelayanan diharapkan. Banyak daerah mempunyai dana
kesehatan, sehingga diharapkan dapat yang memadai untuk memberikan biaya
mengurangi kematian bayi. Penanganan persalinan gratis, namun tenaga bidan di
masalah kesehatan yang terlambat masih daerah tersebut tidak cukup tersedia,
merupakan hal harus terus dibenahi. sehingga banyak masyarakat yang tidak
tertangani dengan baik. Sementara di daerah
Ada dua jenis penyebab kematian bayi yaitu lain, tenaga cukup namun anggaran tidak
penyebab endogen dan eksogen. Kematian memadai. Pemberian intervensi seharusnya
bayi atau neonatal endogen adalah kematian berbeda, tergantung kondisi daerah, dan skala
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah prioritas dalam pemberian intervensi program
dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh juga bisa berbeda.
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir,
yang diperoleh dari orangtuanya pada saat Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dikaji
konsepsi atau di dapat selama kehamilan. faktor-faktor yang berhubungan dengan
Sementara penyebab kematian bayi eksogen pelayanan kesehatan bayi di Indonesia.
atau kematian post neonatal, adalah kematian Tujuan analisis adalah untuk mengetahui
bayi yang terjadi setelah usia satu bulan faktor-faktor apa saja yang berhubungan
sampai menjelang usia satu tahun yang dalam pelayanan kesehatan bayi di Indonesia.
dipengaruhi oleh lingkungan luar. Bayi baru Artikel ini merupakan bagian dari kegiatan
lahir sangat sensitif terhadap pelayanan analisis lanjut “Pengembangan Model
kesehatan yang tersedia, sosial budaya dan Intervensi Pelayanan Bayi Berdasarkan
lingkungan.9 Faktor yang mempengaruhi Determinan di Tingkat Individu, Desa, dan
kelangsungan hidup bayi adalah faktor ibu, Kecamatan dalam Rangka Menurunkan
bayi dan rumah tangga. Namun, selain ketiga Angka Kematian Bayi di Indonesia” dengan
faktor diatas, tingkat kecukupan bidan dan prespektif yang berbeda dengan mengkaji
polindes, dan kecukupan dokter dan dari aspek faktor pelayanan6
puskesmas di tingkat kecamatan perlu
ditelaah lebih dalam untuk mendapatkan
gambaran peran atau kontribusi di masing- METODE
masing level, baik level individu maupun
level rumah tangga atau kecamatan.10 Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Riset Kesehatan Dasar
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya (Riskesdas) tahun 2010, Potensi Desa
pemerintah dalam menurunkan kematian (PODES) 2010 dan data Riset Fasilitas
bayi, antara lain adalah bantuan operasional Kesehatan (Rifaskes) Tahun 2011. Semua

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017 105


 

sumber data survei menggunakan desain 2010, sedangkan sampel adalah semua bayi
potong lintang. Pada analisis pengembangan (anak terakhir) yang lahir pada periode 1
model menggunakan pendekatan multivariat. Januari 2005 sampai sekarang dalam sampel
Riskesdas 2010 yang mempunyai variabel
Populasi dan Sampel lengkap yang dibutuhkan dalam analisis.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua


bayi yang menjadi sampel dalam Riskesdas

Level wilayah desa/kecamatan:


-­‐ Kecukupan Puskesmas
-­‐ Kecukupan Polindes
-­‐ Kecukupan dokter
-­‐ Kecukupan bidan desa

Level rumah tangga:


-­‐ Sanitasi lingkungan
-­‐ Akses ke pelayanan kesehatan
-­‐ Sosial ekonomi keluarga

Level individu

Faktor ibu
-­‐ Tempat -­‐ Paritas
persalinan -­‐ Jarak kehamilan
Faktor anak -­‐ Pendidikan ibu -­‐ Komplikasi kehamilan
-­‐ Pekerjaan ibu -­‐ Komplikasi persalinan
-­‐ Prematur
-­‐ Penolong -­‐ Imunisasi TT
-­‐ BB lahir persalinan -­‐ Konsumsi Fe
-­‐ Anak yang diinginkan -­‐ Umur ibu saat -­‐ Pemeriksaan nifas (kontak
melahirkan ibu terhadap nakes)

 
 
 
  Hidup Meninggal usia bayi

Gambar 1. Kerangka analisis (diadaptasi dari Mosley and Chen)

106 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017


 

Tabel 1. Variabel, definisi operasional dan sumber data

Level Variabel Definisi dan kategori Sumber data


Desa/ Kecukupan Puskesmas Penilaian kecukupan didasarkan pada PODES 2011
Kecamatan pernyatan responden (pamong desa) pada
Kecukupan Polindes
PODES.
Kecukupan dokter Dinyatakan dalam cukup dan tidak cukup
Kecukupan bidan desa
Rumah tangga Sanitasi lingkungan Dinyatakan dalam baik dan buruk Data rumah
tangga Riskesdas
Akses ke pelayanan Dinyatakan dalam mudah dan sulit
2010
kesehatan
Sosial ekonomi keluarga Lima strata ekonomi menggunakan aset
kekayaan yang dimiliki keluarga pada
saat survei, terdiri dari:
-­‐ Kuintil 1, termiskin
-­‐ Kuintil 2, menengah bawah
-­‐ Kuintil 3, menengah
-­‐ Kuintil 4, menengah atas
-­‐ Kuintil 5, terkaya
Individu Faktor Prematur Usia kandungan saat dilahirkan dalam Data individu
anak bulan Riskesdas 2010
-­‐ Tidak prematur
-­‐ Prematur
BB lahir Berat badan lahir dalam kg
-­‐ Normal
-­‐ BBLR
Anak yang diinginkan Status anak yang diinginkan
1. Ya
2. Tidak
Faktor Tempat persalinan Tempat persalinan
ibu 1. Fasyankes
2. Non fasyankes
Pendidikan ibu Tamat SMP ke atas dan tidak tamat SMP
Pekerjaan ibu 1. Bekerja
2. Tidak bekerja
Penolong persalinan Tenaga yang membantu persalinan
(high/low qualify)
Umur ibu saat melahirkan Umur ibu saat melahirkan yang dihitung
dari tahun persalinan – tahun kelahiran
ibu
Paritas Urutan kelahiran
Jarak kehamilan Jarak antara dua kehamilan
< 2 thn
>= 2 tahun
Komplikasi kehamilan 1. Ya
2. Tidak
Komplikasi persalinan 1. Ya
2. Tidak
Imunisasi TT 1. Ya
2. Tidak
Konsumsi Fe 1. Ya
2. Tidak
Pemeriksaan nifas (kontak 1. Ya
ibu terhadap nakes) 2. Tidak
Variabel terikat Kelangsungan hidup anak Keadaan anak pada saat survei Data individu
0 = hidup Riskesdas 2010
1 = meninggal pada periode 0-11 bulan

