Anda di halaman 1dari 7

2.

1 Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan
(deskuamasi) dari endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal dan dianggap sebagai
siklus menstruasi klasik selama 28 hari (Prawirohardjo, 2005).
Menstruasi merupakan suatu siklus discarge fisiologik darah dan jaringan mukosa melalui
vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah kendali hormonal dan berulang secara normal,
biasanya interval sekitar empat minggu, tanpa adanya kehamilan selama periode reproduktif
(pubertas sampai menopouse) pada wanita (Dorland, 2005).
2.2 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling
mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan hipofisis,
serta ovarium. Siklus menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila tidak terjadi
kehamilan, maka terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik dan emosi wanita, serta lingkungan
mempengaruhi pengaturan siklus menstruasi (Bobak,2005).
Siklus menstruasi merupakan periode menstruasi dihitung berdasarkan jumlah hari tanggal
mulainya menstruasi yang lalu sampai mulainya menstruasi berikutnya.
Siklus menstruasi yaitu merupakan salah satu siklus menstruasi yang berlangsung selama
28 hari. Siklus normal berlangsung dalam rentang waktu 21-35 hari. Panjang daur dapat
bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, bahkan dari bulan
kebulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita
tersebut. Selama siklus menstruasi, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron
(Saryono, 2009).
Gambar Siklus menstruasi
2.3 Mekanisme Siklus Menstruasi
Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium dan perubahan
endometrium. Pusat penngendalian hormone reproduksi adalah hipotalamus. Hormon pada
hipotalamus gonadot- ropik realising hormone (GnRH) yaitu follicle-stimulating hormone-
realising hormone (FSHRH) dan luteinizing hormone-stimulating hormone (LHRH). Kedua
hormon ini akan merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi follicle-stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini akan menyebabkan produksi estrogen
dan progesteron dari ovarium (Price, 2005).
2.4 Fisiologi Menstruasi
Siklus menstruasi dikendalikan oleh kelompok hormon, terutama estrogen dan progesteron.
Mereka dilepaskan siklis dari indung telur selama masa reproduksi di bawah kendali dari dua
hipofisis anterior hormon gonadotropin, Follicle-stimulating hormone (FSH) dan Lutenizing
hormon (LH). Di bawah pengaruh hormon ini, perubahan terjadi pada endometrium dinding
rahim di seluruh siklus menstruasi (Jenkins et al, 2007). Menstruasi dianggap mulai pada hari 1
dari siklus berikut yang selama periode sekitar 5 hari, superfisial lapisan dinding rahim,
endometrium, secara bertahap meninggalkan gudang basal lapisan bawah. Dari hari ke 5 sampai
hari ke-14 yang khas 28-hari siklus (dikenal sebagai proliferasi fase), di bawah pengaruh
estrogen yang meningkat, folikel berkembang, sel- sel dalam lapisan basal mulai bertambah
banyak untuk penebalan progresif dan meningkatkan vaskularisasi dari lapisan endometrium
yang baru.
Dalam proses terjadinya ovulasi harus ada kerjasama antara korteks serebri, hipotalamus,
hipofisis, ovarium, glandula tiroidea, glandula supra renalis dan kelenjar kelenjar endokrin
lainnya. Yang memegang peranan penting dalam proses tersebut adalah hubungan antara
hipotalamus, hipofisis dan ovarium (hyopothalamic-pituitary-ovarian axis).
Ovulasi biasanya terjadi pada titik tengah dari suatu 28-hari siklus, atau 14 hari sebelum
onset menstruasi terlepas dari panjang siklus. Fase berikutnya ini dikenal sebagai fase sekresi
estrogen dimana terus mempromosikan pengembangan endometrium. Progesteron juga
dilepaskan untuk membantu mempersiapkan endometrium untuk menerima sel telur yang akan
dibuahi. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum berdegenerasi dan pengurangan pasokan
estrogen secara tiba-tiba ini mendorong mulainya menstruasi (Jenkins et al, 2007). Meskipun
memiliki fisiologis yang hampir sama, namun variasi yang sangat besar dapat terjadi antara naik
dan turunnya siklus menstruasi. Siklus haid (siklus ovarium) normal di bagi menjadi : fase
follikuler dan fase luteal.

