31. Pipet
32. Trapping / Livetrap
33. Penggaris
34. Mistblower
35. Holding tube
C. Dasar Teori
Zoonosis menurut Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) adalah
suatu penyakit yang secara alamiah dapat menular di antara hewan vertebrata dan manusia (WHO,
2005). Sedangkan menurut Undang Undang No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan, dinyatakan bahwa penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan
kepada manusia atau sebaliknya. Menurut Nafika (2008), hewan yang termasuk ke dalam vektor
penyakit antara lain nyamuk, lalat dan kecoa. Vektor nyamuk yang terdapat di pemukiman
perkotaan secara umum ada tiga jenis yaitu Culex quinquefasciatus, Anopheles dan Aedes aegypti.
Jenis yang berikutnya adalah tikus dan mencit yang termasuk hewan mengerat (rodensia).
Jenis ini lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di gudang dan hewan
pengganggu/ menjijikkan di perumahan. Belum banyak diketahui dan disadari bahwa kelompok
hewan ini juga membawa, menyebarkan dan menularkan berbagai penyakit kepada manusia,
ternak dan hewan peliharaan. Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup di dekat tempat hidup
atau kegiatan manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit. Beberapa vektor
penyakit memiliki dampak terhadap kesehatan masyarakat, antara lain nyamuk Aedes aegypti
(menyebabkan penyakit demam berdarah dan cikungunya), Culex quinquefasciatus (menyebabkan
penyakit disentri) dan Anopheles gambiae (menyebabkan penyakit malaria). Tikus dan mencit,
penyakit bersumber rodensia yang disebabkan oleh berbagai agen penyakit seperti virus, rickettsia,
bakteri, protozoa dan nematoda dapat ditularkan kepada manusia secara langsung. Sedangkan
secara tidak langsung dapat melalui feses, urin, dan ludah, melalui gigitan vektor ektoparasit tikus
dan mencit (kutu, pinjal, caplak, tungau).
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu infectious agent
dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi dunia kesehatan masyarakat, binatang
yang termasuk kelompok vektor yaitu yang dapat merugikan kehidupan manusia karena
mengganggu secara langsung dan sebagaiperantara penularan penyakit. Oleh karena itu, dikenal
sebuah istilah yaitu pengendalian vektor. Menurut Slamet JS (1994), pengendalian vektor
merupakan suatu kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak
lagi membahayakan kesehatan manusia. Sedangkan menurut Iskandar (1985), pengendalian vektor
ialah semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan
maksud mencegah dan memberantas penyakit yang ditularkan vektor atau gangguan (nuisance)
yang diakibatkan oleh vektor. Berdasarkan PMK No. 374 tentang Pengendalian Vektor, maksud
dan tujuan pengendalian vektor adalah untuk mencegah atau membatasi terjadinya penularan
penyakit tular vektor di suatu wilayah sehingga penyakit tersebut dapat dicegah dan dikendalikan.
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat-alat yang akan dikenalkan kepada mahasiswa
2. Kumpulkan mahasiswa kedalam laboratorium vector
3. Instruktur langsung mengenalkan alat-alat dan kegunaan alat
4. Setelah selesai, kembalikan alat-alat ke tempat semula.
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pengenalan alat-alat sampling/ survei vector dan binatang
penganggu ialah menambah wawasan ilmu mahasiswa sehingga mahasiswa mampu mengetahui
dan menggunakan alat-alat apa saja yang digunakan untuk pengambilan sampling serangga/
binatang saat melakukan praktikum.
Pokok Bahasan :
Sampling / Penangkapan Telur Nyamuk
Pertemuan ke – 2
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengetahui populasi nyamuk di lingkungan sekitar
2. Mahasiswa mampu mengetahui tempat-tempat keberadaan nyamuk
3. Mahasiswa mampu terampil dalam membuat ovitrap untuk sampling telur nyamuk
4. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis telur nyamuk
B. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
1. Ovitrap 1. Air
2. Kertas saring 2. Telur nyamuk
3. Label
4. Solasi
5. Gunting
C. Dasar Teori
Vektor adalah parasit arthropoda dan siput air yang berfungsi sebagai penular penyakit
baik pada manusia maupun hewan. Ada beberapa jenis vektor dilihat dari cara kerjanya sebagai
penular penyakit. Keberadaan vektor ini sangat penting karena kalau tidak ada vektor maka
penyakit tersebut juga tidak akan menyebar (Soulsby dalam Beriajaya).
Nyamuk merupakan vector atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya
nyamuk dibagi dalam dua subfamily yaitu Cullicinae yang terbagi menjadi 109 genus dan
Anophelinae yang terbagi menjadi 3 genus. Diseluruh dunia trdapat 2500 spesies nyamuk namun
sebagian besar dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan
penyakit-penyakit lainnya. Nyamuk merupakan vektor penyakit yang menjadi masalah di dunia.
Penyebaran nyamuk sudah meluas, selain ditemukan di daerah perkotaan (urban) yang padat
penduduk juga ditemukan di daerah pedesaan. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yaitu
demam berdarah dengue (DBD), kaki gajah (filariasis), malaria,encephalitis, dan chikungunya.
Untuk mengendalikan populasi nyamuk yang ramah lingkungan maka perlu adanya alternatif lain,
salah satu metode pengendalian nyamuk tanpa insektisida yang dapatmenurunkan populasi
nyamuk adalah menggunakan ovitrap. Daur hidup nyamuk meliputi dari telur sampai mejadi
nyamuk dewasa. Nyamuk mengalami metamorphosis sempurna meliputi stadium telur – larva –
pupa – nyamuk dewasa selama pertumbuhan. Biasanya telur yang dihasilkan nyamuk sebanyak
30-300 butir dan akan menetas dalam 2-3 hari (Anonim, 2013). Untuk mengetahui populasi
nyamuk yang terdapat di lingkungan, perlu dilakukan survey berupa survey telur nyamuk.
Ovitrap merupakan sebuah perangkap telur nyamuk yang terdiri dari wadah berisi air untuk
memerangkap telur nyamuk. Terdapat dua macam ovitrap yaitu ovitrap alami, seperti tempurung
kelapa dan ovitrap buatan, seperti gelas kaca. (Djoni, 2006 & Widiyanto, 2007). Ovitrap standar
berupa gelas plastik 350 ml, tinggi 91 mm dan diameter 75 mm. Dicat hitam bagian luarnya dan
diisi air sebanyak tiga per empat bagian dan diberi lapisan kertas, bilah kayu, atau bambu sebagai
tempat bertelur nyamuk betina agar nyamuk tidak tenggelam kedalam air, dan telur berada di
permukaan air (WHO, 2005).
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Siapkan ovitrap dan kertas saring, sebelumnya gunting kertas saring
3. Setelah digunting tempelkan kertas saring dibagian dalam atas ovitrap dan rekatkan
menggunakan solasi
4. Beri label pada ovitrap;
Hari/ Tanggal pengambilan sampel :
Lokasi pengambilan sampel :
Waktu pengambilan sampel :
Tujuan pengambilan sampel :
Petugas pengambilan sampel :
5. Sebelum diletakkan pada tempat yang telah ditentukan , beri air ½ ovitrap sampai sedikit
mengenai kertas saring. Lalu letakkan pada tempat yang sudah ditentukkan sebelumnya.