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017 107


 

Analisis dilakukan untuk menilai hubungan HASIL


antara faktor risiko individu (level 1),
Analisis univariat dilakukan terhadap data
variabel tingkat rumah tangga (level 2), dan
individu Riskesdas 2010. Jumlah sampel
variabel tingkat kecamatan (level 3) dengan
yang dianalisis adalah 1.319 individu. Tabel
kejadian kematian bayi. Kajian hubungan
2 menyajikan distribusi persentase faktor
faktor-faktor dengan kelangsungan hidup
anak dan faktor ibu.
anak dilakukan untuk mendapat model yang
dapat digunakan sebagai bahan untuk Tabel 2 menyajikan hasil analisis univariat
mengembangan intervensi pelayanan tentang kelangsungan hidup anak, faktor
kesehatan bayi. Metode yang digunakan anak dan faktor ibu. Sedangkan Tabel 3
adalah analisis regresi logistik multilevel. menjelaskan variabel rumah tangga dan
kecamatan, antara lain sanitasi lingkungan,
Analisis dilakukan secara bertahap, yaitu akses kepelayanan kesehatan, sosial
analisis bivariat dan multilevel. Analisis ekonomi, kecukupan Puskesmas, kecukupan
bivariat dilakukan antara variabel bebas bidan desa, kecukupan dokter, dan
dengan variabel terikat dengan taraf kecukupan polindes. Jika dilihat berdasarkan
kepercayaan/Confidence Interval (CI) 95 sanitasi lingkungan, ibu dengan lingkungan
persen. Pemodelan multilevel dilakukan sanitasi buruk sebesar 86,5 persen.
untuk mendapatkan model yang parsimoni,
yang fit dan sederhana. Pada analisis ini, Ibu dengan akses ke pelayanan kesehatan
menempatkan variabel individu pada tingkat sulit sebesar 38,6 persen, sebagian besar
individu (level 1), tingkat rumah tangga status sosial ekonomi tidak miskin (89,2%),
(level 2) dan tingkat kecamatan (level 3), ketersediaan puskesmas berdasarkan jumlah
dengan kedudukan sejajar terhadap variabel penduduk menunjukkan bahwa 55,2 persen
terikat (status bayi). Pemodelan dilakukan cukup, ketersediaan polindes hanya 32,6
dengan analisis regresi logistik multilevel persen cukup, ketersediaan bidan desa 53,4
dengan metode full backward, dimana pada persen cukup, dan ketersediaan dokter
tahap awal analisis semua variabel yang hampir seluruhnya cukup (92,9%).
diukur pada semua tingkatan dimana variabel
dengan nilai p-value < 0.25, akan Tabel 4 menunjukkan hubungan bermakna
dimasukkan ke dalam analisis regresi logistik adalah variabel prematur, BBL, umur ibu,
multilevel. paritas, pendidikan ibu, riwayat komplikasi
kehamilan, komplikasi persalinan dan kontak
Variabel yang masuk dalam analisis regresi dengan nakes. Tidak ada perbedaan kematian
logistik multilevel adalah level 1: prematur, bayi dengan ketersediaan Puskesmas cukup
Berat Badan Lahir (BBL), umur ibu, atau tidak cukup, dan secara statistik tidak
pendidikan ibu, komplikasi kehamilan, bermakna. Kondisi ini sama dengan
komplikasi persalinan, kontak ibu terhadap ketersediaan polindes, bidan desa, dan
tenaga kesehatan, dan level 2: sosial dokter, dan secara statistik juga tidak
ekonomi. Level 3 tidak ikut dalam analisis bermakna.
karena pada tahap analisis bivariat secara
statistik tidak bermakna. Satu per satu
variabel yang tidak signifikan kemudian
dikeluarkan, hingga mendapatkan model
akhir yang parsimoni. Analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan program
STATA versi 12.0.  

108 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017


 

Tabel 4. Hubungan faktor individu, rumah tangga dan wilayah terhadap kelangsungan hidup bayi

