Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengertian Ijma’ Ayat di atas menjelaskan bahwa


Secara istilah ulama ushul fiqih,pengarang kesesatan ada di luar ajaran Rasul dan jalan
kitab fushulul bada’i berpendapat bahwa orang-orang beriman. Maka jika ajaran Rasul
kesepakatan semua mujtahid dari ijma’ umat (wahyu) atau kesepakatan kaum mukmin
Nabi Muhammad dalam satu masa setelah diikuti mestilah akan terhindar dari kesesatan.
beliau wafat.
2) Hadist-hadist Nabawi yang menunjukan
2. Syarat-syarat Ijma’ kemaksuman umat Islam dari kesalahan dan
a. Kesepakatan dilakukan oleh seluruh kesesatan, yaitu hadist yang saling menguatkan
mujtahid. satu dengan lainnya, yang telah diterima
b. Ijma’ dilakukan setelah Nabi Muhammad umat, mutawatir dan dapat dipakai
SAW wafat. sebagai hujjah. Hadist-hadist itu adalah:
c. Ijma’ berkaitan dengan hukum syara’.
d. Para mujtahid harus umat Nabi Muhammad ‫ضالَ لَة‬
َ ‫علَى‬
َ ‫الَتَجْ تَمِ ُع ا ُ َّمتِى‬
SAW. “Umatku tidak akan berkumpul (ijma’)
untuk suatu kesalahan”
4. Macam-macam Ijma’
1.) Ijma’ Sharih . َ‫َم ْن فَا َر قَ ال َج َما عَةَ َو َما ت‬
Yaitu ijma’ yang dikeluarkan oleh para “Barang siapa memisahkan diri dari dari
mujtahid secara lisan maupun tulisan yang jamaah, lalu mati, maka matinya itu didalam
terdapat persetujuan dari mujtahid pada keadaan jahiliyah.”
zamannya. Ijma’ ini disebut juga ijma’ 3) Bahwa kesepakatan para mujtahid di atas satu
bayani atau ijma’ qothi. pendapat, meskipun akal dan pengetahuan
2.) Ijma’ sukuti atau ijma’ ghair sharih. mereka berbeda-beda, menujukan bahwa
Yaitu ijma’ yang dikeluarkan oleh pendapat ini jelas kebenarannya. Sebab
para mujtahid dengan cara diam tidak seandainya ada dalil yang menyangkal tentang
mengeluarkan pendapat. pendapat mereka maka terjadilah perselisihan
b. Ditinjau dari segi keyakinan. di antara mereka. Adapun contoh
1. ljma' qath'i, yaitu hukum yang dihasilkan hukum syara’ yang didasari oleh ijma’ adalah:
ijma’ itu adalah sebagai dalil qath'i diyakini a) Pengangkatan Abu Bakar Ash-Siddiq
benar terjadinya. sebagai khalifah menggantikan
2. ljma' zhanni, yaitu hukum yang dihasilkan Rasulullah SAW.
ijma’ itu dzhanni, masih ada kemungkinan b) Pembukuan Al-Qur’an.
lain bahwa hukum dari peristiwa atau c) Menentukan awal bulan ramadhan dan
kejadian yang telah ditetapkan berbeda bulan syawal
dengan hasil ijtihad orang lain atau dengan d) Menjadikan as Sunah sebagai sumber
hasil ijmâ’ yang dilakukan pada waktu yang hukum Islam yang kedua sesudah Al-
lain. Qur’an.
e) Saudara-saudara seibu-sebapak, baik
5. Kehujjahan Ijma’. laki-laki atapun perempuan (banu al-
Dalil-dalil yang mendukung pendapat a’ayan wa al-a’lat) terhalang dari
jumhur ulama adalah: menerima warisan oleh bapak.
f) Kesepakatan ulama terhadap
1) Firman Allah SWT dalam surat An-Nisa’ ayat keharaman minyak babi yang
115 diqiyaskan atas keharaman dagingnya
َ ‫سو َل مِ ْن َب ْع ِد َما تَبَيَّنَ لَهُ ا ْل ُهد َٰى َو َيت َّ ِب ْع‬
‫غي َْر‬ ُ ‫الر‬
َّ ‫ِق‬ ِ ‫َو َم ْن يُشَاق‬
ً ‫سا َءتْ َم ِص‬
‫يرا‬ َّ ْ ‫سبِي ِل ا ْل ُمؤْ مِ نِ ن َو ِل ِه َما ت ََول ٰى َون‬
َ ‫ص ِل ِه َج َهن َم ۖ َو‬ ُ َّ ُ َ‫ين‬ َ 1. Pengertian Qiyas
“Dan barang siapa yang menentang Rasul Menurut ulama ushul fiqh Qiyas berarti
SAW sesudah jelas kebenaran baginya, dan menetapkan hukum suatu kejadian atau
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang peristiwa yang tidak ada dasar nashnya dengan
mukmin, Kami biarkan ia berkuasa terhadap cara membandingkannya kepada suatu kejadian
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami atau peristiwa yang lain yang telah ditetapkan
masukkan ia kedalam Jahannam”. hukumnya berdasarkan nash karena ada
(QS. An- Nisa’ : 115) persamaan illat antara kedua kejadian atau
peristiwa itu.
membimbing utusan Rasulullah SAW. (HR.
2. Dasar hukum qiyas Tirmidzi).
a. Al-quran
Allah Swt memberi petunjuk dalam a. Perbuatan sahabat
penggunaan qiyas dengan cara menyamakan Para sahabat Nabi Saw banyak
dua hal sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. melakukan qiyas dalam menetapkan hukum
Yasiin (36) : 78-79: suatu suatu peristiwa yang tidak ada
nashnya.Seperti alasan pengangkatan khalifah
َ ‫ِي َخ ْلقَهُ قَا َل َم ْن يُحْ ِيي ا ْل ِع‬
‫ظا َم َو ِه َي َرمِ يم‬ َ ‫ب لَنَا َمث َ ًال َونَس‬
َ ‫َوض ََر‬ Abu Bakar. Menurut para sahabat Abu Bakar
78. Dan ia membuat perumpamaan bagi kami, lebih utama diangkat menjadi khalifah
dan ia lupa kepada kejadiannya : ia berkata disbanding sahabat-sahabat yang lain, karena
“Siapakah yang dapat menghidupkan tulang dialah yang disuruh Nab Saw mewakili beliau
belulang yang telah hancur luluh?” sebagai imam shalat di waktu beliau sedang
sakit. Jika Rasulullah Saw ridha Abu Bakar
َ ‫شأَهَا أ َ َّو َل َم َّرة َوه َُو ِبك ُِل َخ ْلق‬
‫علِيم‬ َ ‫قُ ْل يُحْ ِييهَا الَّذِي أ َ ْن‬ mengganti beliau imam shalat, tentu beliau
79. Katakanlah :“Ia akan dihidupkan oleh lebih ridha jika Abu Bakar menggantikan
Tuhan yang menciptakannya yang pertama beliau sebagai kepala pemerintahan.
kali, dan Dia Maha mengetahui tentang segala
makhluk”. d. Akal
b. Al-hadist Tujuan Allah Swt menetapkan syara’ bagi
kemaslahatan manusia.Setiap peristiwa ada
1. Berdasarkan hadis yang mengisyaratkan untuk yang diterangkan dasarnya dalam nash da nada
melakukan Qiyas dalam menetapkan pula yang tidak diterangkan. Peristiwa yang
hukum yang tidak di ketemukan dasarnya tidak diterangkan dalam nash atau tidak ada
secara langsung dalam Al-Qur’an dan sunnah, nash yang dapat dijadikan sebagai dasarnya ada
di antara hadis tentang persoalan ini: yang ‘illatnya sesuai benar dengan ‘illat hukum
dari peristiwa yang ada nash sebagai dasarnya.
‫ث ُم َعاذًا ِإلَى ْال َي َم ِن‬ َ ‫سلَّ َم َب َع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬ Menetapkan hukum dari peristiwa yang tidak
َ‫َّللاِ قَا َل فَإ ِ ْن ل ْم‬ َّ ‫ب‬ِ ‫ضي بِ َما فِي ِكت َا‬ ْ
ِ ‫ضي فقا َل أق‬ َ َ َ ْ
ِ ‫ْف تق‬ َ َ ‫فَقَا َل َكي‬ ada nash sebagai dasarnya ini sesuai dengan
َ
‫عل ْي ِه‬ َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلى‬ َّ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫سنَّ ِة َر‬ ُ ِ‫َّللاِ قَا َل فَب‬ َّ ‫ب‬ ِ ‫يَ ُك ْن فِي ِكت َا‬ hukum yang telah ditetapkan berdasarkan nash,
‫علَ ْي ِه‬ َ ُ‫َّللا‬َّ ‫صلى‬ َّ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫سنَّ ِة َر‬ ُ ‫سلَّ َم قَا َل فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِي‬ َ ‫َو‬ karena ada persamaan ‘illatnya diduga keras
‫سو َل‬ ُ ‫سلَّ َم قَا َل أَجْ ت َ ِهدُ َرأْيِي قَا َل ال َح ْمدُ ِ َّّلِلِ الَّذِي َوفَّقَ َر‬
ْ َ ‫َو‬ akan memberikan kemaslahatan kepada hamba.
