Prosiding Dimas Nugroho Nuradryanto-OK PDF
Prosiding Dimas Nugroho Nuradryanto-OK PDF
ABSTRAK
PT X sebagai salah satu penyedia layanan jasa telekomunikasi di Indonesia, dituntut untuk
melakukan peningkatan pelayanan. Salah satunya dengan melakukan peningkatan kapasitas
jaringan. PT Gaia Engineering bertugas melaksanaan pembangunan 400 bangunan sipil tower
yang tersebar di area Banten dan Tangerang Selatan. Dalam pelaksanaannya sering terjadi
hambatan baik dari internal maupun eksternal. Menyebabkan pembengkakan biaya dan profit
loss. Perlu dilakukan penelitian guna menganalisa perencanaan proyek. Pada analisa
perencanaan ini akan dilakukan di dalamnya identifikasi dan analisa risiko proyek, klasifikasi
potential risk, serta usulan tindakan pencegahan.
Adapun usulan analisa dan penanganan risiko dilakukan melalui metode house of risk (HOR)
dan dapat diidentifikasi beberapa risiko proyek (risk event), risk agent serta tindakan preventif
(proactive action). Tindakan preventif harus dilakukan berdasarkan prioritasnya sehingga
peluang terjadinya risiko dalam proyek dapat diminimalisir hal ini tentu berdampak pada
keberlangsungan proyek dapat selesai tepat waktu, tidak terjadi pembengkakan biaya dan
tujuan proyek dapat tercapai sesuai apa yang diharapkan. Berdasarkan hasil analisa, dapat
teridentifikasi 24 risiko proyek (risk event), 23 penyebab risiko (risk agent), dan 12 tindakan
preventif (proactive action). Tindakan preventif harus dilakukan berdasarkan skala prioritasnya,
sehingga peluang terjadinya risiko dalam proyek dapat diminimalisasi.
Kata kunci: manajemen risiko, perencanaan proyek, tower, layanan komunikasi
PENDAHULUAN
PT X sebagai salah satu operator selular di Indonesia mempunyai sharemarket sekitar
12 juta pelanggan untuk Regional Jawa barat. Pada tahun 2012 PT X didukung juga oleh
infrastruktur dan kualitas jaringan yang handal. Saat ini Jawa Barat sudah memiliki 2.867 BTS
2G dan 1.400 3G yang tersebar diseluruh wilayah Jawa Barat. Dengan pertumbuhan pengguna
sebesar 2-3 juta pengguna per tahun, PT X dituntut untuk dapat meningkatkan dan memperluas
jaringan agar mampu menampung peningkatan jumlah tersebut.
Dan untuk meminimalisir profit loss, pada area blank spot yang cukup luas, operator
mungkin bisa membangun banyak BTS agar mampu menyediakan network yang memadai
sehingga pengguna dapat terlayani dengan baik. Selain di area blank spot, operator juga
melakukan pembangunan BTS baru di sela-sela BTS existing. Hal tersebut bertujuan untuk
menambah kapasitas network di area tersebut yang sudah mendekati kapasitas maksimal dari
sebuah BTS. Penambahan kapasitas network ini bertujuan agar tidak ada pengguna yang tidak
terakomodir oleh BTS setempat, dikarenakan penuh nya kanal pada BTS existing. Ataupun
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-5-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
untuk mengubah kanal yang sebelumnya beroperasi di kanal 2G menjadi BTS yang beroperasi
di kanal 3G. Hal ini harus dilakukan demi memberikan pelayanan yang maksimal kepada
pelanggan provider tersebut. Disamping tuntutan teknologi yang mana di era sekarang ini,
koneksi data yang cepat, efisien, hemat, dan bisa diandalkan merupakan kebutuhan primer
manusia. Sehingga para provider berlomba-lomba memberikan pelayanan yang terbaik kepada
para pelanggan setia nya.