Hidup Meninggal 95% CI*


Variabel Kategori P-value Keterangan
N % N % (low-up)
Prematur Tidak prematur 1045 85,3 180 14,7 0,000 7,46-18,66 Bermakna
Prematur 31 33,0 63 67,0
BBL Normal 850 85,8 141 14,2 0,002 1,39-4,17 Bermakna
BBLR 50 71,4 20 28,6
Anak yang Ya 845 82,0 186 18,0 0,554 0,81-1,56 Tidak
Diinginkan Tidak 231 80,2 57 19,8 bermakna
Umur ibu Tidak berisiko 771 83,8 149 16,2 0,002 1,19-2,13 Bermakna
Berisiko 305 76,4 94 23,6
Paritas 1-2 anak 787 78,7 213 21,3 0,000 0,33-0,47 Bermakna
>= 3 anak 289 90,6 30 9,4
Pendidikan ibu Tamat SMP ke atas 635 85,1 111 14,9 0,000 1,29-2,27 Bermakna
Tidak tamat SMP 441 77,0 132 23,0
Pekerjaan ibu Tidak bekerja 552 82,,5 117 17,5 0,414 0,86-1,50 Tidak
Bekerja 524 80,6 126 19,4 bermakna
Jarak kehamilan > 2 tahun 595 83,3 119 16,7 0,661 0,70-1,92 Tidak
≤ 2 tahun 95 81,2 22 18,8 bermakna
Komplikasi Tidak komplikasi 1030 83,4 205 16,6 0,000 2,63-6,54 Bermakna
kehamilan Komplikasi 46 54,8 38 45,2
Komplikasi Tidak komplikasi 918 84,8 165 15,2 0,000 2,00-3,78 Bermakna
persalinan Komplikasi 158 66,9 78 33,1
Imunisasi TT Pernah 762 82,3 164 17,7 0,374 0,86-1,59 Tidak
Tidak pernah/TT 283 79,9 71 20,1 bermakna
Konsumsi Fe Cukup 353 81,7 79 18,3 0,860 0,70-1,32 Tidak
Tidak cukup 508 82,3 109 17,7 bermakna
Pemeriksaan Periksa 517 81,3 119 18,7 0,292 0,57-1,16 Tidak
nifas Tidak periksa 283 84,2 53 15,8 bermakna
Kontak ibu Kontak kehamilan & 646 85,9 106 14,1 0,000 1,47-2,72 Bermakna
terhadap nakes persalinan salah satu
saat H/B 296 75,3 97 24,7 0,004 1,21-2,74
Tidak ada kontak 134 77,0 40 23,0
Penolong Tenaga kesehatan 872 82,3 188 17,7 0,225 0,89-1,75 Tidak
persalinan Non tenaga kesehatan 204 78,8 55 21,2 bermakna
Tempat Fasilitas kesehatan 609 81,5 138 18,5 1,000 0,75-1,31 Tidak
persalinan Non fasilitas kesehatan 467 81,6 105 18,4 bermakna
Sosial ekonomi Tidak miskin 964 97,2 28 2,8 0,048 1,09-5,53 Bermakna
Miskin 112 93,3 8 6,7
Sanitasi Baik 146 97,3 4 2,7 0,860 0,44-3,60 Tidak
lingkungan Buruk 930 96,7 32 3,3 bermakna
Akses ke Mudah 863 96,7 29 3,3 1,000 0,44-2,38 Tidak
pelayanan Sulit 203 96,7 7 3,3 bermakna
kesehatan
Kecukupan Cukup 585 81,1 136 18,9 0,683 0,68-0,94 Tidak
Puskesmas Tidak cukup 479 82,0 105 18,0 bermakna
Kecukupan Cukup 255 81,5 58 18,5 0,686 0,76-1,52 Tidak
Polindes Tidak cukup 520 80,4 127 19,6 bermakna
Kecukupan Cukup 570 80,9 135 19,1 0,492 0,68-1,2 Tidak
bidan desa Tidak cukup 494 82,3 106 17,7 bermakna
Kecukupan Cukup 983 81,1 229 18,9 0,151 0,34-1,18 Tidak
dokter Tidak cukup 81 87,1 12 12,9 bermakna
* CI: Confidence Interval

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017 109


 

Analisis Multilevel 2). Variasi kematian bayi hanya dipengaruhi


oleh faktor individu (bayi dan ibu). Karena
Hasil analisis multivariat sebagaimana variasi kejadian kematian bayi tidak ada
disajikan pada Tabel 5. Pada tahap akhir perbedaan di level 2 dan 3 maka model akhir
analisis multilevel, dijelaskan bahwa tidak menunjukkan bahwa variasi kematian bayi
ada perbedaan kejadian kematian bayi dijelaskan oleh faktor bayi dan ibu.
menurut sosial ekonomi rumah tangga (level

Tabel 5. Analisis faktor risiko kematian bayi

Status OR* SE** Nilai p CI*** 95%


• Prematur 9,3 4,1 0,00 3,9 - 22,1
• Komplikasi persalinan 2,6 1,0 0,01 1,2 - 5,5
• Kontak ibu terhadap nakes 2,1 0,5 0,01 1,4 - 3,4
*
OR: Odds Ratio; ** SE: Standard Error; *** CI: Confidence Interval

Tabel 6. Hasil analisis multilevel akhir

Fixed Effect Coefficient Nilai p


Intercept -4.439374
Level 1 (bayi dan ibu)
• Prematur 2,23 0,000
• Komplikasi persalinan 0,95 0,013
• Kontak ibu terhadap nakes 0,78 0,001

Dari hasil analisis multilevel akhir (Tabel 6), PEMBAHASAN


diperoleh persamaan model:
Hasil pengembangan model menunjukkan
Logit (status) = -4,44 + 2,23*prematur bahwa status lahir prematur paling berperan
+0,953*komplikasi persalinan dalam kelangsungan hidup anak diikuti
+0,786*kontak ibu terhadap nakes dengan komplikasi persalinan dan kontak
maternal dengan tenaga kesehatan. Kelahiran
Bayi yang lahir prematur berisiko 9 kali prematur menurut penyebab kematian paling
mengalami kematian dibandingkan bayi lahir banyak di Indonesia. Untuk menurunkan
cukup bulan. Bayi yang lahir dari ibu yang kematian bayi maka pelayanan kesehatan
mengalami komplikasi persalinan berisiko yang terkait dengan pencegahan kelahiran
2,6 kali mengalami kematian dibandingkan prematur akan dapat mengurangi risiko
bayi yang lahir dari ibu yang tidak terjadinya kematian bayi. Menurut Lawn dan
mengalami komplikasi persalinan. Bayi yang berbagai fakta hasil berbagai survei
lahir dari ibu yang tidak kontak terhadap menunjukkan bahwa angka kematian bayi
tenaga kesehatan selama kehamilan sampai dipengaruhi oleh jumlah kematian pada bulan
persalinan berisiko 2,19 kali mengalami pertama kehidupannya.11 Prematuritas
kematian dibandingkan dengan bayi yang merupakan penyebab kematian terbesar
lahir dari ibu yang kontak tenaga kesehatan kematian neonatus. Hasil Riskesdas 2007
selama kehamilan dan persalinan. tentang penyebab kematian dengan autopsi
verbal pada kematian bayi melaporkan bahwa
45 persen merupakan kematian neonatal.4