6. Tunggu selama 4-5 hari, sampai terdapat telur nyamuk pada kertas saring
7. Setelah 4-5 hari, hertas saring terdapat telur nyamuk. Ambil kertas saring, lalu keringkan
kertas saring agar telur nyamuk tahan lama saat dibawa ke laboratorium.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum penangkapan telur nyamuk ialah
mahasiswa mampu mengetahui cara penangkapan telur nyamuk, mahasiswa mampu mengetahui
tempat keberadaan nyamuk di lingkungan dan mampu mengidentifikasi jenis telur nyamuk
tersebut. Sehingga mahasiswa mampu melakukan pengendalian populasi nyamuk di lingkungan
tersebut.
Pokok Bahasan :
Sampling / Penangkapan Larva Nyamuk
Pertemuan ke – 3
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengetahui tempat keberadaan larva/ jentik nyamuk
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara pengambilan sampling larva nyamuk
3. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis larva/ jentik nyamuk
B. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
C. Dasar Teori
Vektor adalah parasit arthropoda dan siput air yang berfungsi sebagai penular penyakit
baik pada manusia maupun hewan. Ada beberapa jenis vektor dilihat dari cara kerjanya sebagai
penular penyakit. Keberadaan vektor ini sangat penting karena kalau tidak ada vektor maka
penyakit tersebut juga tidak akan menyebar (Soulsby dalam Beriajaya).
Nyamuk merupakan vector atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya
nyamuk dibagi dalam dua subfamily yaitu Cullicinae yang terbagi menjadi 109 genus dan
Anophelinae yang terbagi menjadi 3 genus. Diseluruh dunia trdapat 2500 spesies nyamuk namun
sebagian besar dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan
penyakit-penyakit lainnya. Nyamuk merupakan vektor penyakit yang menjadi masalah di dunia.
Penyebaran nyamuk sudah meluas, selain ditemukan di daerah perkotaan (urban) yang padat
penduduk juga ditemukan di daerah pedesaan. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yaitu
demam berdarah dengue (DBD), kaki gajah (filariasis), malaria,encephalitis, dan chikungunya.
Untuk mengendalikan populasi nyamuk yang ramah lingkungan maka perlu adanya alternatif lain,
salah satu metode pengendalian nyamuk tanpa insektisida yang dapatmenurunkan populasi
nyamuk adalah menggunakan ovitrap. Daur hidup nyamuk meliputi dari telur sampai mejadi
nyamuk dewasa. Nyamuk mengalami metamorphosis sempurna meliputi stadium telur – larva –
pupa – nyamuk dewasa selama pertumbuhan. Biasanya telur yang dihasilkan nyamuk sebanyak
30-300 butir dan akan menetas dalam 2-3 hari (Anonim, 2013). Untuk mengetahui populasi
nyamuk yang terdapat di lingkungan, perlu dilakukan survey berupa survey telur nyamuk.
Jentik adalah tahapan larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki perilaku
mendekat atau menggantung pada permukaan air untuk bernafas. Jentik menjdai sasaran dalam
pengendalian populasi nyamuk yang berperan sebagai vector penyakit menular melalui nyamuk.
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Tentukan tempat yang memungkinkan terdapat keberadaan larva/jenting untuk sampling
3. Setelah ditentukan, ambil sampel larva/ jentik nyamuk menggunakan pipet hisap. Lalu
masukkan sampel kedalam wadah sampel dan beri sedikit air agar larva/ jentik nyamuk
tetap hidup.
4. Beri label
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum penangkapan larva/ jentik nyamuk ini ialah
mahasiswa dapat mengetahui tempat keberadaan larva/ jentik nyamuk tersebut dan mahasiswa
mampu mengidentifikasi jenis-jenis larva/ jentik nyamuk yang didapatkan. Maka mahasiswa
mampu melakukan pengendalian populasi nyamuk yang berada pada tempat yang dijadikan
sampling.
Pokok Bahasan :
Sampling / Penangkapan Nyamuk Dewasa
Pertemuan ke – 4
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengetahui cara pengambilan sampel nyamuk dewasa
2. Mahasiswa mampu mengetahui tempat keberadaan nyamuk dewasa
3. Mahasiswa mampu melakukan pengendalian terhadap nyamuk-nyamuk tersebut
B. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
C. Dasar Teori
Nyamuk merupakan vector atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya
nyamuk dibagi dalam dua subfamily yaitu Cullicinae yang terbagi menjadi 109 genus dan
Anophelinae yang terbagi menjadi 3 genus. Nyamuk merupakan salah satu jenis ektoparasit yang
dapat menganggu kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Hal ini dikarenakan sumber nutrisi
nyamuk yang digunakan sebagi sumber energi yaitu gula dari nectar untuk mempertahankan hidup
nyamuk jantan, sedangkan sumber nutrisi darah dibutuhkan oleh nyamuk betina untuk
perkembangan telurnya (Iryani, 2011) . Blood feeding yanhg dilakukan oleh nyamuk betina kepada
manusia atau hewan merupakan hubungan antara parasite dengan hospes, sehingga nyamuk
berperan sebagi vector penularan penyakit kepada manusia maupun hewan. Diseluruh dunia
terdapat 2500 spesies nyamuk namun sebagian besar dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan
penyakit virus (arbovirus) dan penyakit-penyakit lainnya. Nyamuk merupakan vektor penyakit
yang menjadi masalah di dunia.
Penyebaran nyamuk sudah meluas, selain ditemukan di daerah perkotaan (urban) yang
padat penduduk juga ditemukan di daerah pedesaan. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yaitu
demam berdarah dengue (DBD), kaki gajah (filariasis), malaria,encephalitis, dan chikungunya.
Untuk mengendalikan populasi nyamuk yang ramah lingkungan maka perlu adanya alternatif lain,
salah satu metode pengendalian nyamuk tanpa insektisida yang dapat menurunkan populasi
nyamuk. Daur hidup nyamuk meliputi dari telur sampai mejadi nyamuk dewasa. Nyamuk
mengalami metamorphosis sempurna meliputi stadium telur – larva – pupa – nyamuk dewasa
selama pertumbuhan. Biasanya telur yang dihasilkan nyamuk sebanyak 30-300 butir dan akan
menetas dalam 2-3 hari (Anonim, 2013). Nyamuk yang berpotensi sebagai vector penyakit
termasuk dalam Fillum Arthropoda, Ordo Diptera, Famili Culicidae dengan 2 subfamili, yaitu
Culicinae dan Anophelinae (Harbach, 2007). Beberapa jenis nyamuk dari kedua subfamily
tersebut tersebar di Indonesia.
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat yang dibutuhakn (Aspirator dan Pappercup).
2. Tentukkan tempat yang memungkian adanya keberadaan nyamuk.
3. Setelah ditentukan, mulailah melakukan sampling penangkapan nyamuk dewasa
menggunakan aspirator
4. Nyamuk yang tertangkap segeralah masukkan kedalam pappercup.
5. Setelah selesai menangkap nyamuk yang dibutuhkan, segeralah ke laboratorium untuk
mengidentifikasi jenis dan jenis kelamin nyamuk tersebut.
6. Masukkan nyamuk dewasa yang sudah tertangkap kedalam kendang nyamuk yang
sebelumnya sudah diberi air gula sebagai asupan makanan untuk nyamuk.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum sampling/ penangkapan nyamuk dewasa ialah
mahasiswa mengetahui tempat keberadaan nyamuk-nyamuk tersebut, mahasiswa mampu
melakukan pengendalian terhadap nyamuk di lingkungan tersebut agar npopuasi nyamuk di
lingkungan tersebut menurun.
Pokok Bahasan :
Prosedur Pengiriman Spesimen Hasik Sampling
Pertemuan ke - 5
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengetahui metode pengiriman specimen sampling yang baik dan
benar
2. Menjadi salah satu upaya pelestarian vector dengan cara mengendalikan vector tersebut
3. Mahasiswa mampu mengidenfitikasi nyamuk dan jentik tersebut
B. Alat dan Bahan
Alat : Bahan :
C. Dasar Teori
Vektor adalah parasit arthropoda dan siput air yang berfungsi sebagai penular penyakit
baik pada manusia maupun hewan. Ada beberapa jenis vektor dilihat dari cara kerjanya sebagai
penular penyakit. Keberadaan vektor ini sangat penting karena kalau tidak ada vektor maka
penyakit tersebut juga tidak akan menyebar (Soulsby dalam Beriajaya).
Nyamuk merupakan vector atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk
dibagi dalam dua subfamily yaitu Cullicinae yang terbagi menjadi 109 genus dan Anophelinae
yang terbagi menjadi 3 genus. Diseluruh dunia trdapat 2500 spesies nyamuk namun sebagian besar
dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan penyakit-penyakit
lainnya. Nyamuk merupakan vektor penyakit yang menjadi masalah di dunia. Penyebaran nyamuk
sudah meluas, selain ditemukan di daerah perkotaan (urban) yang padat penduduk juga ditemukan
di daerah pedesaan. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yaitu demam berdarah dengue (DBD),
kaki gajah (filariasis), malaria,encephalitis, dan chikungunya.
Untuk mengendalikan populasi nyamuk yang ramah lingkungan maka perlu adanya
alternatif lain, salah satu metode pengendalian nyamuk tanpa insektisida yang dapat menurunkan
populasi nyamuk adalah menggunakan ovitrap. Daur hidup nyamuk meliputi dari telur sampai
mejadi nyamuk dewasa. Nyamuk mengalami metamorphosis sempurna meliputi stadium telur –
larva – pupa – nyamuk dewasa selama pertumbuhan. Biasanya telur yang dihasilkan nyamuk
sebanyak 30-300 butir dan akan menetas dalam 2-3 hari (Anonim, 2013). Jentik adalah tahapan
larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki perilaku mendekat atau menggantung pada
permukaan air untuk bernafas. Jentik menjdai sasaran dalam pengendalian populasi nyamuk yang
berperan sebagai vector penyakit menular melalui nyamuk.
D. Cara Kerja
i. Pengiriman Sampling Nyamuk Hidup
Pengambilan sampel nyamuk
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini ialah mahasiswa mampu mengetahui
metoda yang benar untuk pengiriman sampling nyamuk dewasa dan jentik nyamuk hidup maupun
mati. Mahasiswa dapat melakukan pengendalian nyamuk dilingkungan sekitar.
Pokok Bahasan :
Koleksi dan Idenfitikasi Telur Vektor
Pertemuan ke – 6
A. Tujuan Praktikum
Alat : Bahan :
1. Ovitrap 1. Air
2. Kertas saring 2. Telur nyamuk
3. Label
4. Solasi
5. Gunting
C. Dasar Teori
Vektor adalah parasit arthropoda dan siput air yang berfungsi sebagai penular penyakit
baik pada manusia maupun hewan. Ada beberapa jenis vektor dilihat dari cara kerjanya sebagai
penular penyakit. Keberadaan vektor ini sangat penting karena kalau tidak ada vektor maka
penyakit tersebut juga tidak akan menyebar (Soulsby dalam Beriajaya).
Nyamuk merupakan vector atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya
nyamuk dibagi dalam dua subfamily yaitu Cullicinae yang terbagi menjadi 109 genus dan
Anophelinae yang terbagi menjadi 3 genus. Diseluruh dunia trdapat 2500 spesies nyamuk namun
sebagian besar dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan
penyakit-penyakit lainnya. Nyamuk merupakan vektor penyakit yang menjadi masalah di dunia.
Penyebaran nyamuk sudah meluas, selain ditemukan di daerah perkotaan (urban) yang padat
penduduk juga ditemukan di daerah pedesaan. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yaitu
demam berdarah dengue (DBD), kaki gajah (filariasis), malaria,encephalitis, dan chikungunya.
Untuk mengendalikan populasi nyamuk yang ramah lingkungan maka perlu adanya alternatif lain,
salah satu metode pengendalian nyamuk tanpa insektisida yang dapatmenurunkan populasi
nyamuk adalah menggunakan ovitrap. Daur hidup nyamuk meliputi dari telur sampai mejadi
nyamuk dewasa. Nyamuk mengalami metamorphosis sempurna meliputi stadium telur – larva –
pupa – nyamuk dewasa selama pertumbuhan. Biasanya telur yang dihasilkan nyamuk sebanyak
30-300 butir dan akan menetas dalam 2-3 hari (Anonim, 2013). Untuk mengetahui populasi
nyamuk yang terdapat di lingkungan, perlu dilakukan survey berupa survey telur nyamuk.
Ovitrap merupakan sebuah perangkap telur nyamuk yang terdiri dari wadah berisi air untuk
memerangkap telur nyamuk. Terdapat dua macam ovitrap yaitu ovitrap alami, seperti tempurung
kelapa dan ovitrap buatan, seperti gelas kaca. (Djoni, 2006 & Widiyanto, 2007). Ovitrap standar
berupa gelas plastik 350 ml, tinggi 91 mm dan diameter 75 mm. Dicat hitam bagian luarnya dan
diisi air sebanyak tiga per empat bagian dan diberi lapisan kertas, bilah kayu, atau bambu sebagai
tempat bertelur nyamuk betina agar nyamuk tidak tenggelam kedalam air, dan telur berada di
permukaan air (WHO, 2005).
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Siapkan ovitrap dan kertas saring, sebelumnya gunting kertas saring
3. Setelah digunting tempelkan kertas saring dibagian dalam atas ovitrap dan rekatkan
menggunakan solasi
4. Beri label pada ovitrap;
5. Sebelum diletakkan pada tempat yang telah ditentukan , beri air ½ ovitrap sampai sedikit
mengenai kertas saring. Lalu letakkan pada tempat yang sudah ditentukkan sebelumnya.
6. Tunggu selama 4-5 hari, sampai terdapat telur nyamuk pada kertas saring
7. Setelah 4-5 hari, hertas saring terdapat telur nyamuk. Ambil kertas saring, lalu keringkan
kertas saring agar telur nyamuk tahan lama saat dibawa ke laboratorium.
E. Hasil Pengamatan
Telur Aedes
Telur tidak memiliki alat apung
Menempel pada dinding container
(tempat penampungan air)
Tempat di permukaan air jernih / air
bersih (bak mandi, tempat
penampungan tetesan air di dispenser,
dsb.)
Telur Anopheles
Telur memiliki alat apung
Di letakkan satu persatu di
permukaan air
Telur biasanya berada permukaan air
yang keruh (pantai)
Telur Culex
Telur tersusun rapih seperti
rakit
Telur biasanya berada di
permukaan air yang keruh
(selokan, lagun-lagun, dsb.)
Telur Mansonia
Telur tersusun bergerombol
Salah satu ujungnya memusat pada
satu titik sedangkan ujung yang
lainnya meruncing
Melekat pada tanaman yang
mengapung diatas air
Telur biasanya berada di permukaan
air yang keruh (rawa-rawa)
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum penangkapan telur nyamuk ialah
mahasiswa mampu mengetahui cara penangkapan telur nyamuk, mahasiswa mampu mengetahui
tempat keberadaan nyamuk di lingkungan dan mampu mengidentifikasi jenis telur nyamuk
tersebut. Sehingga mahasiswa mampu melakukan pengendalian populasi nyamuk di lingkungan
tersebut.
Pokok Bahasan :
Koleksi dan Identifikasi Larva Vektor
Pertemuan ke – 7
A. Tujuan Praktikum
Alat : Bahan :
C. Dasar Teori
Vektor adalah parasit arthropoda dan siput air yang berfungsi sebagai penular penyakit
baik pada manusia maupun hewan. Ada beberapa jenis vektor dilihat dari cara kerjanya sebagai
penular penyakit. Keberadaan vektor ini sangat penting karena kalau tidak ada vektor maka
penyakit tersebut juga tidak akan menyebar (Soulsby dalam Beriajaya).
Nyamuk merupakan vector atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya
nyamuk dibagi dalam dua subfamily yaitu Cullicinae yang terbagi menjadi 109 genus dan
Anophelinae yang terbagi menjadi 3 genus. Diseluruh dunia trdapat 2500 spesies nyamuk namun
sebagian besar dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan
penyakit-penyakit lainnya. Nyamuk merupakan vektor penyakit yang menjadi masalah di dunia.
Penyebaran nyamuk sudah meluas, selain ditemukan di daerah perkotaan (urban) yang padat
penduduk juga ditemukan di daerah pedesaan. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yaitu
demam berdarah dengue (DBD), kaki gajah (filariasis), malaria,encephalitis, dan chikungunya.
Untuk mengendalikan populasi nyamuk yang ramah lingkungan maka perlu adanya alternatif lain,
salah satu metode pengendalian nyamuk tanpa insektisida yang dapatmenurunkan populasi
nyamuk adalah menggunakan ovitrap. Daur hidup nyamuk meliputi dari telur sampai mejadi
nyamuk dewasa. Nyamuk mengalami metamorphosis sempurna meliputi stadium telur – larva –
pupa – nyamuk dewasa selama pertumbuhan. Biasanya telur yang dihasilkan nyamuk sebanyak
30-300 butir dan akan menetas dalam 2-3 hari (Anonim, 2013). Untuk mengetahui populasi
nyamuk yang terdapat di lingkungan, perlu dilakukan survey berupa survey telur nyamuk.
Jentik adalah tahapan larva dari nyamuk. Jentik hidup di air dan memiliki perilaku
mendekat atau menggantung pada permukaan air untuk bernafas. Jentik menjdai sasaran dalam
pengendalian populasi nyamuk yang berperan sebagai vector penyakit menular melalui nyamuk.
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Tentukan tempat yang memungkinkan terdapat keberadaan larva/jenting untuk sampling
3. Setelah ditentukan, ambil sampel larva/ jentik nyamuk menggunakan pipet hisap. Lalu
masukkan sampel kedalam wadah sampel dan beri sedikit air agar larva/ jentik nyamuk
tetap hidup.
4. Beri label
Hari/ Tanggal pengambilan sampel :
Lokasi pengambilan sampel :
Waktu pengambilan sampel :
Tujuan pengambilan sampel :
Petugas pengambilan sampel :
E. Hasil Pengamatan
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum penangkapan larva/ jentik nyamuk ini ialah
mahasiswa dapat mengetahui tempat keberadaan larva/ jentik nyamuk tersebut dan mahasiswa
mampu mengidentifikasi jenis-jenis larva/ jentik nyamuk yang didapatkan. Maka mahasiswa
mampu melakukan pengendalian populasi nyamuk yang berada pada tempat yang dijadikan
sampling.
Pokok Bahasan :
Koleksi dan Identifikasi Nyamuk Dewasa Vektor
Pertemuan ke – 8
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi jenis-jenis nyamuk dewasa
2. Mahasiswa mampu mengetahui cara pengambilan sampel nyamuk
3. Mahasiswa dapat mengetahui tempat keberadaan nyamuk tersebut
C. Dasar Teori
Nyamuk merupakan vector atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya
nyamuk dibagi dalam dua subfamily yaitu Cullicinae yang terbagi menjadi 109 genus dan
Anophelinae yang terbagi menjadi 3 genus. Nyamuk merupakan salah satu jenis ektoparasit yang
dapat menganggu kesehatan manusia, hewan dan lingkungan. Hal ini dikarenakan sumber nutrisi
nyamuk yang digunakan sebagi sumber energi yaitu gula dari nectar untuk mempertahankan hidup
nyamuk jantan, sedangkan sumber nutrisi darah dibutuhkan oleh nyamuk betina untuk
perkembangan telurnya (Iryani, 2011) . Blood feeding yanhg dilakukan oleh nyamuk betina kepada
manusia atau hewan merupakan hubungan antara parasite dengan hospes, sehingga nyamuk
berperan sebagi vector penularan penyakit kepada manusia maupun hewan. Diseluruh dunia
terdapat 2500 spesies nyamuk namun sebagian besar dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan
penyakit virus (arbovirus) dan penyakit-penyakit lainnya. Nyamuk merupakan vektor penyakit
yang menjadi masalah di dunia.
Penyebaran nyamuk sudah meluas, selain ditemukan di daerah perkotaan (urban) yang
padat penduduk juga ditemukan di daerah pedesaan. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yaitu
demam berdarah dengue (DBD), kaki gajah (filariasis), malaria,encephalitis, dan chikungunya.
Untuk mengendalikan populasi nyamuk yang ramah lingkungan maka perlu adanya alternatif lain,
salah satu metode pengendalian nyamuk tanpa insektisida yang dapat menurunkan populasi
nyamuk. Daur hidup nyamuk meliputi dari telur sampai mejadi nyamuk dewasa. Nyamuk
mengalami metamorphosis sempurna meliputi stadium telur – larva – pupa – nyamuk dewasa
selama pertumbuhan. Biasanya telur yang dihasilkan nyamuk sebanyak 30-300 butir dan akan
menetas dalam 2-3 hari (Anonim, 2013). Nyamuk yang berpotensi sebagai vector penyakit
termasuk dalam Fillum Arthropoda, Ordo Diptera, Famili Culicidae dengan 2 subfamili, yaitu
Culicinae dan Anophelinae (Harbach, 2007). Beberapa jenis nyamuk dari kedua subfamily
tersebut tersebar di Indonesia.
D. Cara Kerja
i. Pengambilan Sampel Nyamuk Dewasa
7. Siapkan alat yang dibutuhakn (Aspirator dan Pappercup).
8. Tentukkan tempat yang memungkian adanya keberadaan nyamuk.
9. Setelah ditentukan, mulailah melakukan sampling penangkapan nyamuk dewasa
menggunakan aspirator
10. Nyamuk yang tertangkap segeralah masukkan kedalam pappercup.
11. Setelah selesai menangkap nyamuk yang dibutuhkan, segeralah ke laboratorium untuk
mengidentifikasi jenis dan jenis kelamin nyamuk tersebut.
ii. Mengidentifikasi Jenis Nyamuk dan Jenis Kelamin Nyamuk
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Bius nyamuk terlebih dahulu menggunakan kloroform, beri beberapa tetes saja
3. Setelah nyamuk pingsan/ mati , sesegeralah melakukan identifikasi jenis nyamuk dan
jenis kelamin nyamuk tersebut menggunakan mikroskop.
4. Amati, setelah mengamati dan mendapatkan hasil catat dan dokumentasikan.
E. Hasil Pengamatan
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum sampling/ penangkapan nyamuk dewasa
ialah mahasiswa mengetahui tempat keberadaan nyamuk-nyamuk tersebut, mahasiswa mampu
mengidentifikasi nyamuk berdasarkan ciri-cirinya, mahasiswa mampu mengetahui berbagi jenis
nyamuk, sehingga mahasiswa mampu melakukan pengendalian terhadap nyamuk di lingkungan
tersebut agar npopuasi nyamuk di lingkungan tersebut menurun.