Selain itu, kapasitas network di sebuah area yang sudah mendekati ataupun sudah
mencapai kapasitas maksimal dari sebuah BTS, akan mengakibatkan penolakan panggilan (call
reject), layanan pesan yang terhambat (pending message), dan juga layanan data yang tersendat.
Jika hal ini terjadi pada area yang memiliki traffic komunikasi yang padat, tentu kerugian yang
ditimbulkan karena tidak terakomodirnya pelanggan mencapai nilai yang cukup besar.
Sehingga penyelesaian BTS tepat pada waktunya merupakan salah satu kunci untuk
meminimalisir profit loss ini.
Masalah yang dihadapi yaitu adanya gap yang cukup besar antara jumlah pencapaian
pembangunan menara BTS baru dan keterlambatan waktu penyelesaian proyek, dalam tahap
implementasi antara planning dan pelaksaaan aktual merupakan permasalahan yang harus
dicarikan solusinya. Selain itu diperlukan langkah analisa risiko serta bagaimana cara
memitigasi risiko tersebut. Untuk meminimalisir kerugian ataupun profit loss.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi risiko-risiko yang
mungkin timbul dalam pembangunan tower BTS, melakukan analisa terhadap risiko yang
berpeluang terjadi selama pelaksanaan proyek, menentukan langkah mitigasi yang efektif untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko.
Pembangunan dalam satu titik proyek tower BTS melibatkan dua sub-contractor yaitu
bagian pengerjaan sipil dan bagian pengerjaan network. Sub contractor yang dilibatkan dalam
penelitian ini berkonsentrasi pada pengerjaan sipil dari bangunan tower.
METODE
Penelitian ini dilakukan secara garis besar terdiri atas lima tahap, yaitu
1. Perencanaan pelaksanaan proyek. Penyusunan perencanaan proyek yang didasarkan pada
proses PDEP (Project Develompment and Execution Process).
Data primer meliputi:
Menentukan risiko yang mungkin terjadi dengan brainstorming dan wawancara dari
berbagai pihak yang terkait dengan proyek.
Data dari hasil penyebaran kuesioner guna menentukan penilaian terhadap risk event,
risk agent, hubungan antara risk event dan risk agent, dan hubungan antara tindakan
preventif (proactive action) dengan risk agent. Penyebaran kuesioner ini dilakukan
kepada Manajer Proyek, Manajer konstruksi, Supervisor Lapangan, beserta staf yang
terkait.
Data Sekunder meliputi:
Biaya proyek yang meliputi material dan tenaga kerja
Proses site acquisition (SITAC)
Proses civil , mechanical, dan electrical (CME)
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-5-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
dilakukan menggunakan metode House of Risk (Pujawan & Laudine, 2009). Dimana
metode ini terdiri dari 2 model yaitu model penilaian HOR1 dan model penanganannya
HOR2. Adapun langkah-langkah identifikasi risiko pada HOR1 adalah sebagai berikut
a) Identifikasi risk event
Risk event yang sudah teridentifikasi selanjutnya ditentukan level keparahan dampak
(severity) dengan nilai mulai dari 1 hingga 10. Dimana nilai Si (severity) 1 menyatakan
bahwa tidak ada dampak risiko yang terjadi, sedangkan nilai 10 menunjukkan dampak
risiko yang sangat berbahaya. Adapun penilaian tingkat keparahan akan didapatkan
dari hasil kuesioner.
b) Identifikasi risk agent
Masing-masing risk agent diberikan sebuah nilai occurence (Oj) yaitu nilai peluang
terjadinya suatu hal. Adapun nilai 1 untuk peluang kejadian yang jarang sekali terjadi,
dan nilai 10 untuk peluang yang sangat sering terjadi. Penilaian tingkat keseringan dari
sebuah risk agent didapatkan dari hasil kuesioner
c) Aggregate Risk Potential (ARP)
Berdasarkan hasil identifikasi dari risk event dan risk agent, selanjutnya ditentukan
korelasi (Rij) antara risk agent dan risk event, dimana nilai yang diberikan adalah 0,1,3,
dan 9. Nilai 0 berarti tidak ada korelasi, nilai 1 berarti korelasi rendah, nilai 3 berarti
korelasi sedang, dan nilai 9 berarti memiliki korelasi yang tinggi. Penilaian korelasi
antara risk event dan risk agent diperoleh dari hasil pengisian kuesioner. Berdasarkan
diagram Pareto akan dapat ditentukan berapa risk agent yang berkontribusi terhadap
80% total ARP. Menghitung nilai aggregate risk potential (ARPj) yang ditentukan
dengan menggunakan rumus:
ARPj = Oj Σ SiRij.. (1)
d) Penanganan risiko
Proactive action (PAk) yang sudah teridentifikasi diberikan penilaian korelasi (E jk)
dengan risk agent dengan nilai 0,1,3,dan 9 yang masing-masing menyatakan no, low,
moderate, and high relationship. Penilaian tingkat korelasi antara proactive action dan
risk agent dapat diperoleh melalui pengisian kuesioner.
Perhitungan yang pertama adalah total effectiveness of proactive (TEk), yang dihitung
berdasarkan persamaan
TEk = Σi ARPjEjk… (2)
Selanjutnya adalah pemberian nilai mengenai tingkat kesulitan dalam melakukan aksi
mitigasi (Dk). Penilaian tingkat kesulitan yang menggunakan skala 1 sampai 5, dimana
nilai 1 menunjukkan tingkat kesulitan yang rendah, dan nilai 5 menunjukan tingkat
kesulitan yang tinggi dalam pelaksanaan proactive action. Penilaian ini dapat diperoleh
dari hasil pengisian kuesioner yang telah dibagikan.
Tahap berikutnya adalah perhitungan total effectiveness to difficulty ration (ETDk)
yang dihitung dengan menggunakan persamaan
ETDk = TEk/Dk… (3)
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, dapat dimasukan dalam tabel yang kemudian
akan diperoleh peringat proactive action yang selanjutnya dijadian pedoman untuk
melakukan pencegahan atau tindakan untuk meminimalisasi terjadinya risiko pada
proyek.
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-5-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-5-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Penilaian korelasi antara risk event dan risk agent diperoleh dari hasil pengisian
kuesioner. Hal ini ditujukan untuk mengetahui risk agent yang paling berisiko terjadi dan
memiliki dampak yang besar terhadap pengerjaan proyek.
Peringkat ke 1 merupakan risk agent dengan nilai ARP terbesar. Hasil penilaian korelasi
antara risk event dan risk agent ditunjukkan pada tabel 5.8. Dari tabel tersebut, dapat disusun
diagram Pareto yang kemudian dapat ditentukan berapa banyak risk agent yang berkontribusi
terhadap 80% total ARP.
Dari diagram pareto dapat pula diketahui perbandingan risiko yang memberikan
dampak besar terhadap aktivitas pembangunan proyek, dan risiko yang dampaknya tidak terlalu
besar.
Tabel 3 Data Korelasi Risk Event Dan Risk Agent
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-5-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
1200 120%
1000 100% ARPj
800 80%
600 60%
%
400 40%
accumul
200 20% tive ARPj
0 0%
A9 A6 A12 A17 A18 A16 A4 A23 A2 A19 A3 A1
Dari diagram pareto pada gambar 5.6 menunjukkan bahwa 11 risk agent yang
berkontribusi sebesar 80% yaitu bernilai 7054 dari total nilai ARP sebesar 8725.
Tabel 5 House Of Risk 2 (HOR2)
Risk Proactive Action
Agent PA1 PA2 PA3 PA4 PA5 PA6 PA7 PA8 PA9 PA10 PA11 PA12 ARPj
A1 1,7 39,6
A2 4,7 137
A3 2,7 86,9
A4 5,3 3,7 224
A5 1,7 3,3 51,6
A6 2,7 2,3 8,0 2,7 835
A7 1,3 1,0 1,3 833
A8 7,0 2,3 391
A9 2,3 1,3 1,7 2,0 1115
A10 2,7 4,0 2,3 2,0 929
A11 2,0 2,3 448
A12 6,0 656
A13 6,0 92,8
A14 4,0 606
A15 2,7 2,7 208
A16 1,3 363
A17 1,7 478
A18 2,0 400
A19 2,7 108
A20 1,3 154
A21 127
A22 1,0 240
A23 4,0 2,7 202
TEk 8500,0 1543,2 322,4 1290,7 8410,2 7919,0 7488,0 8289,7 1082,9 9616,0 556,8 440,2
Dk 3,5 3,3 3,5 3,6 3,3 3,4 4 3,7 3,5 4,3 4,3 3,4
ETDk 2428,6 467,6 92,1 358,5 2548,5 2329,1 1872,0 2240,5 309,4 2236,3 129,49 129,47
Rank 2 7 12 8 1 3 6 4 9 5 10 11
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-5-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Tindakan preventif lain juga diharapkan dilakukan berdasarkan urutan prioritas di atas.
Agar peluang-peluang terjadinya risiko selama pelaksanaan proyek diharapan mampu
diminamilisir. Sehingga pencapaian penyelesaian pembangunan dapat selesai sesuai dengan
target awal.
DAFTAR PUSTAKA
Crundwell, F., (2008), Finance for Engineers, Springer-Verlag, London.
Gray, C.F., & Larson, E. W (2008), Project Management, The Managerial Process, McGraw
Hill, Singapore.
Hanggraeni, Dewi (2014). “Analisis Risiko Operasional Menggunakan Metode Cause-Effect
Studi Kasus Bagian Teknologi Informasi PT. XYZ”, Journal of Business and
Entrepreneurship, ISSN: 2302 - 4119 Vol. 2, No. 1; Januari 2014
Heldman, K., (2005), Project Manager’s Spotlight on Risk Managemen, Harbor Light Press,
San Francisco.
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-5-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014
Internet News Group Detik (2013), Pertumbuhan Seluler Di Indonesia Melambat, ditulis oleh
Noor, Achmad Rouzni.
Krisdianto, Jogi (2010), Analisa Perencanaan Dan Manajemen Risiko Pada Proyek
Pembangunan Pipa Gas Jumper PT. Petrokimia Gresik, Tesis Magister., Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Laudine H., Geraldin (2007), Manjemen Risiko Dan Aksi Mitigasi Untuk Menciptakan Rantai
Pasok Yang Robust, Tesis Magister., Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Manshurzikri.wordpress.com/2012/06/04/analisis-resiko-dan-beberapa-metodologinya/.
Diakses pada 1 Juli 2014.
Nurcahya, Bagus Budi (2012), Analisa Perencanaan Dan Manajemen Resiko Proyek
Peningkatan Fasilitas-fasilitas Pengujian Sumur Minyak Di Area Sumatra Light North
(SLN), Tesis Magister., Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Soeharto, I., (2001), Studi Kelayakan Proyek Industri, Erlangga, Jakarta.
Soeharto, I., (1997), Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional, Erlangga,
Jakarta.
Suharjo (2011), Analisis Perencanaan Dan Manajemen Risiko Pada Proyek Pembangunan BTS
Telkomsel Di Jawa Timur, Tesis Magister., Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya.
Pujawan, I. N. dan Laudine H. Geraldin (2009), “House of Risk: A model for proactive supply
chain risk management.”, Emerald Business Process Management Journal, Vol. 15,
No.6, hal. 953 - 967
Purwandono, Dewi Kurniasari (2010), Aplikasi Model House Of Risk (HOR) Untuk Mitigasi
Risiko Proyek Pembangunan Jalan Tol Gempol – Pasuruan, Tesis Magister., Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Utama, Yuris Permana Yoga (2008), Manajemen Risiko Di PT. Industri Kereta Api (Persero)
Untuk Menghadapi Ketidakpastian Supply Chain, Tesis Magister., Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
ISBN : 978-602-70604-0-1
A-5-8