110 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017


Adapun penyebab pertama kematian pada negara karena berdampak pada indikator
neonatal dini adalah gangguan pernafasan kematian neonatal dan angka kematian bayi.
(36%), prematuritas (33%), sepsis 12%, Penurunan indikator kematian anak tersebut
hipotermin (6%), kelainan darah (6%), post akan meningkatkan angka umur harapan
matur (3%) dan kelainan kongenital (1,4%). hidup waktu lahir sehingga derajat kesehatan
Sedangkan penyebab kematian neonatal masyarakat meningkat dan secara otomatis
lanjut adalah sepsis (21%), kelainan akan meningkatkan status kesejahteraan
kongeninatal (18%), pneumonia (15%), negara Indonesia.
prematuritas dan RDS (13%), kuning, defek
lahir, tetanus difisiensi nutrisi masing-masing
2,6 persen dan SIDS (2,5%).4 Hal ini Peran variabel individu (ibu dan bayi)
mengindikasikan bahwa prematuritas pada terhadap kematian bayi
model di atas menunjukkan adanya peran
kematian neonatal pada kematian bayi. Secara umum, faktor ibu sangat berperan
Apabila ingin menurunkan kematian bayi, terhadap kelangsungan hidup janin dan bayi.
maka peningkatan dan fokus perhatian Faktor pada ibu akan mempengaruhi kondisi
pelayanan pada masa neonatus akan berperan janin, bayi yang dilahirkan dan kelangsungan
dalam penurunan angka kematian bayi. Jika hidup anaknya.14 Faktor umur ibu pada saat
prematuritas dapat dicegah, maka kematian melahirkan menjelaskan bahwa kematian
neonatal dapat diturunkan dan hal ini akan bayi pada ibu dengan umur berisiko sebesar
berdampak pula pada jumlah kematian bayi. 23,6 persen, lebih rendah dibandingkan
Model yang dihasilkan juga mengindikasi dengan ibu dengan umur tidak berisiko
perlunya perhatian dari berbagai pihak (16.2%), dan secara statistik dapat dibuktikan
terhadap kasus-kasus bayi lahir prematur baik bahwa ada hubungan antara umur ibu pada
pada level pelayanan. Kelahiran prematur saat melahirkan dengan kematian bayi. Pada
memerlukan penanganan bayi baru lahir analisis multivariat, variabel umur ibu tidak
secara adequat. Bayi lahir prematur perlu memenuhi syarat untuk masuk ke dalam
perawatan khusus dengan menjaga suhu model. Hal ini sesuai dengan hasil analisis
neonatus tetap hangat baik dengan metode yang menyatakan bahwa faktor umur ibu
sederhana maupun dengan peralatan RS yang tidak berperan dalam kematian bayi.15
lebih lengkap karena membutuhkan
inkubator.12 Kasus-kasus prematur Persentase kematian bayi pada ibu dengan
memerlukan adanya jaminan pembiayaan jumlah 1-2 anak sebesar 21,3 persen, lebih
agar kebutuhan pelayanan khusus kepada tinggi dibandingkan dengan ibu dengan
bayi baru lahir bisa terpenuhi sehingga pihak jumlah >= 3 anak (9,4%), dan secara statistik
penyelenggara pelayanan dan masyarakat dapat dibuktikan bahwa ada hubungan antara
yang mengalami kondisi bayi lahir prematur jumlah anak dengan kematian bayi. Namun
tidak terbebani dengan masalah pada analisis multivariat, variabel paritas
pembiayaan. 13
Untuk wilayah dengan tidak memenuhi syarat untuk masuk ke
geografis sulit dan jauh dari fasilitas dalam model.
pelayanan kesehatan perlu meningkatkan
Persentase kematian bayi pada ibu dengan
kemampuan tenaga kesehatan untuk
pendidikan tidak tamat SMP sebesar 23
memberikan penanganan yang sederhana
persen, lebih tinggi dibandingkan ibu dengan
dengan perawatan metode metode kangguru
pendidikan tamat SMP ke atas (14,9%). Pada
sehingga dapat meningkatkan kelangsungan
analisis bivariat secara statistik terbukti
hidup bayi. Upaya penanganan prematur
bahwa ada hubungan antara pendidikan ibu
untuk mencegah kematian neonatal
dengan kematian bayi. Namun pada analisis
merupakan investasi besar bagi bangsa dan

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017 111


 

multivariat, variabel pendidikan ibu tidak dimaksud dalam hal ini adalah jika salah satu
masuk ke dalam model. Hasil analisis tanda-tanda bahaya kehamilan dialami oleh
tersebut sesuai dengan analisis Djaja S.A., et ibu, seperti mengalami mules yang hebat
al yang menyatakan ibu yang tidak sebelum usia kehamilan sembilan bulan,
berpendidikan SD-SMP mempunyai risiko perdarahan, demam tinggi, kejang-kejang
dua kali untuk mati dibandingkan bayi yang atau pingsan. Pada penelitian lain dijelaskan
mempunyai ibu berpendidikan SMA keatas bahwa ibu yang pada waktu hamil
setelah dikontrol faktor BBLR.5 Ibu yang mengalami komplikasi, mempunyai risiko
berpendidikan akan lebih bijak dalam untuk terjadinya komplikasi persalinan
menjaga kehamilan, memilih penolong sebesar 2,9 kali dibandingkan dengan ibu
persalinan dan merawat bayinya. yang pada waktu hamil tidak mengalami
komplikasi.16
Persentase kematian bayi pada ibu yang
bekerja sebesar 19,4 persen, sedikit lebih Persentase kematian bayi pada ibu dengan
tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak komplikasi persalinan sebesar 33,1 persen,
bekerja (17,5%), namun secara statistik tidak lebih tinggi dibandingkan dengan ibu tanpa
terbukti ada hubungan antara pekerjaan ibu komplikasi persalinan (15,2%), dan secara
dengan kematian bayi. Hasil analisis tersebut statistik dapat dibuktikan bahwa ada
berbeda dengan penelitian yang menyebutkan hubungan antara komplikasi persalinan
54,7 persen bayi lahir dari ibu yang tidak dengan kematian bayi. Pada analisis
bekerja, dan penelitian lain juga menjelaskan multivariat, variabel komplikasi persalinan
bahwa ibu yang bekerja lebih berisiko 1,8 memenuhi syarat untuk masuk ke dalam
kali lebih tinggi untuk kematian neonatal.10,5 model. Disebut komplikasi persalinan jika
Pada analisis multivariat variabel pekerjaan ibu mengalami salah satu gejala seperti
ibu tidak masuk sebagai kandidat. mengalami mules yang kuat dan teratur lebih
dari sehari semalam, perdarahan lebih banyak
Persentase kematian bayi pada ibu dengan dari biasanya (lebih dari dua kain), suhu
jarak kehamilan ≤ 2 tahun sebesar 18,8 badan tinggi dan keluar lender yang berbau,
persen, tidak jauh berbeda pada ibu dengan kejang-kejang atau pingsan, atau keluar
jarak kehamilan > 2 tahun (16,7%), dan ketuban lebih dari 6 jam sebelum anak lahir.
secara statistik tidak dapat dibuktikan ada Hasil analisis menjelaskan bahwa bayi yang
hubungan antara jarak kehamilan dengan lahir dari ibu yang mengalami komplikasi
kematian bayi. Hasil tersebut berbeda dengan persalinan berisiko 2,6 kali mengalami
hasil penelitian yang menyatakan ibu dengan kematian dibandingkan bayi yang lahir dari
jarak kelahiran ≤ 2 tahun dengan kelahiran ibu yang tidak mengalami komplikasi
sebelumnya menunjukkan bahwa 2,8 kali persalinan. Demikian juga hasil penelitian
lebih berisiko untuk mengalami kematian.10 lain menyebutkan bahwa kematian bayi
neonatal 81 persen lebih tinggi pada ibu yang
Persentase kematian bayi pada ibu dengan mengalami komplikasi pada saat
komplikasi kehamilan sebesar 45,2 persen, melahirkan. 10

lebih tinggi dibandingkan dengan ibu tanpa


komplikasi kehamilan (16,6%), dan secara Persentase kematian bayi pada ibu dengan
statistik dapat dibuktikan bahwa ada imunisasi TT sebesar 17,7 persen, lebih
hubungan antara komplikasi kehamilan rendah dibandingkan dengan ibu tanpa
dengan kematian bayi. Namun pada analisis imunisasi TT (20,1%). Secara statistik, tidak
multivariat, variabel komplikasi kehamilan dapat dibuktikan ada hubungan antara
tidak memenuhi syarat untuk masuk ke imunisasi TT dengan kematian bayi.
dalam model. Komplikasi kehamilan yang Persentase kematian bayi pada ibu yang

112 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017


cukup mengkonsumsi zat besi (Fe) selama melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC)
kehamilan sebesar 18,3 persen, tidak jauh dan persalinan dengan tenaga kesehatan.17
berbeda dengan ibu yang tidak cukup
mengkonsumsi zat besi (17,7%), dan secara Hasil dari analisis menunjukkan bahwa bayi
statistik tidak dapat dibuktikan ada hubungan yang lahir dari ibu yang tidak kontak
antara ibu yang mengkonsumsi Fe dengan terhadap tenaga kesehatan selama kehamilan
kematian bayi. sampai persalinan berisiko 2,19 kali
mengalami kematian dibandingkan dengan
Persentase kematian bayi pada ibu yang bayi yang lahir dari ibu yang kontak tenaga
melakukan pemeriksaan nifas setelah kesehatan selama kehamilan dan persalinan.
persalinan sebesar 18,7 persen, sedikit lebih Hasil ini sesuai dengan penelitian lain yang
tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak menjelaskan bahwa ibu yang selama
melakukan pemeriksaan nifas (15,8%), kehamilannya tidak melakukan pemeriksaan
namun secara statistik tidak dapat dibuktikan kepada tenaga kesehatan, mempunyai risiko
ada hubungan antara pemeriksaan nifas 3,5 kali lebih tinggi untuk terjadinya
dengan kematian bayi. Penelitian lain kematian neonatal.18 Persentase kematian
menjelaskan bahwa ibu yang melakukan bayi pada ibu dengan penolong persalinan
perawatan post natal (nifas) dapat non tenaga kesehatan sebesar 21,2 persen,
mengurangi kemungkinan kematian neonatal lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang di
sebesar 37 persen.10 Sebenarnya kunjungan tolong oleh tenaga kesehatan (17,7%).
nifas penting untuk kelangsungan hidup bayi, Namun secara statistik tidak dapat dibuktikan
karena si ibu diajari bagaimana merawat ada hubungan antara penolong persalinan
bayi, imunisasi, dan pemberian ASI sehingga dengan kematian bayi.
terhindar dari penyakit-penyakit yang rentan
terhadap bayi. Persentase kematian bayi pada ibu dengan
tempat persalinan di fasilitas kesehatan,
Persentase kematian bayi pada ibu yang sebesar 18,5 persen, tidak jauh berbeda
melakukan kontak terhadap tenaga kesehatan, dengan ibu yang dengan tempat persalinan di
baik pada saat kehamilan maupun pada saat non fasilitas kesehatan (18,4%), dan secara
persalinan adalah sebesar 14,1 persen, lebih statistik tidak terbukti ada hubungan antara
rendah dibandingkan dengan ibu yang kontak tempat persalinan dengan kematian bayi.
terhadap tenaga kesehatan hanya pada saat Persentase kematian bayi pada bayi yang
kehamilan atau pada saat persalinan saja, lahir prematur sebesar 67,0%, jauh lebih
yaitu 24,7 persen. Hal ini tidak jauh berbeda tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir
dengan ibu yang tidak melakukan kontak tidak prematur (normal) (14,7%), dan secara
sama sekali dengan tenaga kesehatan baik statistik dapat dibuktikan bahwa ada
pada saat kehamilan maupun persalinan, hubungan antara bayi lahir prematur dengan
sebesar 23,0 persen. Pada analisis bivariat, kematian bayi. Pada analisis multivariat, juga
secara statistik terbukti bahwa ada hubungan dibuktikan bahwa variabel prematur
antara kontak ibu terhadap tenaga kesehatan memenuhi syarat untuk masuk ke dalam
dengan kematian bayi. Pada analisis model. Hasil analisis membuktikan bahwa
multivariat juga terbukti bahwa peran kontak bayi yang lahir prematur lebih berisiko
ibu terhadap tenaga kesehatan, sehingga sembilan kali terhadap kematian
variabel tersebut memenuhi syarat masuk ke dibandingkan dengan bayi yang lahir normal.
dalam model. Yang dimaksud ibu yang Hal ini sesuai dengan hasil analisis Survei
melakukan kontak terhadap tenaga kesehatan Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001
adalah jika ibu pada saat kehamilan terakhir yang menyatakan prematuritas, BBLR,