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬َّ ‫سو َل‬ ُ ‫سلَّ َم أ َ َّن َر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫َر‬ Sebab itu tepatlah kiranya hukum dari peristiwa
‫ضي فَقَا َل‬ ِ ْ
‫ق‬ َ ‫ت‬ ‫ْف‬
َ ‫ي‬‫ك‬ َ ‫ل‬
َ ‫ا‬َ ‫ق‬َ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫م‬
ِ ََ ‫ي‬ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬ ‫ا‬ ً
ِ َ ُ َ َ َ َ َ ‫علَ ْي‬
‫ذ‬‫ا‬ ‫ع‬ ‫م‬ َ
‫ث‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫م‬ َّ ‫ل‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ َ itu ditetapkan dengan cara Qiyas.
َ
‫ب َّللاِ قا َل‬ َّ ْ
ِ ‫َّللاِ قا َل فإِن ل ْم يَكن فِي ِكت َا‬ ُ َ ْ َ َ َّ ‫ب‬ ِ ‫ضي بِ َما فِي ِكت َا‬ ِ ‫أ َ ْق‬
‫سلَّ َم قَا َل فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سنَّ ِة َرسُو ِل‬ ُ ِ‫فَب‬ 3. Rukun dan syarat qiyas
ْ
‫سل َم قَا َل أجْ ت َ ِهدُ َرأيِي قَا َل‬ َ َّ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلى‬ َّ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سنَّ ِة َرسُو ِل‬ ُ 1) Ashl berarti pokok, yaitu suatu peristiwa yang
‫علَ ْي ِه‬ َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل َرسُو ِل‬ ُ ‫ْال َح ْمدُ ِ َّّلِلِ الَّذِي َوفَّقَ َر‬ telah ditetapkan hukum berdasarkan nash. Ashl
‫سلَّ َم‬
َ ‫َو‬ disebut juga maqis ‘illaih (yang menjadi
ukuran), atau musyabbabih (tempat
“Bahwa Rasulullah Saw mengutus Mu’az ke menyerupakan), atau mahmu alaih (tempat
Yaman sebagai Qadhi.Rasul betrnya membandingkan).
kepadanya, bagaimana kamu menmnutuskan 2) Far’u berarti cabang, yaitu peristiwa yang
apabila di hadapkan kepadamu suatu maslah belum ditetapkan hukumnya karena tidak ada
hukum? Mu’az menjwab, aku memutuskannya nash yang dapat dijadikan sebagai dasar fara’
dengan kitabullah, Rasul bertanya lagi, disebut juga maqis (yang menjadi ukuran), atau
bagaimana caranya apabila kamu tidak musyabbabih (tempat menyerupakan), atau
menemukan jawabannya dalam kitabullah? mahmu alaih (tempat membandingkan).
Mu’az menjawab aku putuskan berdasarkan 3) Hukum Ashl adalah hukum dari asal yang
sunnah Rasulullah SAW. Bagaimana apabila telah ditetapkan berdasarkan nash dan hukum
dalam sunnah Rasulullah SAW juga tidak ada itu pula yang akan ditetapkan pada fara’
jawabannya? Mu’az menjawab, aku akan seandainya ada persamaan ‘illatnya.
melakukan ijtihad untuk menetapkan 4) ‘Illat adalah suatu sifat yang ada pada ashl dan
hukumnya. Mendengar jawaban itu Rasulullah sifat itu yang dicari pada fara’. Seandainya sifat
SAW berkata: Segala puji bagi Allah yang telah yang ada pada fara’ maka persamaan sifat yang
menjadi dasar untuk menetapkan hukum fara’
sama dengan hukum ashl.

4. Macam-macam qiyas
a) Qiyas Aula
Qiyas ini juga dinamai awlawi, qiyas
qhat’I, yaitu suatu qiyas yang ‘illatnya itulah
yang mewajibkan hukum, atau dengan kata lain
yaitu mengqiyaskan sesuatu dengan sesuatu
yang hukumnya telah ada, namun sifat/illatnya
lebih tinggi dari sifat hukum yang telah ada.
b) Qiyas Musawi
adalah ‘illat qiyas suatu hukum sama,
c) Qiyas Adna atau Adwan
adalah mengqiyaskan sesuatu yang
kurang patut menerima hukum yang diberikan
kepada sesuatu yang patut menerima hukum
itu.
d) Qiyas Dalalah
adalah yaitu menetapkan hukum
karena ada persamaan dilalat al-hukm
(penunjukan hukumnya).
e) Qiyas Syibh
yaitu terjadinya keraguan dalam
mengqiyaskan, ke asal mana illat ditujukan
kemudian harus ditentukan salah satunya
dalam rangka penetapan hukum padanya.
f) Qiyas Al-aksi
adalah yang tidak adanya hukum
karena tidak adanya ‘illat atau menetapkan
lawan hukum sesuatu bagi yang mana
keduanya memiliki hukum yang berlawanan
tentang hal ini

Anda mungkin juga menyukai