Pokok Bahasan :
Pembedahan Ovarium Nyamuk (Parousity, Umur)
Pertemuan ke – 9
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami konsep pembedahan ovarium pada nyamuk betina
2. Mengetahui tinggi populasi nyamuk parous di lingkungan
3. Mahasiswa dapat membedakan nulliparous dan parous
4. Mahasiswa dapat menghitung parity rate nyamuk betina dewasa
C. Dasar Teori
Struktur umur nyamuk dinyatakan dalam perubahan system reproduksi nyamuk betina
dengan mengikuti selesainya siklus gonotropik. Untuk mengetahui umur relative suatu vektor
(nyamuk) adalah dengan tingkat dilatasi pada saluran telur (pedikulus) atau dengan melihat
parousitas (parity rate) yang dapat dilakukan dengan pembedahan ovarium nyamuk. (Depkes,
2002)
Pembedahan ovarium untuk mengetahui “persen parous” dari populasi vektor. Angka ini
dikombinasikan dengan kepadatan nyamuk yang ditangkap dengan umpan orang (jumlah nyamuk
ditangkap per orang per malam) merupakan parameter untuk mengetahui besar/kecilnya penularan
yang berlangsung. Kepadatan tinggi dengan persen parous tinggi menerangkan penularan masih
berlangsung. Sedangkan kepadatan tinggi/rendah dengan persen parous rendah, menerangkan
bahwa penularan telah terhenti. Persen parous lebih dari 6% tergolong rendah. (Nurmaini, 2001)
Untuk memperkirakan umur populasi nyamuk Anopheles, dilakukan pembedahan kandung telur
(ovarium) nyamuk Anopheles betina dengan tujuan untuk mengetahui kondisi nyamuk pernah
bertelur (parous) dan belum pernah bertelur (nulliparous). (Effendi, A, 2002)
Misalnya dari 100 ekor nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80 ekor telah parous,
maka persentase parous populasi nyamuk tersebut adalah 80%. Penentuan umur nyamuk ini sangat
penting untuk mengetahui kecuali kaitannya dengan penularan malaria data umur populasi nyamuk
dapat juga digunakan sebagai para meter untuk menilai dampak upaya pemberantasan vektor
(penyemprotan, pengabutan dan lain-lain). (Sayono, 2008)
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perkiraan umur nyamuk secara fisiologis dapat dilihat
dari kondisi ovarium nyamuk. Bila terdapat ovarium yang membesar satu berarti nyamuk pernah
bertelur satu kali atau sudah pernah mengalami satu siklus gonotropik atau satu dilatasi, bila
terdapat dua pembesaran ovarium berarti dua kali siklus gonotropik atau dua dilatasi, dan
seterusnya.Satu siklus gonotropik atau satu dilatasi diperkirakan empat hari, sehingga untuk
memperkirakan umur fisiologis nyamuk yang tertangkap yaitu dari jumlah dilatasi dikalikan empat
hari (Munif, 2007).
Untuk mengetahui rata-rata nyamuk di suatu wilayah, dapat dilakukan pembedahan
nyamuk-nyamuk yang ditangkap untuk memeriksa keadaan ovarium dibawah mikroskop. Apabila
ujung-ujung pipa udara (Tracheolus) pada ovarium masih menggulung dan ovarium belum
membesar, berarti nyamuk itu belum pernah bertelur (nulli parous). Apabila pipa-pipa udara sudah
terurai / terlepas gulungannya serta ovarium pernah membesar maka nyamuk itu sudah pernah
bertelur (parous).(Munif, 2007).
Nyamuk betina parous (kenyang darah) yang telah melengkapi satu atau lebih siklus
gonotropik dan memiliki peluang lebih besar terinfeksi parasit daripada nyamuk betina yang baru
pertama kali menghisap darah (nulliparous) Darah yang dihisap, seberapa pun banyaknya,
menimbulkan kematangan telur. Nyamuk menghisap mulai menunjukkan suatu penurunan
aktifitas pencarian host dalam 30 jam, maksimum 48 – 72 jam. Mekanisme ini melibatkan sel-sel
neurosekretori dari otak, ovarium, lemak tubuh, dan substansi kelenjar aksesori jantan yang telah
dipindahkan ke betina yang dikawini. (Arian, H. 2009).
D. Cara Kerja
i. Pengambilan Sampel Nyamuk Dewasa
12. Siapkan alat yang dibutuhakn (Aspirator dan Pappercup).
13. Tentukkan tempat yang memungkian adanya keberadaan nyamuk.
14. Setelah ditentukan, mulailah melakukan sampling penangkapan nyamuk dewasa
menggunakan aspirator
15. Nyamuk yang tertangkap segeralah masukkan kedalam pappercup.
16. Setelah selesai menangkap nyamuk yang dibutuhkan, segeralah ke laboratorium untuk
melanjutkan praktikum
ii. Pembedahan Ovarium pada Nyamuk Betina Dewasa
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Sebelum dilakukan pembedahan, bius nyamuk terlebih dahulu sampai nyamuk pingsan
atau mati. Cabut kaki dan sayap nyamuk terlebih dahulu
3. Lalu pindahkan nyamuk keatas objek glass dan tambahkan sedikit air , kemudian objek
glass diletakkan pada mikroskop
4. Setelah itu, tusukkan jarum seksi pertama ke bagian toraks nyamuk dan jarum seksi kedua
ke ujung abdomen nyamuk.
5. Lalu tarik perlahan sampai bagian dalam ovariumnya keluar
6. Amati, lalu simpulkan apakah nyamuk betina nulliparous atau parous
7. Apabila nyamuk parous, masukkan jumlah nyamuk yang parous kedalam rumus.
E. Hasil Pengamatan
Apabila saat praktikum didapatkan nyamuk betina yang parous maka hitunglah dengan
menggunakan rumus berikut;
𝑁𝑦𝑎𝑚𝑢𝑘 𝑃𝑎𝑟𝑜𝑢𝑠
Rumus : ∑= x 100%
𝑁𝑦𝑎𝑚𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
Misalkan didapatkan 1 nyamuk betina dewasa yang parous dari 10 nyamuk betina dewasa
yang diperiksa, maka;
1
∑= x 100% = 10%
10
Didapatkan hasil 10%, maka dapat disimpulkan bahwa nyamuk betina dewasa yang berada
tempat tersebut populasinya masih standar tidak terlalu tinggi.
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini ialah mahasiswa mampu memahami
konsep pembedahan ovarium pada nyamuk betina dewas, mahasiswa mampu mengetahui
perbedaan antara nyamuk nulliparous dan parous. Mahasiswa mampu menghitung populasi
nyamuk yang parous, sehingga mahasiswa mampu melakukan pengendalian.
Pokok Bahasan :
Identifikasi Jenis Pakan Darah Vektor (Presipitin Test) → ELISA
Pertemuan ke – 10
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami metoda uji ELISA secara baik dan benar
2. Salah satu upaya pelestarian vector dengan pengendalian vector tersebut
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kuantitatif plasma dan serum darah dengan
uji ELISA
Alat : Bahan :
C. Dasar Teori
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) atau nama lainnya enzyme immunoassay
(EIA) merupakan teknik biokimia yang banyak digunakan di bidang imunologi untuk mendeteksi
adanya antibody atau antigen pada suatu sampel. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter
Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam
suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai reporter label. Terdapat beberapa jenis teknik
ELISA, yaitu (1) Indirect ELISA; (2) Direct ELISA; (3) ELISA Sandwich; (4) ELISA Multiplex
dan (5) ELISA Biotin Streptavidin. Dalam penggunaan sehari-hari ELISA bisa digunakan unruk
melabel suatu antigen atau mengetahui antibody yang ada dalam tubuh. Apabila kita ingin
mengetahui antigen apa yang ada di dalam tubuh, maka yang diendapkan adalah antibodynya,
begitu pula sebaliknya. Untuk mendeteksi kadar suatu protein, maka dapat digunakan teknik
ELISA sandwich assay dengan dengan mengedapkan antibody pada well plate.