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017 113


 

asfiksia merupakan penyebab kematian cara statistik tidak terbukti variabel sosial
neonatal dini.19 ekonomi punya peran pada level rumah
tangga.
Persentase kematian bayi yang lahir dengan
BBLR sebesar 28,6 persen, lebih tinggi Persentase kematian bayi pada keluarga
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan dengan sanitasi lingkungan buruk sebesar 3,3
berat badan normal (14,2%), dan secara persen, tidak jauh berbeda dengan keluarga
statistik terbukti bahwa ada hubungan antara dengan sanitasi baik (2,7%), dan secara
BBL dengan kematian bayi. Hasil ini statistik tidak terbukti ada hubungan antara
didukung oleh penelitian Djaja S.A., et al. sanitasi lingkungan dengan kematian bayi.
yang menyatakan bayi dengan BBLR Yang dimaksud sanitasi lingkungan adalah
mempunyai risiko 9,5 kali untuk mati jika sumber air minum responden sesuai
dibandingkan bayi neonatal yang lahir dengan standar, kualitas fisik air minum baik,
dengan berat badan normal.5 Demikian juga jenis pembuangan air besar sesuai dengan
hasil SDKI 2002-2003 yang menyatakan standar, dan tempat pembuangan akhir tinja
bahwa bayi yang lahir dengan BBLR berisiko sesuai dengan standar. Hasil analisis Lubis
5 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian dkk, juga menemukan bahwa faktor
pada masa neonatal.18 Hasil lain juga ketersediaan sanitasi lingkungan berperan
menjelaskan bahwa BBLR sebagai prediktor dalam hal ketersediaan jamban di rumah
kuat untuk kematian neonatal, dimana bayi tangga untuk mencegah kematian bayi.20
dengan BBLR 5,5 kali lebih tinggi untuk
mengalami kematian. Namun pada analisis Tidak ada perbedaan persentase kematian
multivariat, variabel BBL tidak memenuhi bayi pada keluarga yang akses ke pelayanan
syarat untuk masuk ke dalam model. Hal ini kesehatan mudah maupun yang sulit, masing-
mungkin karena pada variabel berat badan masing 3,3 persen, dan secara statistik tidak
lahir, banyak responden yang lupa akan berat terbukti ada hubungan antara akses ke
badan lahir bayinya, sehingga sampel bayi pelayanan kesehatan dengan kematian bayi.
dengan BBL kecil.
Analisis pada level kecamatan, antara lain
Persentase kematian bayi pada anak yang kecukupan Puskesmas, dokter, bidan dan
diinginkan orangtuanya sebesar 18,0 persen, Polindes, menunjukkan bahwa tidak ada
tidak jauh berbeda dengan bayi yang tidak perbedaan persentase antara ketersediaan
diinginkan orangtuanya (19,8%), dan secara puskesmas yang cukup dengan yang tidak
statistik tidak dapat dibuktikan ada hubungan cukup, demikian juga dengan kecukupan
antara anak yang diinginkan dengan kematian dokter, bidan dan Polindes. Pada analisis
bayi. bivariat, semua variabel pada level
kecamatan tidak terbukti secara statistik
Peran variabel rumah tangga dan bahwa ada hubungan antara kecukupan
kecamatan terhadap kematian bayi puskesmas, dokter, polindes, dan bidan
dengan kejadian kematian bayi. Sehingga
Analisis pada level rumah tangga dapat pada tahap analisis multivariat, semua
dijelaskan bahwa persentase kematian bayi variabel pada tingkat kecamatan tidak ikut
pada keluarga yang miskin sebesar 6,7 dalam analisis.
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan
keluarga yang tidak miskin (2,8%), dan
secara statistik terbukti bahwa ada hubungan Model pelayanan kesehatan bayi
antara sosial ekonomi keluarga dengan
kematian bayi. Pada analisis multilevel, se Hasil analisis multilevel menunjukkan
kematian bayi erat kaitannya dengan kejadian

114 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017


prematur, riwayat komplikasi dan kontak komplikasi maka dengan kontak dengan
dengan tenaga kesehatan. Adanya pengaruh nakes akan bisa segera menangani kasus
prematur yang paling besar sebagai penyebab komplikasi dan anak juga menjadi selamat.
kematian bayi hal ini berkaitan dengan
kejadian kematian neonatal. Hal ini sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
dengan pola kematian balita dan bayi yang Nomor 25 Tahun 2014 tentang upaya
dikenal dengan fenome dua pertiga kematian kesehatan menyatakan bahwa bayi baru lahir
balita dipengaruhi oleh jumlah kematian pada rendah atau prematur memerlukan
periode tahun pertama kehidupannya penanganan sesuai standar yaitu dengan
(kematian bayi), kematian bayi dipengaruhi menjaga suhu hangat terhadap bayi baru
oleh jumlah kematian pada periode satu lahir. Setiap bayi baru lahir prematur yang
bulan pertama (neonatus).21 mendapat penanganan yang adekuat dapat
mencegah terjadinya kematian neonatus
Kasus komplikasi baik pada saat kehamilan sehingga otomatis akan menurunkan
maupun persalinan berperan dalam kejadian kematian bayi. 12
Apabila pemerintah
kematian bayi menunjukkan kesesuaian hasil Indonesia ingin menurunkan kematian anak,
dengan teori Mosley dan Chen selama ini kematian bayi dan kematian neonatus maka
bahwa faktor ibu berperan dalam perlu perhatian khusus terhadap bayi
22
kelangsungan hidup anak. Demikian pula prematur dan bayi BBLR. Untuk itu,
halnya dengan kontak ibu dengan nakes diperlukan program penyelamatan bayi
(pada masa hamil maupun masa nifas) yang prematur dan/atau BBLR. Setiap upaya
menunjukkan adanya peran pelayanan penyelamatan bayi prematur/BBLR
kesehatan ibu dalam terhadap kelangsungan merupakan investasi jangka panjang karena
hidup anak. Hal ini mengingat bahwa tujuan setiap bayi yang berhasil diselamatkan
dari kontak ibu hamil dengan tenaga menyumbang peningkatan derajat
kesehatan untuk mengetahui status kesehatan kesejahteraan masyarakat dan berkontribusi
ibu hamil, melakukan deteksi dini terhadap terhadap upaya kesehatan secara global.
kasus-kasus komplikasi baik kasus Dalam hal bayi BBLR, juga diperlukan
kegawatdaruratan maternal maupun janin, adanya pemantauan tumbuh kembang. Bayi
serta melakukan pemantauan terhadap BBLR lahir karena berbagai faktor terkait
pertumbuhan janin dalam kandungan.17 dengan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Bayi BBLR dari keluarga mempunyai
Demikian pula pada ibu bersalin yang kontak sumber daya untuk menyokong upaya khusus
dengan tenaga kesehatan akan dalam pertumbuhan dan perkembangannya
memungkinkan penanganan kasus sehingga sang bayi akan mampu mengejar
kegawatdaruratan atau komplikasi pada ibu ketertinggalan dan tumbuh mengikuti grafik
bersalin. Adanya kontak dengan tenaga normal pertumbuhan anak hingga usia balita.
kesehatan melalui ANC dan persalinan oleh Diperlukan adanya program khusus ‘Peduli
tenaga kesehatan akan dapat meningkatkan bayi prematur’ yang memberikan jaminan
kelangsungan hidup anaknya. setiap bayi prematur mendapat perawatan
yang adekuat di rumah sakit hingga masa
Hasil analisis menyatakan bahwa model
kritis berlalu diikuti dengan pemantauan ketat
pelayanan kesehatan untuk menurun kejadian
hingga usia balita. Hasil penelitian awal Studi
kematian bayi adalah variabel prematur,
Implementasi Metode Kangguru di Koja dan
riwayat komplikasi dan kontak nakes. Setiap
Karawang menunjukkan bahwa tidak sedikit
ANC diharapkan dapat mendeteksi
kasus pulang paksa neonatus yang sedang
kehamilan berisiko sehingga mengurangi
mendapat perawatan di RS karena alasan
kejadian komplikasi atau bila terjadi
ekonomi.23 Hal ini tentu berisiko terhadap

