DOI: 10.22435/kespro.v8i1.6879.103-118
Naskah masuk 6 Juni 2017; review 8 Juni 2017; disetujui terbit 30 Juni 2017
Abstract
Background: Improving maternal and child health is one of the national development priorities of 2015-
2019. Efforts to reduce infant mortality require information on appropriate infant health intervention model
in Indonesia.
Objective: The study aimed to identify factors related to infant health services in order to reduce infant
mortality rate in Indonesia.
Method: This study used multilevel analysis of data from 2010 Riskesdas, 2010 PODES and 2011 Rifaskes,
with dependent variable of child survival, and independent variables were infant, maternal, household and
area factor (Puskesmas).
Results: Factors that contribute to the survival of infants were ANC, history of complications and preterm
status, as the factor of preterm birth is twice as high as infant mortality compared to other factors.
Conclusion: Factors that contribute to improving infant health services are the handling of premature
infants, well handled complication cases and ANC services and postpartum contacts that meet the standards.
Abstrak
Latar belakang: Peningkatan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional
2015-2019. Upaya penurunan kematian bayi memerlukan informasi tentang model intervensi pelayanan
kesehatan bayi yang sesuai di Indonesia.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan bayi dalam rangka
menurunkan angka kematian bayi di Indonesia.
Metode: Studi ini menggunakan analisis multilevel dari data Riskesdas 2010, PODES 2010 dan Rifaskes
2011, dengan variabel dependen kelangsungan hidup anak, variabel independen faktor bayi, faktor ibu, faktor
rumah tangga dan faktor wilayah (Puskesmas).
Hasil: Faktor yang berperan dalam kelangsungan hidup bayi adalah ANC, riwayat komplikasi dan status
prematur, dimana faktor kelahiran dengan prematur dua kali lebih tinggi menyebabkan kematian bayi
dibandingkan faktor lainnya.
Kesimpulan: Faktor yang berperan terhadap peningkatan pelayanan kesehatan bayi adalah penanganan bayi
lahir prematur, kasus komplikasi yang ditangani dengan baik dan pelayanan ANC dan kontak ibu nifas yang
sesuai standar.
Kata kunci: kematian bayi, pelayanan kesehatan, prematur, kelangsungan hidup anak, komplikasi
PENDAHULUAN
Kematian bayi adalah kejadian kematian
Peningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan yang terjadi pada periode sejak bayi lahir
anak adalah satu dari enam sasaran pokok sampai bayi belum berusia tepat satu tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kematian bayi dipengaruhi oleh jumlah
Nasional (RPJMN) 2015-2019. Rencana kematian neonatal. Hasil Riset Kesehatan
Strategis (RENSTRA) Kementerian Dasar (Riskesdas) 2007 melaporkan masalah
Kesehatan 2015-2019 menyatakan bahwa neonatal mempunyai kontribusi yang tinggi
Program Indonesia Sehat dilaksanakan terhadap kematian bayi.4 Sementara
dengan 3 pilar utama meliputi paradigma penyebab kematian neonatal antara lain
sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan adalah akibat infeksi (pneumonia, tetanus,
jaminan kesehatan nasional.1 Pada pilar diare) 36 persen, prematur atau BBLR 27
penguatan pelayanan kesehatan persen, dan kelainan congenital sebesar tujuh
menggunakan pendekatan continuum of care persen.5
dan intervensi berbasis risiko. Ibu dan anak
Status kesehatan bayi tersebut sangat terkait
merupakan kelompok rentan karena berisiko
dengan beberapa faktor ibu selama hamil dan
tinggi terhadap kesakitan dan kematian.
ibu melahirkan, seperti rendahnya persalinan
Status kesehatan ibu dan anak yang yang di tolong oleh tenaga kesehatan, rendah
dinyatakan dalam angka kematian ibu (AKI) pemeriksaan selama hamil, dan juga status
dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesa gizi ibu hamil yang masih rendah.6 Hasil
saat ini tinggi dan termasuk tinggi bila survei melaporkan bahwa persalinan yang
dibandingkan dengan negara Association of ditolong oleh tenaga kesehatan semakin
Southeast Asian Nations (ASEAN) lainnya. meningkat, dimana pada tahun 2000 hanya
Hasil Human Development Index (HDI) 2010 66,9 persen, namun pada tahun 2007
menunjukkan AKB sebesar 31 per 1000 meningkat menjadi 75,4 persen, dan tahun
kelahiran, lebih tinggi dibandingkan dengan 2010 menjadi 82,2 persen.7 Peningkatan
Filipina, Thailand dan Malaysia.2 tersebut tidak berkorelasi kuat terhadap
penurunan angka kematian bayi dan neonatal.
Tren AKB di Indonesia menurut hasil Survei Persalinan berdasarkan tempat, 55,4 persen
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) ibu melahirkan di fasilitas kesehatan,
1991 hingga 2012 menunjukkan penurunan, polindes/poskesdes hanya 1,4 persen, dan
namun penurunan makin melambat dan rumah/lainnya sebesar 43,2 persen. Ibu yang
masih belum mencapai target Milenium melahirkan di rumah 51,9 persen ditolong
Development Goals (MDG’s).3 Angka oleh bidan dan 40,2 persen ditolong oleh
kematian bayi merupakan indikator yang dukun. Hasil ini mengindikasikan masih
digunakan untuk melihat status kesehatan banyak ibu yang melahirkan dengan
anak, status kesehatan dan kondisi ekonomi pertolongan dukun.7
penduduk secara keseluruhan.
_________________________________________________________
*
Corresponding author
(Email: ingantr@yahoo.com)
© National Institute of Health Research and Development
ISSN: 2354-8762 (electronic); ISSN: 2087-703X (print)
Kematian dan kesehatan pada bayi juga kesehatan (BOK), jaminan kesehatan
sangat terkait dengan imunisasi, status gizi, masyarakat (Jamkesmas), jaminan persalinan
penyakit menular, kemiskinan dan juga semesta (Jampersal) dan program rutin
fasilitas yang tersedia.8 Disparitas cakupan lainnya. Program tersebut dilaksanakan sama
pelayanan karena kendala geografis, sosial di seluruh Indonesia dengan indikator-
ekonomi, klasifikasi tempat tinggal masih indikator pencapaian yang juga sama.
merupakan masalah di Indonesia. Masyarakat Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerintah
Indonesia yang bertempat tinggal di geografis belum mencermati masalah disparitas.
yang sulit terkendala untuk mendapatkan Intervensi yang merata, tanpa pertimbangan
akses ke pelayanan kesehatan. Cakupan disparitas, seperti geografis, sosial ekonomi,
pelayanan selama persalinan dan pasca masalah tenaga kesehatan di daerah, dan
persalinan dan kelahiran seharusnya dapat fasilitas kesehatan yang belum merata, akan
menjangkau masyarakat miskin dan yang sangat mempengaruhi pencapaian target yang
sulit mendapatkan akses pelayanan diharapkan. Banyak daerah mempunyai dana
kesehatan, sehingga diharapkan dapat yang memadai untuk memberikan biaya
mengurangi kematian bayi. Penanganan persalinan gratis, namun tenaga bidan di
masalah kesehatan yang terlambat masih daerah tersebut tidak cukup tersedia,
merupakan hal harus terus dibenahi. sehingga banyak masyarakat yang tidak
tertangani dengan baik. Sementara di daerah
Ada dua jenis penyebab kematian bayi yaitu lain, tenaga cukup namun anggaran tidak
penyebab endogen dan eksogen. Kematian memadai. Pemberian intervensi seharusnya
bayi atau neonatal endogen adalah kematian berbeda, tergantung kondisi daerah, dan skala
bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah prioritas dalam pemberian intervensi program
dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh juga bisa berbeda.
faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir,
yang diperoleh dari orangtuanya pada saat Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dikaji
konsepsi atau di dapat selama kehamilan. faktor-faktor yang berhubungan dengan
Sementara penyebab kematian bayi eksogen pelayanan kesehatan bayi di Indonesia.
atau kematian post neonatal, adalah kematian Tujuan analisis adalah untuk mengetahui
bayi yang terjadi setelah usia satu bulan faktor-faktor apa saja yang berhubungan
sampai menjelang usia satu tahun yang dalam pelayanan kesehatan bayi di Indonesia.
dipengaruhi oleh lingkungan luar. Bayi baru Artikel ini merupakan bagian dari kegiatan
lahir sangat sensitif terhadap pelayanan analisis lanjut “Pengembangan Model
kesehatan yang tersedia, sosial budaya dan Intervensi Pelayanan Bayi Berdasarkan
lingkungan.9 Faktor yang mempengaruhi Determinan di Tingkat Individu, Desa, dan
kelangsungan hidup bayi adalah faktor ibu, Kecamatan dalam Rangka Menurunkan
bayi dan rumah tangga. Namun, selain ketiga Angka Kematian Bayi di Indonesia” dengan
faktor diatas, tingkat kecukupan bidan dan prespektif yang berbeda dengan mengkaji
polindes, dan kecukupan dokter dan dari aspek faktor pelayanan6
puskesmas di tingkat kecamatan perlu
ditelaah lebih dalam untuk mendapatkan
gambaran peran atau kontribusi di masing- METODE
masing level, baik level individu maupun
level rumah tangga atau kecamatan.10 Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Riset Kesehatan Dasar
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya (Riskesdas) tahun 2010, Potensi Desa
pemerintah dalam menurunkan kematian (PODES) 2010 dan data Riset Fasilitas
bayi, antara lain adalah bantuan operasional Kesehatan (Rifaskes) Tahun 2011. Semua
sumber data survei menggunakan desain 2010, sedangkan sampel adalah semua bayi
potong lintang. Pada analisis pengembangan (anak terakhir) yang lahir pada periode 1
model menggunakan pendekatan multivariat. Januari 2005 sampai sekarang dalam sampel
Riskesdas 2010 yang mempunyai variabel
Populasi dan Sampel lengkap yang dibutuhkan dalam analisis.
Level individu
Faktor ibu
-‐ Tempat -‐ Paritas
persalinan -‐ Jarak kehamilan
Faktor anak -‐ Pendidikan ibu -‐ Komplikasi kehamilan
-‐ Pekerjaan ibu -‐ Komplikasi persalinan
-‐ Prematur
-‐ Penolong -‐ Imunisasi TT
-‐ BB lahir persalinan -‐ Konsumsi Fe
-‐ Anak yang diinginkan -‐ Umur ibu saat -‐ Pemeriksaan nifas (kontak
melahirkan ibu terhadap nakes)
Hidup Meninggal usia bayi
Tabel 4. Hubungan faktor individu, rumah tangga dan wilayah terhadap kelangsungan hidup bayi
multivariat, variabel pendidikan ibu tidak dimaksud dalam hal ini adalah jika salah satu
masuk ke dalam model. Hasil analisis tanda-tanda bahaya kehamilan dialami oleh
tersebut sesuai dengan analisis Djaja S.A., et ibu, seperti mengalami mules yang hebat
al yang menyatakan ibu yang tidak sebelum usia kehamilan sembilan bulan,
berpendidikan SD-SMP mempunyai risiko perdarahan, demam tinggi, kejang-kejang
dua kali untuk mati dibandingkan bayi yang atau pingsan. Pada penelitian lain dijelaskan
mempunyai ibu berpendidikan SMA keatas bahwa ibu yang pada waktu hamil
setelah dikontrol faktor BBLR.5 Ibu yang mengalami komplikasi, mempunyai risiko
berpendidikan akan lebih bijak dalam untuk terjadinya komplikasi persalinan
menjaga kehamilan, memilih penolong sebesar 2,9 kali dibandingkan dengan ibu
persalinan dan merawat bayinya. yang pada waktu hamil tidak mengalami
komplikasi.16
Persentase kematian bayi pada ibu yang
bekerja sebesar 19,4 persen, sedikit lebih Persentase kematian bayi pada ibu dengan
tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak komplikasi persalinan sebesar 33,1 persen,
bekerja (17,5%), namun secara statistik tidak lebih tinggi dibandingkan dengan ibu tanpa
terbukti ada hubungan antara pekerjaan ibu komplikasi persalinan (15,2%), dan secara
dengan kematian bayi. Hasil analisis tersebut statistik dapat dibuktikan bahwa ada
berbeda dengan penelitian yang menyebutkan hubungan antara komplikasi persalinan
54,7 persen bayi lahir dari ibu yang tidak dengan kematian bayi. Pada analisis
bekerja, dan penelitian lain juga menjelaskan multivariat, variabel komplikasi persalinan
bahwa ibu yang bekerja lebih berisiko 1,8 memenuhi syarat untuk masuk ke dalam
kali lebih tinggi untuk kematian neonatal.10,5 model. Disebut komplikasi persalinan jika
Pada analisis multivariat variabel pekerjaan ibu mengalami salah satu gejala seperti
ibu tidak masuk sebagai kandidat. mengalami mules yang kuat dan teratur lebih
dari sehari semalam, perdarahan lebih banyak
Persentase kematian bayi pada ibu dengan dari biasanya (lebih dari dua kain), suhu
jarak kehamilan ≤ 2 tahun sebesar 18,8 badan tinggi dan keluar lender yang berbau,
persen, tidak jauh berbeda pada ibu dengan kejang-kejang atau pingsan, atau keluar
jarak kehamilan > 2 tahun (16,7%), dan ketuban lebih dari 6 jam sebelum anak lahir.
secara statistik tidak dapat dibuktikan ada Hasil analisis menjelaskan bahwa bayi yang
hubungan antara jarak kehamilan dengan lahir dari ibu yang mengalami komplikasi
kematian bayi. Hasil tersebut berbeda dengan persalinan berisiko 2,6 kali mengalami
hasil penelitian yang menyatakan ibu dengan kematian dibandingkan bayi yang lahir dari
jarak kelahiran ≤ 2 tahun dengan kelahiran ibu yang tidak mengalami komplikasi
sebelumnya menunjukkan bahwa 2,8 kali persalinan. Demikian juga hasil penelitian
lebih berisiko untuk mengalami kematian.10 lain menyebutkan bahwa kematian bayi
neonatal 81 persen lebih tinggi pada ibu yang
Persentase kematian bayi pada ibu dengan mengalami komplikasi pada saat
komplikasi kehamilan sebesar 45,2 persen, melahirkan. 10
asfiksia merupakan penyebab kematian cara statistik tidak terbukti variabel sosial
neonatal dini.19 ekonomi punya peran pada level rumah
tangga.
Persentase kematian bayi yang lahir dengan
BBLR sebesar 28,6 persen, lebih tinggi Persentase kematian bayi pada keluarga
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan dengan sanitasi lingkungan buruk sebesar 3,3
berat badan normal (14,2%), dan secara persen, tidak jauh berbeda dengan keluarga
statistik terbukti bahwa ada hubungan antara dengan sanitasi baik (2,7%), dan secara
BBL dengan kematian bayi. Hasil ini statistik tidak terbukti ada hubungan antara
didukung oleh penelitian Djaja S.A., et al. sanitasi lingkungan dengan kematian bayi.
yang menyatakan bayi dengan BBLR Yang dimaksud sanitasi lingkungan adalah
mempunyai risiko 9,5 kali untuk mati jika sumber air minum responden sesuai
dibandingkan bayi neonatal yang lahir dengan standar, kualitas fisik air minum baik,
dengan berat badan normal.5 Demikian juga jenis pembuangan air besar sesuai dengan
hasil SDKI 2002-2003 yang menyatakan standar, dan tempat pembuangan akhir tinja
bahwa bayi yang lahir dengan BBLR berisiko sesuai dengan standar. Hasil analisis Lubis
5 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian dkk, juga menemukan bahwa faktor
pada masa neonatal.18 Hasil lain juga ketersediaan sanitasi lingkungan berperan
menjelaskan bahwa BBLR sebagai prediktor dalam hal ketersediaan jamban di rumah
kuat untuk kematian neonatal, dimana bayi tangga untuk mencegah kematian bayi.20
dengan BBLR 5,5 kali lebih tinggi untuk
mengalami kematian. Namun pada analisis Tidak ada perbedaan persentase kematian
multivariat, variabel BBL tidak memenuhi bayi pada keluarga yang akses ke pelayanan
syarat untuk masuk ke dalam model. Hal ini kesehatan mudah maupun yang sulit, masing-
mungkin karena pada variabel berat badan masing 3,3 persen, dan secara statistik tidak
lahir, banyak responden yang lupa akan berat terbukti ada hubungan antara akses ke
badan lahir bayinya, sehingga sampel bayi pelayanan kesehatan dengan kematian bayi.
dengan BBL kecil.
Analisis pada level kecamatan, antara lain
Persentase kematian bayi pada anak yang kecukupan Puskesmas, dokter, bidan dan
diinginkan orangtuanya sebesar 18,0 persen, Polindes, menunjukkan bahwa tidak ada
tidak jauh berbeda dengan bayi yang tidak perbedaan persentase antara ketersediaan
diinginkan orangtuanya (19,8%), dan secara puskesmas yang cukup dengan yang tidak
statistik tidak dapat dibuktikan ada hubungan cukup, demikian juga dengan kecukupan
antara anak yang diinginkan dengan kematian dokter, bidan dan Polindes. Pada analisis
bayi. bivariat, semua variabel pada level
kecamatan tidak terbukti secara statistik
Peran variabel rumah tangga dan bahwa ada hubungan antara kecukupan
kecamatan terhadap kematian bayi puskesmas, dokter, polindes, dan bidan
dengan kejadian kematian bayi. Sehingga
Analisis pada level rumah tangga dapat pada tahap analisis multivariat, semua
dijelaskan bahwa persentase kematian bayi variabel pada tingkat kecamatan tidak ikut
pada keluarga yang miskin sebesar 6,7 dalam analisis.
persen, lebih tinggi dibandingkan dengan
keluarga yang tidak miskin (2,8%), dan
secara statistik terbukti bahwa ada hubungan Model pelayanan kesehatan bayi
antara sosial ekonomi keluarga dengan
kematian bayi. Pada analisis multilevel, se Hasil analisis multilevel menunjukkan
kematian bayi erat kaitannya dengan kejadian
kelangsungan hidup bayinya. Untuk itu perlu Dengan demikian, so lusi model pelayanan
perhatian khusus bayi prematur dari keluarga kesehatan bayi yang dapat dipertimbangkan
miskin memerlukan biaya pendampingan adalah program penguatan ANC sesuai
khusus agar tidak terjadi kasus pulang paksa standar atau ANC yang berkualitas untuk ibu
bayi prematur/BBLR karena alasan ekonomi. hamil dan kontak ibu bersalin dengan tenaga
Identifikasi bayi BBLR berperan penting kesehatan sekaligus memantau kondisi bayi
dalam program tersebut. Untuk itu, perlu baru lahir. Hal ini akan memberi keuntungan
adanya kemitraan dengan kader yang berada ganda yaitu menyelamatkan ibu dan bayi
dekat dengan masyarakat. baru lahir dari risiko kematian. Pada akhirnya
akan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan
Upaya selanjutnya adalah ANC. Hasil anak dan memperbaiki status kesehatan ibu
berbagai survei rumah tangga maupun data dan anak sehingga tingkat kesejahteraan
rutin menunjukkan bahwa cakupan ANC bangsa Indonesia juga meningkat.
telah meningkat dengan baik. Namun
peningkatan cakupan ANC tidak diikuti
dengan penurunan kematian ibu. Permenkes
KESIMPULAN
Nomor 97 Tahun 2017 merupakan upaya
pemerintah memberikan pelayanan kesehatan Model intervensi pelayanan kesehatan bayi
anak sejak masih janin dalam kandungan. sangat dipengaruhi oleh riwayat komplikasi,
Pada Permenkes ini ditetapkan bahwa prematuritas dan kontak dengan tenaga
seharusnya seorang ibu menerima pelayanan kesehatan. Pencegahan kematian bayi akan
ANC secara terpadu meliputi ANC 10T.17 dapat dicegah bila sudah melakukan kontak
Hasil Sirkesnas 2016 menunjukkan bahwa dengan tenaga kesehatan sejak awal untuk
cakupan ANC K4 telah mencapai 92,5 mendeteksi riwayat komplikasi yang pernah
persen, namun komponen ANC 10T hanya dialami sehingga dapat mencegah premaritas.
mencapai 2 persen atau 7 persen untuk 7T.24 Diperlukan pelayanan kesehatan khusus bayi
Hal ini mengindikasikan adanya prematur dan penguatan ANC yang
permasaahan kualitas ANC yang belum berkualitas untuk meningkatkan
sesuai standard. Indikator ANC K4 telah kelangsungan hidup anak.
ditetapkan sebagai indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM) sehingga bila
setiap kabupaten/kota berkomitmen untuk
SARAN
melaksanakan ANC sesuai standar sehingga
pelayanan ANC yang diberikan kepada Beberapa upaya perlu dilakukan antara lain:
masyarakat adalah ANC yang berkualitas 1) Meningkatkan kualitas pelayanan
maka kasus komplikasi dapat dipantau terus kesehatan ibu dan anak sejak ibu hamil sesuai
hingga masa kritis berlalu.25 Pemerintah standar dengan adanya supervisi dan
daerah harus melakukan upaya untuk pembinaan secara berkesinambungan; 2)
memberikan pelayanan kepada setiap ibu Mendeteksi riwayat komplikasi pada setiap
hamil mendapat pelayanan kesehatan dari sisi ibu hamil; 3) Melibatkan kader kesehatan
frekuensi saja tetapi juga pelayanan ANC dalam pendampingan dan pengawasan
yang berkualitas. Penguatan ANC berkualitas melekat pada setiap ibu hamil di sekitar
sudah waktunya digaungkan dan kader, terutama yang berkode dengan riwayat
pendampingan yang intens untuk mencegah komplikasi dapat membantu pemantauan ibu
kasus komplikasi tidak berdampak buruk hamil agar kehamilan sehat, ibu dan anak
pada janin dan jiwa ibu. selamat; 4) Melakukan pembinaan untuk
meningkatkan kualitas petugas kesehatan,
khusus bidan dengan melakukan pelatihan