Fungsi dari test ELISA yaitu bukan hanya untuk mengetahui keberadaan suatu antigen
dengan antibodi tetapi juga untuk mengukur kadar antigen atau antibodi tersebut dengan
menggunakan alat spektrofotometer. Spektrofotometer adalah sebuah alat yang dapat mengukur
jumlah dari cahaya yang menembus sumuran dari microplate. Kompleks antigen-antibodi yang
terjadi pada well microplate dan setelah pemberian substrat, enzim yang terikat pada antibody ke
dua pada kompleks antigen-antibodi yang terbentuk akan memberikan perubahan warna pada
cairan tersebut, sehingga akan memberikan optical density yang berbeda. Optical density dapat
dinyatakan meningkat atau menurun berdasarkan pengenceran material standart, sehingga akan
menghasilkan kurva dose-response yang nantinya akan digunakan untuk mengestimasi kadar
protein tersebut. Di dalam plasma darah ada 3 fraksi protein yaitu: - Albumin; Globulin dan
Fibrinogen. Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya.
Konsentrasi serum protein dapat digunakan untuk mengukur status protein. Penggunaan
pengukuran status protein ini didasarkan pada asumsi bahwa penurunan serum protein disebabkan
oleh penurunan produksi dalam hati. Penentuan serum protein dalam tubuh meliputi: albumin,
transferrin, prealbumin (yang dikenal juga dengan trasthyeritin dan thyroxine-binding
prealbumin-TBPA), retinol binding protein (RBP), insulin-Like growth factor-1 dan fibronectin.
D. Cara Kerja
i. Pengambilan Sampel Nyamuk Dewasa
17. Siapkan alat yang dibutuhakn (Aspirator dan Pappercup).
18. Tentukkan tempat yang memungkian adanya keberadaan nyamuk.
19. Setelah ditentukan, mulailah melakukan sampling penangkapan nyamuk dewasa
menggunakan aspirator
20. Nyamuk yang tertangkap segeralah masukkan kedalam pappercup.
21. Setelah selesai menangkap nyamuk yang dibutuhkan, segeralah ke laboratorium untuk
melanjutkan praktikum lainnya.
ii. Identifikasi Pakan Darah pada Nyamuk Betina Dewasa
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Bius terlebih dahulu nyamuk, dengan meneteskan beberapa tetes kloroform pada kapas
3. Lalu masukkan kapas kedalam pappercup, tunggu sampai nyamuk pingsan atau mati.
Setelah nyamuk pingsan atau mati tuangkan nyamuk kedalam petridish
4. Pilihlah nyamuk betina dimana perutnya sudah terisi darah, lalu letakkan nyamuk betina
keatas objek glass
5. Pisahkan toraks dengan abdomen nyamuk, masukkan maksimal 4 abdomen kedalam botol
efendorf yang mana sebelumnya dibagian bawah botol sudah diberi silikagel dan kapas.
6. Setelah seluruh abdomen sudah dimasukkan kedalam botol efendorf tutup botol dan
masukkan kedalam coolbox pada suhu -10∞C agar abdomen tidak rusak.
7. Abdomen siap dikirim dan dilakukan uji ELISA.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini ialah, mahasiswa mampu memahami
konsep identifikasi jenis pakan darah pada vector, mahasiswa dapat mengetahaui apa saja pakan
darah dalam vector, menambah wawasan ilmu pengetahuan mahasiswa. Sehingga mahasiswa
mampu melakukan pengendalian mengurangi populasi vector disuatu lingkungan.
Pokok Bahasan :
Identifikasi Parasit Pada Tubuh Vektor (Sporozoit) → ELISA
Pertemuan ke – 11
F. Tujuan Praktikum
4. Mahasiswa mampu memahami metoda uji ELISA secara baik dan benar
5. Salah satu upaya pelestarian vector dengan pengendalian vector tersebut
6. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi parasite pada tubuh vektor dengan uji ELISA
Alat : Bahan :
H. Dasar Teori
ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) atau nama lainnya enzyme immunoassay
(EIA) merupakan teknik biokimia yang banyak digunakan di bidang imunologi untuk mendeteksi
adanya antibody atau antigen pada suatu sampel. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter
Perlmann dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam
suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai reporter label. Terdapat beberapa jenis teknik
ELISA, yaitu (1) Indirect ELISA; (2) Direct ELISA; (3) ELISA Sandwich; (4) ELISA Multiplex
dan (5) ELISA Biotin Streptavidin. Dalam penggunaan sehari-hari ELISA bisa digunakan unruk
melabel suatu antigen atau mengetahui antibody yang ada dalam tubuh. Apabila kita ingin
mengetahui antigen apa yang ada di dalam tubuh, maka yang diendapkan adalah antibodynya,
begitu pula sebaliknya. Untuk mendeteksi kadar suatu protein, maka dapat digunakan teknik
ELISA sandwich assay dengan dengan mengedapkan antibody pada well plate.
Fungsi dari test ELISA yaitu bukan hanya untuk mengetahui keberadaan suatu antigen
dengan antibodi tetapi juga untuk mengukur kadar antigen atau antibodi tersebut dengan
menggunakan alat spektrofotometer. Spektrofotometer adalah sebuah alat yang dapat mengukur
jumlah dari cahaya yang menembus sumuran dari microplate. Kompleks antigen-antibodi yang
terjadi pada well microplate dan setelah pemberian substrat, enzim yang terikat pada antibody ke
dua pada kompleks antigen-antibodi yang terbentuk akan memberikan perubahan warna pada
cairan tersebut, sehingga akan memberikan optical density yang berbeda. Optical density dapat
dinyatakan meningkat atau menurun berdasarkan pengenceran material standart, sehingga akan
menghasilkan kurva dose-response yang nantinya akan digunakan untuk mengestimasi kadar
protein tersebut. Di dalam plasma darah ada 3 fraksi protein yaitu: - Albumin; Globulin dan
Fibrinogen. Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya.
Konsentrasi serum protein dapat digunakan untuk mengukur status protein. Penggunaan
pengukuran status protein ini didasarkan pada asumsi bahwa penurunan serum protein disebabkan
oleh penurunan produksi dalam hati. Penentuan serum protein dalam tubuh meliputi: albumin,
transferrin, prealbumin (yang dikenal juga dengan trasthyeritin dan thyroxine-binding
prealbumin-TBPA), retinol binding protein (RBP), insulin-Like growth factor-1 dan fibronectin.
I. Cara Kerja
i. Pengambilan Sampel Nyamuk Dewasa
22. Siapkan alat yang dibutuhakn (Aspirator dan Pappercup).
23. Tentukkan tempat yang memungkian adanya keberadaan nyamuk.
24. Setelah ditentukan, mulailah melakukan sampling penangkapan nyamuk dewasa
menggunakan aspirator
25. Nyamuk yang tertangkap segeralah masukkan kedalam pappercup.
26. Setelah selesai menangkap nyamuk yang dibutuhkan, segeralah ke laboratorium untuk
melanjutkan praktikum lainnya.
ii. Identifikasi Parasit pada Nyamuk Betina Dewasa
8. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
9. Bius terlebih dahulu nyamuk, dengan meneteskan beberapa tetes kloroform pada kapas
10. Lalu masukkan kapas kedalam pappercup, tunggu sampai nyamuk pingsan atau mati.
Setelah nyamuk pingsan atau mati tuangkan nyamuk kedalam petridish
11. Letakkan nyamuk pada objek glass
12. Aturlah posisi nyamuk dengan menyamping agar memudahkan pada saat pembedahan
13. Teteskan sedikit air pada tubuh nyamuk supaya lebih lunak tubuhnya pada saat
pembedahan
14. Tusuk bagian atas torax nyamuk dengan menggunakan jarum seksi yang berada ditangan
kiri
15. Cobalah tarik atau tekan sedikit bagian antara torax dengan kepala nyamuk secara perlahan
dengan menggunakan jarum seksi di tangan kanan. Hingga kelenjar ludah nyamuk keluar
16. Mulai mengidentifikasi dan Dokumentasikan
17. Setelah selesai, bersihkan semua alat yang telah digunakan
J. Hasil Pengamatan
K. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini ialah, mahasiswa mampu memahami
konsep identifikasi jenis pakan darah pada vector, mahasiswa dapat mengetahaui apa saja parasit
dalam vector, menambah wawasan ilmu pengetahuan mahasiswa. Sehingga mahasiswa mampu
melakukan pengendalian mengurangi populasi vector disuatu lingkungan. Identifikasi parasit
dalam tubuh vektor (nyamuk) dapat dilakukan dengan alat dan bahan yang sudah disediakan
dengan cara yang sederhana saja dengan mikroskop, jarum seksi, aspirator, dsb. Praktik ini sedikit
cukup membutuhkan keahlian khusus karena tubuh nyamuk yang cukup rapuh, sehingga ketika
sedang melakukan pemisahan antara kepala dengan toraks untuk mengeluarkan kelenjar ludah
akan mudah hancur. Dibutuhkan ketelitian serta kesabaran dalam membedahnya. Mahasiswa
dituntut untuk mengerti cara mengidentifikasi Parasit Dalam Tubuh Vektor (Sporozoid) ELISA,
agar mahasiswa dapat paham serta bisa dalam melaksanakan praktikum.
Pokok Bahasan :
Pengamatan dan Penyelidikan Vektor (Lalat)
Pertemuan ke – 12
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami konsep pengamatan dan penyelidikan lalat pada suatu
pemukiman
2. Mahasiswa mampu menghitung kepadatan lalat tersebut
3. Mahasiswa mampu melakukan upaya penurunan populasi lalat pada suatu pemukiman
Alat : Bahan :
1. Flygrill 1.Lalat
2. Meteran
C. Dasar Teori
Institusi pendidikan perguruan tinggi pastinya memiliki sarana tempat penjualan makanan
dan minuman yang khusus disediakan untuk mahasiswa, dosen, dan staf administrasi, yang biasa
disebut kantin. Keberadaan kantin selain untuk memudahkan terpenuhinya kebutuhan makanan
dan minuman, juga menjamin kesehatan pengguna kantin.Oleh karena itu dibutuhkan sanitasi
dasar yang memenuhi syarat kesehatan untuk mencegah datangnya vektor penyakit, salah satu
diantaranya adalah lalat. Keberadaan lalat sebagai pembawa dan penyebar penyakit pada manusia,
melalui penularan secara mekanis menyebabkan myasis sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang
mendukung penyediaan tempat perkembangbiakannya.
Lalat merupakan serangga dari Ordo Diptera yang mempunyai sepasang sayap biru
berbentuk membran. Semua bagian tubuh lalat rumah bisa berperan sebagai alat penular penyakit
(badan, bulu pada tangan dan kaki, feces dan muntahannya). Kondisi lingkungan yang kotor dan
berbau dapat merupakan tempat yang sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan bagi
lalat rumah (Ahmad, 2002).
Siklus hidup Lalat dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari
telur, larva, pupa, dan dewasa. Lalat berkembang biak dengan bertelur, berwarna putih dengan
ukuran lebih kurang 1 mm panjangnya. Setiap kali bertelur akan menghasilkan 120–130 telur dan
menetas dalam waktu 8–16 jam. Pada suhu rendah telur ini tidak akan menetas (dibawah 12 –13
ºC). Telur yang menetas akan menjadi larva berwarna putih kekuningan, panjang 12-13 mm. Akhir
dari phase larva ini berpindah tempat dari yang banyak makan ke tempat yang dingin guna
mengeringkan tubuhnya, setelah itu berubah menjadi kepompong yang berwarna coklat tua,
panjangnya sama dengan larva dan tidak bergerak. Phase ini berlangsung pada musim panas 3-7
hari pada temperatur 30–35 º C, kemudian akan keluar lalat muda dan sudah dapat terbang antara
450–900 meter. Siklus hidup dari telur hingga menjadi lalat dewasa 6-20 hari Lalat dewasa
panjangnya lebih kurang ¼ inci, dan mempunyai 4 garis yang agak gelap hitam dipunggungnya.
Beberapa hari kemudian sudah siap untuk berproduksi, pada kondisi normal lalat dewasa betina
dapat bertelur sampai 5 (lima) kali. Umur lalat pada umumnya sekitar 2-3 minggu, tetapi pada
kondisi yang lebih sejuk biasa sampai 3 (tiga) bulan Lalat tidak kuat terbang menantang arah angin
(Rudianto, 2002).
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Survey tempat yang akan dijadikan sampel
3. Sebelum memulai pengamatan, lakukan pengukuran jarak dari sumber ( 1m dari
sumber dan 1m kebelakang)
4. Letakkan flygrill pada jarak yang sebelumnya sudah diukur, lakukan pengukuran
sebanyak 10 kali untuk 10 titik yang berbeda
5.Lakukan pengukuran di satu titik selama 30 detik untuk 10 data. Dan 5 penghitungan
yang tertinggi dibuat rata-ratanya, kemudian dicatat.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum ini ialah kita dapat mengetahui jumlah populasi
lalat pada suatu tempat, kita dapat mengetahui tempat-tempat mana saja keberadaan lalat itu
hidup sehingga kita mampu melakukan suatu upaya pencegahan atau pengendaliaan lalat
tersebut agar populasi lalat tidak semakin tinggi di lingkungan sekitar.
Pokok Bahasan :
Pengamatan dan Penyelidikan Vektor (Kecoa)
Pertemuan ke – 13
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami konsep peranan kecoa dalam vector dan binatang
penganggu
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kecoa berdasarkan ciri-ciri fisiknya
3. Mahasiswa mampu melakukan pengendalian terhadap populasi kecoa di lingkungan
Alat : Bahan :
1. Mikroskop Disecting 1. Kecoa
2. Jarum Seksi 2. Kloroform
3. Petridish 3. Kapas
4. Kamera
5. Alat Tulis
C. Dasar Teori
Kecoa adalah serangga dengan bentuk tubuh oval,pipih dorso-vental. Kepala tersembunyi
dibawah pronotum. Pronotum dan sayap licin, nampaknya keras, tidak berambut dan berdri.
Berwarna coklat dan coklat tua. Panjang tubuhnya bervariasi, berkisar antara 0.6 sampai 7.6 mm2
.
Kecoa adalah salah satu insekta yang termasuk ordo Ortopthera (bersayap dua) dengan sayap
yang didepan menutupi sayap yang dibelakang dan melipat seperti kertas.
Kecoa terdiri dari beberapa genus yaitu Blaptella,periplaneta, blatta, supella, dan blaberus.
Beberapa spesies dari kecoa blaptella germanika, periplaneta americana, periplaneta austalasiae,
periplaneta fluginosa, blatta orientalis, dan supella longipalpa. Kecoa termasuk phyllum
Arthropoda, klas Insekta. Para ahli serangga memasukkan kecoa kedalam ordo serangga yang
berbeda-beda. Maurice dan Harwood (1969) memasukkan kecoa ke dalam ordo Blattaria dengan
salah satu familinya Blattidae Smith ( 1973 ) dan Ross ( 1965 ) memasukkan kecoa kedalam ordo
Dicyoptera dengan sub ordonya Blattaria, sedangkan para ahli serangga lainnya memasukkan
kedalam ordo Orthoptera dengan sub ordo Blattaria dan famili Blattidae. (Yusuf Sila, 2012)
Banyak orang merasa jijik dengan serangga yang satu ini. Tak heran, karena umumnya
kecoa tinggal di tempat gelap yang kotor, lembab dan bau. Kecoa dengan mudah kita jumpai di
rumah tinggal. Ia memakan hampir segala macam makanan yang ditemukannya untuk bertahan
hidup. Baunya yang tidak sedap, kotoran dan kuman yang ia tinggalkan di setiap tempat yang ia
hinggapi, membuat kecoa dianggap sebagai indikator sanitasi yang buruk. Berbagai kuman
penyakit yang berasal dari tempat-tempat kotor menempel pada tubuh kecoa dan akan menempel
di setiap tempat yang dia hinggapi. Oleh karena itulah kecoa dapat menjadi penyebab berbagi jenis
penyakit mulai hari tipus, toksoplasma, hingga penyakit SARS yang mematikan, sehingga perlu
dikendalikan populasinya.
Hewan yang biasa disebut lipas ini metamorfosisnya tidak sempurna dan banyak
ditemukan di daerah tropis, bahkan sampai di daerah dingin. Kemampuannya dalam beradaptasi
tidak perlu diragukan lagi, ia mampu bertahan hidup dalam kondisi yang ekstrem sekali pun.
Pengendalian kecoa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan insektisida. Atau
dengan menyiramkan air panas pada telur kecoa agar tidak menetas dan berkembang biak.
D. Cara Kerja
E. Hasil Pengamatan
Blatella orientalis
- Terdapat di wilayah bersuhu dingin.
- Berwarna hitam dengan bintik-bintik
putih.
Periplaneta Americana
- Jenis ini adalah yang terbesar hinga disebut
pula kecoa kepik ai (besarnya 2,5 – 5cm).
- Warnanya coklat matahari
- Kecoa jantan mempunyai styli (umbai yang
terdapat dibelakang dari perutnya).
- Tempat hidupnya dimana-mana antara lain
dipekarangan, di jalan-jalan, di saluran air, di
pohon-pohon yang pecah dan berlubang.
Blatella germanica
- Ditemukan disebagian belahan dunia.
- Berwarna coklat kekuning-kuningan
mengkilat.
Periplaneta australasiae
- Ukurannya lebih besar dari
Periplaneta Americana.
- Warna coklat
- Memiliki batas-batas:
a. Batas kuning pada bagian dada.
b. Garis kuning sebagian perutnya
ditutup sayap.
c. Hidup dimana-mana
Periplaneta brunea
- Bentuk dan rupanya hamper sama
dengan Periplaneta americana.
- Kecuali sedikit ada perbedaan pada
warnanya yang lebih tua (coklat tua).
F. Kesimpulan
Alat : Bahan :
C. Dasar Teori
Pinjal merupakan serangga ektoparasit yang hidup diluar tubuh inangnya. Ektoparsit
merupakan parasit yang berdasarkan tempat manifestasi parasitismenya terdapat di permukaan
luar tubuh inang, termasuk di liang-liang dalam kulit atau ruang telinga luar. Kelompok parasit ini
juga meliputi parasit yang sifatnya tidak menetap pada tubuh inang, tetapi datang dan pergi di
tubuh inang. Adanya sifat berpindah bukan berarti ektoparasit tidak mempunyai preferensi
terhadap inang. Seperti parasit yang lainnya, ektoparasit juga memiliki spesifikasi inang, inang
pilihan, atau inang kesukaan (Ristiyanto et al, 2004).
Proses preferensi ektoparasit terhadap inang antara lain melaui fenomena adaptasi, baik
adaptasi morfologis maupun biologis yang kompleks. Proses ini dapat diawali dari nenek moyang
jenis ektoparasit tersebut, kemudian diturunkan kepada progeninya. Walaupun ektoparasit
memilih inang tertentu untuk kelangsungan hidupnya, namun bukan berarti pada tubuh inang
tersebut hanya terdapat kelompok ektoparasit yang sejenis (Ristiyanto et al, 2004). Secara
morfologi tubuh pinjal dewasa berbentuk pipih bilateral sehingga dapat dilihat dari samping.
Bentuk tubuh yang unik ini sesuai dengan inangnya, hewan-hewan berbulu lembut menjadi inang
yang nyaman. Pinjal mempunyai ukuran kecil, larvanya berbentuk cacing (vermiform) sedangkan
pupanya berbentuk kepompong dan membungkus diri dengan seresah.
Perilaku pinjal secara umum merupakan parasit temporal, yaitu berada dalam tubuh hospes
saat membutuhkan makanan. Jangka hidup pinjal bervariasi, pada spesies pinjal tergantung pada
mereka mendapat makanan atau tidak. Terdapat beberapa genus pinjal yaitu Tunga,
Ctenocephalides dan Xenopsylla (Kesuma, 2007). Muriane (Endemic) typhus penyebabnya
adalah Rickettsia mooseri; penyebarannya karena feses pinjal yang masuk ke dalam luka.
Vektornya Xenopsylla cheopis, Nosopsylla fasciatus, Ctenocephalides felis, dan Ctenocephalides
canis.Helminthiasis sebagai tuan rumah perantara dari Dipylidium caninum oleh Ctenocephalides
felis dan Ctenocephalides canis (Natadisastra dan Agoes, 2009).
D. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Letakkan preparat yang sudah terisi pinjal dibawah lensa mikroskop
3. Amati, identifikasi kutu/pinjal berdasarkan ciri-ciri fisik yang telah diberikan.
Dokumentasikan
E. Hasil Pengamatan
i. Jenis Kelamin Pinjal/ Kutu
Memiliki sayap
Tubuh berbentuk pipih bilateral dengan
Panjang 1,5-4,0mm.
Duri pertama ktenidia genalnya mempunyai
Panjang yang sama dengan duri di
belakangnya
Memiliki manubrium yang menyempit di
bagian apeks.
Kaki belakang terdiri atas 6 sampai 7 ruas
dosal.
Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-
pinjal dewasa).
Telur berbentuk oval dan berwarna
kekuningan dengan Panjang ±0,5mm.
Pinjal Manusia (Pulex Irritans)
Memiliki 3 pasang kaki yang digunakan untuk
berjalan, berlari ataupun melompat.
Tidak memiliki sayap, tidak bermata.
Bentuk tubuh pipih dorsoventral.
Bagian mulut disesuaikan untuk menusuk-isap
atau mengunyah.
Memiliki 6 tungkai atau kaki yang kokoh
dengan kuku yang besar pada ujung tarsus yang
bersama dengan tonjolan tibia yang berfungsi
untuk merayap atau memegangin bulu/rambut
pada inangnya.
Tidak memiliki ktinedia genal dan prenatal
ktenidia, dahinya membentuk kurva
(membulat).
Metamorfosis tidak sempurna (telur-nimfa-
dewasa).
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini ialah mahasiswa mengetahui macam jenis
pinjal/ kutu yang berada di lingkungan sekitarnya. Mahasiswa mampu melakukan pencegahan atau
pengendalian banyaknya populasi pinjal/kutu tersebut di lingkungan.