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017 115


 

kelangsungan hidup bayinya. Untuk itu perlu Dengan demikian, so lusi model pelayanan
perhatian khusus bayi prematur dari keluarga kesehatan bayi yang dapat dipertimbangkan
miskin memerlukan biaya pendampingan adalah program penguatan ANC sesuai
khusus agar tidak terjadi kasus pulang paksa standar atau ANC yang berkualitas untuk ibu
bayi prematur/BBLR karena alasan ekonomi. hamil dan kontak ibu bersalin dengan tenaga
Identifikasi bayi BBLR berperan penting kesehatan sekaligus memantau kondisi bayi
dalam program tersebut. Untuk itu, perlu baru lahir. Hal ini akan memberi keuntungan
adanya kemitraan dengan kader yang berada ganda yaitu menyelamatkan ibu dan bayi
dekat dengan masyarakat. baru lahir dari risiko kematian. Pada akhirnya
akan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan
Upaya selanjutnya adalah ANC. Hasil anak dan memperbaiki status kesehatan ibu
berbagai survei rumah tangga maupun data dan anak sehingga tingkat kesejahteraan
rutin menunjukkan bahwa cakupan ANC bangsa Indonesia juga meningkat.
telah meningkat dengan baik. Namun
peningkatan cakupan ANC tidak diikuti
dengan penurunan kematian ibu. Permenkes
KESIMPULAN
Nomor 97 Tahun 2017 merupakan upaya
pemerintah memberikan pelayanan kesehatan Model intervensi pelayanan kesehatan bayi
anak sejak masih janin dalam kandungan. sangat dipengaruhi oleh riwayat komplikasi,
Pada Permenkes ini ditetapkan bahwa prematuritas dan kontak dengan tenaga
seharusnya seorang ibu menerima pelayanan kesehatan. Pencegahan kematian bayi akan
ANC secara terpadu meliputi ANC 10T.17 dapat dicegah bila sudah melakukan kontak
Hasil Sirkesnas 2016 menunjukkan bahwa dengan tenaga kesehatan sejak awal untuk
cakupan ANC K4 telah mencapai 92,5 mendeteksi riwayat komplikasi yang pernah
persen, namun komponen ANC 10T hanya dialami sehingga dapat mencegah premaritas.
mencapai 2 persen atau 7 persen untuk 7T.24 Diperlukan pelayanan kesehatan khusus bayi
Hal ini mengindikasikan adanya prematur dan penguatan ANC yang
permasaahan kualitas ANC yang belum berkualitas untuk meningkatkan
sesuai standard. Indikator ANC K4 telah kelangsungan hidup anak.
ditetapkan sebagai indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sehingga bila
setiap kabupaten/kota berkomitmen untuk
SARAN
melaksanakan ANC sesuai standar sehingga
pelayanan ANC yang diberikan kepada Beberapa upaya perlu dilakukan antara lain:
masyarakat adalah ANC yang berkualitas 1) Meningkatkan kualitas pelayanan
maka kasus komplikasi dapat dipantau terus kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil sesuai
hingga masa kritis berlalu.25 Pemerintah standar dengan adanya supervisi dan
daerah harus melakukan upaya untuk pembinaan secara berkesinambungan; 2)
memberikan pelayanan kepada setiap ibu Mendeteksi riwayat komplikasi pada setiap
hamil mendapat pelayanan kesehatan dari sisi ibu hamil; 3) Melibatkan kader kesehatan
frekuensi saja tetapi juga pelayanan ANC dalam pendampingan dan pengawasan
yang berkualitas. Penguatan ANC berkualitas melekat pada setiap ibu hamil di sekitar
sudah waktunya digaungkan dan kader, terutama yang berkode dengan riwayat
pendampingan yang intens untuk mencegah komplikasi dapat membantu pemantauan ibu
kasus komplikasi tidak berdampak buruk hamil agar kehamilan sehat, ibu dan anak
pada janin dan jiwa ibu. selamat; 4) Melakukan pembinaan untuk
meningkatkan kualitas petugas kesehatan,
khusus bidan dengan melakukan pelatihan

116 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017


dan refreshing tentang kebidanan; 5) http://dx.doi.org/10.1007/978-3-319-
Menjalankan program khusus ‘Peduli 24783-0_4
prematur’ untuk menjamin bayi prematur 4. Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar 2007. Jakarta; 2008.
mendapatkan penanganan sesuai standar dan
5. Djaja S, Hapsari D, Sulistyawati N,
berkualitas. Khusus bayi prematur dari Lolong B. Peran Faktor Sosio Ekonomi
keluarga miskin, juga perlu disediakan Biologi dan Pelayanan Kesehatan
jaminan pembiayaan perawatan bayi terhadap Kesakitan dan Kematian
prematur dan biaya pendampingan untuk Neonatal. Maj Kedokt Indones Vol.
keluarga neonatus hingga masa kritis berlalu 2009;59.
serta pemantauan bayi prematur selama tubuh 6. Tarigan IU. Pengembangan Model
Intervensi Pelayanan Bayi Berdasarkan
kembangnya hingga usia balita.
Determinan di Tingkat Individu, Desa,
dan Kecamatan Dalam Rangka
Menurunkan Angka Kematian Bayi di
Indonesia. 2012;
Ucapan terima kasih
7. Kementerian Kesehatan RI. Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2010).
Kami sampaikan terima kasih kepada Badan Lap Nas 2010. 2010;78.
Litbang Kesehatan yang telah memberikan 8. Kementerian Kesehatan Republik
kesempatan adanya kegiatan analisis lanjut. Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Selain itu, kami ucapkan terima kasih kepada 2012. Jakarta; 2013.
tim analisis lanjut tentang “Pengembangan 9. Kirby RS. Neonatal and postneonatal
Model Intervensi Pelayanan Bayi mortality: useful constructs or outdated
concepts? J Perinatol Off J Calif Perinat
Berdasarkan Determinan di Tingkat Individu,
Assoc [Internet]. 1992;13(6):433–41.
Desa, dan Kecamatan dalam Rangka Available from:
Menurunkan Angka Kematian Bayi di http://europepmc.org/abstract/med/8308
Indonesia” dengan prespektif yang berbeda 585
dengan mengkaji dari aspek faktor 10. Titaley CR, Dibley MJ, Agho K,
pelayanan.6 Roberts CL, Hall J. Determinants of
neonatal mortality in Indonesia. BMC
Public Health [Internet]. 2008;8(1):232.
Available from:
DAFTAR PUSTAKA http://www.biomedcentral.com/1471-
2458/8/232
11. Lawn JE, Cousens S, Zupan J, Team
1. Kementerian Kesehatan. Rencana
LNSS. 4 million neonatal deaths: when?
Strategis Kementerian Kesehatan Tahun
Where? Why? Lancet.
2015 – 2019 [Internet]. Jakarta:
2005;365(9462):891–900.
Sekretariat Jenderal Kementerian
12. Kementerian Kesehatan Republik
Kesehatan; 2015. Available from:
Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
http://www.depkes.go.id/resources/down
Republik Indonesia No 25 Tahun 2014
load/info-publik/Renstra-2015.pdf
tentang Upaya Kesehatan Anak
2. Nations U. Human Development Report
[Internet]. Jakarta: Biro Hukor
2010 The Real Wealth of Nations  :
Sekretariat Jenderal Kementerian
Pathways to Human Development.
Kesehatan; 2014. Available from:
2010.
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedom
3. Soemantri S, Afifa T. Mortality Trends
an/PMK No. 25 ttg Upaya Kesehatan
in Indonesia. In: Guilmoto CZ, Jones
Anak.pdf
GW, editors. Contemporary
13. Pelangi B, Anindhita F, Susant LR.
Demographic Transformations in China,
Efektivitas Jaminan Kesehatan Nasional
India and Indonesia [Internet]. Cham:
untuk Menurunkan Angka Kematian
Springer International Publishing; 2016.
Ibu. 2015.
p. 73–87. Available from:

Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017 117


 

14. Royston E, Armstrong S. Preventing Indonesia, Hasil Survei Kesehatan


Maternal Death [Internet]. Geneva, Tahun 1995-2007. J Ekol Kesehat.
Switzerland: World Health 2009;8(2 Jun).
Organization; 1989. Available from: 20. Lubis.A, Afifah.T SS. Analisis
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/ Determinan Mortalitas. In: Soemantri S,
39933/1/9241561289_eng.pdf editor. Bunga Rampai Analisis
15. Tarigan IU, Suryati T. Determinan Yang Determinan Hasil Sensus Penduduk
Berhubungan Dengan Ketahanan Hidup 2010 [Internet]. Jakarta: Badan Pusat
Bayi Neonatal Di Indonesia. Bul Penelit Statistik; 2015. p. 85–122. Available
Sist Kesehat. 2009;12(1 Jan). from:
16. Senewe FP, Sulistyowati N. Faktor- https://www.bps.go.id/index.php/publika
faktor yang Berhubungan dengan si/index?Publikasi[tahunJudul]=&Publik
Komplikasi Persalinan Tiga Tahun asi[kataKunci]=bunga+rampai&yt0=Ta
Terakhir di Indonesia (Analisis lanjut mpilkan
SKRT-Surkesnas 2001). Bul Penelit 21. Lawn JE, McCarthy B, Ross SR. The
Kesehat [Internet]. 2004;32(2 Jun). healthy newborn: a reference guide for
Available from: program managers. Atlanta CDC CARE.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/inde 2001;
x.php/BPK/article/view/1224/152 22. Mosley WH, Chen LC. An analytical
17. Kementerian Kesehatan Republik framework for the study of child
Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan survival in developing countries. Popul
Republik Indonesia Nomor 97 Tahun Dev Rev [Internet]. 1984;10(0):25–45.
2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Available from:
Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, http://www.jstor.org/stable/pdf/2807954.
Persalinan, Dan Masa Sesudah pdf?seq=1#page_scan_tab_contents
Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan 23. Adisasmita A, et.all. Baseline Study
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Peer KMC: Quantitative Preliminary
Seksual [Internet]. Jakarta: Biro Hukor Findings. Disemination, 17 Januari
Sekretariat Jenderal Kementerian 2017. 2017.
Kesehatan; 2014. Available from: 24. Kementerian Kesehatan RI. Laporan
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedom Awal Survei Indikator Kesehatan
an/PMK No. 97 ttg Pelayanan (SIRKESNAS) 2016. Jakarta; 2016.
Kesehatan Kehamilan.pdf 25. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan
18. Djaja S, Afifah T, Sukroni A. Peran Menteri Kesehatan No 43 Tahun 2016
Faktor Sosio Ekonomi dan Biologi tentang Standar Pelayanan Kesehatan.
terhadap Kematian Neonatal di Jakarta: Biro Hukor Sekretariat Jenderal
Indonesia. Maj Kedokt Indones. Kementerian Kesehatan; 2016
2007;57(8):251–8.
19. Djaja S, Irianto J, Pangaribuan L. Tren
Lahir Mati dan Kematian Neonatal di

118 Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 2017

Anda mungkin juga menyukai