1) Siklus Ovarium
a) Fase Folikuler
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH
merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Satu folikel berkembang
menjadi folikel de Graf. Folikel terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan sel yang
mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel granulosa mensintesis progesteron selama paruh
pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekusor pada sintesis esktrogen oleh lapisan sel
teka interna yang mengelilinginya. Kadar esktrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan
LHRH dari hipotalamus (Price, 2005). Pada awalnya estrogen meninggi secara berangsur angsur,
kemudian dengan cepat mencapai puncaknya. Ini memberikan umpan balik positif terhadap
pusat siklik dan dengan mendadak terjadi puncak pelepasan LH (LH-surge) pada pertengahan
siklus yang mengakibatkan terjadinya ovulasi. LH yang meninggi itu menetap kira kira 24 jam
dan menurun pada fase luteal. Dalam beberapa jam setelah LH meningkat, esktrogen menurun
dan mungkin inilah yang menyebabkan LH menurun. Menurunnya estrogen mungkin disebabkan
perubahan morfologik pada follikel atau mungkin juga akibat umpan balik negatif yang pendek
dari LH terhadap hipotalamus. LH-surge yang cukup saja tidak menjamin terjadinya ovulasi;
follikel hendaknya pada tingkat yang matang agar dapat dirangsang untuk berovulasi. Pecahnya
folikel terjadi antara 16 – 24 jam setelah LH-surge.
b) Fase Luteal
Kadar estrogen yang tinggi akan menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen
mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel de Graf, lapisan granulosa menjadi banyak
mengandung pembuluh darah dan berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada
ovarium. Vaskularisasi dalam lapisan granulose juga bertambah dan mencapi puncaknya pada
hari 8 – 9 setelah ovulasi. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan
progesteron yang makin lama semakin meningkat (Price, 2005). Mulai 10 – 12 hari setelah
ovulasi korpus luteum mengalami regresi berangsur angsur disertai dengan berkurangnya kapiler
kapiler dan diikuti oleh menurunnya sekresi progesterone dan esktrogen. Masa hidup korpus
luteum pada manusia tidak bergantung pada hormone gonadotropin. Pada kehamilan hidupnya
korpus luteum diperpanjang oleh adanya rangsangan dari Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) yang dibuat oleh sinsiotrofoblast. Rangsangan ini dimulai pada puncak perkembangan
korpus luteum (8 hari pasca ovulasi), waktu yang tepat untuk mencegah terjadinya regresi luteal.
HCG memelihara steroidogenesis pada korpus luteum hingga 9 – 10 minggu kehamilan.
Kemudian fungsi ini diambil alih oleh plasenta.
2) Siklus Endometrium
Siklus menstruasi endometrium terdiri dari :
a) Fase Menstruasi atau Deskuamasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hanya
stratum basale yang tinggal utuh. Darah menstruasi mengandung darah vena dan arteri dengan
sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami
disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva. Pada waktu
ini tebal endometrium ± 0,5 mm. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
b) Fase Proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak hari ke-
lima hingga ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke-18
sikus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap akan kembali normal dalam empat hari
atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5
mm. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8 sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase
proliferasi bergantung dari stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium (Bobak, 2005).
Fase proliferasi dapat dibagi yaitu :
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase ini dikenal dari
epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar
kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas fase proliferasi;
sel sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan masih menunjukkan suasana fase
menstruasi dimana terlihat perubahan perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk
kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel selnya berbentuk bintang
dan lonjong dengan tonjolan tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar karena
sitoplasma relative sedikit.
b. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan
kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk
pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat.

c) Fase Sekresi atau Fase Pramenstruum


Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya atau berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28. Setelah ovulasi,
diproduksi lebih banyak progesteron sehingga terlihat endometrium yang edematosa,
vaskular, dan fungsional. Pada akhir sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan
sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya
darah dan sekresi kelenjar, tempat yang sesuai untuk melindungi dan memberi nutrisi ovum yang
dibuahi (Bobak, 2005).
d) Fase Iskemi
Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7- 10 hari setelah ovulasi. Apabila
tidak terjadi pembuahan atau implantasi korpus luteum (badan kuning yang mensekresi estrogen
dan progesteron) menyusut. Seiring penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri
spiral menjadi spasme. Selama fase iskemi, suplai darah ke endometrium fungsional berhenti dan
terjadi nekrosis. Lapisan fungsional berpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi
dimulai, menandai hari pertama siklus berikutnya (Bobak, 2005)

BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Siklus menstruasi sebagai suatu periode berlangsungnya perubahan fisiologi pada
wanita. Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan
(deskuamasi) dari endometrium. Siklus menstruasi merupakan periode menstruasi dihitung
berdasarkan jumlah hari tanggal mulainya menstruasi yang lalu sampai mulainya menstruasi
berikutnya. Siklus menstruasi dikendalikan oleh kelompok hormon, terutama estrogen dan
progesteron. Mereka dilepaskan siklis dari indung telur selama masa reproduksi di bawah
kendali dari dua hipofisis anterior hormon gonadotropin, Follicle-stimulating hormone (FSH)
dan Lutenizing hormon (LH). Siklus haid (siklus ovarium) normal dibagi menjadi : fase
follikuler dan fase luteal. Sedangkan Siklus Endometrium dibagi
menjadi Fase menstruasi atau deskuamasi, fase proliferasi , fase sekresi atau
fase pramenstruum dan fase iskemi. Panjangnya siklus menstruasi ini dipengaruhi oleh faktor
hormon, usia, berat badan, tingkat stress, aktivitas, genetik dan gizi.
3.2 Saran
Diharapkan untuk para wanita agar lebih meningkatkan dan memotivasi diri tentang
pentingnya kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan faktor- faktor yang mempengaruhi
perubahan siklus menstruasi. Karena apabila ada gangguan dalam siklus menstruasi merupakan
tanda yang negatif misalnya terjadinya kemandulan, dll.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4. Jakarta : EGC.
Dorland. 2005. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia A. (2005). Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit (edisi 6). Jakarta :EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Proverawati, Atikah, dkk. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta :
Nuha Medika
Saryono. 2009. Sindrom Premenstruasi.Yogyakarta: Nuha Medika.
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjoksastro, Hanifa dkk. 2007. Ilmu Kandungan. Ed 2, Cet. 5. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai